Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 40, NO. 1, JUNI 2013: 28 – 38

Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah


dan Meningkatkan Kualitas Hidup
Penderita Hipertensi
Indahria Sulistyarini1
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia

Abstract

The aim of this study was to investigate the effect of relaxation training on blood presure and
quality of life among patients with hypertension. The hypothesis of this study is stated that there is
an influence of relaxation training to blood presure and quality of life among patients with
hypertention. The quality of life was measured by using quality of life scale based on aspect from
WHOQOL (1998). An experimental method used was a pre-posttest control group design. The
data was analyzed by using anava mixed design and an independent samples of t-test was followed
by analysis of covariance to test the difference of mean sistolic and diastolic blood pressure between
treatment groups both experiment and control group. The calculations and analysis were
performed by using SPSS 17.0 for windows. The results indicate a significant decrease of sistolic
blood pressure (t = – 9,213, p<0,001) and diastolic blood presure (t = – 3,753, p<0,001) in the
experiment group compared to the control group.In addition, difference tests towards the control
group and the experimental group also indicated significant difference the quality of ife (t=3,479
(p<0,01) This suggests that quality of life among the experimental group has increased compared to
the control group, and consequently it accepted the hypothesis.
Keywords: relaxation training, blood presure, quality of life, hypertension

Hipertensi1 merupakan suatu gang- orang-orang pada usia setengah baya


guan pada pembuluh darah yang meng- yaitu pada golongan usia 55-64 tahun.
akibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang Hipertensi di Asia, pada tahun 1997,
dibawa oleh darah terhambat sampai ke diperkirakan telah mencapai 8-18%.
jaringan tubuh yang membutuhkan. Bahkan, di negara berkembang dari 50%
Penyakit ini telah menjadi masalah utama orang yang diketahui mengalami hiper-
dalam kesehatan masyarakat di negara tensi, hanya 25% yang mendapat pengo-
maju maupun di negara berkembang. batan dan dari 25% tersebut hanya 12,5%
Diperkirakan dari tahun 2000 sampai 2025, yang mendapat perawatan atau pengo-
sekitar 80% kasus hipertensi terutama di batan dengan baik (Boedhi, 1993).
negara berkembang mengalami pening- Hasil survei kesehatan rumah tangga
katan dari 639 juta menjadi 1,15 milyar. menunjukkan bahwa pada tahun 2000
Hipertensi lebih banyak menyerang sekitar 15-20% masyarakat Indonesia men-
derita hipertensi dan prevalensinya sema-
kin meningkat. Prevalensi di tahun 2005
1 Korespondensi dengan penulis dapat dilakukan terlihat meningkat, yaitu dari 1,7% (6,098)
melalui: indahriasulistyarini@yahoo.co.id

28 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI

menjadi 2,6% (7,244). Selanjutnya, di tahun dan apa yang sebenarnya menjadi keingin-
2006 sampai 2007 kembali meningkat annya.
sebanyak 2,6% sehingga total penderita Kualitas hidup menurut definisi
hipertensi adalah 7,514 orang. Hipertensi WHO adalah persepsi individu tentang
di Indonesia rata-rata meliputi 17-21% dari keberadaannya di kehidupan dalam kon-
keseluruhan populasi orang dewasa. Hal teks budaya dan sistem nilai tempat ia
ini berarti satu diantara lima orang dewasa tinggal. Jadi dalam skala yang luas meli-
menderita hipertensi, dan penderita puti berbagai sisi kehidupan seseorang
hipertensi lebih banyak terjadi pada baik dari segi fisik, psikologis, keperca-
perempuan yaitu 37% daripada laki-laki yaan pribadi, dan hubungan sosial untuk
yaitu sebanyak 28% (Depkes, 2007). berinteraksi dengan lingkungannya. Defi-
Selanjutnya, Setianto (2007) mengkla- nisi ini merefleksikan pandangan bahwa
sifikasikan tekanan darah tinggi menjadi kualitas hidup merupakan evaluasi sub-
empat tingkatan yaitu normal (SBP = jektif, yang tertanam dalam konteks
Sistole Blood Pressure < 120 mmHg dan kultural, sosial dan lingkungan. Kualitas
Diastole Blood Pressure = DBP < 80 mmHg), hidup tidak dapat disederhanakan dan
pra hipertensi (SBP 120-139 mmHg dan disamakan dengan status kesehatan, gaya
DBP 80-89 mmHg), hipertensi tahap satu hidup, kenyamanan hidup, status mental,
(SBP 140-159 mmHg dan DBP 90-99 dan rasa nyaman. Kualitas hidup yang
mmHg) dan hipertensi tahap dua (SBP ≥ terkait dengan kesehatan (health related
160 dan DBP ≥ 100 mmHg). Beberapa ciri quality of life/HRQOL) meliputi aspek fisik,
yang dapat menggambarkan penyakit psikologis, dan social, dari bidang kese-
tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, hatan yang dipengaruhi oleh pengalaman
jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk, pribadi seseorang kepercayaan, harapan
mudah lelah, penglihatan kabur dan per- serta persepsi (WHOQOL Group, 1998).
darahan hidung. Kondisi ini pada akhir- Berdasarkan definisi dari HRQOL, peni-
nya akan menimbulkan ketidaknyamanan laian kualitas hidup di dasarkan pada
dan mempengaruhi kualitas hidup pende- laporan pribadi pasien dan harus meliputi
rita hipertensi. Kualitas hidup biasanya domain yang terkait dengan fungsi harian
memiliki arti yang berbeda-beda tergan- (fisik, mental, dan sosial) sehubungan
tung dari konteks yang akan digunakan. dengan penyakit tertentu dan atau pengo-
Hal ini menunjukkan bahwa bukan suatu batan. Pada penyakit hipertensi, domain
hal yang mudah untuk mendefinisikan yang terkait dengan kualitas hidup meli-
kualitas hidup secara tepat. Pengertian puti fisik dan mental, sosial, kepuasan
mengenai kualitas hidup telah banyak terhadap terapi dan perasaan nyaman
dikemukakan oleh para ahli, namun secara umum (Snoek, 2000).
semua pengertian tersebut tergantung dari Hipertensi dan kualitas hidup memi-
ahli yang membuatnya. Seperti halnya liki hubungan timbal balik, hipertensi da-
definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti pat mempengaruhi kualitas hidup begitu-
tidak ada kelemahan atau penyakit, demi- pun sebaliknya kualitas hidup dapat mem-
kian juga mengenai kualitas hidup, pengaruhi hipertensi. Dari hasil wawan-
kualitas hidup bukan berarti hanya tidak cara dengan subjek yang menderita hiper-
ada keluhan saja, akan tetapi masih ada tensi diperoleh beberapa hal yang terkait
hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, dengan penyakitnya. Subjek menyatakan
bagaimana perasaan penderita sebenarnya bahwa selama ini penyakit darah tinggi-

JURNAL PSIKOLOGI 29
SULISTYARINI

nya telah memberikan efek negatif terha- daan yang tidak diinginkan yang dialami
dap kehidupannya, meliputi aspek fisik, oleh pasien yang terlibat dan disebabkan
emosional, dan sosial pada kehidupan atau diduga melibatkan terapi pengobatan
sehari-hari melalui keluarga, kerja, dan yang diberikan kepada pasien, yang secara
hubungan sosial. Lingkungan keluarga nyata maupun potensial dapat mempe-
dan kesehatan psikologis penderita adalah ngaruhi keadaan pasien seperti ketidak-
aspek-aspek yang paling berpengaruh patuhan, interaksi obat, alergi terhadap
bagi penderita dan kerabatnya. obat yang diresepkan. Selain itu, pengo-
Penelitian yang dilakukan oleh Baune, batan jangka panjang yang kemungkinan
Aljeesh dan Adrian (2005) menyebutkan terjadi efek samping obat yang menye-
bahwa semua dimensi dari kualitas hidup babkan kerusakan organ (Cipolle,1998).
yang terdiri dari psikologis, fisik, sosial Adanya fakta di atas, mengisyaratkan
dan lingkungan secara statistik memiliki bahwa terapi obat bukan satu-satunya
hubungan yang sangat signifikan dengan alternatif terapi yang dapat dipilih. Diper-
hipertensi. Penelitian tentang kualitas lukan sebuah terapi pendamping untuk
hidup penderita hipertensi telah banyak mengurangi ketergantungan terhadap
dilakukan, bahkan telah dimulai sejak obat untuk tetap mempertahankan kua-
tahun 1980-an. Beberapa penelitian yang litas hidup penderita hipertensi. Dalam
mengungkap tentang kualitas hidup pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk
hipertensi adalah Bulpitt (1990), Robbins, menawarkan alternatif terapi lainnya
Elias, Croogh dan Colton (1994), Agewall, berupa pelatihan relaksasi. Terapi relak-
Wikstrand dan Fagerberg (1998) yang sasi di sini tidak dimaksudkan untuk
meneliti tentang dimensi dari kualitas mengganti terapi obat yang selama ini
hidup penderita hipertensi yang dikaitkan digunakan penderita hipertensi, terapi ini
dengan penyakit stroke dan jantung hanya membantu untuk menimbulkan
koroner, Shafazand, Goldstein, Doyle, dan rasa nyaman atau relaks. Dalam keadaan
Hlatky (2004) dan Cenedese, Speich, relaks, tubuh melalui otak akan mempro-
Dorschner, Ulrich, Maggiorini, Jenni, dan duksi endorphrin yang berfungsi sebagai
Fischler (2006) yang mencoba melakukan analgesik alami tubuh dan dapat mereda-
pengukuran kualitas hidup pada penderi- kan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik).
ta hipertensi. Namun penelitian yang Selain itu, dalam keadaan relaks tubuh
menggunakan intervensi psikologis untuk akan mengaktifkan sistem saraf parasim-
meningkatkan kualitas hidup pada pende- patetis yang berfungsi untuk menurunkan
rita hipertensi belum banyak dilakukan. detak jantung, laju pernafasan dan tekan-
Selama ini, untuk mengatasi hiper- an darah (Poppen, 1998).
tensi dapat dilakukan berbagai upaya yai- Relaksasi adalah suatu prosedur dan
tu dapat dilakukan pengendalian tekanan teknik yang bertujuan untuk mengurangi
darah dengan cara mengubah gaya hidup ketegangan dan kecemasan, dengan cara
(life style modification) dan pemberian obat melatih pasien agar mampu dengan se-
antihipertensi dengan terapi tunggal atau ngaja untuk membuat relaksasi otot-otot
kombinasi. Pada penggunaan obat lebih tubuh setiap saat, sesuai dengan keingin-
dari satu macam serta penggunaan obat an. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi
jangka panjang akan meningkatkan risiko merupakan suatu teknik untuk mengu-
terjadinya Drug Related Problems. Drug rangi stres dan ketegangan dengan cara
Related Problems adalah segala macam kea- meregangkan seluruh tubuh agar menca-

30 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI

pai kondisi mental yang sehat (Varvogli & Posttest dilakukan setelah pelatihan bera-
Darvivi, 2011). Relaksasi terbagi menjadi khir, menggunakan skala yang sama seba-
dua kelompok, yaitu relakasi yang mene- gai evaluasi hasil pelatihan. Adapun skala
kankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi yang digunakan dalam penelitian ini ada-
otot progresif, latihan pernafasan. Semen- lah skala kualitas hidup yang telah diujico-
tara jenis relaksasi yang menekankan pada bakan pada penderita hipertensi yang
mental/psikis adalah autogenic suggestion, tersebar di Puskesmas X.
imagery, relaxating self talk dan meditasi. Adapun subjek penelitian pada
Dalam dunia kedokteran, intervensi penelitian ini, dibagi dalam dua kelompok
berupa teknik relaksasi juga telah dilaku- yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kan. Praktisi yang bergelut di dunia medis kontrol, dengan jumlah peserta masing-
menyebutkan bahwa relaksasi mempunyai masing sebanyak 15 orang pada kelompok
dampak yang positif terhadap pasien. kontrol dan 15 orang pada kelompok eks-
Pada awalnya, teknik relaksasi dikem- perimen. Kriteria subjek penelitian adalah
bangkan untuk menangani kecemasan sebagai berikut: pria/wanita berusia 35-75
yang merupakan gangguan emosi, contoh- tahun, status perkawinan menikah, memi-
nya pada phobia. Apabila relaksasi dite- liki tekanan darah sistolik (SBP) > 130
rapkan pada manajemen penyakit, maka mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP)
tujuannya adalah untuk mengurangi kece- > 80 mmHg, telah menderita hipertensi
masan, sebab kecemasan dapat mening- minimal enam bulan terakhir, namun
katkan rasa sakit. Oleh sebab itu, relaksasi tidak mengalami kerusakan organis dan
dapat menurunkan kecemasan sehingga berdomisili di wilayah kerja Puskesmas X.
rasa sakit dapat berkurang. Penelitian Pelatihan relaksasi ini dilakukan bebe-
yang akan dilakukan ini bertujuan untuk rapa tahap, yaitu: persiapan yang meliputi
melanjutkan dan melengkapi penelitian need assessment kepada psikolog Puskes-
mengenai relaksasi yang telah ada. Relak- mas dan para pasien hipertensi. Tahap
sasi banyak digunakan untuk mengontrol berikutnya adalah menentukan trainer dan
rasa sakit. Adapun hipotesis yang diaju- memberikan pembekalan kepada trainer,
kan dalam penelitian ini adalah ada pe- baru kemudian melakukan skrining subjek
ngaruh pelatihan relaksasi terhadap pe- yang akan diikutsertakan dalam peneli-
ningkatan kualitas hidup penderita hiper- tian. Adapun trainer yang dipilih dalam
tensi. penelitian ini adalah trainer yang mema-
hami hubungan proses terbentuknya
Metode gangguan fisiologis akibat stres dan dapat
menyadari pengaruh psikologis terhadap
Penelitian ini merupakan penelitian munculnya gangguan fisiologis, mengua-
eksperimen dengan model rancangan sai teknik relaksasi kesadaran indera dan
pretest dan posttest dengan menggunakan relaksasi otot, dapat menggunakan kedua
kelompok eksperimen dan kelompok kon- teknik relaksasi tersebut untuk mengatasi
trol (pretest-posttest with control group ketegangan yang dihadapi, mampu ber-
design). Penelitian ini melakukan pengu- empati kepada subjek, sehingga memu-
kuran sebelum dan sesudah perlakuan dahkan jalannya pelatihan. Langkah-
pelatihan. Pretest dilakukan sebelum pela- langkah pelatihan yang terdapat dalam
tihan untuk melihat kondisi awal peserta pedoman pelatihan relaksasi dijelaskan
menggunakan skala kualitas hidup. kepada terapis sebelum penelitian.

JURNAL PSIKOLOGI 31
SULISTYARINI

Pada tahap skrining, calon subjek selama 60 menit dan hypnosis selama 150
diseleksi dengan wawancara semi ter- menit. Terakhir pada pertemuan ketiga,
struktur untuk memenuhi kriteria subjek dilakukan evaluasi terhadap pelatihan
penelitian. Wawancara dilakukan dengan selama 120 menit. Intervensi dalam pene-
pasien yang mengalami gangguan hiper- litian ini menggunakan metode: praktek
tensi tanpa adanya kerusakan atau gang- atau latihan. dialog, ceramah, dan tanya
guan organis yang melatarbelakangi terja- jawab, diskusi, mengungkapkan penga-
dinya gangguan hipertensi tersebut. Sete- laman latihan, wawancara semi terstruk-
lah dilakukan tahap persiapan, berikutnya tur.
adalah tahap pelaksanaan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam
Tahap ini diawali dengan pengukuran penelitian ini adalah analisis kuantitatif
baseline. Pada minggu pertama dilakukan dengan teknik anava mixed design. Alasan
pengukuran baseline selama enam hari digunakannya teknik analisis tersebut
untuk mengukur frekuensi kekambuhan adalah untuk mengetahui perbedaan skor
keluhan penyakit hipertensi yang dialami antara kelompok eksperimen dan kelom-
oleh subjek sebelum dilakukan perlakuan pok kontrol. Analisis data menggunakan
atau intervensi. Sementara, untuk prose- paket Statistical Product and Service Solution
dur pemberian intervensi diawali dengan (SPSS) for Windows versi 17.0.
penyusunan program pelatihan relaksasi
sebanyak tiga kali pertemuan yang terdiri
atas enam sesi pelatihan. Total waktu yang Hasil
diperlukan sebanyak sepuluh jam dengan
pembagian pertemuan sebanyak empat Deskripsi Data Penelitian
jam pada pertemuan pertama dan kedua Deskripsi data penelitian diperoleh
serta dua jam untuk pertemuan ketiga. dari hasil pengukuran awal (pretest) dan
Modul yang telah disusun sebelum- pengukuran akhir (posttest) meliputi skor
nya mendapatkan professional judgment kualitas hidup, tekanan darah sistolik dan
dari praktisi dan akademisi di bidang tekanan darah diastolik. Deskripsi statistik
Psikologi Kesehatan. Selanjutnya, dilaku- data penelitian dapat dilihat dilihat pada
kan uji coba modul dengan beberapa tim Tabel 1.
pelaksana pelatihan relaksasi yang terdiri Uji Prasyarat
dari trainer dan empat orang fasilitator
a. Uji Normalitas dan Homogenitas
yang berperan sebagai partisipan. Uji coba
modul dilaksanakan pada tempat pelak- Uji normalitas dan homogenitas meru-
sanaan relaksasi untuk memberi gambaran pakan uji prasyarat sebelum dilakukan
kepada tim mengenai situasi pelatihan pengujian hipotesis. Uji normalitas
yang sebenarnya, sekaligus observasi yang menggunakan teknik Kolmogo-
ruangan dan desain lay-out pelaksanaan rof-Smirnov menunjukkan p>0,05. Hal
pelatihan. Pada pertemuan pertama, ini berarti sebaran data pada tes awal
peserta diberikan psikoedukasi tentang dan tes akhir dinyatakan normal. Uji
gelombang otak dan relaksasi selama 30 homogenitas berdasarkan Levene’s test
menit, relaksasi pernafasan selama 100 menunjukkan p>0,05 artinya sebaran
menit dan guide imagery selama 100 menit. data kelompok eksperimen dan kelom-
Pada pertemuan kedua, peserta diberikan pok kontrol baik pada saat pretest
psikoedukasi berupa perangkap pikiran maupun posttest memiliki varian yang
homogen.

32 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI

Tabel 1
Deskripsi Statistik Perbandingan Pretest dan Posttest Kualitas Hidup, Tekanan Darah Sistolik,
Tekanan Darah Diastolik antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Klasifikasi
SDP DBP SDP DBP SDP DBP SDP DBP
KH KH KH KH
(mmHg) (mmHh) (mmHg) (mmHh) (mmHg) (mmHh) (mmHg) (mmHg)
Minimum 63 130 65 66 110 70 64 130 80 63 130 80
Maks. 76 190 110 78 170 100 74 180 110 74 180 110
Rerata 70,3 153,7 85,7 72,9 138,7 77,3 69,8 87,7 87,7 69,2 151,5 90
Std Dev. 3,73 20,2 11,2 3,6 8,84 8,84 3,63 9,23 9,23 3,6 17,3 9,13
Keterangan :
KH : Kualitas Hidup
SBP : Tekanan Darah Sistolik
DBP : Tekanan Darah Diastolik

b. Uji Hipotesis =85,67, posttest=77,33). Berdasarkan


1) Uji pengaruh relaksasi pada kelom- hasil analisis tersebut dapat disim-
pok eksperimen pulkan bahwa relaksasi berpenga-
ruh terhadap peningkatan kualitas
Berdasarkan analisis yang telah
hidup, tekanan darah sistolik dan
dilakukan, diperoleh hasil bahwa
diastolik.
pada kelompok eksperimen terda-
pat perbedaan kualitas hidup yang 2) Uji pengaruh relaksasi pada kelom-
sangat signifikan pada nilai pretest pok kontrol
dan posttest (t=– 2,385, p<0,05). Hasil analisis statistik menunjuk-
Perbedaan tersebut ditunjukkan kan bahwa tidak ada perbedaan
dengan adanya kenaikan skor yang signifikan kualitas hidup
kualitas hidup sebesar 2,6 (pretest= antara pretest dan posttest (t=1,964,
70,27 dan posttest=72,87). Hasil p>0.05). Hal tersebut terlihat dari
analisis di atas juga menunjukkan skor rerata kualitas hidup (pretest=
adanya perbedaan yang signifikan 69,80 dan posttest=69,20). Analisis
pada tekanan darah sistolik antara nilai tekanan darah sistolik menun-
pretest dan posttest (t=10,247, jukkan adanya perbedaan antara
p<0,05). Perbedaan tersebut ditun- skor pretest dan posttest (t= –2,739,
jukkan dengan penurunan rerata p<0,05). Perbedaan tersebut berupa
sebesar 15 (pretest=153,67; posttest= kenaikan rerata tekanan darah
138,670). Hasil analisis pada nilai sistolik sebesar 3,046 (pretest=
tekanan darah diastolik juga me- 147,69, posttest=151,540). Sementara
nunjukkan data yang sama yaitu untuk tekanan darah diastolik,
terdapat perbedaan yang sangat menunjukkan tidak adanya
signifikan pada nilai tekanan darah perbedaan yang signifikan tekanan
diastolik antara pretest dan posttest darah diastolik antara pretest dan
(t=3,669, p<0,001). Perbedaan terse- posttest (t=– 1,897, p<0,05). Hal
but ditunjukkan dengan adanya tersebut terlihat dari sedikitnya
penurunan rerata nilai tekanan perbedaan nilai rerata tekanan
darah diastolik sebesar 8,34 (pretest darah diastolik antara pretest dan

JURNAL PSIKOLOGI 33
SULISTYARINI

posttest yaitu hanya sebesar 2,308 untuk menurunkan tekanan darah. Pada
(pretest=87,69; posttest=90). Dengan kondisi tertentu, saat tekanan darah se-
demikian dapat disimpulkan dang mengalami kenaikan yang signifikan
bahwa pada kelompok kontrol atau berada pada stadium II maka pen-
tidak terdapat perbdaan yang sig- derita hipertensi tetap akan membutuhkan
nifikan nilai pretest dan posttest penanganan medis berupa terapi obat
terhadap pengukuran kualitas untuk menurunkan tekanan darahnya.
hidup, tekanan dan tekanan darah Faktor-faktor lain yang juga tetap perlu
diastolik. dikontrol oleh penderita hipertensi adalah
3) Uji pengaruh relaksasi pada kelom- pola makan yaitu asupan kalori dan zat
pok kontrol dan eksperimen tertentu berupa garam dan aktivitas fisik
seperti olahraga.
Hasil analisis statistik menunjuk-
kan adanya pengaruh relaksasi ter- Tekanan darah yang turun setelah
hadap peningkatan kualitas hidup mendapatkan pelatihan relaksasi dapat
penderita hipertensi (t=3,479, dijelaskan bahwa di dalam sistem saraf
p<0,01), penurunan tekanan darah manusia terdapat sistem saraf pusat dan
sistolik (t=–9,213, p<0,01) serta sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf
penurunan tekanan darah diastolik pusat adalah mengendalikan gerakan-
(t= – 3,753, p<0,01) pada kelompok gerakan yg dikehendaki, misalnya gerakan
eksperimen dibandingkan kelom- tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem
pok kontrol yang tidak mendapat- saraf otonom berfungsi mengendalikan
kan relaksasi. Berdasarkan hasil gerakan-gerakan yang bersifat otomatis,
analisis tersebut dapat disimpul- misalnya fungsi digestif, proses kardio-
kan bahwa relaksasi efektif dalam vaskuler, dan gairah seksual. Sistem saraf
meingkatkan kualitas hidup, tekan- otonom terdiri sendiri terdiri dari subsis-
an darah sistolik dan diastolik tem yang kerjanya saling berlawanan,
penderita hipertensi. terdiri dari sistem saraf simpatetis dan
sistem saraf parasimpatetis. Sistem saraf
simpatetis bekerja untuk meningkatkan
Diskusi rangsangan atau memacu organ-organ
tubuh, memacu meningkatnya denyut
Berdasarkan hasil analisis data pada
jantung dan pernafasan, menimbulkan
kelompok eksperimen, terlihat ada perbe-
penyempitan pembuluh darah tepi dan
daan yang sangat signifikan pada penu-
pembesaran pembuluh darah pusat,
runan tekanan darah sistolik dan diastolik.
menurunkan temperatur kulit dan daya
Hasil penelitian tersebut membuktikan
tahan kulit, serta akan menghambat proses
bahwa pelatihan relaksasi dengan pende-
digestif dan seksual. Sebaliknya sistem
katan behavior yang berupa guide imagery
saraf parasimpatetis bekerja untuk mensti-
dan hypnosis dapat menurunkan tekanan
mulasi turunnya semua fungsi yang
darah pada penderita hipertensi. Walau-
dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis dan
pun hasil penelitian ini terbukti dapat
menstimulasi naiknya semua fungsi yang
menurunkan tekanan darah, bukan berarti
diturunkan oleh saraf simpatetis. Selama
penderita hipertensi tidak membutuhkan
sistem-sistem tersebut berfungsi secara
pengobatan medis lagi untuk menurunkan
normal dan seimbang, maka bertam-
tekanan, dengan kata lain relaksasi bukan
bahnya aktivitas sistem yang satu akan
satu-satunya intervensi yang berguna

34 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI

menghambat atau menekan efek sistem sistolik pada penderita hipertensi yang
yang lain. Dalam kondisi relaks, tubuh menggunakan obat atau tidak, mengalami
akan mengalami fase istirahat. Pada saat penurunan setelah diberikan pelatihan
itulah, tubuh akan mengaktifkan sistem relaksasi. Selanjutnya penelitian ini meng-
saraf parasimpatetis. Bekerjanya saraf ungkapkan bahwa pada kelompok ekspe-
parasimpatetis menyebabkan terjadinya rimen yang tidak menggunakan obat lebih
penurunan detak jantung, laju pernafasan mengalami penurunan tekanan darah
dan tekanan darah. Sebaliknya, ketika sistolik dibandingkan kelompok kontrol
tubuh dalam keadaan tegang atau berada yang menggunakan obat. Pada kelompok
dalam kondisi tidak nyaman maka syaraf kontrol yang tidak menggunakan obat,
simpatik dan otot-otot pembuluh darah terjadi peningkatan tekanan darah sistolik.
akan berkontraksi sehingga diameter Hasil yang sama juga terjadi pada tekanan
penampang pembuluh darah kecil akan darah distolik. Perbedaannya hanya pada
menurun yang berakibat meningkatnya kelompok eskperimen yang menggunakan
tekanan darah. obat dan yang tidak menggunakan obat.
Beberapa penelitian yang mendukung Penurunan yang signifikan pada kelom-
hasil penelitian ini adalah penelitian yang pok eksperimen yang menggunakan obat
dilakukan oleh Yung, French, dan Leung dibandingkan kelompok eksperimen yang
(2001) yang menemukan bahwa pelatihan menggunakan obat dibandingkan kelom-
relaksasi yang berupa relaksasi otot dan pok eksperimen yang tidak menggunakan
imajeri kognitif dapat menurunkan obat.
tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
Lebih jauh Yung et al., menemukan ada- bahwa turunnya tekanan darah pada
nya perbedaan hasil dari bentuk relaksasi penderita hipertensi berdampak pada
yang diberikan terhadap penurunan peningkatan kualitas hidup mereka baik
tekanan darah pada penderita hipertensi. secara fisik, psikologis, sosial dan kenya-
Relaksasi otot lebih dapat menurunkan manan terhadap terapi serta perasaan
tekanan darah dibandingkan relaksasi secara umum. Hal ini memperkuat temu-
imajeri kognitif. Tekanan darah yang an penelitian Vera (2004). Penelitian yang
paling banyak turun adalah tekanan darah tersebut membuktikan bahwa efek dari
sistolik dibandingkan diastolik. Penelitian relaksasi dapat menurunkan tekanan
yang sama juga dilakukan oleh Chen darah sistolik dan diastolik pada penderita
(2010), dalam penelitiannya ditemukan hipertensi. Selanjutnya penurunan tekan-
bahwa penderita hipertensi yang melaku- an darah menyebabkan terjadi peningkat-
kan latihan fisik mengalami penurunan an kualitas hidup penderita hipertensi.
tekanan darah sistolik (SBP) maupun Sementara pada kelompok kontrol justru
tekanan darah diastolik (DBP). Penelitian menunjukkan hal yang sebaliknya. Tekan-
ini didukung oleh pernyataan Varvogli an darah diastolik dan sistolik tampak
dan Darviri (2011) yang menyebutkan mengalami kenaikan yang berakibat terha-
bahwa berbagai macam teknik dari relak- dap terjadinya penurunan kualitas hidup
sasi dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Menurunnya tekanan
pada penderita hipertensi. darah pada pembuluh darah di kepala dan
Penelitian yang dilakukan oleh otak menyebabkan turunnya rangsangan
Amigo, Fernández González, dan Herrera terhadap rangsangan rasa nyeri dan sakit
(2002) menemukan bahwa tekanan darah kepala yang diderita selama ini. Setelah

JURNAL PSIKOLOGI 35
SULISTYARINI

dilakukan relaksasi, beberapa subjek fluktuatif dan perasaan tidak bahagia yang
merasakan kondisi fisik yang berbeda, biasanya menyertai perjalanan penyakit
misalnya berkurangnya sakit kepala dan hipertensi semakin berkurang. Perubahan
kelelahan fisik serta tidak mengalami emosi negatif ke emosi positif ternyata
kesulitan dan gangguan pada saat tidur. menimbulkan dampak yang signifikan ter-
Istirahat yang cukup, membuat penderita hadap kehidupan sosial penderita hiper-
hipertensi tidak mudah mengalami kele- tensi. Hubungan dengan orang lain menja-
lahan fisik. di lebih baik dan aktivitas sosial pun mulai
Secara fisik, relaksasi akan menim- dijalankan karena berkurangnya rasa nyeri
bulkan rasa nyaman atau relaks. Penelitian yang selama ini dirasakan. Steiner,
yang dilakukan oleh Baune, et al., (2005) Stewart, Kolodner, dan Libermen (2003)
menyebutkan bahwa semua dimensi dari nyeri di kepala dapat menimbulkan gang-
kualitas hidup yang terdiri dari psikologis, guan hidup penderita karena adanya
fisik, sosial dan lingkungan secara statistik disabilitas yang signifikan dengan kehi-
memiliki hubungan yang sangat signifikan langan waktu untuk bekerja dan berin-
dengan hipertensi. Dalam keadaan relaks, teraksi sosial. Nyeri di kepala juga dapat
tubuh melalui otak akan memproduksi menurunkan kualitas hidup penderita
endorphrin yang berfungsi sebagai analge- sehingga dapat menimbulkan kerugian
sik alami tubuh dan dapat meredakan rasa besar di bidang ekonomi akibat banyak-
nyeri (keluhan-keluhan fisik). Begitupun nya hari kerja yang terbuang dan besarnya
dengan kondisi psikologis, dengan mela- biaya pengobatan yang harus dikeluarkan.
kukan guide imagery dan hypnosis akan Dukungan dari lingkungan juga diperoleh
terjadi pelepasan emosi-emosi negatif oleh penderita hipertensi yang mengikuti
seperti rasa marah, cemas, dan lain yang pelatihan, berupa dukungan emosional
merupakan implikasi dari meningkatnya dan dukungan informasi. Perasaan takut
kualitas hidup dari sisi psikologis. untuk berjalan atau berpergian mulai
berkurang dan kemauan untuk bekerja
Penderita hipertensi menyatakan bah-
serta melakukan aktivitas sehari-hari
wa dengan melakukan pelatihan relaksasi
dalam rangka memenuhi kebutuhan juga
secara teratur dapat membuat gangguan
semakin kuat.
fisik yang berkaitan dengan hipertensi
menjadi berkurang. Beberapa keluhan fisik Varvogli dan Darviri (2011), yang
yang reda akibat melakukan relaksasi ada- melakukan analisis tentang dampak relak-
lah sakit di leher, sakit kepala, sulit tidur, sasi terhadap penurunan tekanan darah
badan yang kaku dan pegal-pegal. Secara menyimpulkan bahwa relaksasi selain
psikologis, pelatihan relaksasi membuat dapat mengurangi dan mempengaruhi
penderita hipertensi merasa relaks yang persepsi terhadap rasa sakit, juga mampu
selanjutnya perasaan relaks tersebut mengurangi kecemasan serta menciptakan
mengurangi rasa ketidaknyamanan dan perasaan nyaman pada penderita hiper-
membuat mereka menjadi tenang, pera- tensi. Selain itu, relaksasi dapat mening-
saan cemas serta khawatir pun menjadi katkan aktivitas saraf parasimpatetik,
berkurang. Penderita hipertensi merasa meningkatkan konsentrasi dan pengeta-
lebih dapat mengendalikan emosinya jika huan seseorang tentang sesuatu yang
menghadapi hal-hal yang tidak menye- terjadi dibalik ketegangan otot yang
nangkan dan dapat memancing reaksi dialami oleh penderita hipertensi. Lebih
emosinya. Perubahan mood yang sangat jauh lagi relaksasi dapat meningkatkan

36 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI

kemampuan individu dalam mengendali- yang ada pada setiap dusun yang seterus-
kan perasaannya dan meningkatkan ke- nya dapat dilanjutkan kepada penderita
mampuan dalam melakukan aktivitas fisik hipertensi yang berdomisili di dusunnya
dan membantu penderita dalam berinte- masing-masing.
raksi di dalam lingkungannya. Semua
perubahan yang terjadi baik dari aspek
Kepustakaan
fisik, psikologis dan sosial tersebut meru-
pakan dimensi dari kualitas hidup. Agewall, M.,Wikstrand, J., & Fagerberg, B.
(1998). Stroke Was Predicted by
Kesimpulan Dimensions of Quality of Life in
Treated Hypertensive, Journal of The
Berdasarkan permasalahan dan anali- America Heart Association, 29, 2329-
sis data yang dilakukan, maka dapat 2333.
disimpulkan bahwa relaksasi dapat menu- Amigo, I., Fernández A., González, A., &
runkan tekanan darah baik sistolik mau- Herrera, J. (2002). Muscle Relaxation
pun diastolik pada penderita hipertensi. and Continuous Ambulatory Blood
Selanjutnya penurunan tekanan darah Pressure in Mild Hypertention. Psico-
mempengaruhi peningkatan kualitas hi- thema, 14(1), 47-52.
dup penderita hipertensi yang ditunjuk-
Baune, B.T., Aljeesh, Y.I., & Adrian, I.
kan dengan berkurangnya keluhan-
(2005). Predictores of Quality of Life
keluhan fisik seperti rasa nyeri di tengkuk
Among Hypertensive Patients With
dan kepala, meningkatnya kemampuan
And Without Stroke. Journal of The
individu dalam mengendalikan perasaan-
Islamic University of Natural Sciences
nya serta kemampuan dalam melakukan
Series, 13(2) 91-107.
aktivitas fisik dan membantu penderita
Bulpitt, C.J., & Fletcher, A.E. (1990). The
dalam berinteraksi di dalam lingkungan-
measurement of quality of life in
nya.
hypertensive patients: a practical
approach. Journal of clinical Pharmacy,
Saran 30, 353-364.

Melihat efektifitas dari relaksasi pada Boedhi, (1993). data+prevalensi+


penderita hipertensi, maka bagi para pen- hipertensi+Boedi&Source. Diunduh
derita hipertensi diharapkan dapat tetap dari: http//book. google.co.id/tanggal
konsisten dalam mempraktikkan relaksasi 25 Mei 2010.
sebagai upaya mengontrol tekanan darah Cenedese, E., Speich, R., Dorschner,
pada penderita hipertensi. Begitupun de- L.,Ulrich, S., Maggiorini, M., Jenni, R.,
ngan pihak Puskesmas, diharapkan pihak & Fischler, M. (2006). Measurement of
Puskesmas ataupun pusat kesehatan lain- quality of life in pulmonary hyper-
nya dapat menjadikan relaksasi sebagai tension and its significance. European
salah satu upaya pencegahan (preventif) Respiratory Journal of Europa Respira-
dan pengobatan (kuratif) dalam menanga- tory, 28, 808–815.
ni serta mengontrol peningkatan tekanan Chen, Y.L. (2010). Normalization Effect of
darah pada penderita hipertensi. Khusus- Sport Training on Blood Pressure in
nya untuk Puskesmas, hal lain yang dapat Hypertensives. Journal of Sport Sciences,
dilakukan adalah melakukan pelatihan 28, 361-367.
relakasi kepada Kader-kader Puskesmas

JURNAL PSIKOLOGI 37
SULISTYARINI

Cipolle, R., Strand, L.M., & Morley, P.C. tioner’s Guide to New and Traditional
(1998). Pharmaceutical Care Practice. Approaches. New York: Springer
Mc.Graw-Hill Higher Education Publishing Company Inc.
Depkes. (2007). Survei Kesehatan Rumah Snoek, F.J. (2000). Quality of Life: a review.
Tangga. Diunduh dari: http: //www. Education and Ageing. Triangle Jour-
Depkes.go.id/indekx.php?option= nal, 15, 419-435
news&task=viewarticle&sid=3458 Steiner, TJ., Stewart, WF., Kolodner, K., &
tanggal 11 Juni 2009. Libermen, J. (2003). The Prevalence
Farber, H.W. (2010). Harrison’s Cardiovas- and Disability Burden of Adult Mi-
cular Medicine. Boston: Mc.Graw-Hill. graine in England and Their Relation-
Manfredini, F. (2009). Sport Therapy ship to Age, Gender, Ethnicity. Cepha-
for Hypertension: Why, How and lalgia, 23, 519-527.
How Much?. Angiology, 60(2), 207-216. WHOLQOL Group. (1998). Development
Poppen, R. (1998). Behavioral Relaxation of the World Health Organization
Training and Assessment. London: Sage WHOQOL-BREF quality of life
Publication. assessment. Psychol Med., 28(3) 551-
Robbins, M.A., Elias, M.F., Croogh.,S.H., & 558.
Colton, T. (1994). Unmedicated Blood Vera, MPG. (2004). Blood Pressure Vari-
Pressure Levels and Quality of Life in ability and stress Management Train-
Elderly Hypertensive Women. Psycho- ing for Essnetial Hypertension. Behav-
somatic Medicine, 56, 251-259. ioral Medicine, 30(2), 53-62.
Setianto, B. (2007). Hipertensi Penyebab Varvogli, L., & Darviri, C. (2011). Stress
Utama Penyakit Jantung. Diunduh dari: Management Techniques: evidence-
http://dinkes-sulsel.go.id/view. based procedures that reduce stress
php?id=134&jenis=berita tanggal 10 and promote health, Health Science
Juni 2007. Journal, 5(2), 74-89.
Shafazand, S., Goldstein, M,K.,Doyle, R.L., Yung, P., French, P., & Leung, B. (2001).
& Hlatky, M.A. (2004). Health-Related Relaxation training as complementary
Quality of Life in Patients With Pul- therapy for mild hypertension control
monary Arterial Hypertension. Journal and the implications of evidence-based
of the American College of Chest, 126, medicine. Complementary Therapies in
1452-1459. Nursing & Midwifery, 7, 59-65.
Smith, Jc. (2005). Relaxation, Meditation &
mindfulness: A mental Health Practi-

38 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai