Teknik Penulisan Ilmiah - Uts
Teknik Penulisan Ilmiah - Uts
Disusun oleh
Fadhlurrohman Azizi
224115012
Stmt-trisakti.ac.id
Penulisan artikel ilmiah ini untuk memaparkan peran pariwisata sebagai pendukung bisnis
jasa transportasi dalam meningkatkan perekonomian negara Indonesia. Adapun yang menjadi
latar belakang penulisan ini adalah karena melihat penting nya sebuah pariwisata untuk
meningkatkan perekonomian suatu negara. Suatu negara yang mengembangkan pariwisata
sebagai industri di negara nya, maka lalu lintas orang-orang (wisatawan) tersebut ternyata
memberi keuntungan dan memberi manfaat yang berupa hasil yang bukan sedikit dan bahkan
menjadikan pendapatan (income) utama, melebihi ekspor bahan-bahan mentah, hasil tambang
yang dihasilkan di negara tersebut. Sebagai akibat lebih jauh, dengan adanya lalu lintas
orang-orang yang melakukan perjalanan wisata tadi, yaitu mereka yang mencari kemakmuran
lebih tadi, ternyata memberi dampak terhadap perekonomian negara yang dikunjungi.
Dampak yang dimaksudkan antara lain adalah memberikan kesempatan kerja atau dapat
memperkecil pengangguran, peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah,
meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi neraca pembayaran, memberikan efek
multiplier dalam perekonomian setempat. Semakin maju nya sektor pariwisata di suatu
negara, maka akan memacu juga sektor yang lain seperti transportasi. Karena transportasi
sebagai penghubung dan alat yang mengantarkan wisatawan dari tempat asal ke lokasi wisata
akan menambah frekuensi jadwal operasi nya untuk melayani wisatawan tersebut. Dampak
yang ditimbulkan adalah meningkatnya pendapatan dari sektor transportasi karena banyaknya
wisatawan yang menggunakan jasanya untuk pergi ke lokasi wisata.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang vital sebagai pendukung pertumbuhan
perekonomian suatu negara. Dengan adanya pariwisata, banyak manfaat yang dapat
dirasakan, seperti penyerapan tenaga kerja sebagai tour&travel, pengelola tempat wisata,
penyedia lahan parkir, dan lain nya. Dengan begitu ekonomi masyarakat akan semakin
meningkat selama pariwisata tersebut dijaga dan dikelola dengan baik. Namun pariwisata
tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya tanpa adanya sektor lain dalam membantu
usahanya, salah satunya transportasi.
Begitu juga transportasi, pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung
dalam berjalan nya kegiatan operasional sehingga banyak yang menggunakan jasa
transportasi ketika ingin pergi ke sebuah lokasi wisata. Karena tidak mungkin seseorang mau
untuk menempuh perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki. Transportasi adalah alat
penunjang yang paling utama dalam industri pariwisata.
Transportasi yang mengangkut pergerakan orang atau barang pada hakikatnya telah dikenal
secara alamiah sejak manusia ada di bumi ini,meskipun pergerakannya masihsecara
sederhana.Dari tahun ke tahun kebutuhan akan transportasi semakin banyak sehingga
pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana agar pergerakan itu dapat berlangsung
dengan aman, nyaman, lancar serta ekonomis.
Analisis Dan Pembahasan
Pariwisata yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar
hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang
komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan
dan cinderamata, penginapan dan transportasi (Salah Wahab 1975:55).
Menurut Papacostas (1987), transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari
fasilitas tertentu beserta arus dan sistem control yang memungkinkan orang atau barang dapat
berpindah dari suatu temapat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk
mendukung aktivitas manusia.
Berbicara soal pariwisata orang harus pula membicarakan pengangkutan atau transportasi.
Merupakan suatu yang tidak mungkin apabila di jaman yang ultra modern ini, ada orang
melakukan perjalanan wisata tidak mendapat fasilitas pengang-kutan yang memadai.
Pada jaman seperti sekarang ini rasanya tidak mungkin lagi bila orang melakukan perjalanan
dengan menggunakan onta, keledai atau gajah untuk menuju suatu daerah tujuan wisata yang
jaraknya cukup jauh, yang bahkan harus menyeberangi sungai, lautan atau samudera. Kalau
ada, itu pun merupakan kekecualian dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan
pariwisata sebagai suatu industri.
Penggunaan onta, keledai dan gajah dalam pariwisata pada jaman sekarang ini hanya terbatas
sebagai atraksi saja. Dipertunjukkan jika wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata
seperti di Muangthai, India atau Mesir serta negeri Arab lainnya.
Dapat dikatakan bahwa wisatawan yang melakukan perjalanan sudah merupakan suatu
manifestasi dari interaksi, sebagai akibat perpindahan orang dari tempat di mana ia biasanya
tinggal. Transportasilah yang dapat menggerakkan banyak orang, dari suatu negara ke negara
lain, dari suatu daerah ke daerah lain dan dari suatu kota ke kota lain dan dari kota ke daerah
pedalaman dan sebaliknya.
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi. Faktor jarak
dan waktu sangat mem-pengaruhi keinginan orang untuk melakukan perjalanan wisata.
Dewasa ini transportasi menyebabkan pertumbuhan pariwisata yang sangat pesat sekali.
Kemajuan fasilitas transportasi mendo-rong kemajuan kepariwisataan dan sebaliknya
ekspansi yang ter-jadi dalam industri pariwisata dapat menciptakan permintaan akan
transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa fungsi utama transportasi sangat erat hubungannya dengan
"accessibility". Maksudnya, frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat
mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi lebih dekat. Hal ini berarti
mempersingkat waktu dan tentunya akan lebih meringankan biaya perjalanan. Dengan
demikian transportasi dapat memudahkan orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu,
seperti misalnya daerah tujuan wisata.
Dalam kepariwisataan kita mengenal tiga macam transportasi yang biasa digunakan oleh
wisatawan, yaitu: 1. Transportasi Udara (International Flight, Domestic Flight). 2.
Transportasi Laut (Regular Lines, Charter Lines Cruiser). 3) Transportasi Darat ( Sepeda,
Dokar atau Delman, Sepeda Motor, Mobil penumpang, Kereta Api).
Suatu studi yang pernah dilakukan oleh PATA mengenai transportasi yang digunakan oleh
wisatawan yang berkunjung ke daerah Pasifik dan Timur Jauh, diperoleh kesimpulan bahwa
yang menggunakan pesawat udara 99% dan hanya 1% saja yang menggunakan kapal laut.
Studi itu berdasarkan questionaires yang mengambil sample wisatawan yang berkunjung
pada beberapa negara di Pasifik dan Timur Jauh.
Dewasa ini penggunaan pesawat udara untuk tujuan perjalanan wisata sangat memegang
peranan yang menentukan. Hampir semua perjalanan wisatawan dari negara-negara asalnya
(tourist generating countries) dilakukan dengan pesawat udara. Hal ini tidak lain disebabkan
oleh kemajuan yang dicapai dalam teknologi penerbangan setelah Perang Dunia II.
Perubahan yang nyata dapat kita lihat dengan adanya penggunaan pesawat Jet yang
mempunyai kecepatan melebihi kecepatan suara, seperti halnya dengan pesawat Super Sonic
Transportation (SST), Con-corde, Jumbo Jet Boeing 747, Airbus, sebagai pengganti pesawat
yang dijalankan dengan sistem baling-baling (propeller).
Bila kita adakan sedikit analisa secara umum, hubungan antara pariwisata dan transportasi,
maka secara kualitatif kita dapat mengasumsikan bahwa pariwisata tidak dapat berkembang
tanpa tersedianya sarana transportasi, khususnya pengangkutan melalui udara. Dengan
perkataan lain dapat dinyatakan bahwa walau tersedia atraksi wisata yang menarik, fasilitas
rekreasi dan olah raga yang lengkap, hotel yang serba mewah, tanpa tersedia-nya sarana
transportasi yang cukup memadai, semuanya akan sia-sia dan tidak berarti.
Sebagai ilustrasi, kita ambil contoh tindakan yang pernah dilakukan oleh Presiden Amerika
Lindon B. Johnson dalam mengatasi orang-orang Amerika agar tidak melakukan perjalanan
ke luar negeri dan agar berlibur saja di dalam negeri. Hal ini merupakan suatu periode yang
sangat buruk bagi maskapai pener-bangan, Tour Operator, Travel Agent di Amerika Serikat
pada waktu itu.
Faktor musim juga mempengaruhi pengangkutan wisata, seperti misalnya di Indonesia pada
waktu hari raya Idul Fitri. Karena ramainya orang bepergian ke daerah dan sebaliknya, yang
berarti frekuensi penggunaan transportasi sangat tinggi, maka banyak perjalanan wisatawan
yang tertunda, terutama wisatawan yang melakukan perjalanan yang tidak melalui Travel
Agent.
Dari sudut pandangan kuantitatif dirasakan masih ada keku-rangan dalam penelitian tentang
hubungan antara pengeluaran untuk keperluan transportasi (transportation expenditures)
secara keseluruhan pada pelbagai negara. Pengetahuan ini diper-lukan untuk dapat digunakan
dalam rangka menetapkan kebijak-sanaan penerbangan udara sipil (civil aviation policy),
terutama dalam pemberian izin bagi maskapai penerbangan asing untuk membawa
penumpang dalam jaringan penerbangan tertentu, peraturan penerbangan borongan (charter
flight) agar tidak meru-gikan maskapai penerbangan "national flag carrier".
Hasil penelitian di Spanyol menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan untuk biaya pesawat
udara lebih besar dibandingkan dengan biaya selama tinggal di sana, seperti biaya hotel,
makan dan minuman serta pelayanan lain yang berkaitan. Ratio antara pengeluaran untuk
pengangkutan udara dengan biaya selama tinggal di Spanyol adalah 110,8%. Hal ini
disebabkan karena wisatawan yang datang ke Spanyol adalah wisatawan yang datang dari
Eropa Barat, seperti Norwegia, Swedia, Jerman, Inggeris yang mempunyai jarak relatif cukup
jauh.
Pemakaian pengangkutan udara untuk keperluan perjalanan wisata semakin mendapat tempat,
terutama setelah berkem-bangnya penggunaan penerbangan borongan; prospeknya semakin
baik karena biaya perjalanan menjadi lebih murah dibandingkan kalau menggunakan
penerbangan biasa (normal flight).
Ada beberapa faktor yang dapat menguasai atau mempengaruhi agar orang-orang melakukan
perjalanan wisata dengan pesawat udara, hingga permintaannya dapat berulang ulang. Faktor-
faktor tersebut ialah:
1) Daya tarik suatu daerah tujuan wisata, apa yang dimilikinya, fasilitas apa yang tersedia di
sana, atraksi apa yang dapat disaksikan, olah raga apa yang dapat dilakukan, barang-barang
apa yang dapat dibeli. Dengan perkataan lain, suatu daerah tujuan wisata hendaklah
memenuhi tiga syarat, yaitu tersedianya: a)Something to See; b) Something to Do; dan c)
Something to Buy.
3) Faktor Keuangan, sampai di mana kekuatan tenaga beli masyarakatnya, di mana hal ini
banyak pula ditentukan oleh "disposable income" penduduknya.
Di antara ketiga faktor ini yang paling dominan adalah faktor keuangan, karena biaya
perjalanan akan banyak mempengaruhi calon wisatawan untuk mengambil keputusan.
Dengan kondisi keuangan yang ada, apakah akan menggunakan pesawat udara atau
kendaraan lain, atau liburan cukup di daerah sekitar saja dengan menggunakan kendaraan
umum.
Atas pertimbangan di atas, maka elastisitas permintaan untuk melakukan perjalanan dengan
pesawat udara, faktor tarif (fares) akan sangat menentukan dalam membuat suatu
perencanaan kepariwisataan pada suatu negara.
Dalam hubungan ini, yang dimaksudkan dengan politik peng-angkutan yang langsung
mengenai kehidupan industri pari-wisata, adalah kebijaksanaan pemerintah di dalam
mengatur lalu-lintas, kelengkapan serta perlengkapan jaringan-jaringan dan alat-alat yang
dipergunakan dalam operasi angkutan ini dalam arti kata seluas-luasnya, seperti misalnya
pembangunan pelabuhan laut, pembuatan lapangan udara, pembangunan stasion kereta api,
pembikinan jalan raya, import berbagai alat pengangkutan seperti lokomotif, gerbong, mobil,
bus, pesawat udara dan sebagainya. Itu semua merupakan kelengkapan fasilitas di dalam
bergeraknya wisatawan-wisata-wan dari suatu tempat ke tempat lain selama mereka
mengada-kan perjalanan.
Berkaitan dengan transportasi wisata, beberapa saran yang perlu dipertimbangkan : Pertama,
hendak-nya diciptakan suatu penyelenggaraan yang menyenangkan terutama bagi wisatawan
luar negeri dengan suatu sistem pengurangan ongkos, atas dasar pemikiran bahwa mereka
akan tinggal di negeri yang bersangkutan untuk jangka waktu tertentu, dengan maksud untuk
mengurangi arti daripada jumlah penge-luaran untuk ongkos-ongkos transpor dalam
proporsinya dengan jumlah pengeluaran seluruhnya, selama mengadakan perjalanan. Kedua,
agar keringanan-keringanan khusus dalam bidang pariwi-sata harus diadakan dengan jalan
menyajikan konsesi-konsesi biaya (ongkos) bagi wisatawan luar negeri, baik dalam hal
pengangkutan maupun penginapan mereka.
Pemakaian penerbangan borongan (charter flight) mulai terjadi dalam periode tahun 1945-
1950 di mana untuk pertama kalinya diperkenalkan untuk pengangkutan wisatawan, yaitu
dengan mencarter suatu pesawat dan seluruh awaknya dengan tujuan suatu daerah wisata
tertentu. Dengan adanya sistem borongan ini penerbangan pesawat dapat disesuaikan dengan
rencana perjalanan wisata yang disusun oleh Tour Operator yang mencarter pesawat tersebut.
Kemudian dalam tahun lima puluhan kepariwisataan di Eropa berkembang dengan pesatnya,
permintaan untuk melakukan perjalanan wisata jarak jauh (long-haul) menunjukkan kecende-
rungan meningkat, mulailah beberapa Travel Agent dan Tour Operator memikirkan untuk
mencarter pesawat untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata tertentu dengan
sistem "back to back charter". Ternyata usaha semacam itu banyak menarik wisatawan dan
karenanya beberapa Tour Operator yang bekerja-sama dengan perusahaan angkutan mulai
merencanakan penye-lenggaraan tours dengan menggunakan pesawat carteran.
2. Penciptaan lapangan kerja tidak hanya terbatas di kota tetapi justru menyebar ke pedesaan.
3. Memperluas kesempatan berusaha sektor formal dan informal, usaha besar, menengah,
kecil dan koperasi.
4. Peningkaatan pendapatan pemerintah pusat dan daerah melalui berbagai pajak dan
retribusi.
Pariwisata dan bisnis jasa transportasi tidak bisa dipisahkan. Dua elemen itu merupakan satu
kesatuan yang mengikat. Bila pariwisata berjalan tanpa ada nya transportasi, maka tidak akan
ada wisatawan yang mudah mencapai lokasi wisata. Begitu pula dengan jasa transportasi, bila
pariwisata mati dan tidak berkembang, bisnis jasa transportasi akan mengalami kesulitan
untuk mengembangkan usahanya. Dengan begitu tingkat perekonomian negara pun akan
menurun bila sektor transportasi dan pariwisata tidak berkembang. Efek yang dirasakan akan
meluas, menjadikan suatu negara dalam keadaan darurat ekonomi. Dapat ditegaskan faktor
pariwisata dan transportasi dilihat dari fungsinya merupakan hal yang penting bagi kemajuan
negara dan kedua elemen itu tidak dapat dipisahkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman teman kelas S1 MTU A 2015 yang telah
bersedia berdiskusi, menginformasikan, mengingatkan penulis dalam membuat artikel ilmiah
ini.
Daftar Pustaka
Wibowo, Wahyu. 2015. Menulis Artikel Ilmiah Yang Komunikatif; Strategi Menembus
Jurnal Akademik Bereputasi. Jakarta: Bumi Aksara
Muljadi, A.J & Warman, Andri. 2014. Kepariwisataan Dan Perjalanan. Jakarta; Raja
Grafindo Persada
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&dn=20081130071639