Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Antibiotik adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suati proses biokimia didalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum
atau kisaran kerja, mekanisme aksi, strain penghasil car biosintesis maupun berdasarkan
struktur biokimianya.berdasarkan spectrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat di
bedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit dan antibiotik berspektrum luas.
Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri
saja, contonya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negative saja atau
gram positive saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghamban atau
membunuh bakteri dari golongan gram pesitif maupun gram negatif. Antibiotika digunakan
untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi,
misalnya pada pembedahan besar.
Makrolida merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat dengan cirri
suatu cincin lakton (biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom) dimana terkait gula-gula deoksi.
Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan adalah pikromisin.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Makrolida ?


2. Apa saja golongan-golongan Makrolida?
3. Apa saja metode analisis Antibiotik golongan Makrolida ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Antibiotika Makrolida
2. Untuk mengetahui golongan-golongan Makrolida
3. Untuk mengetahui metode analisis antibiotik golongan Makrolida
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN MAKROLIDA


Macrolida merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat,
dengan ciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana
terkait gula gula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan
adalah Pikromisin, diisolasi pada tahun 1950 .
Macrolida merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang
menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu
mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan
bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang
berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk
berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal
rantai mRNA menjadi ribosom 70S
Antibiotik makrolida yang umum digunakan adalah yang terdiri atas cincin
lakton 14,15, atau 16 atom yang dihubungkan dengan gula, melalui ikatan
glikosidik. Antibiotik makrolida yang digunakan secara klinis dikelompokkan
menjadi 3 grup berdasarkan pada jumlah cincin pada inti lakton, yakni makrolida
cincin 14,15, dan 16.
Mekanisme kerja antibiotik golongan makrolida adalah menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversible dengan
ribosom sub unit 50S. Selain itu golongan ini juga memblokir aksi dari enzim
peptidil transferase yang bertanggung jawab untuk pembentukan ikatan peptida
antara asam amino yang terletak dilokasi A dan P dalam ribosom. Dengan
memblokir enzim ini, makrolida mampu menghambat biosintesis protein dan
demikian membunuh bakteri. Makrolida bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau
bakterisida, tergantung antara lain pada kadar obat serta jenis bakteri yang dicurigai.
B. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA
Antibiotik golongan Makrolida dapat digolongkan menjadi 3 grup
berdasarkan pada jumlah cincin inti lakton, yaitu :
1. Makrolida Cincin 14
Contoh obat :
 Eritromisin A, B, C, D, E, dan F
 Oleandomisin
 Roksitromisin
 Diritromisin
 Klaritromisin
 Fluritromisin
2. Makrolida Cincin 15
Contoh Obat :
 Azitromisin
3. Makrolida Cincin 16
Contoh Obat :
 Josamisin
 Rosaranmisin
 Rokitamisin
 Mirosalisin
 Spiramisin
 Tilosin
C. METODE ANALISIS ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA
a). Analisis Eritromisin
Eritromisin merupakan campuran antibiotika makrolida yang dihasilkan oleh
streptomyces erythreus selama fermentasi. Dalam proses ini beberapa senyawa terkait
juga terbentuk sebagaimana dinyatakan dalam farmakope, yakni eritromisin B (EB),
eritromisin C (EC), eritromisin F (EF), eritromisin E (EE), N-demetileritromisin A
(NdMeEA), anhidroeritromisin A ( A,E,A ), eritromisinn A N-oksida (EANO),
pseueritromisin A enol eter ( PsEAEN ), dan eritromisin A enol eter ( EAEN ).

Struktur Eritromisin

R1 R2 R3 R4 R5

Eritromisin A (EA) OH H H CH3 CH3


Eritromisin B (EB) H H H CH3 CH3
Eritromisin C (EC) OH H H H CH3
Eritromisin E (EE) OH -O- CH3 CH3
Eritromisin F (EF) OH OH H CH3 CH3
N-demetileritromisin A OH H H CH3 H
(NdMeEA)
Metode analisis yang digunakan untuk analisis eritromisin (tunggal atau tercampur
dengan antibiotik lain) baik dalam senyawa ruah, sediaan farmasetik atau dalam cairan
tubuh diuraikan dibawah ini.
1. Spektrofotometri
Prosedur ini berdasarkan pada pembentukan kompleks eritromisin dan gentianviolet
dalam medium alkali menghasilkan produk berwarna biru yang emmpunyai panjang
gelombang maksimal di 633 nm. Metode ini digunakan untuk determinasi eritromisin
dengan kisaran 2,5 – 25 μg .
Prinsip : Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara
energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa
molekul.
Kelebihan :

 Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi


 Caranya sederhana
 Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil

Kekurangan :
 Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
 Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
energi eksitasi rendah
 Sinar yang dipakai harus monokromatis

2. Spektrofluorometri
Antibiotika makrolida ( eritromisin, estereritromisin, asitromisin dihidrat,
klaritromisin dan roksitromisin ) dapat dianalisis dengan spektrofluorometri sederhana
berdasarkan pada oksidasi antibiotika dengan serium (V) dengan adanya sulfat, dan
memantau fluoresensi (III) yang terbentuk pada panjang gelombang eksitasi 255nm dan
panjang gelombang emisi 384 nm.
Prinsip: Molekul-molekul tertentu, terutama yang dimiliki kromofor dan struktur kaku,
dapat tereksitasi oleh radiasi UV/ visible, dan kemudian akan memancarkan panjang
gelombang yang lebih. Radiasi yang dipancarkan selanjutnya dapat diukur.
Kelebihan:
 Suatu metode deteksi yang selektif dan dapat digunakan untuk mengukur suatu
senyawa yang berfluorosensi yang kuata dengan adanya bahan tak berfluorosensi
dalam jumlah yang lebih besar.
 Tiap jenis senyawa Dapat digunakan untuk mematau perubahan dala molekul
kompleks seperti protein, yang semakin banyak digunakan untuk obat
Kekurangan:
 Teknik ini hanya dapat diterapkan untuk molekul-molekul dalam jumlah terbatas
 Fluorosensi mudah terkena interferensi oleh spesi-spesi pengabsorbsi- UV,ion-ion
berat dalam larutan, dan dipengaruhi oleh suhu.
3. Flow Injection Analysis (FIA)
FIA telah digunakan untuk analisis eritromisin dalam sediaan tablet dan kapsul.
Prinsip : Sampel direproduksi suntikan atau penyisipan menjadi pembawa mengalir
steream, Controlled dispersi dari zona sampel, Direproduksi waktu gerakan dari titik
sampel injeksi dengan sistem deteksi.

Kelebihan :
 Sistem analisnya otomatis karena semua dikendalikan oleh computer
 Sampel yang digunakan sangat sedikit (10-50 µL)
 Reagen yang digunakan sangat sedikit mengikuti sampel
 Kapasitas analisis sangat besar (50-300 sampel/jam)
 Waktu reaksinya sangat cepat (3-60 detik)
 Waktu analisis sangat cepat (3-40 detik)
 Reproducibel, hasil pengukurannya presisi
 Injeksi sampel pertama tidak tertinggal atau sudah keluar dulu (low carry over)
 Fleksibel, bisa diaplikasikan dengan detektor apapun
 Sangat mudah dioptimasi
Kekurangan :
 Dikarenakan reaksinya harus berjalan cepat, sehingga tidak dapat digunakan untuk
menganalisis sampel yang reaksinya berjalan lambat.

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Usaha pertama untuk menganalisis eritromisin melibatkan penggunaan KLT untuk
menyisahkan eritromisin A dan eritromisin B. pemisahan dilakukan dnegan menggunakan
lempeng silica gel dengan berbagai macam pelarut organik atau campuran pelarut organik
sebagai eluen, yang visualisasinya dilakukan dengan asam sulfat 50%.
Kondisi berikutnya juga digunakan untuk anakisis eritromisin dalam sediaan
farmasetik:
Fase diam : Silika gel 60F-254
Fase gerak : etil asetat-etanol: sodium asetat 10%99:7;8 v/v).
Sccaning : densitometry dilakukan dengan mode absorbansi pada panjang gelombang
425 nm,.

Prinsip : Suatu analit bergerak naik atau melintasi lapisan fase diam (paling umum
digunkan silica gel) dibawah pengaruh fase gerak (biasanya campuran pelarut organik),
yang bergerak melalui fase diam oleh kerja kapiler. Jarak pemindahan oleh analit
tersebut ditentukan oleh afinitas relatifnya untuk fase diam vs fase gerak.
Kelebihan:

 Deteksi melalui reaksi kimai dengan menggunakan reagen penampak dapat


dilakukan, yang berarti bahwa kurang lebih setiap jenis senyawa dapat dideteksi
jika menggunakan reagen deteksi yang sasuai
 Mantap dan murah
 Dikombinasikan dengan deteksi densitometry, metode ini dapat digunakan
sebagai teknik kuantitatif untuk senyawa-senyawa yang sulit dianalisis dengan
metode-metode kromotografi lain karena tidak adanya kromofor.

Kelemahan:

 Banyaknya pelat teoritis yanga untuk tersedia pemisahan terbatas dalam sistem
KLT rutin, meskipun pelat KLT kinerja tinggi (KLTKT) dapat menawarkan
efisiensi yang hampir sama dalam jarak 10 cm dengan kolom KCTT yang
panjangnya sama
 Kepekaannya seringkali terbatas
 Tidak cocok untuk senyawa atsiri
 Membutuhkan operator yang terampil untuk pemggunaan yang optimal
dibandingakan dengan KCTT.

5. Metode kromatografi cair kinerja tinggi


Telah dilakukan uji banding antar laboratorium untuk melakukan analisis
eritromisin dan senyawa terkait. Analisis dengan KCKT melibatkan penggunaan metode
gradien pada kecepatan alir 1,0 ml/menit. volume yang diinjeksi adalah 100μL dan deteksi
dilakukan dengan UV pada panjang gelombang 210 nm.
Metode ini juga digunakan untuk analisis gel yang mengandung eritromisin dan
benzoil peroksida. Detektor dilakukan dengan UV pada panjang gelombang 215
nm.Metode ini juga di gunakan untuk analisis eritromisin etilsuksinat dalam sediaan
suspense oral. Deteksi dilakukan dengan detector UV pada panjang gelombang 205 nm.
Kondisi-kondisi KCKT yang lain untuk analisis eritromisin adalah sebagai beriukut:
 Matriks : Basis krim
Detector : UV 215 nm
 Matriks : Campuran eritromisin dengan trimetoprin dalam tablet
Detector : UV 210 nm
 Matriks : eritromisin A dan eritromisin D
Detector : UV 215 nm
Prinsip: Suatu fase gerak cair dipompa dibawah tekanan melalui kolom baja yang
mengadumg partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10 µm. analit tersebut
dimasukkan kedalam bagian atas kolom melalui katup lengkung dan pemisahan suatu
campuran berlangsung sesuai dengan lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh
komponennya didalam fase diam. Perlu diperhatikan bahwa suatu komponen didalam
campuran membutuhkan waktu yang kurang lebih sama dalam fase gerak agar dapat keluar
dari kolom. Pemantauan efluen kolom dapat dilakukan dengan berbagai detektor.
Kelebihan :
 Pemasukkan sampel yang tepat dan mudah dikendalikan menjamin presisi
kuantitatif.
 KCKT adalah teknik kromatografi yang perkembangannya tampak paling intensif
beberapa tahun belakangan, memberikan perbaikan pada pengendalian kolom,
detector, dan piranti lunak.
 Keragaman kolom dan detector berarti bahwa selektifitas metode tersebut dapat
disesuaikan dengan mudah
 Mudah diotomatisasi
 Dibandingkan dengan KG, terdapat resiko peruraian sampel yang lebih kecil karena
pemanasan bukan merupakan syarat dalam proses kromatografi.
Kekurangan :
 Masih dibutuhkan detector yang terandalkan dan tidak mahal yang dapat memantau
senyawa-senyawa yang tidak memiliki kromofor.
 Obat-obat harus diekstraksi dari formulasinya sebelum dianalisis
 Terbentuknya buangan pelarut organic dalam jumlah besar, yang mahal jika
dibuang.

6. Kromatografi cair spektrometri massa


Kromatografi cair yang dihubungkan dengan spectrometer massa (LC-NS)
dikembangkan untuk analisis ( identifikasi dan kuantifikasi) eritromisin etil suksinat dan
eritromisin dalam plasma manusia, yang selanjutnya digunakan untuk study klinik.
Prinsip : Molekul bermuatan atau fragmen molekul di hasilkan dalam ruangan sangat
hampa, atau segera sebelum suatu sampel memasuki ruangan sangat hampa, dengan
menggunakan berbagai metode untuk produksi ion. Ion-ion dihasilkan dalam fase gas
sehingga ion tersebut dapat di manupulasi dengan penerapan pada medan magnet atau
medan listrik agar dapat menentukan bobot molekulnya.
Kelebihan :
 Metode terbaik untuk mendapatkan identifikasi cepat pengotor minor, yang idealnya
harus dilakukan dengan menggunakan oemisahan secara krmatrografi bersama
dengan spektrometri massa resolusi tinggi sehingga komposisi unsure tersebut dapat
di tentukan.

Kekurangan :
 Spektrometri massa kini tidak digunakan dalam pengendalian mutu rutin tapi
ditempatkan dalam suatu lingkungan oenelitian dan engembangan, yang di gunakan
untuk mengtasi maslah-masalah spesifik yang berasal dari proses rutin atau dalam
oebgembangan proses.
 Instrumentasi ini mahal dan membutuhkan dukungan personal yang sangat terlatih
dan pemeliharaan yang teratur namun. Ketrbatasan ini secara bertahap dihilangkan.

b). Analisis Roksitromisin


Roksitromisin merupakan antibiotika makrolida semi sintetik yang digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran pernapasan dan saluran urin yang disebabkan oleh berbagai
pathogen. Roksitromisin diturunkan dari eritromisin yang mengandung cincin lakton
beranggota 14. Akan tetapi, dalam roksitromisin terdapat N-oksim yang ditempelkan pada
cincin lakton.
Metode analisis roksitromisin dalam sediaan farmasetika dalam cairan biologis
relative terbatas, karena tidak adanya kromofor dalam molekul roksitromisin. Karenanya
metode analisis yang digunakan kebanyakan menggunakan spektrofotometer inframerah
(IR) untuk analisis roksitromisin dalam sediaan farmasetik, dan dengan LC-MS / MS untuk
analisis roksitromisin dalam cairan biologis.

Struktur Roksitromisin

1. Spektroskopi Inframerah
Spektroskopi inframerah dengan metode transmisi menggunakan sel NaCl 0,1 cm
dikombinasikan dengan rekresi multivariate digunakan untuk analisis roksitromisin pada
sediaan tablet. Untuk analisis kuantitatif digunakan serapan/absorbansi puncak gugus
karbonil, yang muncul di bilangan gelombang sekitar 1700 cm-1.
Prinsip : Rentang radiasi elektromagnetik yang berkisar antara 400cm-1 dan 4000-1 (2500
dan 20000 nm) dilewatkan pada suatu sampel dan diserap oleh ikatan-iktan molekul di
dalam sampel sehingga molekul tersebut meregang atau menekuk.panjang gelombang
radiasi yanf di serap merupakan cirri khas ikatan yang menyerapnya .
Kelebihan :
 Memberikan suatu sidik jari yang kompleks dan khas untuk senyawa yang
sedang di periksa.
 Pengendalian computer pada instrument-instrumen berarti bahwa pencocokan
dan spectrum suatu senyawa dengan sidik jari standarnya kin mudah di lakukan.
Kelemahan :
 Jarang di gunakan sebagai teknik kuantitatif karna cukup sulit dan penyiapan
sampelnya dan kompleksitas spektrumnya.
 Biasanya hanya dapat mendeteksi pengotor-pengotor yang banyak di dalam
sampel .
 Penyiapan sampel membutuhkan tingkat keterampilan khusus, terutapa pada
saat pembuatan cakram kalian bromide (KBr).
 Teknik ini kurang mantap karena penanganan sampel dapat berefek pada
spectrum yang di peroleh sehingga pengolahan sampel harus di lakukan dengan
hati-hati.

2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


KCKT yang sangat peka dan telah tervalidasi digunakan untuk analisis antibiotika
Makrolida termasuk Roksitromisin, Eritromisin, Azithromisin dan Claritromisin dalam
serum Oletorano dan Gucellar. Detector fluoresens diatur pada panjang gelombang eksitasi
255 nm dan panjang gelombang emisi 315 nm.
Prinsip: suatu fase gerak cair dipompa dibawah tekanan melalui kolom baja yang
mengadumg partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10 µm. analit tersebut
dimasukkan kedalam bagian atas kolom melalui katup lengkung dan pemisahan suatu
campuran berlangsung sesuai dengan lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh
komponennya didalam fase diam. Perlu diperhatikan bahwa suatu komponen didalam
campuran membutuhkan waktu yang kurang lebih sama dalam fase gerak agar dapat keluar
dari kolom. Pemantauan efluen kolom dapat dilakukan dengan berbagai detektor.

Kelebihan :
 Pemasukkan sampel yang tepat dan mudah dikendalikan menjamin presisi
kuantitatif.
 KCKT adalah teknik kromatografi yang perkembangannya tampak paling intensif
beberapa tahun belakangan, memberikan perbaikan pada pengendalian kolom,
detector, dan piranti lunak.
 Keragaman kolom dan detector berarti bahwa selektifitas metode tersebut dapat
disesuaikan dengan mudah
 Mudah diotomatisasi
 Dibandingkan dengan KG, terdapat resiko peruraian sampel yang lebih kecil karena
pemanasan bukan merupakan syarat dalam proses kromatografi.
Kekurangan :
 Masih dibutuhkan detector yang terandalkan dan tidak mahal yang dapat memantau
senyawa-senyawa yang tidak memiliki kromofor.
 Obat-obat harus diekstraksi dari formulasinya sebelum dianalisis
 Terbentuknya buangan pelarut organic dalam jumlah besar, yang mahal jika
dibuang.

3. LC/MS
LC/MS telah digunakan untuk analisis roksitromisin dalam plasma manusia.
Roksitromisin dan standar internal Klaritromisin diekstraksi dari sampel plasma dengan
ekstraksi cair-cair menggunakan metil tebutileter sebagai pelarut organik. Pemisahan
dilakukan secara KCKT isokratik menggunakan fase gerak asetonitril-amonium asetat
50mM(80/20v/v) dengan kecepatan alir 0,6 ml/menit.
Prinsip : Molekul bermuatan atau fragmen molekul di hasilkan dalam ruangan sangat
hampa, atau segera sebelum suatu sampel memasuki ruangan sangat hampa, dengan
menggunakan berbagai metode untuk produksi ion. Ion-ion dihasilkan dalam fase gas
sehingga ion tersebut dapat di manupulasi dengan penerapan pada medan magnet atau
medan listrik agar dapat menentukan bobot molekulnya.
Kelebihan :
 Metode terbaik untuk mendapatkan identifikasi cepat pengotor minor, yang idealnya
harus dilakukan dengan menggunakan oemisahan secara krmatrografi bersama
dengan spektrometri massa resolusi tinggi sehingga komposisi unsure tersebut dapat
di tentukan.
Kekurangan :
 Spektrometri massa kini tidak digunakan dalam pengendalian mutu rutin tapi
ditempatkan dalam suatu lingkungan oenelitian dan engembangan, yang di gunakan
untuk mengtasi maslah-masalah spesifik yang berasal dari proses rutin atau dalam
oebgembangan proses.
 Instrumentasi ini mahal dan membutuhkan dukungan personal yang sangat terlatih
dan pemeliharaan yang teratur namun. Ketrbatasan ini secara bertahap dihilangkan.

c). Analisis Klaritromisin


Klaritromisin lebih aktif dibandingkan eritromisin terhadap spesies Streptococci dan
Staphilococci serta spesies yang lain. Antibiotika yang digunakan pada kondisi-kondisi
infeksi seperti infeksi saluran pencernaan, kulit dan jaringan halus.
Struktur Klaritomisin

1. Spektrofotometri
Metode spektrofotometri yang sederhana dan peka telah dijelaskan untuk analisis
Klaritromisin dalam obat ruah dan dalam sediaan farmasetik. Metode ini melibatkan
pembentukan kompleks asosiasi-ion obat dengan bromotimol biru (BTB) dan kresol merah
(KM) yang berwarna kuning yang dapat diekstraksi dalam kloroform. Kompleks yang
terekstraksi menunjukan serapan maksimal di 410 nm (BTB) dan 425 nm (KM).
Prinsip : Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energy
yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.

Kelebihan :

 Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi


 Caranya sederhana
 Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil

Kekurangan :
 Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
 Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
energi eksitasi rendah
 Sinar yang dipakai harus monokromatis

2. Kromatografi cair Kinerja Tinggi


KCKT dengan detector fluoresens digunakan untuk analisis Klaritromisin dalam
serum. Detector fluoresensi dioperasikan pada panjang gelombang eksitasi dan emisi 265
nm dan 315 nm. Metode ini juga dapat digunakan untuk analisis cairan berair dan cairan
lambung. Suhu kolom adalah 500C dan deteksi dilakukan dengan detector UV pada panjang
gelombang 210 nm.
Prinsip: suatu fase gerak cair dipompa dibawah tekanan melalui kolom baja yang
mengadumg partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10 µm. analit tersebut
dimasukkan kedalam bagian atas kolom melalui katup lengkung dan pemisahan suatu
campuran berlangsung sesuai dengan lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh
komponennya didalam fase diam. Perlu diperhatikan bahwa suatu komponen didalam
campuran membutuhkan waktu yang kurang lebih sama dalam fase gerak agar dapat keluar
dari kolom. Pemantauan efluen kolom dapat dilakukan dengan berbagai detektor.
Kelebihan :
 Pemasukkan sampel yang tepat dan mudah dikendalikan menjamin presisi
kuantitatif.
 KCKT adalah teknik kromatografi yang perkembangannya tampak paling intensif
beberapa tahun belakangan, memberikan perbaikan pada pengendalian kolom,
detector, dan piranti lunak.
 Keragaman kolom dan detector berarti bahwa selektifitas metode tersebut dapat
disesuaikan dengan mudah
 Mudah diotomatisasi
 Dibandingkan dengan KG, terdapat resiko peruraian sampel yang lebih kecil karena
pemanasan bukan merupakan syarat dalam proses kromatografi.
Kekurangan :
 Masih dibutuhkan detector yang terandalkan dan tidak mahal yang dapat memantau
senyawa-senyawa yang tidak memiliki kromofor.
 Obat-obat harus diekstraksi dari formulasinya sebelum dianalisis
 Terbentuknya buangan pelarut organic dalam jumlah besar, yang mahal jika
dibuang.

3. Kromatografi Cair Spektrometri Massa (LC/MS)


Metode LC/MS digunakan untuk analisis Klaritromisin dalam Sampel Plasma.
Prinsip : Molekul bermuatan atau fragmen molekul di hasilkan dalam ruangan sangat
hampa, atau segera sebelum suatu sampel memasuki ruangan sangat hampa, dengan
menggunakan berbagai metode untuk produksi ion. Ion-ion dihasilkan dalam fase gas
sehingga ion tersebut dapat di manupulasi dengan penerapan pada medan magnet atau
medan listrik agar dapat menentukan bobot molekulnya.
Kelebihan :
 Metode terbaik untuk mendapatkan identifikasi cepat pengotor minor, yang idealnya
harus dilakukan dengan menggunakan oemisahan secara krmatrografi bersama
dengan spektrometri massa resolusi tinggi sehingga komposisi unsure tersebut dapat
di tentukan.
Kekurangan :
 Spektrometri massa kini tidak digunakan dalam pengendalian mutu rutin tapi
ditempatkan dalam suatu lingkungan oenelitian dan pengembangan, yang di
gunakan untuk mengtasi maslah-masalah spesifik yang berasal dari proses rutin atau
dalam oebgembangan proses.
 Instrumentasi ini mahal dan membutuhkan dukungan personal yang sangat terlatih
dan pemeliharaan yang teratur namun. Ketrbatasan ini secara bertahap dihilangkan.

d). Analisis Azitromisin


Azitromisin merupakan antibiotika Makrolida dengan cincin asalakton beranggota
15. Sebagaimana Eritromisin, antibiotika ini akan berikatan dengan reseptor yang sama
dengan Eritromisin.

Struktur Azitromisin

1. Spektrofotometri
Asitromisin dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri berdasarkan pada
pembentukan suatu pasangan ion antara obat dengan kompleks anorganik diikuti dengan
ekstraksi menggunakan dikloroetana. Kompleks asosiasi-ion menunjukan warna oranye dan
menunjukan serapan maksimal di 469 nm.
Prinsip : Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energy
yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.

Kelebihan :

 Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi


 Caranya sederhana
 Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil

Kekurangan :
 Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
 Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
energi eksitasi rendah
 Sinar yang dipakai harus monokromatis

2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


KCKT pasangan ion telah sukses digunakan untuk analisis Azitromisin dengan
sediaan tetes mata. Fase gerak terdiri atas campuran ammonium dihidrogen fosfat (0,05 M)-
asetonitril (47:15 v/v) dan fase air mengandung natrium heptansulfonat 0,002 M. Detektor
UV dioperasikan pada panjang gelombang 210 nm dan volume yang diinjeksikan sebesar
20μL.
KCKT juga digunakan untuk analisis Azitromisin secara bersama-sama dengan
ambroksol HCl dalam sediaan tablet. Sebagai fase gerak digunakan campura asetonitril-
dinatrium fosfat 30 mM (pH 9,0) (50:50 v/v) dengan kecepatan alir 1,7 mL/menit. Detector
UV diatur pada panjang gelombang 215 nm.
Prinsip: suatu fase gerak cair dipompa dibawah tekanan melalui kolom baja yang
mengadumg partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10 µm. analit tersebut
dimasukkan kedalam bagian atas kolom melalui katup lengkung dan pemisahan suatu
campuran berlangsung sesuai dengan lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh
komponennya didalam fase diam. Perlu diperhatikan bahwa suatu komponen didalam
campuran membutuhkan waktu yang kurang lebih sama dalam fase gerak agar dapat keluar
dari kolom. Pemantauan efluen kolom dapat dilakukan dengan berbagai detektor.
Kelebihan :
 Pemasukkan sampel yang tepat dan mudah dikendalikan menjamin presisi
kuantitatif.
 KCKT adalah teknik kromatografi yang perkembangannya tampak paling intensif
beberapa tahun belakangan, memberikan perbaikan pada pengendalian kolom,
detector, dan piranti lunak.
 Keragaman kolom dan detector berarti bahwa selektifitas metode tersebut dapat
disesuaikan dengan mudah
 Mudah diotomatisasi
 Dibandingkan dengan KG, terdapat resiko peruraian sampel yang lebih kecil karena
pemanasan bukan merupakan syarat dalam proses kromatografi.
Kekurangan :
 Masih dibutuhkan detector yang terandalkan dan tidak mahal yang dapat memantau
senyawa-senyawa yang tidak memiliki kromofor.
 Obat-obat harus diekstraksi dari formulasinya sebelum dianalisis
 Terbentuknya buangan pelarut organic dalam jumlah besar, yang mahal jika
dibuang.
3. Kromatografi Cair Spektrofotometri Massa
Kromatografi Cair Spektrometri Massa menggunakan ionisasi elektrospray
dikembangkan dan divalidasi untuk analisis Asitromisin dengan standar internal
Klaritromisin.
Prinsip : Molekul bermuatan atau fragmen molekul di hasilkan dalam ruangan sangat
hampa, atau segera sebelum suatu sampel memasuki ruangan sangat hampa, dengan
menggunakan berbagai metode untuk produksi ion. Ion-ion dihasilkan dalam fase gas
sehingga ion tersebut dapat di manupulasi dengan penerapan pada medan magnet atau
medan listrik agar dapat menentukan bobot molekulnya.
Kelebihan :
 Metode terbaik untuk mendapatkan identifikasi cepat pengotor minor, yang idealnya
harus dilakukan dengan menggunakan oemisahan secara krmatrografi bersama
dengan spektrometri massa resolusi tinggi sehingga komposisi unsure tersebut dapat
di tentukan.
Kekurangan :
 Spektrometri massa kini tidak digunakan dalam pengendalian mutu rutin tapi
ditempatkan dalam suatu lingkungan oenelitian dan engembangan, yang di gunakan
untuk mengtasi maslah-masalah spesifik yang berasal dari proses rutin atau dalam
pengembangan proses.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makrolida merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat,
dengan ciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana
terkait gula gula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan
adalah Pikromisin, diisolasi pada tahun 1950 .
Antibiotik makrolida yang umum digunakan adalah yang terdiri atas cincin
lakton 14,15, atau 16 atom yang dihubungkan dengan gula, melalui ikatan
glikosidik. Antibiotik makrolida yang digunakan secara klinis dikelompokkan
menjadi 3 grup berdasarkan pada jumlah cincin pada inti lakton, yakni makrolida
cincin 14,15, dan 16.
Berbagai metode analisis telah digunakan untuk penetapan kadar antibiotika
golongan kuinolon secara umum antara lain: Spektrofotometri, Spektrofotometri
Massa (LC/MS), Spektrofluorometri, Kromatrografi Lapis Tipis (KLT)Flow
Injection Analysis (FIA), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
PEMBAHASAN KELOMPOK

DEFINISI ANTIBIOTIK MAKROLIDA

 Antibiotik makrolida yang umum digunakan adalah yang terdiri atas cincin lakton
14,15, atau 16 atom yang dihubungkan dengan gula, melalui ikatan glikosidik.
 Antibiotik makrolida yang digunakan secara klinis dikelompokkan menjadi 3 grup
berdasarkan pada jumlah cincin pada inti lakton, yakni makrolida cincin 14,15, dan 16
 Kerja dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan mencegah
pemanjangan rantai peptide
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA

1. Makrolida Cincin 14

Contoh obat :
 Eritromisin A, B, C, D, E, dan F
 Oleandomisin
 Roksitromisin
 Diritromisin
 Klaritromisin
 Fluritromisin
2. Makrolida Cincin 15
Contoh Obat :
 Azitromisin
3. Makrolida Cincin 16
Contoh Obat :
 Josamisin
 Rosaranmisin
 Rokitamisin
 Mirosalisin
 Spiramisin
 Tilosin
METODE ANALISIS ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA

a) Analisis Eritromisin
 Spektrofotometri
 Spektrofluorometri
 Flow Injection Analysis (FIA)
 Metode kromatografi cair kinerja tinggi
 Kromatografi cair spektrometri massa
b) Analisis Roksitromisin
 Spektroskopi Inframerah
 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
 LC/MS
c) Analisis Klaritromisin
 Spektrofotometri
 Kromatografi cair Kinerja Tinggi
 Kromatografi Cair Spektrometri Massa (LC/MS)
d) Analisis Azitromisin
 Spektrofotometri
 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
 Kromatografi Cair Spektrofotometri Massa
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar Gholib Ibnu, Rohman Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Belajar : Yogyakarta
Watson G. David. 2005. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai