Anda di halaman 1dari 39

Status Ujian

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN CEMAS


MENYELURUH

Oleh :
Gianno Just Eman
17014101096
Masa KKM : 30 April – 27 Mei 2018

Pembimbing :

dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul

Seorang Pasien dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

Telah dibacakan dan dikoreksi pada tanggal Mei 2018

Pembimbing

dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ

i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI

PASIEN STATUS UJIAN

“Seorang Pasien dengan Gangguan Cemas Menyeluruh”


Nama Pasien : Tn. JD

Umur : 32 Tahun

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Status Ujian pada, Mei 2018

Mengetahui,

dr. Frida M. Agu, Sp.KJ

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gianno Just Eman, S.Ked

NRI : 17014101096

Masa KKM : 30 April – 27 Mei 208

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar–benar telah melakukan wawancara

psikiatri terhadap pasien laporan kasus saya.

Manado, 13 Mei 2018

Gianno Just Eman

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK JADI PASIEN .......... ii

SURAT PERNYATAAN..................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iv

LAPORAN KASUS ............................................................................. 1

I. Identitas Pasien..................................................................................... 1

II. Riwayat Psikiatrik ................................................................................ 1

III. Riwayat Kehidupan Pribadi ................................................................. 3

IV. Pemeriksaan Status Mental ................................................................. 9

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ................................................. 12

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna .............................................................. 14

VII. Formulasi Diagnostik ........................................................................... 14

VIII. Diagnosis Multiaksial .......................................................................... 17

IX. Rencana Terapi..................................................................................... 18

X. Prognosis ............................................................................................. 20

XI. Diskusi ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 27

LAMPIRAN ........................................................................................ 29

iv
STATUS UJIAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Bpk. JD

Umur : 32 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Manado, 12 Maret 1986

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan terakhir : Tamat SMA

Pekerjaan : Pegawai

Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat sekarang : Kalasey 1

Tanggal Datang di Poli : 11 Mei 2018

Cara Datang di Poli : Datang sendiri

Tanggal Pemeriksaan : 13 Mei 2018

Tempat pemeriksaan : Rumah Pasien

No. Telepon : 08124458xxxx

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis yang dilakukan pada

tanggal 13 Mei 2018 di rumah pasien.

1
A. Keluhan Utama

Pasien merasa cemas dan banyak pikiran

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang sendiri ke Poli RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

pada tanggal 11 Mei 2018 dengan keluhan utama pasien yaitu perasaan

cemas dan banyak pikiran. Perasaan cemas dan banyak pikiran yang

dirasakan pasien ini membuatnya sulit tidur. Pasien mengalami seperti

ini sudah sejak 6 bulan lalu. Pasien mengatakan awalnya perasaan

cemasnya ini tidak terlalu mengganggu, masih dapat melakukan

aktivitas seperti biasa dan sering tidur pada malam hari.

Pasien mengatakan bahwa perasaan cemasnya timbul awalnya pada

saat istrinya sakit, pada bulan desember lalu, pasien merasakan

awalnya pasien cemas berlebihan dengan disertai detak jantung yang

begitu kencang sehingga pasien merasakan jantungnya mau keluar dan

pasien merasakan tanganya berkeringat. Pasien pernah nyeri dada dan

jantung berdebar sangat keras, serta sesak napas di saat teman dekat

pasien ada yang meninggal.

Pasien mengeluh cemas itu muncul pada saat jika orang

terdekatnya sakit atau meninggal dengan tiba-tiba, atau jika perasaan

cemasnya ada pada waktu pekerjaannya terus menumpuk. Pada saat

merasa cemas, pasien merasa sering berkeringat dan jantungnya

berdetak kencang, seperti dadanya dipukul, kemudian pasien sering

tidak tidur. Pasien pernah pergi ke dokter jantung untuk memeriksakan

2
dirinya, pada bulan Januari, ternyata setelah diperiksa oleh dokter

jantung pasien dalam keadaan normal. Sekarang pasien gejalanya

berkurang jika diberikan obat oleh dokter, tetapi jika ada seorang

teman dekat atau keluarga terkena sakit atau meninggal pasien timbul

cemas yang berlebihan, sesak napas, nyeri dada dan tangannya

berkeringat. Gangguan persepsi berupa halusinasi dan isi pikir tidak di

temukan. Pasien kooperatif saat di lakukan wawancara.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatri

Pasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikiatri

sebelumnya.

2. Riwayat kondisi medis

Riwayat diabetes, hipertensi, asma, jantung, ginjal, hati

disangkal oleh pasien.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif :

Pasien tidak pernah minum minuman beralkohol, tidak

pernah merokok, dan tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif

lainnya.

3
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pasien dilahirkan

oleh biang kampung. Tidak terdapat masalah dalam kehamilan dan

persalinan ibu pasien. Pasien lahir cukup bulan. Dengan berat dan

panjang yang normal.

B. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien dalam batas normal sama

dengan anak lainnya. Pasien diasuh oleh kedua orang tua. Pasien tidak

memiliki larangan tertentu dari ibu atau ayahnya dan dapat bermain

dengan bebas. Pasien tidak memiliki penyakit psikiatrik atau medis.

Pasien diberikan asi sampai usia 1 tahun 6 bulan. Pasien sudah bisa

jalan dan bicara sekitar usia 1 tahun. Ibu dari pasien yang sering

mengajari pasien.

C. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan

usianya. Sebelum masuk sekolah, pasien benar-benar menikmati

kegiatan bermainnya bersama teman-temannya di sekitar rumahnya.

Pasien masuk SD MUREX pada usia 6 tahun. Pasien merupakan anak

yang mudah bergaul dan tidak memilih milih teman. Pasien tidak

menangis ketika ditinggal orang tuanya untuk bekerja. Pasien tidak

memiliki riwayat gangguan belajar. Pasien merupakan anak yang rajin

ke sekolah. Hal ini diajarkan oleh orang tuanya bahwa ia harus patuh

4
terhadap gurunya jika ia berada di sekolah. Pasien mengatakan pada

masa ini ia tidak memiliki hal yang memalukan sehingga teman-

temannya pun tidak pernah mengejeknya sewaktu kecil.

D. Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja

Setelah tamat SD pasien melanjutkan sekolah dan masuk SMP

MUREX. Pasien bergaul dengan teman laki-laki dan perempuan.

Pasien meluangkan waktu dan bermain bersama mereka. Pada masa ini

pasien mulai tertarik dengan lawan jenisnya, tapi pasien belum

berpacaran. Pasien tidak pernah ketinggalan kelas sewaktu di SMP,

dan pasien pernah mendapatkan peringkat 1 dan 2 di kelasnya.

Setelah tamat SMP selama 3 tahun, pasien melanjutkan sekolahnya

ke jenjang SMA. Pasien masuk di SMA Katolik Aquino Manado.

Pasien tidak pernah tertinggal kelas saat SMA. Pasien pernah

mengikuti kegiatan di Sekolah dan sangat aktif dalam kegiatan

tersebut. Pasien juga sering mengikuti kegiatan di gereja khususnya

koor dan sering sebagai dirigen. Pasien melanjutkan kuliah setelah

lulus SMA, pasien adalah seorang sarjana hukum di Universitas Sam

Ratulangi. Pasien sering mengikuti kegiatan-kegiatan di kampus.

E. Riwayat masa dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien masuk SD usia 6 tahun di SD MUREX . Selama masa

Pendidikan di SD, pasien tidak pernah tertinggal kelas di SD.

5
Selama di SD, pasien suka bermain bersama teman-teman yang

lain. Pasien tidak menangis ketika ditinggal oleh ibunya sewaktu

SD. Setelah selesai SD, pasien melanjutkan sekolahnya ke jenjang

SMP. Pasien bersekolah di SMP MUREX. Pasien tidak memiliki

masalah selama sekolah. Pasien bergaul dengan teman laki-laki dan

perempuan tanpa memilih-milih teman. Selama sekolah pasien

rajin mengikuti pelajaran dan pasien sering mendapat peringkat 1

dan 2 di kelasnya, pasien memiliki minat dalam bidang olahraga

tetapi pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi di sekolah dan di

gereja. Pasien pernah mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi

selama SMP. Setelah tamat SMP, pasien melanjutkan Pendidikan

di jenjang SMA. Pasien bersekolah di SMA Katolik Aquino.

Selama SMA pasien tidak pernah ketinggalan kelas. Pasien juga

tidak memiliki masalah selama di SMA. Sama seperti SMP, di

SMA pasien minat dalam kegiatan olahraga, tetapi pasien aktif

mengikuti kegiatan di sekolah dan di gereja. Pasien lebih suka

bercerita dengan teman-teman yang lain. Pasien juga pernah

mengikuti kegiatan OSIS selama SMA.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja sebagai pegawai di salah satu perusahaan

swasta di Manado selama 5 tahun.

3. Psikoseksual

Pasien seorang laki-laki dan sudah menikah. Pasien pernah

berpacaran 3x selama SMA maupun selama kuliah.

6
4. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah dan memiliki seorang anak perempuan

5. Riwayat keagamaan

Pasien beragama kristen protestan, pasien sering mengikuti sekolah

minggu dan rajin masuk gereja dan aktif dalam kegiatan gereja

6. Riwayat kehidupan sosial

Pasien tidak merasa terganggu dalam kehidupan sosialnnya.

Pergaulan yang dijalani pasien biasa saja dan termasuk dalam

pribadi yang mudah bergaul, dan pasien aktif sering aktif dalam

kegiatan dalam masyarakat.

7. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah terlibat dalam hukum.

8. Situasi kehidupan sekarang

Pasien sampai saat ini sudah menikah. Sekarang pasien tinggal

bersama istri dan seorang anak di rumah. Saat ini di rumah dihuni

oleh 3 orang. Rumah pasien terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu,

ruang makan, dapur, 2 kamar mandi dan 1 WC.

9. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasien

memiliki 1 adik laki-laki. Kehidupan sosial ekonomi sedang.

Pasien tinggal di rumah sendiri. Istri pasien berumur 29 tahun, dan

istri pasien tidak memiliki keluhan mengenai kesehatannya. Anak

pasien berumur 3 tahun, dan tidak memiliki keluhan mengenai

kesehatannya. Ayah pasien berumur 63 tahun dan tidak memilki

7
keluhan yang sama dengan pasien. Ibu pasien berumur 58 tahun

dan tidak memilki keluhan yang sama dengan pasien

Genogram

F. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

1. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Kehidupannya

Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan dia mengetahui bahwa

sakitnya itu berasal dari dalam dirinya, dan pasien pergi berobat

agar ia bisa sembuh dari penyakitnya.

2. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Keluarganya

Saat ditanya tentang keluarga, pasien mengatakan bahwa ayah

dan ibunya merupakan orang yang baik, dan istri pasien adalah

seorang istri yang baik, serta anak pasien adalah anak yang

penurut. Dan pasien mengatakan bahwa orang tuanya dan istri

8
serta anaknya menyayangi dirinya. Pasien lebih dekat dengan

ibunya.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

1. Deskripsi umum

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki, berkulit sawo matang, menggunakan baju

hitam dan celana pendek abu-abu.

2. Kesadaran

Compos mentis

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara, pasien duduk tenang, bersikap ramah terhadap

pemeriksa. Pasien melakukan kontak mata dengan pemeriksa

selama wawancara.

4. Sikap terhadap pemeriksa

Selama wawancara, pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan.

Pasien tidak berbelit-belit saat menjawab pertanyaan.

2. Mood dan Afek

1. Mood : Eutimia

2. Afek : Luas

9
3. Keserasian : Serasi

4. Emosi lain : Free floating anxiety

3. Bicara

 Kualitas : volume cukup, suara jelas, artikulasi jelas.

 Kuantitas: menjawab sesuai pertanyaan.

 Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya bahasa

4. Fungsi intelektual (kognitif)

1. Taraf pendidikan

Pasien bersekolah sampai jenjang S1.

2. Orientasi

Tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat dan orang. Pasien

mengetahui dengan jelas hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat

saat pemeriksaan.

3. Daya ingat

 Daya ingat segera: baik

 Daya ingat jangka pendek: baik

 Daya ingat jangka panjang: baik

4. Gangguan persepsi

a) Halusinasi auditorik (-). Pasien tidak pernah mendengar bisikan-

bisikan yang hanya dapat didengar olehnya.

b) Halusinasi visual (-). Pasien tidak pernah melihat bayangan-

bayangan hitam ataupun bayangan orang yang tidak dapat dilihat

oleh orang lain.

10
c) Ilusi (-). Pasien tidak pernah memiliki persepsi yang keliru dari

suatu kejadian yang nyata.

d) Depersonalisasi (-). Pasien tidak merasa ada yang aneh atau tidak

nyata tentang dirinya.

e) Derealisasi (-). Pasien tidak merasa lingkungan di sekitarnya aneh

atau tidak nyata.

5. Proses Pikir

1. Arus pikir

Koheren : pasien menjawab semua pertanyaan yang diberikan.

2. Isi pikir

Cemas : pasien merasa cemas karena keluarganya sakit atau orang

terdekatnya terkena celaka atau kematian dan juga pekerjaan.

Obsesi : pada pasien tidak ditemukan ide yang kuat dan menetap

Kompulsif : pada pasien tidak ditemukan adanya tindakan yang

patologis

Fobia : pada pasien ditemukan adanya fobia sosial. Contohnya :

Pasien merasa takut untuk memimpin ibadah, tidak mau unutk

disuruh untuk memimpin doa. Tidak mau untuk disuruh membaca

puisi di depan kelas.

6. Pengendalian impuls

Pasien tak tampak gelisah serta tidak membahayakan orang lain yang

berada di sekitarnya.

11
7. Tilikan

Tilikan VI, dimana pasien menyadari penyakitnya, ingin melakukan

pengobatan, dan tahu faktor penyebab penyakitnya.

8. Taraf dapat dipercaya : Secara keseluruhan dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status internus

 Keadaan umum : Cukup baik

 Kesadaran : Compos Mentis

 Tanda vital : T: 100/60 mmHg, N: 78 x/m, R: 20 x/m, S:36,4°C

 Kepala : conj.anemis -/-, sclera ikt -/-

 Thoraks : Rhonki -/-, Wh -/-

 Sistem pernapasan vesikuler

 Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, NTE (-) H/L ttb

 Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

2. Status neurologi

 GCS : E4M6V5

 TRM : kaku kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-), Brudzinsky (-)

 Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokhor, refleks

cahaya (+/+).

 Pemeriksaan nervus kranialis

1. N. olfaktorius (N.I)

Dilakukan untuk menilai fungsi penciuman pasien. Tidak

dilakukan evaluasi pada pasien.

12
2. N. optikus (N.II)

Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Tidak

dilakukan evaluasi pada pasien.

3. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens

(N.VI)

Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki

gerakan bola mata yang wajar.

4. N. trigeminus (N.V)

Tidak dilakukan evaluasi pada pasien.

5. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

6. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak

dekat dan jauh. Selama wawancara pasien mampu menjawab

pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa

pendengaran pasien normal.

7. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)

Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal.

8. N. accessories (N.XI)

Pasien dapat menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, hal

ini menandakan bahwa fungsi N. Aksesoris pasien dalam batas

normal.

9. N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi pada pasien.

13
 Fungsi sensorik : dalam batas normal

 Fungsi motorik : dalam batas normal

 Refleks fisiologis : tidak dilakukan evaluasi

 Refleks patologis : tidak dilakukan evaluasi

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien perempuan berusia 32

tahun, sudah menikah, pendidikan terakhir S1, agama Kristen

Protestan, datang ke poli tanggal 11 Mei 2018 dengan keluhan merasa

cemas, sesak napas dan jantung berdebar.

Dengan status mental sebagai berikut. Penampilan pasien sesuai

usia, mengenakan pakaian hitam dan celana berwarna pendek abu-abu,

kulit sawo matang. Psikomotor pasien tenang saat diwawancara, dan

melakukan kontak mata sewaktu wawancara. Bicara pasien volume

sedang, artikulasi jelas, menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan.

Arus pikir pasien koheren. Pada pasien ini ditemukan kecemasan yang

berlebih, dan tidak bertahan setiap hari tetapi, dapat timbul jika ada

anggota keluarga yang sakit, orang terdekat meninggal atau ada

pekerjaan yang menumpuk. Pasien mulai merasa cemas sejak istrinya

masuk rumah sakit, karena istrinya sakit. Tidak ada kelainan persepsi

pada pasien ini. Mood pasien eutimia dengan afek luas. Akibat

kecemasan yang dialami pasien, sekarang pasien mengalami sulit tidur.

Pada pemeriksaan interna dan neurologi tidak ditemukan kelainan.

14
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien

dapat didiagnosis dengan gangguan cemas menyeluruh, dan menurut

kriteria DSM V, kriteria diagnostik untuk Gangguan Kecemasan

memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

A. Rasa cemas dan khawatir yang berlebih dan terjadi paling tidak

kurang 6 bulan.

B. Adanya kesulitan dalam mengontrol rasa cemas dan khawatir.

C. Kecemasan dan kekhawatiran tersebut berhubungan dan memiliki

3 atau lebih dari gejala berikut, yaitu :

A. Kegelisahan

B. Merasa mudah lelah

C. Sulit konsentrasi

D. Iritabilitas

E. Ketegangan otot

F. Gangguan tidur

D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak terbatas pada

gangguan Aksis I, misalnya, kecemasan atau serangan panik

(seperti pada gangguan panik), merasa malu di publik (seperti pada

fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif-

kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat

(seperti pada gangguan cemas perpisahan), penambahan berat

badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik

berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita

15
penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), serta kecemasan dan

kekawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stress

pascatraumatik.

E. Kecemasan dan kekhawatiran tersebut menyebabkan terjadinya

disfungsi sosial dan pekerjaan.

F. Gangguan bukan akibat dari penggunaan zat maupun kondisi

medis lainnya. 1

Adanya gejala yang dialami pasien saat ini disertai dengan

penyakit klinis pasien, dipertimbangkan dapat digolongkan dalam

Gangguan Kecemasan karena kondisi medis umum. Namun adanya

pemeriksaan fisik yang menunjukkan hasil normal, maka tidak memenuhi

syarat untuk dimasukkan dalam salah satu kategori DSM V.2

Pada aksis I ditemukan pasien merasa cemas, takut sejak bulan

Desember 2017 sehingga menyebabkan pasien mengalami sulit tidur,

berkeringat dan jantung berdebar. Pasien selalu khawatir mengenai

pekerjaannya, istrinya yang sakit, anaknya yang sakit dan teman dekatnya

yang meninggal. Pada bulan Desember 2017, perasaan khawatir pasien

masih belum begitu mengganggu, tapi sekarang sudah lebih mengganggu,

akhirnya pasien mengalami sulit tidur.

Pada aksis II berdasarkan DSM V, dari riwayat kehidupan pribadi

pasien menunjukkan adanya ciri kepribadian histrionik, pasien

mengatakan bahwa ia selalu aktif dalam kegiatan sosial, gereja dan

sekolah, serta pasien ingin sekali menunjukkan eksitensinya di dalam

kegiatan tersebut, serta pasien sering tampil di depan.3

16
Pada aksis III, saat ini tidak ditemukan penyakit dan kondisi medis

umum.

Pada aksis IV, ditemukan kecemasan pada pasien. Pasien mulai

merasa cemas sejak istrinya masuk rumah sakit. Setelah itu, pasien merasa

cemas anaknya masuk rumah sakit setelah istrinya, serta pasien merasa

cemas pada teman dekatnya, yang tiba-tiba meninggal serta pasien . serta

pasien merasa khawatir pada pekerjaannya.

Pada aksis V berdasarkan Global Assesment of Functioning (GAF)

scale. Pada pasien ini GAF scale = 80-71. GAF Scale High Level Past

Year (HLPY) 80-71 yaitu gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan dan sekolah. Pasien tetap melakukan

aktivitas sehari-hari seperti biasa.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

AKSIS I : F.41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

AKSIS II : Ciri Kepribadian Histrionik

AKSIS III : Tidak ditemukan kondisi medis umum/penyalahgunaan

zat

AKSIS IV : Adanya kecemasan pada pasien awalnya, istrinya masuk

rumah sakit karena istrinya sakit, setelah itu pasien

bertambah cemas karena setelah istrinya anaknya masuk

rumah sakit, serta pasien cemas karena teman dekatnya

meninggal tiba-tiba karena penyakitnya serta pasien cemas

akan pekerjaannya

17
AKSIS V : GAF (Global Assesment of Functioning Scale)

current = 80-71

HLPY = 80-71

(gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

social, pekerjaan, sekolah, dll.)

DAFTAR MASALAH

- Organobiologik : Dalam keluarga pasien, tidak ada memiliki

gejala yang sama dengan pasien.

- Psikologi : Pasien memiliki kecemasan yang berlebihan.

IX. TERAPI

1. Farmakologi: Aprazolam 2 x 0.25 mg dengan lama pengobatan 2-6

minggu.

2. Psikoterapi:

a. Terapi Kognitif-Perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung

mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali

gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada

pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback. 4,5

Telah dilakukan seperti:

 Identifikasi masalah

 Tentukan target terapi sesuai masalah

18
 Menilai dan menentukan konsekuensi, emosi dan perilaku yang

terjadi

 Menilai dan menentukan peristiwa pencetus

 Menilai dan menentukan persepsi, asumsi dan kepercayaan

irasional

 Mencari hubungan antara kepercayaan irasional dan konsekuensi,

emosi dan perilakunya.

 Mengajak pasien memakai kepercayaan yang rasional dan

menerapkannya dalam hidup sehari-hari.

 Mendiskusikan apa yang menjadi penghalang pada pertemuan

berikutnya.

b. Terapi Suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-

potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih

bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya. 4,5

1. Terhadap pasien

 Pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan,

efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting

juga ialah meningkatkan kesadaran dalam kepatuhan dan

keteraturan minum obat.

 Intervensi langsung dan dukungan untuk mengurangi rasa

cemas individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian

kualitas hidup yang baik.

19
2. Terhadap keluarga pasien

 Penyampaian informasi kepada keluarga mengenai

penyebab penyakit yang dialami pasien serta

pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan

menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol

secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan

secara dini. Peran keluarga dekat dalam kasus ini sangat

penting, terutama dalam hal motivasi dan perhatian,

sehingga pasien merasa nyaman tinggal bersama keluarga.

Selain itu, keluarga memiliki peran penting untuk

mengingatkan pasien agar teratur dan tidak lalai lagi minum

obat.

X. PROGNOSIS

• Ad Vitam : Bonam

• Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam

• Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

XI DISKUSI

1. Diagnosis

Menurut DSM V Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakan

berdasarkan beberapa aspek yaitu penderita harus menunjukan

anxietas yang berlebihan dan sulit dikendalikan yang berlangsung

20
hampir setiap hari untuk beberapa minggu. Pada kasus ini ditemukan

pasien sering merasa takut dan cemas, sering rasa jantung berdetak dan

nyeri dada serta sesak napas, ketika pasien melihat anggota

keluarganya kesakitan, dan teman dekatnya meninggal.

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Kecemasan Umum memenuhi

beberapa kriteria sebagai berikut : 1

A. Rasa cemas dan khawatir yang berlebih dan terjadi paling tidak

kurang 6 bulan.

B. Adanya kesulitan dalam mengontrol rasa cemas dan khawatir.

C. Kecemasan dan kekhawatiran tersebut berhubungan dan memiliki

3 atau lebih dari gejala berikut, yaitu :

A. Kegelisahan

B. Merasa mudah lelah

C. Sulit konsentrasi

D. Iritabilitas

E. Ketegangan otot

F. Gangguan tidur

D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak terbatas pada

gangguan Aksis I, misalnya, kecemasan atau serangan panik

(seperti pada gangguan panik), merasa malu di publik (seperti pada

fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif-

kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat

(seperti pada gangguan cemas perpisahan), penambahan berat

badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik

21
berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita

penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), serta kecemasan dan

kekawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stress

pascatraumatik.

E. Kecemasan dan kekhawatiran tersebut menyebabkan terjadinya

disfungsi sosial dan pekerjaan.

F. Gangguan bukan akibat dari penggunaan zat maupun kondisi

medis lainnya. 1

Pada pasien ini memenuhi kriteria A sampai F sehingga mendukung ke

arah diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh.

2.Terapi

Psikofarmaka :

Pasien diterapi dengan obat golongan Benzodiazepine (alprazolam 2 x 0,25

mg). Alprazolam merupakan senyawa yang bekerja mempotensiasi inhibisi

neuron dengan asam gama amino butirat (GABA) sebagai mediator. GABA dan

alprazolam terikat secara selektif dengan reseptor. GABA yang akan

menyebabkan pembukaan kanal ion Cl-. Membran sel saraf secara normal tidak

permeabel terhadap ion klorida, tetapi bila kanal Cl- terbuka, memungkinkan

masuknya ion klorida, meningkatkan potensial elektrik sepanjang membran sel

dan terjadi hiperpolarisasi membran sel saraf sehingga menyebabkan depresi

sistem saraf pusat.7,8 Jenis obat-obat golongan Benzodiazepine ini adalah

Diazepam, Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam, Bromazepam, Oksazolam,

Klorazepat, Alprazolam atau Prazepam.1,3 Penggunaan obat anti kecemasan

22
haruslah melalui kontrol dari dokter secara ketat, penggunaan obat-obat anti

kecemasan dapat mengakibatkan beberapa efek samping. Pasien dengan riwayat

penyakit hati kronik, ginjal, dan paru haruslah diperhatikan pemakaian obat-

obatan ini.1,3 Pada anak dan orangtua dapat juga memberikan reaksi seperti yang

tidak diharapkan (paradoxes reaction) seperti meningkatkan kegelisahan,

ketegangan otot, diinhibisi, atau gangguan tidur.9 Beberapa efek samping

penggunaan obat anti kecemasan adalah sedatif (rasa mengantuk, kewaspadaan

menurun, kerja psikomotorik menurun, dan kemampuan kognitif melemah), rasa

lemas, cepat lelah, dan adiktif walaupun sifatnya lebih ringan dari narkotika.

Ketergantungan obat biasanya terjadi pada individu peminum alkohol dan

pengguna narkoba (maksimum pemberian obat selama 3 bulan). Penghentian obat

secara mendadak memberikan gejala putus obat (rebound phenomenon) seperti

kegelisahan, keringat dingin, bingung, tremor, palpitasi, atau insomnia.1,3,9

Keputusan untuk meresepkan suatu anti kecemasan pada pasien dengan gangguan

kecemasan menyeluruh harus jarang dilakukan pada kunjungan pertama. Karena

sifat gangguan yang berlangsung lama, suatu rencana pengobatan harus dengan

cermat dijelaskan. Dua obat utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan

gangguan kecemasan menyeluruh adalah buspirone dan benzodiazepine.9 Terapi

obat untuk gangguan kecemasan umum sering kali dipandang sebagai pengobatan

selama 6-12 bulan, beberapa bukti menyatakan bahwa pengobatan harus jangka

panjang, kemungkinan seumur hidup. Kira kira 25% pasien mengalami

kekambuhan dalam bulan pertama setelah dihentikan terapi dan 60-80% kambuh

selama perjalanan tahun selanjutnya. Walaupun beberapa pasien menjadi

tergantung pada benzodiazepine, tidak ada toleransi yang berkembang untuk efek

23
terapeutik.9 Benzodiazepine merupakan obat pilihan pertama untuk gangguan

kecemasan menyeluruh. Pada gangguan benzodiazepine dapat diresepkan atas

dasar jika diperlukan, sehingga pasien menggunakan benzodiazepine kerja cepat

jika mereka merasakan kecemasan tertentu. Pendekatan alternatif adalah dengan

meresepkan benzodiazepine untuk suatu periode terbatas, selama mana

pendekatan terapeutik psikososial diterapkan. Beberapa masalah berhubungan

dengan pemakaian benzodiazepine dalam gangguan kecemasan menyeluruh. Kira-

kira 25-30% dari semua pasien tidak berespons dan dapat terjadi toleransi serta

ketergantungan. Beberapa pasien juga mengalami gangguan kesadaran saat

menggunakan obat dan dengan demikian pasien berada dalam resiko untuk
1,3,9
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Keputusan klinis untuk memulai

terapi dengan benzodiazepine dipertimbangkan secara spesifik. Diagnosis pasien,

gejala sasaran spesifik, dan lamanya pengobatan semuanya harus ditentukan serta

informasi harus diberikan kepada pasien. Pengobatan untuk sebagian besar

keadaan kecemasan berlangsung selama dua sampai enam minggu, diikuti oleh

satu atau dua minggu menurunkan obat perlahan-lahan sebelum akhirnya obat

dihentikan.1,3,9 Pengobatan bagi kecemasan, biasanya memulai dengan obat pada

rentang rendah terapeutiknya dan meningkatkan dosis untuk mencapai respons

terapeutik. Pemakaian benzodiazepine dengan waktu paruh sedang (8-15 jam),

kemungkinan akan menghindari beberapa efek merugikan yang berhubungan

dengan penggunaan benzodiazepin dengan waktu paruh panjang. Pemakaian dosis

terbagi mencegah perkembangan efek merugikan yang berhubungan dengan kadar

plasma puncak yang tinggi. Perbaikan yang didapatkan dengan benzodiazepine

mungkin lebih dari sekedar efek anti kecemasan. Sebagai contoh, obat dapat

24
menyebabkan pasien memandang beberapa kejadian dalam pandangan yang

positif. Obat juga dapat memiliki kerja disinhibisi ringan, serupa dengan yang

dilihat setelah sejumlah kecil alkohol

Psikoterapi :

Pendekatan psikoterapi utama untuk gangguan cemas menyeluruh adalah

terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi suportif dan terapi berorientasi tilikan.

Teknik kognitif-perilaku memiliki kemanjuran jangka panjang dan jangka pendek.

Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien yang

dihipotesiskan dan pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara

langsung. Teknik utama yang digunakan dalam pendekatan prilaku adalah

relaksasi dan biofeedback. Seperti yang dilakukan pada pasien yaitu

mengidentifikasi apa yang menjadi masalah, menentukan persepsi dan

kepercayaan irasional dan mengubah cara pandang pasien terhadap penyakit yang

diderita dan masa depannya. Teknik suportif menawarkan ketentraman

kententraman dan kenyamanan bagi pasien, walaupun manfaat jangka panjangnya

meragukan. 4,5

Pasien juga diberi psikoedukasi agar supaya pasien dapat memahami

gangguannya, pengobatan, serta efek samping yang dapat muncul sehingga pasien

dapat melakukan pengobatan secara teratur. Hal lain yang dilakukan adalah

dengan intervensi langsung dan dukungan untuk mengurangi rasa cemas,

perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga

memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik terutama

dalam pekerjaannya. Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk

25
psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab

penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya dan keluarga diharapkan dapat

membantu pasien agar dapat meminum obat secara teratur setiap hari.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA; Sinopsis psikiatri; Binarupa Aksara

Publisher; Jakarta; 2010. p. 63.

2. Association American Psychiatry. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders 5th ed. Washington DC: American Psychiatric

Publishing: 2013

3. Kusumawardhani AA, Husain AB, Adikusumo A, Damping AA,

Briliantina DM, Lubis DB, dkk; Buku ajar psikiatri; Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta; 2010.

4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA; Sinopsis psikiatri; Binarupa Aksara

Publisher; Jakarta; 2010. p. 64-67.

5. Mangindaan I. Gangguan Kepribadian. In: Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2010.

6. Maslim R; Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik; Edisi 3;

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; Jakarta; 2007. p. 36-

41.

7. Lacy, C. F., & Lance L. L. (2010). Drug Information Handbook (18th

Edition). Ohio: Lexi-Comp Inc.

8. Ikawati, Z. (13 Februari 2013). Reseptor Kanal Ion (Ionotropik). Diakses

dari http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/ion-

channel-receptor-ionotropic.pdf

27
9. American Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of

patients with panic disorder second edition. New York: American

Psychiatric Assosiation; 2010

28
LAMPIRAN

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pasien, di rumah pasien di Kalasey 1 pada

13 Mei pukul 20.00 WITA.

Autoanamnesis dengan pasien Bpk DJ

G : dokter muda Gianno Just Eman S,ked

P: Pasien Bpk DJ

G : Selamat malam bapak, saya Gianno Eman, dokter yang tadi ba telepon

yang mo ba follow up bapak pe keadaan?

P : Selamat malam, yah dok.

G : bapak umur berapa?

P : umur 32 tahun sekarang

G : da lahir tahun berapa? Kong lahir di mana?

P : oh kita da lahir 12 Maret 2018, di Manado

G : So menikah kang pak? Punya anak berapa pak?

P : sudah dok, so punya anak 1

G : memang asli orang Manado?

P : io asli orang Manado

G : bapak sekarang da rasa apa sekarang?

P : yah kita kwa tu hari rupa rasa cemas berlebihan bagitu dang dok

G : karena kiapa bapak rasa bagitu?

29
P : kita kwa rasa bagitu karena tu hari kita pe bini saki toh di Bulan

desember, kita rasa kwa rupa rasa jantung berdebar kwa kong rasa ba suar

tu tangan deng sesak napas

G : kong abis itu ja susah tidor?

P : io dok ja susah tidor kwa kita kalo ja timbul bagitu

G : kong abis itu cuman rasa istri saki bagitu atau?

P : deng ada kote dok, kita tu hari kita pe anak saki da rasa bagitu noh rupa

rasa cemas yang berlebihan, sampe kita da anfal noh itu, deng kalo kita

kerja pe banya kong kerja deadline lengkali jadi bagitu noh

G : Oh kong kemarin da pigi pa dokter Ida da ambe obat dang?

P : io dok, kita da pigi cuman ambe obat, mar kita pertama pa dokter

Linny kwa, mar cuman karena smo inga libur kong smo abis obat kita pgi

pa dokter ida

G : rajin da ba cek jo?

P : pas habis obat noh dokter, mar ini so ketiga kali kita da ba cek

G : ketiga kali kang?

P : io dok, mar di dalam tiga kali kita so pernah pigi dokter jantung

G : Kong apa dokter jantung da bilang?

P : dia bilang pa kita normal samua, cuman cemas kwa ngana ini

G : kong bapak agama apa tek?

P : Kristen dok kita

G : kong bapak ja suka iko kegiatan gereja bagitu, koor tek ato apa tek?

P : io dok, kita suka sekali ja iko-iko kegiatan bagitu dok, pernah leh jadi

dirigen di koor kita dok.

30
G : kong bapak suka sekali tampil kang bagitu?

P : io dok, suka noh, nah kita leh heran kiapa kita suka sekali tampil kong

dapa ja rasa bagini, orang bilang tek, nda perlu dicemaskan malahan kita

mo cemas.

G : Ada ja sakit kepala?

P : kalo saki kapala nda noh dok

G : cuman sesak napas dang?

P : ioo dok, sampe kita anfal, kong kita pernah minum obat maag mar nda

bae bae kita pe sesak napas

G : dulu SD mana dang bapak?

P : SD di MUREX sini, waktu kita umur 6 tahun bagitu noh

G : ja dapa juara jo waktu SD?

P : nda noh, kita tu hari dapa peringkat 14 ato 15 bagitu

G : pe lulus maso SMP mana dang?

P : maso SMP di MUREX lagi dok

G : ja dapa juara?

P : io dok ja dapa peringkat 1 deng 2 waktu kita kelas 2 deng 3 di situ

G : kong SMA dang di mana?

P : SMA Aquino, dok

G : ja dapa juara leh?

P : nda noh dok, yah mar ja nae kelas noh dok

G : Kong ja aktif kegiatan jo di sekolah tu hari?

P : ada noh dok, ja aktif, dari SMP deng SMA sih, ja iko kegiatan osis

deng suka sekali kita bersosialisasi

31
G : kong habis itu kuliah kang?

P : iyo kita kuliah di UNSRAT ambe hukum, mar aktif noh kalo kegiatan

bagitu

G : Waktu dulu bapak masih ingat ibu pe mama jaga kasih ASI sampe usia

berapa?

P : Kita dapa se ASI cuman sampe usia 1 tahun 6 bulan

G : kong bapak da brp basudara kong bapak anak ke berapa?

P : kita anak pertama dari dua bersaudara

G : Ibu dang anak ke berapa kong da berapa bersaudara?

P : dia anak ketiga dari tiga bersaudara

G : bapak disini ada tinggal berapa orang di rumah?

P : ada 3 orang

G : so ada anak kang?

P : sudah 1 cewe, masih umur 3 tahun dia

G : kong ja rajin jo ja minum obat?

P : rajin noh dok supaya mo bae dang so nda ulang ulang bagini.

G : Io musti ja minum obat noh supaya cepat bae kong rajin ba konsul noh

P : io noh dok betul noh dokter bilang

G : Oh iyo dang bapak, kayaknya so boleh ini, kita somo permisi dulu

dang, makase neh bu

P : oh iyo dang dok, sama-sama

32
FOTO BERSAMA PASIEN

33
DENAH RUMAH PASIEN

KAMAR
HALAMAN
MANDI

RUANG KELUARGA DAPUR

KAMAR 2

RUANG TAMU

KAMAR 1

DENAH JALAN PASIEN

RUMAH
RUMAH RUMAH RUMAH
PASIEN

RUMAH
RUMAH RUMAH RUMAH
PASIEN

34

Anda mungkin juga menyukai