Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI METODE KLASIFIKASI DALAM PEMBUATAN PETA KEPADATAN

PENDUDUK DIY DENGAN PERMUKAAN STATISTIK DAN UJI PROPORSI

Erna Kurniati1, Noorhadi Rahardjo2


1Undergraduate Student, Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada, 2Academic Staff,
Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada.

ABSTRACT
The used of choropleth map to represent the population density of a certain area still
rarely found, eventhough it is easier to understand and contains details of spatial information.
The making of choropleth map is closely related to classification system, which effecting the
result of informations presented. Thus can cause errors in reading and analyzing by user. The
classification methods used to represent density are constant interval, arithmetic progression,
geometric progression, quantile, natural breaks, and standard deviation. Then the evaluation
conducted with statistical surface and proportional test.
Based on proportional value, the arithmetical method has shown the most prominent
result in mapping the population density, which given mean range 0,243048. For district level
model, statistical surface method revealed the best details. Meanwhile, for city level model, the
standard deviation method displayed the best result.

Keywords: Choropleth map, Classification Methods, Proportional Test, Statistical Surface

ABSTRAK
Penggunaan peta koroplet untuk representasi data kepadatan penduduk masih jarang
ditemui, meskipun peta koroplet lebih mudah untuk dipahami dan mengandung informasi
spasial. Pembuatan peta koroplet tidak terlepas dari sistem klasifikasi yang berkaitan dengan
informasi yang disampaikan. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam pembacaan
dan analisis peta. Klasifikasi yang digunakan untuk merepresentasikan kepadatan penduduk
adalah metode interval teratur, aritmatik, geometrik, kuantil, dispersal, dan standar deviasi.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan permukaan statistik dan uji proporsi.
Berdasarkan nilai uji proporsi, metode aritmatik merupakan metode yang paling baik
untuk pemetaan kepadatan penduduk dengan nilai proporsi 0,243048. Paada model permukaan
statistik tingkat kabupaten juga menunjukkan detil yang baik. Sedangkan pada model
permukaan statistik tingkat kota, metode standar deviasi yang menjadi metode terbaik.

Kata kunci: Peta Koroplet, Metode Klasifikasi, Uji Proporsi, Permukaan Statistik
2

PENDAHULUAN Akibat klasifikasi yang digunakan, peta


koroplet mengalami generalisasi dari
DI Provinsi Daerah Istimewa
realitas distribusi areal, sehingga pada peta
Yogyakarta, penggunaan peta sebagai
koroplet mengandung kesalahan. Oleh
sarana penyampaian informasi kepadatan
sebab itu dalam pembuatan peta koroplet,
peenduduk masih belum optimal
pembuat peta harus menekankan pada
dimanfaatkan. Mengingat representasi
objektivitas generalisasi (Jenks, 1971).
grafis dalam bentuk peta mudah dipahami
serta dapat memberikan informasi spasial Tujuan penelitian ini adalah:
terkait dengan distribusi data yang 1. Mengetahui klasifikasi yang paling
direpresentasikan. representative pada Peta Kepadatan
Salah satu peta yang dapat Penduduk DIY menggunakan uji
digunakan dalam menyampaikan informasi proporsi dan permukaan statistik.
kepadatan penduduk adalah peta koroplet. 2. Memvisualisasikan data kepadatan
Representasi data pada peta koroplet penduduk DIY tahun 2012 dengan
ditampilkan dengan menggunakan variasi beberapa metode klasifikasi dalam
variabel visual pada fitur areanya bentuk peta koroplet.
(Kimerling, 2012).
Peta tematik yang menggunakan Terdapat batasan dalam
data kuantitatif sebagai informasi utamanya penggunaan klasifikasi yang dilakukan
dibagi menjadi dua jenis, yakni peta pada penelitian ini. Klasifikasi yang
tematik dengan tema tunggal dan peta digunakan antara lain metode interval
tematik tema multivariasi (Kimerling,
teratur (constant interval), metode
2012). Peta tematik dengan tema tunggal aritmatik (arithmetic progression), metode
terdiri dari berbagai macam, beberapa geometrik (geometric progression), metode
diantaranya yaitu peta dengan simbol titik kuantil (quantile), dan metode standar
proporsional (proportional point symbol deviasi (standard deviation). Sedangkan
maps), peta aliran (flow maps), peta pengujian untuk melakukan evaluasi adalah
koroplet (chorpleth maps), peta dasimetrik dengan menggunakan uji statistik yaitu uji
(dasymetric maps), dan kartogram proporsi (proportional test) dan permukaan
(cartogram). Masing-masing peta memiliki
statistik (statistical surface).
karakteristik tersendiri.
Kepadatan penduduk merupakan
data diskrit yang berkaitan dengan wilayah METODE PENELITIAN
administrasi, oleh sebab itu pemilihan jenis Penelitian ini dilakukan untuk
peta yang digunakan memperhatikan mengetahui klasifikasi yang paling cocok
informasi batas administrasi (Kimerling, digunakan dalam representasi kepadatan
2012). Maka dari itu, peta yang dipilih penduduk DIY melalui peta koroplet.
untuk digunakan dalam penelitian adalah Keefektifan klasifikasi terhadap distribusi
peta koroplet dimana menggunakan batas data kepadatan penduduk diukur melalui uji
administrasi sebagai unit pemetaannya. proporsi dan permukaan statistik yang
Pembuatan peta koroplet tidak menghasilkan nilai serta analisis pola
terlepas dengan metode klasifikasi. sebaran dari masing-masing klasifikasi.
Klasifikasi digunakan untuk Data yang digunakan dalam
meminimalkan jumlah warna yang penelitian ini adalah data kepadatan
diperlukan untuk mewakili nilai-nilai data penduduk per kecamatan di DIY tahun
yang akan ditampilkan pada peta koroplet, 2012. Data sekunder tersebut
serta meminimalkan subjektivitas diklasifikasikan berdasarkan masing-
representasi data (Andrienko, 2002). masing metode klasifikasi yang digunakan

Oktober 2014
3

sesuai dengan jumlah kelas yang diukur yang digunakan terdiri dari 78 data
dengan rumus sturgess 1+3,3log(n) dan kepadatan penduduk per kecamatan. Setiap
menghasilkan 7 kelas klasifikasi. data dihitung selisih nilai data dengan nilai
Perhitungan interval kelas masing-masing median kelas dimana data tersebut berada
metode adalah sebagai berikut: kemudian dibagi dengan panjang kelas
yang digunakan dalam klasifikasi.
1. Interval teratur, menggunakan
interval yang sama untuk tiap
pembagian kelasnya.
𝑀𝑎𝑥 − 𝑀𝑖𝑛
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
2. Aritmatik, menggunakan konsep
penjumlahan aritmatik, sehingga Uji proporsi menghasilkan analisis
semakin tinggi level kelas maka kuantitatif dalam menentukan klasifikasi
interval yang digunakan semakin yang paling optimal digunakan. Hal
besar. tersebut berbeda denga uji permukaan
𝑀𝑖𝑛 + 𝑥 + 2𝑥 + 3𝑥+. . +𝑛𝑥 statistik yang menggunakan analisis
= 𝑀𝑎𝑥 kualitatif. Permukaan statistik dilakukan
3. Geometrik, menggunakan konsep dengan menggunakan model 3D dimana
pemangkatan, interval yang analisisnya ditekankan pada distribusi data
digunakan adalah hasil yang terwakili.
pemangkatan dari nilai konstanta
(x) dipangkatkan sesuai level
kelass.
𝐿𝑜𝑔 𝑀𝑎𝑥 − 𝐿𝑜𝑔 𝑀𝑖𝑛
log 𝑥 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
4. Kuantil, menggunakan prinsip
pembagian anggota setiap kelas
sama rata.
5. Dispersal, menggunakan histogram
untuk melakukan pembagian kelas
berdasarkan pengelompokkan data.
6. Standar deviasi, menggunakan nilai
standar deviasi sebagai nilai interval
setiap kelasnya. Pembagian kelas
ditentukan mulai dari nilai rata-rata. Gambar 1. Perbandingan model 3D
berbagai klasifikasi dengan model data
Hasil klasifikasi data tersebut asli.
dilakukan uji proporsi dan permukaan
statistik. Uji proporsi adalah pengukuran Pembuatan model juga dilakukan
dengan menggunakan jarak absolut yang dengan menggunakan data kepadatan
dibandingkan dengan panjang kelas dimana penduduk asli (tanpa klasifikasi) yang
data tersebt berada. Semakin kecil angka berfungsi sebagai model pembanding
yang dihasilkan menunjukkan semakin (Gambar 1). Model dengan permukaan
kecil kesalahan yang dibuat oleh klasifikasi yang memiliki banyak variasi ketinggian
tersebut. Dengan kata lain, distribusi data menyerupai model asli merupakan
telah terwakili dengan baik oleh sistem klasifikasi yang paling representatif.
klasifikasi yang digunakan.
Tahap pertama yang dilakukan
adalah melakukan pengukuran jarak
absolut pada masing-masing data. Data

Oktober 2014
4

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Klasifikasi data kepadatan Tabel 3.1 Median Kelas Interval (1)
penduduk DIY tahun 2012 Nilai Tengah Berdasarkan
Data kepadatan penduduk DIY Kelas Metode Klasifikasi
tahun 2012 memiliki distribusi yang kurang Interval Int.
baik. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil Aritmatik Geometrik
Teratur
klasifikasi dengan menggunakan enam
1 1648 589 340,5
metode, sebagian besar data masuk dalam
kelas yang sama. Berikut tabel interval 2 4472,5 1648,5 642,5
kelas masing-masing metode klasifikasi 3 7296,5 3413,5 1211
dan tabel frekuensi kecamatan dalam
klasifikasi. 4 10120,5 5884,5 2283

Tabel 1. Perbandingan Interval Kelas 5 12943,5 9061,5 4305


6 15768,5 12944,5 8117,5
7 18592,5 17533,5 15305,5

Tabel 3.2. Median Kelas Interval (2)


Nilai Tengah Berdasarkan
Kelas Metode Klasifikasi
Tabel 2. Frekuensi Kecamatan dalam Interval Std.
Klasifikasi Kuantil Dispersal
Deviasi
1 331,5 1500 2708,5
2 555 4500,5 7654,5
3 855,5 7500,5 12600,5
4 1295,5 10500,5 17546,5
5 1911,5 14100,5 22492,5
Berdasarkan tabel tersebut, terdapat 6 6350,5 17750,5 27438,5
ketimpangan nilai data yang digunakan,
sehingga pola sebarannya tidak merata. 7 15222 19700,5 32384,5
Pola distribusi data memiliki pengaruh
terhadap klasifikasi yang digunakan.
Median tersebut diperlukan untuk
2. Pengukuran dengan Uji Proporsi menghitung jarak absolut dari masing-
Hasil klasifikasi yang telah dilakukan masing data disesuaikan dengan
kemudian digunakan untuk melakukan uji keberadaannya pada setiap klasifikasi.
proporsi. Penentuan median dari masing- Adapun nilai panjang kelas dari masing-
masing kelas dilakukan untuk masing kelas adalah sebagai berikut.
mempermudah dalam melakukan uji
proporsi. Median dari masing-masing kelas
klasifikasi adalah sebagai berikut.

Oktober 2014
5

Tabel 4.1 Panjang Kelas (1) Nilai proporsi paling kecil adalah
metode aritmatik yaitu sebesar 0,243.
Panjang Kelas Berdasarkan
Klasifikasi aritmatik dianggap mewakili
Kelas Metode Klasifikasi
distribusi data kepadatan penduduk DIY.
Interva Int. Karakteristik klasifikasi aritmatik adalah
l Aritmati Geometri
Teratu nilai interval yang semakin panjang setiap
k k
r kenaikan level kelaas. Hal tersebut sesuai
1 2528 707 209 dengan karakteristik data yang memiliki
pola distribusi tidak merata dengan
2 2528 1412 393 pengelompokan yang cenderung ke angka
3 2528 2118 742 yang kecil. Oleh sebab itu, pada nilai-nilai
mendekati nilai minimum, klasifikasi
4 2528 2824 1400 aritmatik dapat membedakan dengan lebih
5 2528 3530 2642 detil, sedangkan pada nilai-nilai mendekati
nilai maksimum, terdapat generalisasi yang
6 2528 4236 4981 lebih besar, sedangkan distribusi data yang
7 2528 4942 9393 digunakan lebih banyak variasi nilai pada
nilai-nilai mendekati nilai minimum.
Tabel 4.2. Panjang Kelas (2) Alasan tersebt yang menyebabkan metode
Panjang Kelas Berdasarkan aritmatik dapat dikatakan sesuai untuk
Kelas Metode Klasifikasi merepresentasikan kepadatan penduduk
Interval DIY tahun 2012.
Std.
Kuantil Dispersal 3. Uji Permukaan Statistik
Deviasi
1 192 3001 4946 Berbeda dengan uji proporsi yang
menggunakan perhitungan dalam
2 255 3000 4946 memperoleh kesimpulan, uji permukaan
3 346 3000 4946 statistik dibentuk berdasarkan
pembangunan model 3D. Model 3D
4 534 3000 4946 dibangun dari peta administrasi sebagai
5 698 4200 4946 sumbu x dan y, serta nilai kepdatan
penduduk sebagai sumbu z. Pada model
6 8180 3100 4946 klasifikasi, sumbu z yang digunakan adalah
7 9562 800 4946 nilai median dari kelas data.

Pengukuran nilai proporsi


dilakukan pada setiap data dengan
menggunakan acuan nilai median dan
panjang kelas. Hasil uji prporsi ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 5. Nilai Proporsi Total dan Rerata
Nilai Proporsi

Int Arit Geo Kuan Dis Std


Gambar 2. Model Data Kependudukan
Tot 21,9 18,96 20,5 23,29 19,13 23,48
DIY Tahun 2012 per Kecamatan.
Rerata 0,28 0,243 0,26 0,299 0,245 0,301 Gambar 2 menunjukkan bahwa bagian
tengah yang merupakan wilayah Kota

Oktober 2014
6

Yogyakarta memiliki ketinggian yang rata. Sedangkan pada model aritmatik,


sangat kontras dengan wilayah-wilayah lain geometrik, dan kuantil, wilayah tersebut
disekitarnya. Hal tersebut menjadi masalah memiliki variasi ketinggian yang lebih
terssendiri dalam pembangunan model 3D, banyak. Perbesaran vertikal yang dilakukan
karena pada perbesaran vertikal yang kecil, pada model tingkat kabupaten adalah
data-data dengan nilai kecil tidak dapat sebesar tujuh kali (Gambar 3).
diamati dengan baik perubahan
Adapun pengamatan lainnya
permukaannya. Sebaliknya, dengan dilakukan dengan melihat selisih
perbesaran vertikal yang besar, data-data ketinggian model klasifikasi dengan model
dengan nilai tinggi akan semakin tinggi dan data asli secara kualitatif. Terdapat
sulit untuk diamati. Oleh sebab itu, model beberapa kecamatan yang
yang dibuat dibedakan menjadi dua, yaitu direpresentasikan menjadi lebih tinggi atau
model pada tingkat kabupaten dan tingkat sebaliknya, menjadi lebih rendah. Hal
kota. tersebut dapat terjadi apabila nilai data
Pembuatan model yang dibagi menjadi mendekati nilai batas atas ataupun batas
dua tidak terlepas dengan perubahan sistem bawah kelas, sehingga representasi yang
klasifikasi yang digunakan. Perhitungan dihasilkan berbeda. Semakin jauh nilai data
kelas dan julat dipengaruhi oleh data yang dengan median, maka semakin timpang
digunakan. Pada model wilayah kabupaten, ketinggian yang dihasilkan oleh model.
terdapat 64 kecamatan dari 4 kabupaten di Salah satu kasus yang tampak adalah
DIY, sedangkan pada model di wilayah Kecamatan Godean yang memiliki
kota terdapat 14 kecamatan. Jumlah kelas perbedaaan nilai yang signifikas dengan
yang dihasilkan pada masing-masing model Kecamatan Depok, digambarkan pada
berbeda, yakni 7 kelas untuk model model geometrik memiliki ketinggian sama
kabupaten dan 5 kelas untuk model kota. dikarenakan kedua kecamatan tersebut
berada pada kelas yang sama. Alasan
tersebut menyebabkan beberapa metode
klasifikasi menjadi tidak cukup baik untuk
merepresentasikan kepadatan penduduk
DIY tahun 2012.
Pengamatan dilakukan dengan 4x
pemutaran sudut, yaitu pada sudut 0 ̊, 45 ̊,
180 ̊, dan 225 ̊. Berdasarkan hasil
Gambar 3. Perbandingan Model 3D pengamatan yang dilakukan, sebagian
Kepadatan Penduduk tingkat Kabupaten besar kecamatan pada model aritmatik
memiliki permukaan yang hampir
Pengamatan dilakukan dengan mendekati model data asli. Hal tersebut
beberapa sudut pemutaran sehingga ditunjukkan dari variasi permukaan yang
wilayah secara keseluruhan dapat diamati dibentuk serta selisih ketinggian yang
dengan baik. Gambar 3 merupakan sudut dibangun oleh model yang tidak jauh
pemutaran pertama yakni dengan azimut 0 ̊. berbeda dengan model asli. Terlebih pada
Pada pengamatan tersebut, terlihat bahwa wilayah-wilayah yang memiliki nilai
metode interval teratur, dispersal, dan kepadatan rendah, dan nilainya bervariasi
standar deviasi tidak dapat dapat terepresentasi dengan baik pada
merepresentasikan kecamatan di model aritmatik. Namun sebaliknya, pada
Kabupaten Gunungkidul (wilayah sebelah data yang memiliki nilai tinggi lebih
timur) dengan baik. Hal tersebut banyak terjadi generalisasi pada permukaan
diidikasikan dengan permukaan model model 3D. mengingat data yang diguakan
yang terbentuk memiliki permukaan yang lebih banyak yang memiliki nilai kecil,

Oktober 2014
7

maka permukaan model aritmatik tidak histogram dimana batas kelasnya


terlalu banyak memberikan perbedaan ditentukan secara subjektif, sedangkan
dengan model data asli, sehingga model pada klasifikasi kuantil ditentukan
aritmatik dianggap paling baik dalam berdasarkan jumlah anggota setiap kelas
menyampaikan informasi terkait distribusi yang sama rata. Oleh sebab itu kedua
secara kewilayahannya. klasifikasi memiliki anggota disetiap
kelasnya.
Pada uji permukaan statistik model
kota diperoleh hasil yang menunjukkan
klasifikasi standar deviasi merupakan
klasifikasi yang paling cocok digunakan
untuk merepresentasikan kepadatan
penduduk di Kota Yogyakarta. Model 3D
standar deviasi menunjukkan variasi yang
bagus, baik pada nilai data yang mendekati
maksimum maupun pada nilai data
Gambar 4. Model Data Asli Tingkat Kota minimum. Selisih nilai minimum yang
dengan Sudut Pengamatan 0 ̊. digunakan dengan nilai maksimum cukup
Model 3D permukaan statistik pada jauh, namum ketimpangan nilai datanya
tingkat kota memiliki bentuk yang berbeda. kecil sehingga dapat dikatakan distribusi
Nilai kepadatan penduduk di wilayah kota merata. Karena hal tersebut, metode standar
yang tinggi menyebabkan model tidak deviasi menjadi metode terbaik dalam
memerlukan perbesaran vertikal yang merepresentasikan nilai kepadatan
besar. Perbandingan model 3D pada penduduk di Kota Yogyakarta tahun 2012.
wilayah kota ditunjukkan pada gambar 4. Representasi data kepadatan
Pengamatan pada model kota hanya penduduk secara grafis paling baik adalah
dilakukan 2 kali, yaitu pada sudut 0 ̊ dan 90 ̊ menggunakan peta koroplet. Peta koroplet
(Gambar 4). Hal tersebut dilakukan karena menyajikan informasi secara sederhana dan
nilai kepadatan penduduk pada kecamatan- mudah dipahami oleh user. Penyimbolan
kecamatan di Kota Yogyakarta memiliki pada peta koroplet adalah dengan
selisih yang relatif kecil, sehingga hanya menggunakan gradasi warna untuk
beberapa kecamatan yang memiliki menampilkan variasi nilai data yang
perbedaan ketinggian signifikan. disampaikan. Disamping hal tersebut,
Disamping hal tersebut, kedua sudut informasi akan distribusi spasial lebih
tersebut merupakan sudut paling efektif mudah ditangkap oleh user, mengingat
untuk dilakukan pengamatan, dimana batas administrasi yang digunakan sebagai
memiliki jangkauan pandangan terhadap unit pemetaannya.
unit-unit pemetaan yang paling banyak,
sehingga hanya dua sudut pemutaran yang
digunakan dalam pengamatan model 3D
dari wilayah kota.
Distribusi data pada wilayah kota
memiliki pola yang tersebar. Hal tersebut
menyebabkan hampir seluruh metode
klasifikasi yang digunakan memiliki kelas
yang tidak beranggota. Metode klasifikasi
yang memiliki anggota disetiap kelasnya Gambar 7. Peta Kepadatan Penduduk DIY
hanya metode dispersal dan kuantil. Hasil dengan Klasifikasi Aritmatik
klasifikasi dispersal diperoleh dari kurva

Oktober 2014
8

National Researsh Center for


Information Technology.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dent, Borden. 1999. Cartography Thematic
Kesimpulan Map Design Seventh Edition.
1. Metode klasifikasi yang baik digunakan Amerika: Georgia State University.
untuk merepresentasikan kepadatan Jenks, George F. t.t. Contemporery
penduduk di DIY tahun 2012 Statistical Maps Evidence of Spatial
berdasarkan uji proporsi adalah metode and Graphical Ignorance. Kansas:
aritmatik, sedangkan pada uji University of Kansas.
permukaan statistik untuk tingkat Jenks, George F, and Fred C Caspall. 1971.
kabupaten adalah metode aritmatik dan “Error on Choropleth Maps:
untuk tingkat kota adalah metode Definition,
standar deviasi. Meansurement,Reduction”. Annals
2. Visualisasi data kepadatan penduduk of the Association of American
DIY tahun 2012 dapat dilakukan Geographers Vol 61 No 2. Amerika:
dengan menggunakan peta koroplet JSTOR.
menggunakan klasifiksi aritmatik yang Kimerling, A Jon, et al. 2012. Map Use:
disimbolkan dengan gradasi warna. Reading, Analysis, Interpretation;
Seventh Edition. California: ESRI
Press.
SARAN Rahardjo, Noorhadi. 1984. Penggunaan
Metode Permukaan Statistik untuk
1. Dalam penelitian ini evaluasi dilakukan Penyusunan Peta Kepadatan
pada peta koroplet yang menggunakan Penduduk di DIY. Yogyakarta:
batas administrasi sebagai unit Fakultas Geografi UGM.
pemetaannya dan tidak memperhatikan
aspek khusus sehingga dapat
dikembangkan pada evaluasi peta
dasimetrik.
2. Uji permukaan statistik dilakukan
secara visual dan menghasilkan analisis
kualitatif sehingga untuk menghasilkan
akurasi yang lebih baik dapat
digunakan uji permukaan statistik
dengan memperhitungkan nilai
pergeseran permukaan yang dibentuk
oleh model 3D.
3. Uji statistik secara kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan formula uji
proporsi yang dimodifikasi yang
disesuaikan dengan variabel penelitian,
masih terdapat banyak jenis uji statistik
kuantitatif lainnya yang bisa digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Andrienko, Gennady, Natalian Andrienko,
dan Alexandr Savinov. 2002.
Choropleth Maps: Classification
Revisited. Jerman: German

Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai