Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSTRUKSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KESELAMATAN
KERJA
PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEMESTER VI
DOSEN :
MERRY SUNARYO,S.KM.,M.KKK
MAKALAH
KONSTRUKSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KESELAMATAN
KERJA
PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEMESTER VI
DOSEN :
MERRY SUNARYO,S.KM.,M.KKK
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Keselamatan
Kerja.
Dalam penyelesaian makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan tidak lupa pula
penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pengajar mata kuliah Keselamatan Kerja, Ibu Merry Sunaryo, S.KM.,
M.KKK.
2. Rekani-rekan kami yang banyak membantu namun tidak dapat kami sebutkan
satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasanatas semua keikhlasan dan bantuan yang
diberikan kepada penyusun. Akhir kata penyusun berharap makalah ini bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 4
2.1 Definisi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) .............................................................. 4
2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) ........................................................ 4
2.3 Konstruksi ..................................................................................................................... 5
2.3.1 Definisi Konstruksi ................................................................................................ 5
2.3.2 Definisi Proyek Konstruksi ................................................................................... 6
2.3.3 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi .............................................................................. 6
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi ......................................................... 7
2.5 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi ...................................... 8
2.5.1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ................. 8
2.5.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/Men/1980...... 9
2.6 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek Konstruksi
............................................................................................................................................ 10
2.7 Risiko Kecelakaan Kerja pada Proyek Konstruksi ................................................. 13
2.8 Keadaan Darurat pada Proyek Konstruksi.............................................................. 15
2.8.1Emergency Exit/ Jalur Evakuasi Darurat ........................................................... 15
2.9 Gempa Bumi ................................................................................................................ 16
2.9.1 Definisi Gempa Bumi ........................................................................................... 16
2.9.2 Pengaruh Gempa Pada Konstruksi Bangunan ................................................. 16
2.10 Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................................... 17
2.10.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD) .................................................................. 17
2.10.2 Syarat-Syarat Alat Pelindung Diri (APD) ....................................................... 18
2.11 Kecelakaan Kerja...................................................................................................... 18
2.11.1 Definisi Kecelakaan Kerja................................................................................. 18
2.11.2 Teori Kecelakaan Kerja ........................................................................................ 19
2.11.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja ............ 20
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................... 22
3.1 Kasus Eksternal .......................................................................................................... 22
3.2 Kasus Internal ............................................................................................................. 26
3.2.1 Briefing Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) .......................................... 26
3.2.2 Potensi Gempa Bumi di Kampus Unusa Tower ................................................ 27
3.2.3 Tertimpah Barang Bawaan Pekerja Dari Atas ................................................. 28
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 31
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 31
4.2 Saran ...................................................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi,
dapat membahayakan manusia dan juga dapat mengakibatkan kerugian material.
Kecelakaan kerja yang terjadi di proyek-proyek kontruksi juga menjadi salah satu
faktor penyebab utama terhentinya aktifitas pekerjaan proyek. Risiko kegagalan
(risk of failures) selalu ada pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat kecelakaan
kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, dapat mengakibatkan efek
kerugian (loss). Maka dari itu sebisa mungkin untuk mencegah dan mengurangi
potensi bahaya yang ada. Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah
suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan
cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980).
Dari beberapa data terkait menyatakan bahwa kecelakaan kerja di Indonesia
masih cukup tinggi sehingga perlunya untuk di prioritaskan dalam mengurangi
angka kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi.
Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,
hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.Untuk
kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375
kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.Dirjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PPK dan K3)
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Muji Handaya mengatakan, jumlah
kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami tren peningkatan.Untuk total
jumlah kecelakaan kerja siap tahunnya mengalami peningkatan hingga 5%.
Beberapa kecelakaan kerja yang terjadi tahun lalu antara lain kasus peledakan
dan kebakaran di PT Mandom Indonesia, jatuhnya pesawat lift dengan korban
pekerja PT Nestle Indonesia, robohnya crane di gedung Mitra I Malang dan
1
kecelakaan kerja di Alfamart Pekanbaru.Pada tahun lalu jumlah kasus kecelakaan
kerja yang sudah masuk dalam ranah penyelidikan dan dinyatakan sudah Lengkap
(P-21) jumlahnya mencapai 81 perusahaan.Penyebab utama terjadinya kecelakaan
kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di
kalangan industri dan masyarakat. Selama ini penerapan K3 seringkali dianggap
sebagai cost atau beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
Menurut Depnakertrans jawa timur (2014) menyatakan bahwa dari data PT.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) angka kecelakaan kerja di Indonesia
masih tergolong tinggi, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus kecelakaan kerja dan
tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus. Pada tahun 2008 terjadi sebanyak
93.823 kasus, dengan jumlah pekerja yang sembuh 85.090 orang, sedangkan yang
cacat total 44 orang. Menurut Runtu (2016) berdasarkan data Kementrian
Kesehatan jumlah kasus kecelakaan kerja tertinggi tahun 2014 adalah Sulawesi
Selatan, Riau, dan Bali, sedangkan jumlah pekerja yang sakit akibat kerja
tertinggi tahun 2014 adalah Bali. Sektor konstruksi merupakan penyumbang
kecelakaan tertinggi, yakni 31,9% dari total kecelakaan yang terjadi berjenis
kasus antara lain jatuh dari ketinggian 26%, terbentur 12%, dan tertimpa alat 9%,
maka semua proyek pembangunan konstruksi haruslah ditingkatkan
pengawasannya, agar angka kecelakaan kerja di bidang konstruksi dapat
diminimalkan.
Kecelakaan kerja masih sangat tinggi terutama di bidang kontruksi, selain
membahayakan nyawa manusia juga menelan banyak kerugian pada
perusahannya. Di Indonesia sudah ada hukum- hukum aturan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) yaitu undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun
1970. Aturan - aturan yang telah diputuskan oleh pemerintah merupakan suatu
acuan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja, tetapi masih banyak perusahan-
perusahan yang mengabaikannya. Sehingga masih banyak kecelakan terjadi dan
bahkan tidak dilaporkan ke pihak Depnakertrans. Berbagai masalah kecelakan di
tempat kerja terutama di bidang kontruksi yang saat ini Indonesia sedang
2
membangun gedung-gedung pencakar langit di berbagai tempat. Maka makalah
ini di buat untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana cara
meminimalkan kecelakaan kerja di bidang kontruksi baik di internal gedung
maupun di eksternal gedung, serta media promosi untuk mengurangi kecelakan
atau K3 di tempat kerja.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
suasanalingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga
kerjayang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
Tujuan dari penerapanmanajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
(Sedarmayanti, 2011) :
1. Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggitingginya,baik buruh, petani, nelayan pegawai negeri atau pekerja
bebas.
2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, memelihara dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas
tenagamanusia, memberantas kelelahan kerja dan melipat gandakan gairah
sertakenikmatan kerja.
3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan, supaya
terhindardari bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi yang
bersangkutan danperlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin
ditimbulkan olehproduk industri.
2.3 Konstruksi
5
terpadu. Hal ini terkait dengan metode menentukan besarnya biayayang
diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi seperti
peralatanpenunjang K3 saat pekerjaan konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal
perencanaanyang baik akan menentukan suksesnya sebuah pembangunan
terkait denganpendanaan, dampak lingkungan,ketersediaan peralatan
perlindungan diri,ketersediaan material bangunan, logistik, ketidak-
nyamanan publik terkait denganadanya penundaan pekerjaan konstruksi,
persiapan dokumen dan tender, dan lainsebagainya.Bidang konstruksi
adalah suatu bidang produksi yang memerlukankapasitas tenaga kerja dan
tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang seringditimbulkan umumnya
dikarenakan faktor fisik.
6
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi
pondasi pada umumnya sudah diketahui.
c. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.
7
2.5 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Di Indonesia pemerintah telah membuat dan menetapkan peraturan-
peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan tersebut dibuat
untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dan merupakan suatu
legal hukum yang harus dipenuhi oleh industri konstruksi di Indonesia. Berikut
akan diuraikan contoh peraturan-perturan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di Indonesia yang berkaitan dengan industri konstruksi dalam
pelaksanaan proyek.
8
pemeliharaan, penyimpanan bahan, barang, produk teknis, aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas, praktis yang
mencakup bidang konstruksi, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian dan pengesahan, produk teknis dan aparat produksi guna
menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri dan keselamatan tenaga
kerja yang melakukannya, serta keselamatan umum.
Peraturan perundangan ini mengatur kewajiban dan hak tenaga kerja,
yaitu memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja, memakai alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan, serta memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3
yang diwajibkan.
Dengan majunya industrialisasi, mekanisme, elektrifikasi, modernisasi,
maka terjadi peningkatan intensitas kerja para pekerja. Hal tersebut
memerlukan pengerahan tenaga secara intensif pula dari para pekerja.
Kelelahan, kurang perhatian terhadap hal-hal lain, serta kehilangan
keseimbangan merupakan akibat dan menjadi sebab terjadinya kecelakaan.
Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang
baik dan realistis, yang merupakan faktor yang sangat penting untuk
memberikan kenyamanan bekerja bagi para pekerja, hingga pada akhirnya
nanti akan mampu meningkatkan mutu pekerjaan, peningkatan produksi
dan produktivitas kerja.
9
konstruksi bangunan, sehingga perlu diadakan upaya untuk membina
norma perlindungan kerjanya. Dengan semakin meningkatnya
pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, harus diimbangi pula
dengan upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di
tempat kerja. Sebagai pelaksanaan Undang-undang No.1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan-
ketentuan yang mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerjaan Konstruksi Bangunan.
Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan
pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja
terhadap tenaga kerjanya. Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun
suatu unit keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus
diberitahukan kepada setiap tenaga kerja. Unit keselamatan kerja tersebut
meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran,
peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan
usaha-usaha penyelamatan.
Peraturan ini menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi
bangunan, yaitu tentang tempat kerja dan alat-alat kerja, perancah
(scaffold), tangga dan tangga rumah, alat-alat angkat, kabel baja, tambang,
rantai, peralatan bantu, mesin-mesin, peralatan konstruksi bangunan,
konstruksi di bawah tanah, penggalian, pekerjaan memancang, pekerjaan
beton, pembongkaran pekerjaan lainnya, serta penggunaan perlengkapan
penyelamatan dan perlindungan diri.
10
bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun, tidak banyak yang
menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua pelaksana proyek berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment
(PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu (Ervianto, 2005):
1) Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja ialah melindungi badan manusia
terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai
badan. Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayaknya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang digunakan oleh karyawan
yang bekerja dikantor.
2) Sepatu Kerja
Sepatu kerja merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerjaan
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bebas
berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan
oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras
supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3) Kacamata Kerja
Kaca mata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu,
batu atau serpih besi yang berterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-
partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat
mata. Oleh karenanya, mata perlu diberikan perlindungan. Tidak semua jenis
pekerjaan membutuhkan kaca mata kerja. Namun pekerjaan yang mutlak
membutuhkan perlindungan mata adalah pengelasan.
4) Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan
11
bising. Namun demikian, bukan berarti seorang pekerja tidak dapat bekerja
bila tidak menggunakan alat ini. Kemungkinan akan terjadi gangguan pada
telinga tidak dirasakan saat itu, melainkan pada waktu yang akan datang.
5) Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis kegiatan. Tujuan
utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-
benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatan. Namun, tidak semua
pekerjaan memerlukan sarung tangan. Salah satu kegiatan yang memerlukan
sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang
bersifat berulang seperti mendorong gerobak cor secara terus menerus dapat
mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan gagang pada
gerobak.
6) Helm
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakan
dengan benar sesuai peraturan yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya.
Keharusan mengenakan helm lebih dipentingkan bagi keselamatan si pekerja
sendiri mengingat kita semua tidak pernah tahu kapan dan dimana bahaya
akan terjadi. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari material
konstruksi yang jatuh dan panas matahari. Namun sering kita lihat bahwa
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang
tentunya dapat membahayakan diri sendiri. Kecelakaan saat bekerja dapat
merugikan pekerja itu sendiri maupun kontraktor yang lebih disebabkan oleh
kemungkinan keterlambatan pekerjaan.
7) Masker
Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerjaan
konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri. Berbagai material
konstruksi berukuran besar sampai kecil yang merupakan sisa dari suatu
kegiatan, seperti serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong kayu,
mengamplas, menyerut kayu. Tentu saja seorang pekerja yang secara terus
12
menerus menghisapnya dapat mengalami gangguan pada pernafasan, yang
akibatnya tidak langsung dirasakan saat itu. Berbagai jenis macam masker
tersedia di pasaran, pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan.
8) Jas Hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat
bekerja adalah dengan mengunakan jas hujan. Pada tahap konstruksi
terutama di awal pekerjaan umumnya masih berupa lahan terbuka dan tidak
terlindungi dari pengaruh cuaca, misalnya pada pelaksanaan pekerjaan
pondasi. Pelaksanaan kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung
dengan panas matahari ataupun hujan karena dilaksanaankan di ruang
terbuka. Tujuan utama pemakaian jas hujan tidak lain untuk keselamatan
para pekerja.
9) Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan
tali pengaman. Fungsi utaman tali pengaman ini adalah menjaga seorang
pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja pada ketinggian.
10) P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat
pada pekerjaan konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama
di proyek. Untuk itu, pelaksanaan kosntruksi wajib menyediakan obat-
obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
13
Adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja di perusahaan.
Kecelakaan karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan di industri konstruksi termasuk kecelakaan akibat kerja. Industri
konstruksi sangat rawan terhadap kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan
karena sifat-sifat khusus konstruksi yang tidak sama dengan industri lainnya
yaitu (DK3N, 2000):
a. Jenis pekerjaan/ kegiatan pada industrikonstruksi pada setiap proyek
sangatberlainan (tidak standar), sangatdipengaruhi oleh bentuk/ jenis
bangunan,lokasi, kondisi dan situasi lingkungan kerjaserta metode
pelaksanaannya.
b. Pada setiap pekerjaan konstruksi terdapatberbagai macam jenis kegiatan
yangseringkali dilaksanakan secara simultandengan tujuan untuk mencapai
target waktuyang tepat sesuai dengan kontrak yangtelah disepakati bersama
antara pemilikdan pelaksana proyek.
c. Masih banyaknya kegiatan konstruksi yangmenggunakan tangan (manual),
yang mungkin tidak dapat dihindari.
d. Teknologi yang menunjang kegiatankonstruksi selalu berkembang
danbervariasi mengikuti laju perkembangankegiatan konstruksi dan
tergantung darijenis-jenis pekerjaanya.
e. Banyaknya pihak-pihak yang terkait/ ikutambil bagian atau berperan aktif
untukterlaksananya kegiatan konstruksi.
f. Banyaknya tenaga kerja informal yangterlibat pada kegiatan konstruksi
denganturn over yang tinggi sehinggamembutuhkan sistem penanganan
yangkhusus.
g. Tingkat pengetahuan (knowledge) daripekerja konstruksi yang beragam/
tidakmerata, baik untuk pengetahuan teknispraktis maupun tingkat
manajerialkhususnya dalam pengetahuan peraturan/peruandangan yang
berlaku.
14
2.8 Keadaan Darurat pada Proyek Konstruksi
Keadaan darurat (emergency) yang menimpa suatu bangunan gedungadalah
suatu keadaan yang tidak lazim terjadi, cenderung dapat mencelakakan
penghuninya. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh alam (misalnya gempa bumi,
tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang), atau oleh masalah teknis dan ulah
manusia (kebakaran, runtuhnya gedung akibat kegagalan/ kesalahan konstruksi).
Keadaan darurat pada bangunan adalah: setiap peristiwa atau kejadian pada
bangunan dan lingkungan sekelilingnya yang memaksa dilakukannya suatu
tindakan segera. Dengan perkataan lain, keadaan darurat adalah suatu situasi yang
terjadi mendadak dan tidak dikehendaki yang mengandung ancaman terhadap
kehidupan, aset dan operasi perusahaan, serta lingkungan, oleh karena itu
memerlukan tindakan segera untuk mengatasinya (Balitbang PU, 2000) .
Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan darurat pada suatu
proyek konstruksi harus jauh-jauh hari diantisipasi dengan benar, bertujuan untuk
keselamatan pekerja dan kelancaran proyek tersebut.
15
Papan informasi memiliki peranan penting dalam sebuah bangunan,
selain untuk menghindarkan si pekerja bangunan tersesat di dalam
bangunan, papan informasi juga berfungsi sebagai penunjuk arah ketika
keadaan darurat terjadi disebuah bangunan. Peletakan papan informasi
seharusnya mudah terlihat dan informatif sehingga dapat dipahami dan
memudahkan pengguna bangunan untuk mencapai tujuannya.
16
melalui pondasinya. Bila sangat kaku, bangunan itu sepenuhnya mengikuti
gerakan dari permukaan tanah.
Namun pada kenyataanya suatu konstruksi bangunan tidak pernah
sangat kaku sehingga tidak dapat sepenuhnya mengikuti pergerakan tanah.
Sehingga timbul percepatan dan kecepatan yang berbeda dari tiap bagian
bangunan. Dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Bangunan Tahan
Gempa, Tular menjelaskan ada tiga gaya yang timbul pada bangunan yang
terjadi selama gempa berlangsung, yaitu:
1. Gaya Inertia, yang terjadi akibat masa mengalami percepatan
2. Gaya Redaman, yang terjadi akibat masa mengalami kecepatan.
3. Gaya Pegas, yang terjadi akibat adanya perpindahan relatip diantara
berbagai masa.
17
Sedangkan menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri,
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat
kerja.
18
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No.
03/Men/1998, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa
dan harta benda. Sedangkan menurut OHSAS, kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan
kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun
harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam pekerja sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang
ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
19
kecelakaan. Jika dianalogikan dengan kartu domino, maka jika kartu nomor
3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan danaya jarak antara kartu
kedua dengan kartu keempat, maka ketika kartu kedua terjatuh tida akan
sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya kecelakaan pada poin 4 dan
cedera pada poin 5 dapat dicegah.
teori Frank E.Bird Petersen (1985) mendefinisikan kecelakaan sebagai
suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa
serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya
kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.
Teori ini memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan
teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan,
anatar lain:
a. Manajemen kurang kontrol
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung
d. Kontak peristiwa
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
20
Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak
mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan
mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan
85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor
manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak
memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan
sebagainya.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan
alat pelindung, alat pelindung tidak dipakai, alat-alat kerja yang telah
rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan
menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Kira-kira sepertiga
dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh,
baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar. Lingkungan
kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari
pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak
pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja
tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak
sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang
tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak
sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada
pencahayaan setempat.
21
BAB III
PEMBAHASAN
51 Shares
Perjalanan kereta api dari dan ke Manggarai maupun Jatinegara tidak terganggu usai
kecelakaan. Jatuhnya alat berat jenis crane saat pengerjaan proyek DDT di
Jatinegara mengakibatkan 4 pekerja tewas.
Tirto.id - Sebanyak 4 orang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja saat pengerjaan
proyek double-double track (DDT) di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (4/2/2018)
pagi. Kepala Humas Kereta Api Indonesia Edy Kuswoyo menyebutkan kecelakaan
terjadi karena launcher girder DDT terjatuh. "Betul sekitar jam 05.30 WIB, launcher
22
girder DDT tergelincir, antara Manggarai - Jatinegara, di km 1 + 300 [Matraman],"
kata Edy saat dihubungi Tirto.
Kronologi kejadian dijelaskan bahwa saat itu ada 4 orang pekerja yang tengah
menaikkan bantalan rel dengan menggunakan alat berat. "Dudukannya tidak pas
sehingga bantalan rel jatuh menimpa korban tsb yang mengakibatkan keempat korban
meninggal dunia," kata Sarjono.
Kepolisian juga menyita barang bukti berupa sepatu proyek, helm proyek, rompi
proyek, dan KTP korban. "Selanjutnya barang bukti sesuai tersebut di atas dilakukan
penyitaan dan dibawa ke Polsek Jatinegara untuk proses hukum lebih lajut," kata
Sarjono.
"Perjalanan kereta api dari dan ke Manggarai maupun Jatinegara, lancar atau tidak
mengganggu perjalanan kereta baik Kerata Jarak Jauh maupun commuter line," kata
Edy.
23
Saat ini masih terus dilakukan evakuasi dan petugas masih melakukan penjagaan. Di
lokasi kejadian juga terlihat dipasang garis polisi. Aparat kepolisian juga tengah
melakukan olah kejadian tempat perkara. Kondisi cuaca di lokasi juga gerimis dan
diketahui sejak dini hari sejumlah wilayah Jakarta termasuk Jakarta Timur diguyur
hujan.Kecelakaan kerja sebelumnya juga terjadi pada proyek konstruksi di Jakarta
yaitu box girder LRT (Light Rail Transit) di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur,
roboh pada Senin (22/1/2018) dini hari.
a) Kronologi Kejadian
Terjadi kecelakaan kerja saat pengerjaan proyek double-double track (DDT)
di Jatinegara, Jakarta Timur, kecelakaan kerja yang mengakibatkan meninggalnya
korban 4 orang pada hari Minggu 04 Februari 2018. Empat korban yang
meninggal adalah Jaenudin (44), Dami Prasetyo (25), Jana Sutisna (44), dan Joni
(34). Dami langsung meninggal di tempat karena posisi badan hancur sementara 3
orang lainnya mengalami luka di kepala. Dua orang meninggal di tempat dan dua
lainnya saat dilarikan ke rumah sakit. Kondisi cuaca di lokasi juga gerimis dan
sejumlah wilayah Jakarta termasuk Jakarta Timur diguyur hujan saat itu ada 4
orang pekerja yang tengah menaikkan bantalan rel dengan menggunakan alat
berat. Dudukannya tidak pas sehingga bantalan rel jatuh menimpa korban tsb
yang mengakibatkan keempat korban meninggal dunia.Kepolisian menyita barang
buktiberupa sepatu proyek, helm proyek, rompi proyek, dan KTP korban, korban
menggunakan APD yang lengkap.
1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan kasus diatas
meliputi kelalaian,. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi
24
disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri
(manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh,
mengantuk, lelah dan sebagainya.
2. Faktor mekanik dan lingkunganya, yakni letak mesin. Faktor mekanis dan
lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu
maksud tertentu. Penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok
pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, tertimpa beban jatuh.
Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematiaan
dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun ditempat datar.
Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja, lantai yang kotor
dan licin.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 kasus diatas
dapat diklasifikasikan dalam kecelakaan kerja sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis pekerjaan
Dari 8 jenis pekerjaan maka kasus diatas masuk dalam kecelakaan
kerja tertimpa benda jatuh.
b. Berdasarkan penyebab
Dari 5 penyebab maka kasus diatas disebabkan angkat angkut,
bantalan rel diletakkan tidak pas pada posisinya.
c. Berdasarkan sifat luka atau kelainan
Dari 10 sifat luka atau kelainan maka kasus diatas masuk dalam
termasuk dalam gegar dan remuk karna posisi korban badan hancur.
d. Berdasarkan letak kelainan atau luka ditubuh
Dari 7letak kelainan atau luka tubuh, kasus kontruksi tersebut masuk
bagian kepala dan badan karna tertimpa bantalan rel karna 3 orang
mengalami luka di kepala dan badan yang hancur pada salah satu korban
yang meninggal ditempat.
25
3.2 Kasus Internal
Namun dalam hal ini terdapat tiga pekerja K3 yang sedang di briefing
sebelum melakukan pekerjaannya. Pertama, satu pekerja K3 yang disiplin
menggunakan APD dengan baik dan benar dari ujung kepala hingga ujung
kaki agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Kedus, satu pekerja K3 yang tidak
disiplin yang tidak menggunakan APD kemudian yang terakhir terdapat
satu pekerja K3 yang menggunakan APD yang tidak sesuai dengan
prosedur penggunaan APD yang benar.
26
Di tempat kerja akan terjadi potensi bahaya yang akan mungkin
timbul dan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Kondisi inilah yang
akan menimpa para pekerja yang tidak menggunakan APD.
4. Cidera
Cidera yang akan terjadi pada pekerja yang tidak menggunakan
APD akan mengalami kecelakaan kerja baik ringan maupun berat.
27
1. Kondisi Kerja
Kondisi yang mengakibatkan pegawai K3 mengalami luka dan
cidera yaitu karena petugas tersebut keras kepala tidak mau memakai
APD, dan ceroboh karena dalam keadaan panik petugas tersebut
mengevakuasi dirinya sendiri dengan menaiki lift sehingga
mengakibatkan terkunci di dalam lift.
2. Kelalaian Manusia
Kelalaian yang dilakukan oleh pekerja K3 yaitu tidak memakai Alat
Pelindung Diri (APD).
3. Tindakan Tidak Aman
a. Dalam kondisi gempa bumi pekerja K3 seharusnya menuju pada
tangga darurat dan tidak menaiki lift karena dalam kondisi tersebut
lift bisa mati mendadak sehingga sulit bagi penolong untuk
melakukan evakuasi.
b. Mahasiswa yang panik sebaiknya berlindung di bawah bangku jika
kondisi sudah aman baru keluar ruangan, tidak langsung keluar
ruangan pada saat gempa terjadi karena bisa mengakibatkan
mahasiswa tertimpa barang.
4. Kecelakaan
a. Tertimpa benda pada saat gempa
b. Terbentur pada saat gempa
c. Terkunci atau terjebak di lift
5. Cedera
a. Kerusakan properti
b. Luka di bagian kepala,tangan, dan kaki dan cidera
28
kerjanya yakni membawa barang dengan menaiki tangga dengan barang
bawaan yang terlalu banyak sehingga dapat menutupi pandangan jalannya.
Dari identifikasi bahaya yang telah dilakukan pada penelitian
oleh H.W. Heinrich dengan teorinya yang dikenal sebagai Teori Domino
Heinrich. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima
faktor yang saling berhubungan:
1. Kondisi kerja
Pada saat bekerja, pekerja membawa barang dengan cara dipapa
dibagian depan menaiki tangga, dengan barang bawaan yang terlalu
banyak dan berat.
2. Kelalaian manusia
Pekerja tidak menggunakan APD yang sesuai, barang bawaan
pekerja terlalu banyak sehingga menutupi jarang pandang sipekerja
yang mengakibatkan pekerja tidak mengetahui kondisi sekitar.
3. Tindakan tidak aman
Pada saat pekerja membawa barang menaiki tangga, tanpa disadari
ada 2 orang pekerja dibelakang dengan kondisi satu menggunakan APD
lengkap, dan satu pekerja tanpa APD yang sedang berjalan menaiki
tangga sambil bercengkrama, kedua orang tersebut tidak tahu jika
sedang dalam kondisi bahaya.
4. Kecelakaan
Dikarenakan jarak pandang yang tertutupi oleh barang bawaan,
akhirnya pekerja tersandung anak tangga dan barang bawaan pekerja
dengan APD tidak sesuai akhirnya jatuh kebawah menimpahi 2 orang
pekerja yang berjalan dibelakang.
5. Cedera.
2 orang pekerja yang ada dibelakang tertimpah barang dari atas,
keduanya terjatuh karena barang menimpahi bagian kepala mereka,
karena 2 orang pekerja tersebut 1 pekerja menggunakan APD lengkap
29
hanya terjatuh namun tidak ada luka, namun 1 pekerja yang tidak
memakai APD mengalami luka parah dibagian kepala.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993, Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang
lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta
agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Definisi
Konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sarana maupunprasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksijuga dapatdikenal
sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area ataupada beberapa
area.Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan,tetapi dalam
kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri daribeberapa
pekerjaan lain yang berbeda.
Dalam kasus eksternal, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
tahun 1962 kasus tersebut dapat diklasifikasikan dalam kecelakaan kerja sebagai
berikut :
a. Berdasarkan jenis pekerjaan
Dari 8 jenis pekerjaan maka kasus diatas masuk dalam kecelakaan kerja
tertimpa benda jatuh.
b. Berdasarkan penyebab
Dari 5 penyebab maka kasus diatas disebabkan angkat angkut, bantalan rel
diletakkan tidak pas pada posisinya.
c. Berdasarkan sifat luka atau kelainan
Dari 10 sifat luka atau kelainan maka kasus diatas masuk dalam termasuk
dalam gegar dan remuk karna posisi korban badan hancur.
d. Berdasarkan letak kelainan atau luka ditubuh
Dari 7 letak kelainan atau luka tubuh, kasus kontruksi tersebut masuk bagian
kepala dan badan karna tertimpa bantalan rel karna 3 orang mengalami luka di
kepala dan badan yang hancur pada salah satu korban yang meninggal ditempat.
31
Sedangkan kesimpulan yang didapat dalam kasus internal yang lokasinya
berada dalam kampus UNUSA Tower sendiri adalah saat pekerja tidak mau
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) :
1. Kondisi kerja
Saat briefing dua pekerja menolak untuk menggunakan APD dan tidak
sesuai dengan prosedur APD yang sudah ditetapkan.
2. Kelalaian manusia
Menyepelehkan pentingnya penggunaan APD saat akan melalukan
pekerjaan.
3. Tindakan tidak aman
Di tempat kerja akan terjadi potensi bahaya yang akan mungkin timbul dan
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Kondisi inilah yang akan menimpa
para pekerja yang tidak menggunakan APD.
4. Cidera
Cidera yang akan terjadi pada pekerja yang tidak menggunakan APD akan
mengalami kecelakaan kerja baik ringan maupun berat.
Adapula risiko bahaya yang terjadi saat ada gempa bumi di kampus UNUSA
Tower dan pekerja tidak menggunakan APD:
1. Kondisi Kerja
Kondisi yang mengakibatkan pegawai K3 mengalami luka dan cidera yaitu
karena petugas tersebut keras kepala tidak mau memakai APD, dan ceroboh
karena dalam keadaan panik petugas tersebut mengevakuasi dirinya sendiri
dengan menaiki lift sehingga mengakibatkan terkunci di dalam lift.
2. Kelalaian Manusia
Kelalaian yang dilakukan oleh pekerja K3 yaitu tidak memakai Alat
Pelindung Diri (APD).
3. Tindakan Tidak Aman
a. Dalam kondisi gempa bumi pekerja K3 seharusnya menuju pada tangga
darurat dan tidak menaiki lift karena dalam kondisi tersebut lift bisa mati
mendadak sehingga sulit bagi penolong untuk melakukan evakuasi.
32
b. Mahasiswa yang panik sebaiknya berlindung di bawah bangku jika
kondisi sudah aman baru keluar ruangan, tidak langsung keluar ruangan
pada saat gempa terjadi karena bisa mengakibatkan mahasiswa tertimpa
barang.
4. Kecelakaan
a. Tertimpa benda pada saat gempa
b. Terbentur pada saat gempa
c. Terkunci atau terjebak di lift
5. Cedera
a. Kerusakan properti
33
sambil bercengkrama, kedua orang tersebut tidak tahu jika sedang dalam
kondisi bahaya.
4. Kecelakaan
Dikarenakan jarak pandang yang tertutupi oleh barang bawaan,
akhirnya pekerja tersandung anak tangga dan barang bawaan pekerja
dengan APD tidak sesuai akhirnya jatuh kebawah menimpahi 2 orang
pekerja yang berjalan dibelakang.
5. Cedera.
2 orang pekerja yang ada dibelakang tertimpah barang dari atas,
keduanya terjatuh karena barang menimpahi bagian kepala mereka, karena
2 orang pekerja tersebut 1 pekerja menggunakan APD lengkap hanya
terjatuh namun tidak ada luka, namun 1 pekerja yang tidak memakai APD
mengalami luka parah dibagian kepala.
4.2 Saran
Pekerja kontruksi harus memakai APD yang sudah disediakan demi
keselamatan diri sendiri, agar saat terjadi kecelakaan kerja seperti tertimpa
barang, atau saat ada gempa bumi perkerja tidak terkena reruntuhan bangunan
karena pekerja sudah menggunakan APD dengan baik dan benar. Kemudian saat
terjadinya gempa, alangkah baiknya untuk tidak menggunakan lift,
tetapimenggunakantangga darurat untuk menelamatkan diri.
34
DAFTAR PUSTAKA