Anda di halaman 1dari 100

I .

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop.
Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut
sebagai mikroba, ataupun jasad renik (Anonymous. 2008).

Mikroorganisme yang bermanfaat antara lain: yang menghuni tubuh (flora normal),
beberapa mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi makanan: pembuatan keju,
anggur, yoghurt, tempe/oncom, kecap, dll, produksi penisilin, sebagai agen biokontrol, serta
yang berkaitan dengan proses pengolahan limbah. Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan
dengan lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik dari suatu ekosistem karena berperan
sebagai pengurai. Oleh karena itu organisme yang hidup di dalam tanah berperan aktif dalam
proses-proses pembusukan, humifikasi dan mineralisasi. Ada juga mikroorganisme tertentu yang
dapat mengikat zat lemas (N) dari udara bebas sehingga dapat menyuburkan tanah.

Dalam sejarah kehidupan, mikroorganisme telah banyak sekali memberikan peran


sebagai bukti keberadaannya. Mulai dari pembentukan minyak bumi di dasar-dasar samudra
sampai proses pembuatan tempe, semuanya merupakan ‘pekerjaan’ mikroorganisme. Bukan
cuma itu, sekarang mikroorganisme telah digunakan dalam pembuatan antibiotika, berbagai
bahan makanan, sampai pada teknik rekayasa genetika modern. Begitu banyak dan dominannya
peranan mikroorganisme dalam kehidupan ini menjadi salah satu unsur dalam cakupan
mikrobiologi (Ali, Iqbal. 2008).

Mikroorganisme yang merugikan, antara lain yang sering menyebabkan berbagai


penyakit (hewan, tumbuhan, manusia), diantaranya: flu burung dan flu babi yang akhir-akhir ini
menggemparkan dunia termasuk Indonesia, yang disebabkan oleh salah satu jenis
mikroorganisme yaitu virus. Selain itu, juga terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.

1.2 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain ;
1. Agar mahasiswa dapat memahami apa itu mikrobiologi
2. Agar mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan mikrobiologi
3. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis dari mikrobiologi

II . PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikrobiologi dan Perkembangannya

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme.
Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop,
khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea (Anonymous, 2009). Virus
sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya ia tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai
makhluk hidup.

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros = kecil, bios = hidup dan logos = ilmu.
Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisme sudah dikenal lebih kurang 4 juta tahun yang
lalu dari senyawa organik kompleks yang terdapat di laut, atau mungkin dari gumpalan awan
yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup pertama di bumi,
mikroorganisme diduga merupakan nenek moyang dari semua makhluk hidup.

Beberapa aspek yang dibahas dalam mikrobiologi, antara lain mengkaji tentang :

1. Karakteristik sel hidup dan bagaimana mereka melakukan kegiatan


2. Karakteristik mikroorganisme, suatu kelompok organisme penting yang mampu hidup bebas,
khususnya bakteri.
3. Keanekaragaman dan evolusi, membahas perihal bagaimana dan mengapa muncul macam-
macam mikroorganisme.
4. Keberadaan mikroorganisme pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan.
5. Peranan mikrobiologi sebagai dasar ilmu pengetahuan biologi
6. Bagaimana memahami karakteristik mikroorganisme dapat membantu dalam memahami proses-
proses biologi organisme yang lebih besar termasuk manusia.

Secara garis besar mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi
bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses
fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies. Perkembangan biologi yang pesat pada
abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang
penting lain, yaitu: biokimia. Awal perkembangan ilmu mikrobiologi pada pertengahan abad 19
oleh beberapa ilmuwan dan telah membuktikan bahwa mikroorganisme berasal dari
mikroorganisme sebelumnya bukan dari tanaman ataupun hewan yang membusuk. Selanjutnya
ilmuwan membuktikan bahwa mikroorganisme bukan berasal dari proses fermentasi tetapi
merupakan penyebab proses fermentasi, misalnya buah anggur menjadi minuman yang
mengandung alkohol. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba tertentu menyebabkan penyakit
tertentu.

Pengetahuan ini merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya


mikroorganisme bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Awal abad 20 ahli mikrobiologi
telah meneliti bahwa mikroorganisme mampu menyebabkan berbagai macam perubahan kimia
baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik yang baru. Hal inilah yang disebut
dengan biohemial diversity atau keaneka ragaman biokimia yang menjadi ciri khas
mikroorganisme. Disamping itu, yang penting lainnya adalah mekanisme perubahan kimia oleh
mikroorganisme sangat mirip dengan unity in biochemistry yang artinya bahwa proses biokimia
pada mikroorganisme adalah sama dengan proses biokimia pada semua makhluk hidup termasuk
manusia. Bukti yang lebih baru menunjukkan bahwa informasi genetik pada semua organisme
dari mikroba hingga manusia adalah DNA. Pengambilan informasi genetika dari mikrorganisme
karena sifatnya sederhana dan perkembangbiakan yang sangat cepat serta adanya berbagai
variasi metabolisma. Saat ini mikroorganisme diteliti secara insentif untuk mengetahui dasar
fenomena biologi.

Mikroorganisme juga merupakan sebagai sumber produk dan proses yang


menguntungkan masyarakat, misalnya: alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi dapat
digunakan sebagai sumber energi. Strain-strain dari mikroorganisme yang dihasilkan melalui
proses rekayasa genetika dapat diterima. Sekarang insulin yang dibutuhkan manusia dapat
diproduksi dalam jumlah tak terhingga oleh bakteri yang telah direkayasa.

Mikroorganisme juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk membersihkan


lingkungan, misalnya: dari tumpukan minyak di lautan dipergunakan sebagai herbisida dan
insektisida di bidang pertanian. Hal ini karena mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk
mendekomposisi/menguraikan senyawa kimia komplek. Kemampuan mikroorganisme yang
telah direkayasa untuk tujuan tertentu menjadikan lahan baru dalam mikrobiologi industri yang
dikenal dengan bioteknologi. Jika anda membaca tentang mikroorganisme anda akan
menghargai, mengagumi mikroorganisme seperti bakteri, alga, protozoa dan virus merupakan
organisme yang sering tidak terlihat. Beberapa diantaranya bersifat patogen bagi manusia, hewan
maupun tumbuhan. Beberapa dapat menyebabkan lapuknya kayu dan besi. Tetapi banyak
diantaranya berperan penting dalam lingkungan sebagai dekomposer. Beberapa diantaranya
digunakan dalam menghasilkan (manufacture) substansi yang penting di bidang kesehatan
maupun industri makanan (Minasari. 2008) .

B. Antony Van Leeuwenhoek dan Mikroskopnya


Antony Van Leeuwenhoek (1632–1723) sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang
profesional. Profesi sebenarnya adalah sebegai wine taster di kota Delf, Belanda. Ia biasa
menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang
pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam
semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.

Leeuwenhoek menggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air


sungai, air hujan, saliva, feses dan lain sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda
bergerak tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan
animalcule yang menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan ini
membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan
fungsi mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan menumpuk lebih banyak lensa dan
memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang
mampu memperbesar 200–300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatan
tersebut dan mengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang pertama pada
tanggal 7 September 1974 ia menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil, sekarang dikenal
dengan protozoa. Antara tahun 1632–1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan
berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, kokus maupun
spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar
akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil dan akhirnya melahirkan ilmu mikrobiologi.

Penemuan Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan dari mana asal


animalcules tersebut. Ada dua pendapat, satu mengatakan animacules ada karena proses
pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini mendukung teori
yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari proses benda mati melalui abiogenesis.
Konsep ini dikenal dengan generatio spontanea. Kedua mengatakan bahwa animalcules berasal
dari animalcules sebelumnya seperti halnya organismea tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini
disebut biogenesis. Mikrobiologi tidak berkembang sampai perdebatan tersebut terselesaikan
dengan dibuktikannya kebenaran teori biogenesis. Pembuktian ini dilakukan berbagai macam
eksperimen yang nampaknya sederhana tetapi memerlukan waktu lebih dari 100 tahun
(Minasari. 2008).

C. Kemenangan Teori Biogenesis


Franscesco Redi (1626–1697) menunjukkan bahwa ulat yang ada dalam daging busuk
adalah larva, yang berasal dari telur lalat, bukan hasil dari generatio spontanea. Bagaimana
dengan asal dari mikroorganisme yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop?

John Needham (1713–1781) memasak sepotong daging untuk menghilangkan organisme


yang ada dan menempatkannya dalam toples yang terbuka. Akhirnya ia mengamati adanya
koloni pada permukaan daging tersebut. Ia menyimpulkan bahwa mikroorganisme terjadi
spontan dari daging.

Lazarro Spalanzani (1729–1799) merebus kaldu daging selama 1 jam dan


menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat menunjukkan tidak ditemukannya
mikroorganisme dalam kaldu tersebut. Jadi eksperimen ini menentang teori abiogenesis. Tetapi
Neddham mengatakan bahwa sumber makhluk hidup tadi adalah udara dimana pada percobaan
Spalanzani tersebut tidak berinteraksi langsung dengan udara.

Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham ada 2 peneliti yang mencoba memecahkan
kontroversi tentang peran udara. Pada tahun 1836, Franz Schulze melewatkan larutan asam kuat
ke dalam tabung tertutup yang berisi daging yang telah dimasak. Tahun 1837, Theodor Schwann
mengalirkan udara panas melalui pipa ke dalam tabung tertutup yang berisi kaldu. Keduanya
tidak menemukan adanya mikroba sebab mikroba telah mati oleh adanya asam kuat maupun oleh
panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea berpendapat bahwa adanya asam dan
panas akan mengubah udara sehingga tidak mendukung pertumbuhan mikroba. Sampai akhirnya
tahun 1954 peneliti menyelesaikan perdebatan tersebut dengan melakukan percobaan
menggunakan tabung tertutup berisi kaldu yang telah dipanaskan. Ke dalam tabung tersebut
dimasukkan pipa yang sebagiannya diisi dengan kapas dan ujungnya dibiarkan terbuka. Dengan
demikian mikroba akan tersaring dan udara tetap bisa masuk. Dengan tidak ditemukannya
mikroba dalam kaldu daging tersebut membuktikan bahwa teori generatio spontanea adalah
salah.

D. Bukti Teori Biogenesis


Pada periode yang sama muncul ilmuwan baru dari Fransis Louis Pasteur (1822–1895)
seorang ahli kimia yang menaruh perhatian pada mikroorganisme. Oleh karena itu ia tertarik
untuk meneliti peran mikroba dalam industri anggur dalam pembuatan alkohol. Salah satu
pendukung teori generatio spontanea yang hidup pada masa Louis Pasteur adalah Felix
Archimede Pouchet (1800–1872). Pada tahun 1859 ia banyak mempublikasikan tulisan yang
mendukung abiogenesis. Tetapi ia tidak dapat membantah penemuan-penemuan Pasteur.

Untuk memastikan pendapatnya, Pasteur melakukan serangkaian eksperimen, ia


menggunakan bejana dengan leher panjang dan dibengkokkan yang dikenal dengan leher angsa.
Bejana ini diisi dengan kaldu kemudian dipanaskan. Udara dapat dengan bebas melewati tabung
atau pipa leher angsa tersebut tetapi tidak ditemukan adanya mikroorganisme di kaldu tadi.
Dalam hal ini mikroba beserta debu atau asap akan mengendap pada bagian tabung yang
berbentuk U sehingga tidak dapat mencapai kaldu. Ia juga membawa tabung tersebut ke
pegunungan Pyrenes dan Alpen. Pasteur menemukan bahwa mikroorganisme terbawa debu oleh
udara dan ia menyimpulkan bahwa semakin bersih/murni udara yang masuk ke dalam bejana,
semakin sedikit kontaminasi yang terjadi. Pada tanggal 7 April 1864 ia mengatakan bahwa: For I
hape kept them and am still keeping from them, that one thing that is above the power of man to
make; i have kept from them, the germ that float in the air, i have kept them from file.

Salah satu argumen klasik untuk menantang biogenesis adalah bahwa panas yang
digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap merusak vital force. Mereka yang
mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa tanpa adanya kekuatan vital force tersebut
mikroorganisme tidak dapat muncul serta spontan. Untuk merespon argumen tersebut John
Tyndall mengatakan udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisme dengan cara
melakukan pecobaan dengan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke dalam kotak
tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa yang sudah dibengkokkan
membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat masuk ke dalam
kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, namun tidak ditemukan adanya mikroba.
Hasil percobaan Pasteur dan Tyndall memacu diterimanya konsep biogenesis. Selanjutnya
Pasteur lebih memfokuskan penelitiannya pada peran mikroba dalam pembuatan anggur dan
mikroba yang menyebabkan penyakit.

Diposting oleh mahyudin salim di 02.2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “
MIKROBIOLOGI“

Makalah ini berisikan tentang informasi dan penjelasan tentangmikrobiologi rongga mulut ,
macam macam bakteri.virus dan jamur,

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari harapan ,oleh karena itu sran dan kritik
yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah yang
lebih baik untuk masa mendatang

Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini . Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua

Jakarta,April 2014
BAB I
PENDAHULUAN

Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana dan
lingkungan ini berada dalam dalam satu fasa yaitu gas. Jumlah relatif dari berbagai gas di udara
diukur dengan persentase volume yaitu terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,9% argon,
0,03% karbon dioksida 0,01% hidrogen dan gas lainnya dalam jumlah sedikit. Selain berbagai
gas, debu dan uap yang terkondensasi juga dapat ditemukan di udara. Udara terdiri dari berbagai
lapisan hingga ketinggian sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer.
Di daerah subtropis, troposfer memanjang sekitar 11 km sedangkan di daerah tropis sampai
sekitar 16 km. Troposfer ini dicirikan dengan keberadaan mikroorganisme. Temperatur atmosfer
bervariasi dekat permukaan bumi. Namun, mikroba dalam jumlah besar ditemukan di atmosfer
bagian bawah (permukaan bumi).
Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial. Saat ini, masyarakat
di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih dan segar karena tingginya tingkat
pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran
udara seperti ini mengakibatkan logam-logam berat berbahaya, virus, bakteri dan
mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui tarikan napas kita.
Mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berterbangan bebas
di udara dan cara penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan
terhadap penyakit tersebut. Pada bahasan kali ini, kami akan memaparkan beberapa jenis
penyakit yang ditularkan melalui udara diantaranya penyakit TBC, meningitis dan influenza.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Mikrobiologi


Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil
(diamater kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu
peralatan khusus.
Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi,
mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesatnya dari tahun ke tahun,
sehingga merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri.
Dalam mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan
penyakit (infeksi); dan dicari jalan bagaimana cara pencegahan, penanggulangan serta
pemberantasannya. Ilmu ini terus berkembang tanpa hentinya karena mikroorganisme sebagai
makhluk hidup mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru, sehingga hal ini
akan tetap merupakan tantangan bagi ilmu kedokteran.

B. Bakteri Dasar
Bakteri berukuran sangat kecil sehingga struktur tubuhnya sulit untuk diamati. Tubuh
bakteri berupa sel tunggal, dinding selnya tersusun dari hemiselulosa dan senyawa semacam
pektin yang lebih mendekati pada sel hewan. Dinding sel dilapisi selaput mirip gelatin yang
menyebabkan dinding sel berlendir. Isi sel berupa protoplas dengan membran plasma dan
sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersebar butiran-butiran nukleotida yang mengandung DNA,
belum terdapat inti dengan membran inti seperti pada sel umumnya. Belum terdapat plastida dan
zat warna. Sebagian bakteri ada yang mempunyai karotenoida.
Jika dilihat dari struktur luarnya, bentuk bakteri akan beraneka ragam, yaitu berbentuk
batang, spiral, dan bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar klasifikasi bakteri. Jika bakteri
cocus membelah diri pada satu bidang dan tetap saling melekat berpasangan dua dua, disebut
diplococus, contohnya, Diplococus bacillus. Jika selnya membelah diri pada satu bidang dan
tetap melekat berbaris seperti rantai, disebut streptococus, misalnya, Spirillum. Jika selnya
membelah diri pada dua bidang dan secara khas membentuk kelompok terdiri dari empat sel,
disebut tetracocus (Pediococcus cerevisiae). Jika selnya membelah diri pada tiga bidang dalam
suatu pola tak teratur seperti anggur, disebut stafilcocus, misalnya, Staphylococcus aureus. Jika
selnya membelah diri pada tiga bidang dalam suatu pola teratur membentuk penataan seperti
kubus, disebut sarsina, misalnya, Sarcina ventriculi.
Bakteri yang berbentuk spiral biasanya tidak berkelompok. Spirillum dibedakan menjadi
:
1. Bentuk spiral (berupa lengkung lebih dari setengah lingkaran), misalnya, Spirillum minor.
2. Koma (berupa lengkung kurang dari setengah lingkaran, pendek, dan tidak lengkap), misalnya,
Vibrio comma, dan
3. Spiroseta (berupa spiral yang halus dan lentur), misalnya, Treponema pallidium.
Plasma bakteri banyak mengandung vakuola-kecil yang berisi cadangan makanan, seperti
glikogen, amilosa, lemak, zat putih telur, dan vulotin. Umumnya, bakteri bergerak pasif, tetapi
ada juga yang dapat bergerak aktif dalam medium cair.
Pada fase tertentu, bakteri tersebut dapat membentuk rambut-rambut plasma yang dapat
menembus dinding plasma. Rambut plasma ini disebut bulu cambuk atau flagel. Jumlah flagel
dapat berbeda-beda, misalnya, monorik (satu flagel pada salah satu kutubnya), subpolar (dua
flagel masing-masing di bawah kutubnya), lofotrik (ada seberkas flagel pada salah satu
kutubnya), dan peritrik (flagel menyebar di seluruh permukaan sel). Dengan mikroskop, terlihat
tiga struktur utama di luar dinding sel walaupun tidak semua bakteri memiliki ketiga struktur
tersebut. Ketiga struktur tersebut adalah flagel, pili, dan kapsul. Mengenai flagel, telah dijelaskan
di atas. Sekarang kalian juga perlu mengetahui tentang pili dan kapsul. Pili (fimbriae), berupa
filamen atau benang, lebih kecil, lebih banyak, dan lebih pendek daripada flagel. Pili hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron dan tidak berhubungan dengan pergerakan.
Fungsi pili adalah sebagai pintu gerbang bagi masuknya materi genetik selama
perkawinan dan berfungsi membantu untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan
yang merupakan sumber nutriennya. Kapsul atau lapisan lendir merupakan bahan kental yang
mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi bakteri karena merupakan pelindung dan
sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada bakteri penyebab penyakit, kapsul dapat berfungsi
meningkatkan kemampuan bakteri dalam menginfeksi inangnya atau dengan kata lain
meningkatkan daya virulensi. Selain tiga struktur utama di luar tubuh bakteri, terdapat struktur
dalam tubuh bakteri. Setelah kapsul ditemukan tubuh bakteri yang batas terluarnya adalah
dinding sel, kemudian di bawahnya terdapat membran sel. Membran sel pada bagian tertentu
membentuk mesosom, lalu bagian dalam tubuh terdapat sitoplasma dan struktur-struktur di
dalam sitoplasma.

Struktur dasar bakteri :


1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida
(ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Struktur tambahan bakteri :

1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk
didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora
mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal
tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya,
suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh
menjadi sel bakteri baru.

C. Sterilisasi dan Disinfeksi


Penggunaan bahan-bahan kimia untuk sterilisasi dan disinfeksi
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para
ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-
benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan
penggunaannyapun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula.
Antiseptika dan disinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya; antiseptika
diapkai terhadap jaringan hidup, sedangkan disinfektan untuk bahan-bahan tak bernyawa seperti
dahak dan sebagainya.

tisepsis : Mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau
membunuh; dipakai untuk zat-zat kimia terhadap jaringan hidup.
tiseptik : Zat kimia yang dipakai untuk maksud antisepsis
infeksi : Membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia;
dilakukan terhadap benda mati.
infektan : Zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi
rilisasi : Setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikoorganisme.

nanggulangan Antiseptika dan Disinfektan


berapa hal yang perlu diperhatikan pada dis infeksi secara kimia :
1. Rongga (space) yang cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi, sehingga seluruh permukaan
alat-alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
2. Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisid).
3. Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat, alat-alat yang disinfeksi jangan diangkat sebelum
waktnya.
4. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.
5. Pengeceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap kali harus dibuat
pengeceran baru. Disinfektan yang sudah menunjukkan tanda-tanda pengaruhan atau
pengendapan harus diganti dengan yang baru.
6. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfektan.
Antiseptik Kimia
Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya
isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah, namun merupakan antiseptik yang sangat
efektif. Penambahan yodium pada alkohol tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk
membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik
untuk dipakai sebagai antiseptik.

Halogen
Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan yodium, baik yang organik maupun inorganik.
Kebanyakan senyawa halogen membunuh sel hidup. Mereka membunuh sel karena
mengoksidasi protein, dan dengan demikian merusak membran dan menginatifkan ensim-ensim.
Yodium
Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti misalnya amuba yang menyebabkan
disentri. Pada konsentrasi yang tepat, yodium tidak mengganggu kulit, namun penggunaan
tincturayodii mewarnai jaringan dan menyebabkan iritasi lokal pada kulit, dan kadang-kadang
reaksi alerti.

Klorin
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejal lama klorin dikenal
sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik, dan dijadikan standar pengolahan air minum
di seluruh lingkungan. Sayangnya kebanyakan senyawa klorin dinaktifkan oleh bahan-bahan
organik dan beberapa katalisator logam.
Berbagai derivat klorin organik juga dipakai untuk disinfeksi air. Ini terutama penting bagi
pekemah (campers) yang kadang-kadang harus mempergunakan air yang dikhawatirkan tercemar
senyawa yang sering digunakan adalah halazon atau parasulfone dichloramidobenzoic acid yang
pada konsentrasi 4-8 mgr/L dapat mendisinfeksi air yang mengandung Salmonella typhi dalam
waktu 30 menit.

Alkohol
Ada 3 jenis alkohol yang dipergunakan yaitu metanol, CH3OH, etanol, CH3CH2OH, dan
isopropanol (CH3)2CHOH. Semakin tinggi berat molekulnya semakin meningkat pula daya
bakterisidnya. Isopropil alkohol adalah yang terbanyak di pergunakan, yang dipergunakan
didalam praktik adalah solusi alkohol 70-80% dalam air.
Fenol
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister di didalam ruang bedah
sebagai gemicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.
Heksaklorofen merupakan derivat fenol yang paling berguna. Dikombinasikan dengan
sabun akan merupakan disinfektan kulit yang sangat efektif, tetapi lambat kerjanya. Fenol dan
kresol juga bersifat menghilangkan sakit (pain killing). Oleh karena sangat toksik, mereka hanya
dapat dipergunakan secara eksternal.
Peroksida
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Molekulnya
tidak stabil, dan apabila dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen.
2 H2O2  2 H2O + O2
Dengan adanya ion-ion logam yang umumnya terdapat di dalam sitoplasma sel, maka
selama pembentukan oksigen, dibentuk pula radikal superoksida (O2) yang akan bereaksi dengan
grup-grup bermuatan negatif di dalam protein dan yang selanjutnya akan menginaktifkan sistem
enzim yang vital. Pada konsentrasi 0,3-6,0%, H2O2 dipakai untuk disinfeksi, dan pada
konsentrasi 6,0-25,0% dipakai untuk sterilisasi.

Zat warna
Beberapa macam zat warna memiliki sifat menghambat pertumbuhan kuman
(bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan zat warna rosanilin. Akriflavin (campuran derivat
akridin dengan senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas yang luas, dan telah dipergunakan
untuk mengobati infeksi traktus urinarius. Mekanisme kerjanya agaknya disebabkan karena
akridin mampu bereaksi dengan DNA.
Ungu kristal yang merupakan derivat metil dari zat warna rosanilin bersifat bakteriostatik
bagi kuman-kuman positif gram. Ungu kristal dipakai untuk mengobati kandidiasis dan vaginitis
karena trikomonas. Mekanisme kerja senyawa ini terhadap kuman positif gram, mirip dengan
penisilin yaitu blokade tahap terakhir pada penyusunan dinding sel.

Deterjen
Deterjen merupakan senyawa organik, yang karena strukturnya, dapat berkaitan dengan
air dan dengan molekul-molekul organik nonpolar. Molekul deterjen memiliki satu ujung
hidrofilik yang dapat bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat. Oleh
karenanya molekul deterjen akan menempel pada permukaan bahan organik dengan ujung
hidrofiliknya mengarah ke air.
Deterjen mungkin bermuatan listrik (ionik), mungkin pula tidak (nonionik). Yang
nonionik biasanya tidak merupakan disinfektan yang baik, bahkan dalam beberapa hal dapat
menyokong pertumbuhan kuman dan jamur.
Logam-logam berat
Logam berat berperan sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-
enzim atau lain-lain protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipergunakan
adalah Hg, Ag, Ag, Zn, dan Cu.
Hg : HgCl2 pernah merupakan disinfektan yang populer, tapi kini sudah dianggap usang dan tidak
bermanfaat oleh karena dapat diinaktifkan oleh bahan organik.
Senyawa Hg organik efektif untuk mengobati luka-luka kecil (ringan) dan sebagai preservatif di
dalam serum dan vaksin.
Ag : Pada konsentrasi 1%, AgNO3 biasa dipergunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
infeksi gonokokus pada mata bayi yang baru lahir
As : Arsen pernah terkenal sebagai obat pertama untuk sifilis, dan kini masih dipergunakan dalam
pengobatan infeksi oleh protozoa
Zn : Dalam bentuk pasta, dipakai untuk mengobati infeksi karena kuman atau jamur

Aldehida
Aldehida juga membuhuh sel dengan mendenaturasi protein. Larutan formaldehid 20%
dalam 65-70% alkohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila alat-alat direndah
selama 18 jam. Akan tetapi oleh karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut harus
dibilas terlebih dahulu sebelum dipakai.

Cara-cara dengan gas


Oksida etilen (ETO):
Oksida etilen merupakan zat pengalkil yang dapat membunuh sel. Oksida etilen
merupakan gas yang sangat eksplosif dan larut di dalam air.
untuk menjamin sterilitas bahan-bahan, diperlukan pemanasan selama semalam terhadap ETO
12% pada suhu 600C.
Uap formaldehid :
Selain dalam bentuk cairan, formaldehid juga sangatbermanfaat dalam bentuk gas.
Apabila formalin (larutan formaldehid 37% dalam air) dipanaskan, akan melepaskan uap
formaldehid yang merupakan disinfektan sangat efektif bagi alat-alat dan berbagai bahan yang
tercemar dengan spora atau Mycobacterium tuberculosis.
Beta-propiolakton
Beta-propiolakton (BPL) stabil pada suhu di bawah titik beku, tapi apabila diuapkan pada
suhu kamar dalam lingkungan yang lembab, menjadi bahan pensteril yang sangat kuat.

Cara-cara pengujian antiseptik dan disinfektan


Zat\-zat antimikroba yang dipergunakan, baik untuk antisepsis atau disinfeksi harus diuji
keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes
koefisien fenol.

Tes Koefisien Fenol


Tes koefisien fenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk dengan daya
bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol an produk yang dicoba,
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan staphylococcus aureus atau salmonella typhi.

Pengenalan Mikroba Secara Fisik

1. Thermal death point

Suhu dimana suatu suspensi organisme telah disterilkan setelah pemaparan selama 10 menit

2. Thermal deat time

Waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu
untuk mensterilkan suatu suspensi organisme

3. D Value

Waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme dalam suatu suspensi pada suatu
suhu tertentu. Suhu biasanya dinyatakan sebagai D1000C atau D 590F.

4. Z value

Jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D value sampai menjadi
sepersepuluh nilai semula.
Cara kerja panas
Panas basah membunuh kuman karena mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan
membran sel. Daya bunuh panas ini juga meliputi perubahan kondisi fisik daripada lemak sel.
Panas kering membunuh kuman terutama karena oksidasi komponen-komponen sel.

Pemanasan basah

1. Otoklaf

Teknik sterilisasi yang paling pasti adalah penggunaan uap air disertai dengan tekanan, yang
dilakukan dalam alat yang disebut otoklaf. Otoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu
menahan tekanan di atas 1 atm. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan, dimasukkan
ke dalam ruangan ini. Setelah udara dalam ruangan ini digantikan oleh uap air, maka ruangan ini
ditutup rapat sehingga tekanannya akan meningkat, yang juga akan diikuti olehkenaikan
suhunya.

2. Merebus (boiling)

Teknik disinfeksi termudah dan termurah adalah dengan merebus, waktu disinfeksi yang
dianjurkan adalah 15 menit dihitung setelah air mendidih. Sel vegetatif akan dimatikan dalam
waktu 5-10 menit pemaparan, tetapi spora dan kebanyakan virus mampu bertahan berjam-jam
dengan cara ini.

3. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan yang untuk pertama kalinya
dilakukan oleh pasteur dengan maksud untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk
(perusak) di dalam anggur, dan dengan demikian dapat memperpanjang shelf life anggur
tersebut, dan tanpa merusak anggur tadi.

Pemanasan Kering
(Hot air sterilization)
Alat-alat yang akan disterilkan dengan cara ini, ditempatkan di dalam oven dimana
suhunya dapat mencapai 160-1800C. caranya adalah dengan memanaskan udara di dalam oven
tersebut (dengan gas atau listrik). Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik panas
basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini, lebih lama yaitu selama 1-2 jam.
Sterilisasi dengan udara panas ini baik dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti
piring petri, pipet, tabung reaksi, labu dan sebagainya.

Radiasi
Radiasi ungu ultra (ultraviolet)
Mikroorganisme di udara dapat dibunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu ultra.
Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di antara 220-290 nm: radiasi
paling efektif adalah 253,7nm. Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya
yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik
yang berupa carian, gas, atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau ditempatkan langsung di
bawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis.

Penyaringan (filtration)
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan
penyaring yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Saringan akan tercemar, sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat
saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengadsorpsi mikroorganisme.

Menyaring cairan
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti : saringan seitz, yang
mempergunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang
mempergunakan filter terbuat dari tanah diatomae; saringan chamberland, yang mempergunakan
filter terbuatdar porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter terbuat dari serbut
gelas.

Menyaring udara
Untuk menjaga agar suatu alat (labu, tabung) yang sudah steril tidak tercemar oleh
kuman, atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman lain, maka alat-
alat tersebut harus ditutup dengan kapas, oleh karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat
menahan mikroorganisme, harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas basah
memungkinkan kuman menembus ke dalam.
Zat-zat kemoterapetik
Salah satu keberhasilan yang penting dalam ilmu kedokteran adalah eradikasi berbagai
penyakit infeksi dengan mempergunakan zat kemoterapetik. Dua penemuan penting telah
merombak cara terapi penyakit infeksi. Yang pertama adalah penemuan prontosi pada tahun
1935 yang mempunyai efek kuratif terhdap infeksi streptokokus. Prontosil ini merupakan
pendahulu daripada sulfonamida. Invitro prontosil tidak bersifat antibakteri, sedangkan in vivo
sifat antibakterinya disebabkan karena pembebasan p-aminobensensulfonamida (sulfonamida).
Penemuan kedua adalah ditemukannya antibiotik penisilin oleh Fleming pada tahun
1929, dan kemudian pada tahun 1940, florey dkk, mendemonstrasikan keampuhan penisilin yang
tak tertandingkan serta kemungkinan diekstraksikannya antibiotika tersebut dari cairan biakan.

Antibiotika
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk oleh berbagai
spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam, dan memegang peranan penting
dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos, antibiotika ini berada
dalam susunan kimia dan cara kerjanya.

Sifat-sifat antibiotik sebaiknya adalah :

1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host


2. Bersifat bakterisid dan bukan bakteriostatik
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
4. Berspektrum luas
5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka
waktu lama
6. Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat
7. Larut di dalam air serta stabil
8. Bactericidal level didalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama
Mekanisme Kerja Antibiotika
Antibiotika mengganggu (interfere) bagian-bagian yang peka didalam sel, yaitu:

1. Sintesis dinding sel


2. Fungsi membran
3. Sintesis protein
4. Metabolisme asam nukleat
5. Metabolisme intermedier

Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel


Sel kuman dikelilingi oleh suatu struktur kaku yang disebut dinding sel, yang melindungi
membran protoplasam di bawahnya terhadap trauma, baik osmotik maupun mekanik. Karena itu,
setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah sintesisnya, akan menyebabkan
terbentuknya sel-sel yang peka terhadap tekanan osmotik. Di antara antibiotika yang
mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin,
basitrasin.

Penisilin dan sefalosporin


Hingga kini penisilin masih banyak dipakai di dalam pengobatan. Produk pertama
penisilin yang diperoleh dari jamur Penicillium natatum, kini digantikan oleh suatu muatan yaitu
penicillium chrysogenum yang mampu menghasilkan penisilin dalam jumlah yang berlipat
ganda. Istilah penisilin adalah generik untuk semua grup penisilin, baik yang natural ataupun
semisintetik.

Penisilin semisintetik
Dari penisilin semisintetik ini, yang paling berguna adalah kelompok yang resisten
thadap penisilinasa seperti metisilin, kloksasilin, oksasilin dan nafsilin. Dari senyawa-senyawa
berspektrum luas yang bermanfaat dalam klinik adalah ampisilin yang tahan asam tetapi peka
terhadap penisilinasa dan karbenisilin yang terutama berguna terhadap infeksi oleh
pseudomonas.
Sefalosporin
Antibiotika golongan ini dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Salah satu dari senyawa
yang natural yaitu sefalosporin C, memiliki struktur dan mekanisme kerja yang mirip dengan
penisilin. Dari sefalosporin yang kini banyak dipergunakan adalah sefalotin dan sefazolin,
sefaloridin dan sefaleksin.

Mekanisme kerja
Penisilin mengganggu (interfere) pembentukan dinding sel terutama pada tahap terakhir.
Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-kuman tanpa
dinding sel atau kuman bentuk L

Antibiotika yang mengganggu/merusak membran sel


Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia merupkan pembatas osmotik bagi
bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit
dan bahan gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktivitas
biosintetik tertentu.

Polimiksin
Merupkan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi, dan sangattoksik,.
Antibiotik ini dihasilkan oleh bacillus polymyxa. Anggota ke lompok ini dikenal dengan huruf-
huruf A, B, C, D dan E, dimana hanya polimiksin B dan E (kolistin) saja yang dipakai dalam
klinik. Antibiotika ini terutama dipakai terhadap infeksi oleh pseudomonas aeruginosa yang
seringkali resisten terhadap kebanyakan antibiotika.

Poliena
Merupakan antibiotika makrolid yang secara selektif menghambat organisme yang
membrannya mengandung sterol. Mereka aktif terhadap ragi, jamur dan lain-lain sel eukariotik,
tetapi tidak berpengaruh terhadap kuman-kuman prokariotik yang tidak memiliki sterol di dalam
membrannya.
Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA
Sejumlah obat-obat anti mikroba berfungsi terutama mengganggu/ merusak struktur dan
fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya beberapa saja yang dapat dipakai di klinik,
meskipun demikian, obat-obat ini sangat bermanfaat sebagai alat biokimia, dan memberikan
sumbangan yang penting pada biologi molekuler.

Antibiotika yang menghambat sintesis protein


Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu:
1. Uranskripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan
2. Transkripsi translasi atau sintesis protein yang RNA-de-pendent

Antagonisma metabolik
Ensim-ensim seringkali dihambat oleh senyawa-senyawa yang mempunyai struktur mirip
dengan substrat asalnya. Penghambat-penghambat seperti ini menyatu (bergabung) dengan ensim
sedemikian rupa sehingga mencegah kombinasi substrat-ensim dan reaksi-reaksi katalitik.

Sulfonamida
Istilah sulfonamida merupakan nama generic untuk derivat-derivat daripada p-
aminobensensulfonamida atau sulfanilamida. Zat ini (prontosil) untuk pertama kalinya
dipergunakan oleh Domagk pada tahun 1935 dan merupakan zat kemoterapetik pertama yang
dipakai untuk mencegah dan mengobati infeksi bakterial pada manusia. In vitro, prontosil inaktif
terhadap kuman, tetapi di dalam badan, ia dipecah menjadi p-aminobensensulfonamida yang
merupakan bagian molekul yang bersifat kemoterapetik.

Sulfon
Derivat dari pada 4,4 diaminodifenilsulfon (dapason) merupakan kelompok zat yang
bersifat khusus, terutama terhadap genus mycobacterium. Mereka telah dipakai dalam
pengobatan tuberkulosis, tetapi kini penggunaannya dibatasi hanya untuk lepra.
P-Aminosalicylic acid (PAS)
Aktivitas antimikroba daripada PAS adalah sangat khas untuk mycobacterium
tuberculosis. PAS bersifat bekteriostatik, dan mempunyai struktur mirip dengan PABA. Kini
PAS merupakan second line drug pada kemoterapi terhadap tuberkulosis.

Inosiasid
Isonicotinic acid hydrazid (INH) atau isoniasid bersifat sangat khas terhadap
mycobacterium tuberculosis. Dalam konsentrasi rendah sangat efektif, dan hanya bersifat
bakterisid terhadap kuman-kuman yang sedang tumbuh aktif. Kuman tuberkulosis yang
berkontak dengan obat ini akan kehilangan sifat tahan asamnya. Pada saat ini, isoniasid
merupakan obat paling poten dan berguna dalam pengobatan tuberkulosis. Meskipun demikian
resistensi terhadap obat ini cepat terjadi. Masalah ini dapat dihindari dengan jalan memberikan
isoniasid secara simultan dengan streptomisin atau ethambutol.

D. Sistem Imunologi
Manusia dan binatang multiseluler, mempunyai daya faal untuk mengenal bahan atau zat
kimia yang dianggap ”diri sendiri” (self) dan membedakannya dari yang ”asing” (non self).
Kemampuan ini menjadi dasar dari kekebalan, karena badan akan berusaha untuk mengeluarkan
atau memusnahkan bahan asing yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

Kekebalan dapat dalam 2 golongan besar


1. Kekebalan alam (natural immunity), sudah ada sejak lahir\
2. Kekebalan didapat (acquired immunity), didapat selama hidup

Kekebalan alam
Di antara manusia dan binatang berbagai jenis ditemukan perbedaan dalam hal kekebalan
terhadap berbagai macam penyakit. Faktor konstitusi atau faktor lain yang tidak diketahui dapat
menimbulkan kekebalan alam berupa:
1. Kekebalan Ras (racial immunity)

Telah ditemukan secara statistik bahwa orang kulit berwarna lebih peka terhadap penyakit
tuberkulosis daripada orang kulit putih.

2. Kekebalan Spesies (species immunity)

Penyakit lepra dan gonore secara alam hanya terdapat pada manusia dan tidak ditemukan pada
binatang. Penyakit tetanus yang terdapat pada manusia dan kuda, tidak terdapat pada burung.
Penyakit anthrax yang ditemukan pada ternak, tidak terdapat pada anjing atau kucing.

3. Kekebalan Perorangan (personal immunity)

Ditemukan perbedaan kepekaan terhadap satu jenis penyakit pada beberapa orang di dalam satu
spesies atau ras.

Diketahui juga faktor-faktor antimikroba yang bekerja tidak khas yang membantu kekebalan
alam:

1. Kulit
2. Selaput lendir
3. Fagositosis
4. reaksi radang
5. interferon

Daya pertahanan tubuh yang berdasarkan faktor-faktor tidak khas tersebut di atas merupakan
daya pertahanan yang amat penting, akan tetapi daya pertahanan tubuh yang berdasarkan
kekebalan didapat ternyata lebih penting lagi dan merupakan daya vital untuk kelangsungan
hidup manusia.

Kekebalan didapat
Pada kekebalan yang didapat, pencegahan terjadinya penyakit ditujukan pada bahan asing
yang masuk ke dalam jaringan tubuh, mungkin berupa kuman tertentu, virus atau toksin.
Bahan asing yang masuk disebut ”antigen” dan terhadap antigen ini dalam tubuh
dibentuk bahan yang disebut antibodi. Antibodi yang termasuk zat imunoglobulin, dapat
disuntikan ke dalam orang lain dan akan memberi proteksi kepada orang lain.

Dengan demikian dikenal berbagai cara untuk mencapai kekebalan

E. Pemeriksaan Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, dan kehidupan jasad hidup
mikroba (jasad renik, mikrobia, mikroorganisme). Untuk mempelajari mikroorganisme yang
mempunyai ukuran kecil ini diperlukan adanya suatu pengamatan. Pengamatan itu dapat
dilakukan dengan pemiaraan (kultur/biakan) mikroorganisme yang berfungsi memudahkan
pengamatan.

Ada beberapa istilah dalam pembiakkan mikroorganisme:

1. Biakan murni

Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium
pertumbuhan.

2. Piaraan campuran, Piaraan murni

Supaya kita mendapatkan satu spesies saja dalam satu piaraan, maka perlulah diadakan
suatu piaraan murni (pure culture). Piaraan murni dapat diperoleh dari piaraan campuran (mixed
culture) dengan cara sebagai berikut.
Kalau kita pertama kali mengadakan piaraan, biasanya yang kita peroleh itu suatu
piaraan campuran. Misal, kita ambil bahan (sampel) dari udara, dari tanah, dari kotoran; kalau
bahan itu kita sebarkan pada medium steril, akan tumbuhlah beraneka koloni yang masing-
masing mempunyi sifat-sifat yang khas. Jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni
tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan
tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan cermat
menurut teknik aseptik, yaitu menggunakan alat-alat yang steril dan aturan-aturan laboratorium
tertentu. Piaraan yang kita peroleh dengan jalan demikian kita sebut piaraan pertama (primary
culture), dan sifatnya murni. Piaraan semacam ini dapat disimpan, tetapi tiap-tiap waktu tertentu
harus diadakan peremajaan dengan memindahkannya ke medium baru. Piaraan-piaraan yang
diperoleh dari piaraan pertama disebut piaraan turunan (sub-culture).Tiap-tiap laboratorium
perlu menyimpan beberapa jenis piaraan murni. Negara-negara yang sudah maju mesti
mempunyai koleksi pelbagai piaraan murni; piaraan simpanan itu disebut juga “stock culture”.

3. Sterilisasi

Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan di dalam mikrobiologi, harus dalam keadaan
steril. Artinya, pada bahan atau peralatan tersebut tidak terdapat mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya, baik akan mengganggu / merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan
proses yang sedang dikerjakan. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan/pemusnahan
bakteri dengan cara membunuh mikroorganisme suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan.

Beberapa cara untuk mensterilkan medium


a. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut
selama beberapa jam. Dengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang
demikian ini dilakukan oleh Spallanzani (1729 – 1799) untuk membuktikan tidak mungkinnya
abiogenesis.
b. Tyndallisasi. Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap untuk beberapa menit saja.
Sehabis didiamkan satu hari – selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif –
maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit
c. Dengan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang
akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit; hal ini
bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Medium yang akan
disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpul
dalam satu botol yang besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap
dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 121o C. Biasanya autoklaf sudah diatur
demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds) per inch
persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu dimulai
semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 121oC. Setelah cukup waktu, maka kran uap
ditutup, dan dengan demikian akan kita saksikan, bahwa suhu mulai turun sedikit demi sedikit,
demikian pula manometer.
d. Dengan penyaringan (filtrasi). Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah
diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali.
Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam
autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dengan temperatur 121o C.

4. Pensterilan gelas-gelas

Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan di dalam autoklaf, karena barang-
barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan di dalam
oven kering selama 2 – 3 jam pada temperatur 160o – 170o C; hal ini bergantung kepada banyak
sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering
selama waktu dan pada temperatur seperti tersebut di atas. Alat-alat yang belum bersih dan
belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula
dilakukan dengan gas etilen oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya
letusan.

5. Macam-macam sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
a. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sistem kerja
filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat
(dalam hal ini adalah mikroba).
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
1) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll.
2) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
3) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus.
4) Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf

Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
Pemanasan dengan menggunakan sinar gelombang pendek lain seperti sinar-x, sinar gamma dll.
c. Sterilisaisi secara kimiawi, biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol,
larutan formalin, larutan AMC (campuarn asam klorida dengan garam Hg) dsb.

6. Media (Medium)

Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang disebut
media.sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak
ditumbuhi oleh mikroba lain.
Media-media yang dapat digunakan dalam uji mikrobiologi ini antara lain:
a. PCA (Plate Count Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
b. PDA (Potato Dextrose Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan kapang
c. Pepton: sebagai bahan pengencer

Pengertian dan Fungsi


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.

Macam-Macam Media Pertumbuhan


1. Medium berdasarkan sifat fisik (bentuk)
a) Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi
padat. Umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang mikroalge.
b) Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit
kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya
pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang. Biasanya untuk mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan
hidup anaerobik.
c) Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar/tidak ditambah zat pemadat, contohnya
adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth). Biasa dipergunakan untuk kiroglae dan bakteri
seperti bakteri dan ragi.
2. Medium berdasarkan komposisi (susunan)
a) Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara
pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b) Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya
PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk
bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa
penyusunnya.
c) Medium non sintesis/alami yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato
Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan tujuan penggunaan


Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient
Broth, Blood Agar.
a) Media selektif/penghambat
Media selektif yaitu media yang dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak
diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Media yang hanya cocok
untuk species-species tertentu dan tidak cocok untuk species yang lain.
b) Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya
juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak
hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen
kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
c) Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
d) Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba.
e) Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-
kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia.
f) Media diferensial
Media diferensial yaitu media yang dibuat untuk memudahkan mengenali koloni
organisme yang diinginkan. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya
TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna,
ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.

7. Penanaman Mikroba (inokulasi)

Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru minta
banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut-paut
dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril; ini untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan.
a) Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah
menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan inokulasi, baik
sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat
dilakukan juga di dalam suatu kotak berkaca (ent-kas). Dalam laboratorium untuk membuat
vaksin, serum dan sebagainya, udara yang masuk ke dalam ruangan itu dilewatkan saringan yang
disinari dengan sinar ultra-ungu.
b) Pemindahan dengan kata inokulasi
Ujung kawan inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus,
boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1 – 3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini
dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin
kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi
juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai,
mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan
inokulum tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya
memang akan membuat suatu sediaan.
c) Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau pada penyelidikan susu.
Untuk itu diambillah 1 ml contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril.
Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur-adukkan dengan medium agar-agar
yang masih dalam keadaan cair (suhu antara 42 – 45oC). Lalu agar-agar yang masih encer ini
dituangkan di cawan Petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan Petri yang berisi piaraan
baru itu disimpan dalam tempat yang aman, misalnya di dalam almari atau di dalam laci.
BAB III
KESIMPULAN

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil
(diamater kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu
peralatan khusus. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti :
1. Bakteriologi
2. Imunologi
3. Virologi
4. Mikologi dan
5. Parasitologi.

Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesatnya dari tahun ke tahun, sehingga
merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Pemindah sebaran mikroba
melalui udara sering dinamakan infeksi asal udara dan infeksinya dittulakan melalui udara.
Wahana pemindahsebaran ini adalah tetesan air liur, sekresi pernafasan lain, debu tercemar dan
fomit (benda mati yang tercemat oleh pathogen dan membantu penyebaranya). Beberapa
penyakit asal udara tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Penularan mikroba ini,
bergantung pada pemindah sebaran asal udara yang cepat dari satu orang ke orang lain, kadang-
kadang dengan pemindahan langsung seperti melalui ciuman. Misal virus campak. Namun
mikroba lain, seperti bakteri tuborkulosis dapat bertahan hidup untuk jangka waktu lama di luar
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajaran Fakultas Kedokteran Universitas Terbuka. 1994. Mikrobiologi Kedokteran.


Binapura Aksara.
Posted by Joe Lbr at 05:24
Email ThisBlogThis!Share to Twitter
BAB I
PENDAHULUAN

Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana dan
lingkungan ini berada dalam dalam satu fasa yaitu gas. Jumlah relatif dari berbagai gas di udara
diukur dengan persentase volume yaitu terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,9% argon,
0,03% karbon dioksida 0,01% hidrogen dan gas lainnya dalam jumlah sedikit. Selain berbagai
gas, debu dan uap yang terkondensasi juga dapat ditemukan di udara. Udara terdiri dari berbagai
lapisan hingga ketinggian sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer.
Di daerah subtropis, troposfer memanjang sekitar 11 km sedangkan di daerah tropis sampai
sekitar 16 km. Troposfer ini dicirikan dengan keberadaan mikroorganisme. Temperatur atmosfer
bervariasi dekat permukaan bumi. Namun, mikroba dalam jumlah besar ditemukan di atmosfer
bagian bawah (permukaan bumi).
Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial. Saat ini, masyarakat
di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih dan segar karena tingginya tingkat
pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran
udara seperti ini mengakibatkan logam-logam berat berbahaya, virus, bakteri dan
mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui tarikan napas kita.
Mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berterbangan bebas
di udara dan cara penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan
terhadap penyakit tersebut. Pada bahasan kali ini, kami akan memaparkan beberapa jenis
penyakit yang ditularkan melalui udara diantaranya penyakit TBC, meningitis dan influenza.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Mikrobiologi


Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil
(diamater kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu
peralatan khusus.
Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi,
mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesatnya dari tahun ke tahun,
sehingga merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri.
Dalam mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan
penyakit (infeksi); dan dicari jalan bagaimana cara pencegahan, penanggulangan serta
pemberantasannya. Ilmu ini terus berkembang tanpa hentinya karena mikroorganisme sebagai
makhluk hidup mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru, sehingga hal ini
akan tetap merupakan tantangan bagi ilmu kedokteran.

B. Bakteri Dasar
Bakteri berukuran sangat kecil sehingga struktur tubuhnya sulit untuk diamati. Tubuh
bakteri berupa sel tunggal, dinding selnya tersusun dari hemiselulosa dan senyawa semacam
pektin yang lebih mendekati pada sel hewan. Dinding sel dilapisi selaput mirip gelatin yang
menyebabkan dinding sel berlendir. Isi sel berupa protoplas dengan membran plasma dan
sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersebar butiran-butiran nukleotida yang mengandung DNA,
belum terdapat inti dengan membran inti seperti pada sel umumnya. Belum terdapat plastida dan
zat warna. Sebagian bakteri ada yang mempunyai karotenoida.
Jika dilihat dari struktur luarnya, bentuk bakteri akan beraneka ragam, yaitu berbentuk
batang, spiral, dan bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar klasifikasi bakteri. Jika bakteri
cocus membelah diri pada satu bidang dan tetap saling melekat berpasangan dua dua, disebut
diplococus, contohnya, Diplococus bacillus. Jika selnya membelah diri pada satu bidang dan
tetap melekat berbaris seperti rantai, disebut streptococus, misalnya, Spirillum. Jika selnya
membelah diri pada dua bidang dan secara khas membentuk kelompok terdiri dari empat sel,
disebut tetracocus (Pediococcus cerevisiae). Jika selnya membelah diri pada tiga bidang dalam
suatu pola tak teratur seperti anggur, disebut stafilcocus, misalnya, Staphylococcus aureus. Jika
selnya membelah diri pada tiga bidang dalam suatu pola teratur membentuk penataan seperti
kubus, disebut sarsina, misalnya, Sarcina ventriculi.
Bakteri yang berbentuk spiral biasanya tidak berkelompok. Spirillum dibedakan menjadi
:
1. Bentuk spiral (berupa lengkung lebih dari setengah lingkaran), misalnya, Spirillum minor.
2. Koma (berupa lengkung kurang dari setengah lingkaran, pendek, dan tidak lengkap), misalnya,
Vibrio comma, dan
3. Spiroseta (berupa spiral yang halus dan lentur), misalnya, Treponema pallidium.
Plasma bakteri banyak mengandung vakuola-kecil yang berisi cadangan makanan, seperti
glikogen, amilosa, lemak, zat putih telur, dan vulotin. Umumnya, bakteri bergerak pasif, tetapi
ada juga yang dapat bergerak aktif dalam medium cair.
Pada fase tertentu, bakteri tersebut dapat membentuk rambut-rambut plasma yang dapat
menembus dinding plasma. Rambut plasma ini disebut bulu cambuk atau flagel. Jumlah flagel
dapat berbeda-beda, misalnya, monorik (satu flagel pada salah satu kutubnya), subpolar (dua
flagel masing-masing di bawah kutubnya), lofotrik (ada seberkas flagel pada salah satu
kutubnya), dan peritrik (flagel menyebar di seluruh permukaan sel). Dengan mikroskop, terlihat
tiga struktur utama di luar dinding sel walaupun tidak semua bakteri memiliki ketiga struktur
tersebut. Ketiga struktur tersebut adalah flagel, pili, dan kapsul. Mengenai flagel, telah dijelaskan
di atas. Sekarang kalian juga perlu mengetahui tentang pili dan kapsul. Pili (fimbriae), berupa
filamen atau benang, lebih kecil, lebih banyak, dan lebih pendek daripada flagel. Pili hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron dan tidak berhubungan dengan pergerakan.
Fungsi pili adalah sebagai pintu gerbang bagi masuknya materi genetik selama
perkawinan dan berfungsi membantu untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan
yang merupakan sumber nutriennya. Kapsul atau lapisan lendir merupakan bahan kental yang
mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi bakteri karena merupakan pelindung dan
sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada bakteri penyebab penyakit, kapsul dapat berfungsi
meningkatkan kemampuan bakteri dalam menginfeksi inangnya atau dengan kata lain
meningkatkan daya virulensi. Selain tiga struktur utama di luar tubuh bakteri, terdapat struktur
dalam tubuh bakteri. Setelah kapsul ditemukan tubuh bakteri yang batas terluarnya adalah
dinding sel, kemudian di bawahnya terdapat membran sel. Membran sel pada bagian tertentu
membentuk mesosom, lalu bagian dalam tubuh terdapat sitoplasma dan struktur-struktur di
dalam sitoplasma.

Struktur dasar bakteri :


1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida
(ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Struktur tambahan bakteri :

1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk
didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora
mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal
tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya,
suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh
menjadi sel bakteri baru.

C. Sterilisasi dan Disinfeksi


Penggunaan bahan-bahan kimia untuk sterilisasi dan disinfeksi
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para
ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-
benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan
penggunaannyapun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula.
Antiseptika dan disinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya; antiseptika
diapkai terhadap jaringan hidup, sedangkan disinfektan untuk bahan-bahan tak bernyawa seperti
dahak dan sebagainya.

tisepsis : Mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau
membunuh; dipakai untuk zat-zat kimia terhadap jaringan hidup.
tiseptik : Zat kimia yang dipakai untuk maksud antisepsis
infeksi : Membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia;
dilakukan terhadap benda mati.
infektan : Zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi
rilisasi : Setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikoorganisme.

nanggulangan Antiseptika dan Disinfektan


berapa hal yang perlu diperhatikan pada dis infeksi secara kimia :
1. Rongga (space) yang cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi, sehingga seluruh permukaan
alat-alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
2. Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisid).
3. Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat, alat-alat yang disinfeksi jangan diangkat sebelum
waktnya.
4. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.
5. Pengeceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap kali harus dibuat
pengeceran baru. Disinfektan yang sudah menunjukkan tanda-tanda pengaruhan atau
pengendapan harus diganti dengan yang baru.
6. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfektan.
Antiseptik Kimia
Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya
isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah, namun merupakan antiseptik yang sangat
efektif. Penambahan yodium pada alkohol tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk
membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik
untuk dipakai sebagai antiseptik.

Halogen
Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan yodium, baik yang organik maupun inorganik.
Kebanyakan senyawa halogen membunuh sel hidup. Mereka membunuh sel karena
mengoksidasi protein, dan dengan demikian merusak membran dan menginatifkan ensim-ensim.
Yodium
Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti misalnya amuba yang menyebabkan
disentri. Pada konsentrasi yang tepat, yodium tidak mengganggu kulit, namun penggunaan
tincturayodii mewarnai jaringan dan menyebabkan iritasi lokal pada kulit, dan kadang-kadang
reaksi alerti.

Klorin
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejal lama klorin dikenal
sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik, dan dijadikan standar pengolahan air minum
di seluruh lingkungan. Sayangnya kebanyakan senyawa klorin dinaktifkan oleh bahan-bahan
organik dan beberapa katalisator logam.
Berbagai derivat klorin organik juga dipakai untuk disinfeksi air. Ini terutama penting bagi
pekemah (campers) yang kadang-kadang harus mempergunakan air yang dikhawatirkan tercemar
senyawa yang sering digunakan adalah halazon atau parasulfone dichloramidobenzoic acid yang
pada konsentrasi 4-8 mgr/L dapat mendisinfeksi air yang mengandung Salmonella typhi dalam
waktu 30 menit.

Alkohol
Ada 3 jenis alkohol yang dipergunakan yaitu metanol, CH3OH, etanol, CH3CH2OH, dan
isopropanol (CH3)2CHOH. Semakin tinggi berat molekulnya semakin meningkat pula daya
bakterisidnya. Isopropil alkohol adalah yang terbanyak di pergunakan, yang dipergunakan
didalam praktik adalah solusi alkohol 70-80% dalam air.
Fenol
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister di didalam ruang bedah
sebagai gemicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.
Heksaklorofen merupakan derivat fenol yang paling berguna. Dikombinasikan dengan
sabun akan merupakan disinfektan kulit yang sangat efektif, tetapi lambat kerjanya. Fenol dan
kresol juga bersifat menghilangkan sakit (pain killing). Oleh karena sangat toksik, mereka hanya
dapat dipergunakan secara eksternal.
Peroksida
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Molekulnya
tidak stabil, dan apabila dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen.
2 H2O2  2 H2O + O2
Dengan adanya ion-ion logam yang umumnya terdapat di dalam sitoplasma sel, maka
selama pembentukan oksigen, dibentuk pula radikal superoksida (O2) yang akan bereaksi dengan
grup-grup bermuatan negatif di dalam protein dan yang selanjutnya akan menginaktifkan sistem
enzim yang vital. Pada konsentrasi 0,3-6,0%, H2O2 dipakai untuk disinfeksi, dan pada
konsentrasi 6,0-25,0% dipakai untuk sterilisasi.

Zat warna
Beberapa macam zat warna memiliki sifat menghambat pertumbuhan kuman
(bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan zat warna rosanilin. Akriflavin (campuran derivat
akridin dengan senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas yang luas, dan telah dipergunakan
untuk mengobati infeksi traktus urinarius. Mekanisme kerjanya agaknya disebabkan karena
akridin mampu bereaksi dengan DNA.
Ungu kristal yang merupakan derivat metil dari zat warna rosanilin bersifat bakteriostatik
bagi kuman-kuman positif gram. Ungu kristal dipakai untuk mengobati kandidiasis dan vaginitis
karena trikomonas. Mekanisme kerja senyawa ini terhadap kuman positif gram, mirip dengan
penisilin yaitu blokade tahap terakhir pada penyusunan dinding sel.

Deterjen
Deterjen merupakan senyawa organik, yang karena strukturnya, dapat berkaitan dengan
air dan dengan molekul-molekul organik nonpolar. Molekul deterjen memiliki satu ujung
hidrofilik yang dapat bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat. Oleh
karenanya molekul deterjen akan menempel pada permukaan bahan organik dengan ujung
hidrofiliknya mengarah ke air.
Deterjen mungkin bermuatan listrik (ionik), mungkin pula tidak (nonionik). Yang
nonionik biasanya tidak merupakan disinfektan yang baik, bahkan dalam beberapa hal dapat
menyokong pertumbuhan kuman dan jamur.
Logam-logam berat
Logam berat berperan sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-
enzim atau lain-lain protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipergunakan
adalah Hg, Ag, Ag, Zn, dan Cu.
Hg : HgCl2 pernah merupakan disinfektan yang populer, tapi kini sudah dianggap usang dan tidak
bermanfaat oleh karena dapat diinaktifkan oleh bahan organik.
Senyawa Hg organik efektif untuk mengobati luka-luka kecil (ringan) dan sebagai preservatif di
dalam serum dan vaksin.
Ag : Pada konsentrasi 1%, AgNO3 biasa dipergunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
infeksi gonokokus pada mata bayi yang baru lahir
As : Arsen pernah terkenal sebagai obat pertama untuk sifilis, dan kini masih dipergunakan dalam
pengobatan infeksi oleh protozoa
Zn : Dalam bentuk pasta, dipakai untuk mengobati infeksi karena kuman atau jamur

Aldehida
Aldehida juga membuhuh sel dengan mendenaturasi protein. Larutan formaldehid 20%
dalam 65-70% alkohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila alat-alat direndah
selama 18 jam. Akan tetapi oleh karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut harus
dibilas terlebih dahulu sebelum dipakai.

Cara-cara dengan gas


Oksida etilen (ETO):
Oksida etilen merupakan zat pengalkil yang dapat membunuh sel. Oksida etilen
merupakan gas yang sangat eksplosif dan larut di dalam air.
untuk menjamin sterilitas bahan-bahan, diperlukan pemanasan selama semalam terhadap ETO
12% pada suhu 600C.
Uap formaldehid :
Selain dalam bentuk cairan, formaldehid juga sangatbermanfaat dalam bentuk gas.
Apabila formalin (larutan formaldehid 37% dalam air) dipanaskan, akan melepaskan uap
formaldehid yang merupakan disinfektan sangat efektif bagi alat-alat dan berbagai bahan yang
tercemar dengan spora atau Mycobacterium tuberculosis.
Beta-propiolakton
Beta-propiolakton (BPL) stabil pada suhu di bawah titik beku, tapi apabila diuapkan pada
suhu kamar dalam lingkungan yang lembab, menjadi bahan pensteril yang sangat kuat.

Cara-cara pengujian antiseptik dan disinfektan


Zat\-zat antimikroba yang dipergunakan, baik untuk antisepsis atau disinfeksi harus diuji
keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes
koefisien fenol.

Tes Koefisien Fenol


Tes koefisien fenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk dengan daya
bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol an produk yang dicoba,
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan staphylococcus aureus atau salmonella typhi.

Pengenalan Mikroba Secara Fisik

1. Thermal death point

Suhu dimana suatu suspensi organisme telah disterilkan setelah pemaparan selama 10 menit

2. Thermal deat time

Waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu
untuk mensterilkan suatu suspensi organisme

3. D Value

Waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme dalam suatu suspensi pada suatu
suhu tertentu. Suhu biasanya dinyatakan sebagai D1000C atau D 590F.

4. Z value

Jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D value sampai menjadi
sepersepuluh nilai semula.
Cara kerja panas
Panas basah membunuh kuman karena mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan
membran sel. Daya bunuh panas ini juga meliputi perubahan kondisi fisik daripada lemak sel.
Panas kering membunuh kuman terutama karena oksidasi komponen-komponen sel.

Pemanasan basah

1. Otoklaf

Teknik sterilisasi yang paling pasti adalah penggunaan uap air disertai dengan tekanan, yang
dilakukan dalam alat yang disebut otoklaf. Otoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu
menahan tekanan di atas 1 atm. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan, dimasukkan
ke dalam ruangan ini. Setelah udara dalam ruangan ini digantikan oleh uap air, maka ruangan ini
ditutup rapat sehingga tekanannya akan meningkat, yang juga akan diikuti olehkenaikan
suhunya.

2. Merebus (boiling)

Teknik disinfeksi termudah dan termurah adalah dengan merebus, waktu disinfeksi yang
dianjurkan adalah 15 menit dihitung setelah air mendidih. Sel vegetatif akan dimatikan dalam
waktu 5-10 menit pemaparan, tetapi spora dan kebanyakan virus mampu bertahan berjam-jam
dengan cara ini.

3. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan yang untuk pertama kalinya
dilakukan oleh pasteur dengan maksud untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk
(perusak) di dalam anggur, dan dengan demikian dapat memperpanjang shelf life anggur
tersebut, dan tanpa merusak anggur tadi.

Pemanasan Kering
(Hot air sterilization)
Alat-alat yang akan disterilkan dengan cara ini, ditempatkan di dalam oven dimana
suhunya dapat mencapai 160-1800C. caranya adalah dengan memanaskan udara di dalam oven
tersebut (dengan gas atau listrik). Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik panas
basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini, lebih lama yaitu selama 1-2 jam.
Sterilisasi dengan udara panas ini baik dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti
piring petri, pipet, tabung reaksi, labu dan sebagainya.

Radiasi
Radiasi ungu ultra (ultraviolet)
Mikroorganisme di udara dapat dibunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu ultra.
Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di antara 220-290 nm: radiasi
paling efektif adalah 253,7nm. Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya
yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik
yang berupa carian, gas, atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau ditempatkan langsung di
bawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis.

Penyaringan (filtration)
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan
penyaring yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Saringan akan tercemar, sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat
saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengadsorpsi mikroorganisme.

Menyaring cairan
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti : saringan seitz, yang
mempergunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang
mempergunakan filter terbuat dari tanah diatomae; saringan chamberland, yang mempergunakan
filter terbuatdar porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter terbuat dari serbut
gelas.

Menyaring udara
Untuk menjaga agar suatu alat (labu, tabung) yang sudah steril tidak tercemar oleh
kuman, atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman lain, maka alat-
alat tersebut harus ditutup dengan kapas, oleh karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat
menahan mikroorganisme, harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas basah
memungkinkan kuman menembus ke dalam.
Zat-zat kemoterapetik
Salah satu keberhasilan yang penting dalam ilmu kedokteran adalah eradikasi berbagai
penyakit infeksi dengan mempergunakan zat kemoterapetik. Dua penemuan penting telah
merombak cara terapi penyakit infeksi. Yang pertama adalah penemuan prontosi pada tahun
1935 yang mempunyai efek kuratif terhdap infeksi streptokokus. Prontosil ini merupakan
pendahulu daripada sulfonamida. Invitro prontosil tidak bersifat antibakteri, sedangkan in vivo
sifat antibakterinya disebabkan karena pembebasan p-aminobensensulfonamida (sulfonamida).
Penemuan kedua adalah ditemukannya antibiotik penisilin oleh Fleming pada tahun
1929, dan kemudian pada tahun 1940, florey dkk, mendemonstrasikan keampuhan penisilin yang
tak tertandingkan serta kemungkinan diekstraksikannya antibiotika tersebut dari cairan biakan.

Antibiotika
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk oleh berbagai
spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam, dan memegang peranan penting
dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos, antibiotika ini berada
dalam susunan kimia dan cara kerjanya.

Sifat-sifat antibiotik sebaiknya adalah :

1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host


2. Bersifat bakterisid dan bukan bakteriostatik
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
4. Berspektrum luas
5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka
waktu lama
6. Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat
7. Larut di dalam air serta stabil
8. Bactericidal level didalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama
Mekanisme Kerja Antibiotika
Antibiotika mengganggu (interfere) bagian-bagian yang peka didalam sel, yaitu:

1. Sintesis dinding sel


2. Fungsi membran
3. Sintesis protein
4. Metabolisme asam nukleat
5. Metabolisme intermedier

Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel


Sel kuman dikelilingi oleh suatu struktur kaku yang disebut dinding sel, yang melindungi
membran protoplasam di bawahnya terhadap trauma, baik osmotik maupun mekanik. Karena itu,
setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah sintesisnya, akan menyebabkan
terbentuknya sel-sel yang peka terhadap tekanan osmotik. Di antara antibiotika yang
mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin,
basitrasin.

Penisilin dan sefalosporin


Hingga kini penisilin masih banyak dipakai di dalam pengobatan. Produk pertama
penisilin yang diperoleh dari jamur Penicillium natatum, kini digantikan oleh suatu muatan yaitu
penicillium chrysogenum yang mampu menghasilkan penisilin dalam jumlah yang berlipat
ganda. Istilah penisilin adalah generik untuk semua grup penisilin, baik yang natural ataupun
semisintetik.

Penisilin semisintetik
Dari penisilin semisintetik ini, yang paling berguna adalah kelompok yang resisten
thadap penisilinasa seperti metisilin, kloksasilin, oksasilin dan nafsilin. Dari senyawa-senyawa
berspektrum luas yang bermanfaat dalam klinik adalah ampisilin yang tahan asam tetapi peka
terhadap penisilinasa dan karbenisilin yang terutama berguna terhadap infeksi oleh
pseudomonas.
Sefalosporin
Antibiotika golongan ini dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Salah satu dari senyawa
yang natural yaitu sefalosporin C, memiliki struktur dan mekanisme kerja yang mirip dengan
penisilin. Dari sefalosporin yang kini banyak dipergunakan adalah sefalotin dan sefazolin,
sefaloridin dan sefaleksin.

Mekanisme kerja
Penisilin mengganggu (interfere) pembentukan dinding sel terutama pada tahap terakhir.
Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-kuman tanpa
dinding sel atau kuman bentuk L

Antibiotika yang mengganggu/merusak membran sel


Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia merupkan pembatas osmotik bagi
bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit
dan bahan gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktivitas
biosintetik tertentu.

Polimiksin
Merupkan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi, dan sangattoksik,.
Antibiotik ini dihasilkan oleh bacillus polymyxa. Anggota ke lompok ini dikenal dengan huruf-
huruf A, B, C, D dan E, dimana hanya polimiksin B dan E (kolistin) saja yang dipakai dalam
klinik. Antibiotika ini terutama dipakai terhadap infeksi oleh pseudomonas aeruginosa yang
seringkali resisten terhadap kebanyakan antibiotika.

Poliena
Merupakan antibiotika makrolid yang secara selektif menghambat organisme yang
membrannya mengandung sterol. Mereka aktif terhadap ragi, jamur dan lain-lain sel eukariotik,
tetapi tidak berpengaruh terhadap kuman-kuman prokariotik yang tidak memiliki sterol di dalam
membrannya.
Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA
Sejumlah obat-obat anti mikroba berfungsi terutama mengganggu/ merusak struktur dan
fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya beberapa saja yang dapat dipakai di klinik,
meskipun demikian, obat-obat ini sangat bermanfaat sebagai alat biokimia, dan memberikan
sumbangan yang penting pada biologi molekuler.

Antibiotika yang menghambat sintesis protein


Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu:
1. Uranskripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan
2. Transkripsi translasi atau sintesis protein yang RNA-de-pendent

Antagonisma metabolik
Ensim-ensim seringkali dihambat oleh senyawa-senyawa yang mempunyai struktur mirip
dengan substrat asalnya. Penghambat-penghambat seperti ini menyatu (bergabung) dengan ensim
sedemikian rupa sehingga mencegah kombinasi substrat-ensim dan reaksi-reaksi katalitik.

Sulfonamida
Istilah sulfonamida merupakan nama generic untuk derivat-derivat daripada p-
aminobensensulfonamida atau sulfanilamida. Zat ini (prontosil) untuk pertama kalinya
dipergunakan oleh Domagk pada tahun 1935 dan merupakan zat kemoterapetik pertama yang
dipakai untuk mencegah dan mengobati infeksi bakterial pada manusia. In vitro, prontosil inaktif
terhadap kuman, tetapi di dalam badan, ia dipecah menjadi p-aminobensensulfonamida yang
merupakan bagian molekul yang bersifat kemoterapetik.

Sulfon
Derivat dari pada 4,4 diaminodifenilsulfon (dapason) merupakan kelompok zat yang
bersifat khusus, terutama terhadap genus mycobacterium. Mereka telah dipakai dalam
pengobatan tuberkulosis, tetapi kini penggunaannya dibatasi hanya untuk lepra.
P-Aminosalicylic acid (PAS)
Aktivitas antimikroba daripada PAS adalah sangat khas untuk mycobacterium
tuberculosis. PAS bersifat bekteriostatik, dan mempunyai struktur mirip dengan PABA. Kini
PAS merupakan second line drug pada kemoterapi terhadap tuberkulosis.

Inosiasid
Isonicotinic acid hydrazid (INH) atau isoniasid bersifat sangat khas terhadap
mycobacterium tuberculosis. Dalam konsentrasi rendah sangat efektif, dan hanya bersifat
bakterisid terhadap kuman-kuman yang sedang tumbuh aktif. Kuman tuberkulosis yang
berkontak dengan obat ini akan kehilangan sifat tahan asamnya. Pada saat ini, isoniasid
merupakan obat paling poten dan berguna dalam pengobatan tuberkulosis. Meskipun demikian
resistensi terhadap obat ini cepat terjadi. Masalah ini dapat dihindari dengan jalan memberikan
isoniasid secara simultan dengan streptomisin atau ethambutol.

D. Sistem Imunologi
Manusia dan binatang multiseluler, mempunyai daya faal untuk mengenal bahan atau zat
kimia yang dianggap ”diri sendiri” (self) dan membedakannya dari yang ”asing” (non self).
Kemampuan ini menjadi dasar dari kekebalan, karena badan akan berusaha untuk mengeluarkan
atau memusnahkan bahan asing yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

Kekebalan dapat dalam 2 golongan besar


1. Kekebalan alam (natural immunity), sudah ada sejak lahir\
2. Kekebalan didapat (acquired immunity), didapat selama hidup

Kekebalan alam
Di antara manusia dan binatang berbagai jenis ditemukan perbedaan dalam hal kekebalan
terhadap berbagai macam penyakit. Faktor konstitusi atau faktor lain yang tidak diketahui dapat
menimbulkan kekebalan alam berupa:
1. Kekebalan Ras (racial immunity)

Telah ditemukan secara statistik bahwa orang kulit berwarna lebih peka terhadap penyakit
tuberkulosis daripada orang kulit putih.

2. Kekebalan Spesies (species immunity)

Penyakit lepra dan gonore secara alam hanya terdapat pada manusia dan tidak ditemukan pada
binatang. Penyakit tetanus yang terdapat pada manusia dan kuda, tidak terdapat pada burung.
Penyakit anthrax yang ditemukan pada ternak, tidak terdapat pada anjing atau kucing.

3. Kekebalan Perorangan (personal immunity)

Ditemukan perbedaan kepekaan terhadap satu jenis penyakit pada beberapa orang di dalam satu
spesies atau ras.

Diketahui juga faktor-faktor antimikroba yang bekerja tidak khas yang membantu kekebalan
alam:

1. Kulit
2. Selaput lendir
3. Fagositosis
4. reaksi radang
5. interferon

Daya pertahanan tubuh yang berdasarkan faktor-faktor tidak khas tersebut di atas merupakan
daya pertahanan yang amat penting, akan tetapi daya pertahanan tubuh yang berdasarkan
kekebalan didapat ternyata lebih penting lagi dan merupakan daya vital untuk kelangsungan
hidup manusia.

Kekebalan didapat
Pada kekebalan yang didapat, pencegahan terjadinya penyakit ditujukan pada bahan asing
yang masuk ke dalam jaringan tubuh, mungkin berupa kuman tertentu, virus atau toksin.
Bahan asing yang masuk disebut ”antigen” dan terhadap antigen ini dalam tubuh
dibentuk bahan yang disebut antibodi. Antibodi yang termasuk zat imunoglobulin, dapat
disuntikan ke dalam orang lain dan akan memberi proteksi kepada orang lain.

Dengan demikian dikenal berbagai cara untuk mencapai kekebalan

E. Pemeriksaan Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, dan kehidupan jasad hidup
mikroba (jasad renik, mikrobia, mikroorganisme). Untuk mempelajari mikroorganisme yang
mempunyai ukuran kecil ini diperlukan adanya suatu pengamatan. Pengamatan itu dapat
dilakukan dengan pemiaraan (kultur/biakan) mikroorganisme yang berfungsi memudahkan
pengamatan.

Ada beberapa istilah dalam pembiakkan mikroorganisme:

1. Biakan murni

Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium
pertumbuhan.

2. Piaraan campuran, Piaraan murni

Supaya kita mendapatkan satu spesies saja dalam satu piaraan, maka perlulah diadakan
suatu piaraan murni (pure culture). Piaraan murni dapat diperoleh dari piaraan campuran (mixed
culture) dengan cara sebagai berikut.
Kalau kita pertama kali mengadakan piaraan, biasanya yang kita peroleh itu suatu
piaraan campuran. Misal, kita ambil bahan (sampel) dari udara, dari tanah, dari kotoran; kalau
bahan itu kita sebarkan pada medium steril, akan tumbuhlah beraneka koloni yang masing-
masing mempunyi sifat-sifat yang khas. Jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni
tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan
tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan cermat
menurut teknik aseptik, yaitu menggunakan alat-alat yang steril dan aturan-aturan laboratorium
tertentu. Piaraan yang kita peroleh dengan jalan demikian kita sebut piaraan pertama (primary
culture), dan sifatnya murni. Piaraan semacam ini dapat disimpan, tetapi tiap-tiap waktu tertentu
harus diadakan peremajaan dengan memindahkannya ke medium baru. Piaraan-piaraan yang
diperoleh dari piaraan pertama disebut piaraan turunan (sub-culture).Tiap-tiap laboratorium
perlu menyimpan beberapa jenis piaraan murni. Negara-negara yang sudah maju mesti
mempunyai koleksi pelbagai piaraan murni; piaraan simpanan itu disebut juga “stock culture”.

3. Sterilisasi

Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan di dalam mikrobiologi, harus dalam keadaan
steril. Artinya, pada bahan atau peralatan tersebut tidak terdapat mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya, baik akan mengganggu / merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan
proses yang sedang dikerjakan. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan/pemusnahan
bakteri dengan cara membunuh mikroorganisme suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan.

Beberapa cara untuk mensterilkan medium


a. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut
selama beberapa jam. Dengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang
demikian ini dilakukan oleh Spallanzani (1729 – 1799) untuk membuktikan tidak mungkinnya
abiogenesis.
b. Tyndallisasi. Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap untuk beberapa menit saja.
Sehabis didiamkan satu hari – selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif –
maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit
c. Dengan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang
akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit; hal ini
bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Medium yang akan
disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpul
dalam satu botol yang besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap
dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 121o C. Biasanya autoklaf sudah diatur
demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds) per inch
persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu dimulai
semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 121oC. Setelah cukup waktu, maka kran uap
ditutup, dan dengan demikian akan kita saksikan, bahwa suhu mulai turun sedikit demi sedikit,
demikian pula manometer.
d. Dengan penyaringan (filtrasi). Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah
diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali.
Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam
autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dengan temperatur 121o C.

4. Pensterilan gelas-gelas

Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan di dalam autoklaf, karena barang-
barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan di dalam
oven kering selama 2 – 3 jam pada temperatur 160o – 170o C; hal ini bergantung kepada banyak
sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering
selama waktu dan pada temperatur seperti tersebut di atas. Alat-alat yang belum bersih dan
belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula
dilakukan dengan gas etilen oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya
letusan.

5. Macam-macam sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
a. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sistem kerja
filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat
(dalam hal ini adalah mikroba).
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
1) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll.
2) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
3) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus.
4) Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf

Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
Pemanasan dengan menggunakan sinar gelombang pendek lain seperti sinar-x, sinar gamma dll.
c. Sterilisaisi secara kimiawi, biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol,
larutan formalin, larutan AMC (campuarn asam klorida dengan garam Hg) dsb.

6. Media (Medium)

Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang disebut
media.sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak
ditumbuhi oleh mikroba lain.
Media-media yang dapat digunakan dalam uji mikrobiologi ini antara lain:
a. PCA (Plate Count Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
b. PDA (Potato Dextrose Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan kapang
c. Pepton: sebagai bahan pengencer

Pengertian dan Fungsi


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.

Macam-Macam Media Pertumbuhan


1. Medium berdasarkan sifat fisik (bentuk)
a) Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi
padat. Umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang mikroalge.
b) Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit
kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya
pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang. Biasanya untuk mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan
hidup anaerobik.
c) Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar/tidak ditambah zat pemadat, contohnya
adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth). Biasa dipergunakan untuk kiroglae dan bakteri
seperti bakteri dan ragi.
2. Medium berdasarkan komposisi (susunan)
a) Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara
pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b) Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya
PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk
bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa
penyusunnya.
c) Medium non sintesis/alami yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato
Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan tujuan penggunaan


Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient
Broth, Blood Agar.
a) Media selektif/penghambat
Media selektif yaitu media yang dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak
diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Media yang hanya cocok
untuk species-species tertentu dan tidak cocok untuk species yang lain.
b) Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya
juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak
hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen
kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
c) Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
d) Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba.
e) Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-
kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia.
f) Media diferensial
Media diferensial yaitu media yang dibuat untuk memudahkan mengenali koloni
organisme yang diinginkan. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya
TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna,
ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.

7. Penanaman Mikroba (inokulasi)

Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru minta
banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut-paut
dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril; ini untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan.
a) Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah
menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan inokulasi, baik
sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat
dilakukan juga di dalam suatu kotak berkaca (ent-kas). Dalam laboratorium untuk membuat
vaksin, serum dan sebagainya, udara yang masuk ke dalam ruangan itu dilewatkan saringan yang
disinari dengan sinar ultra-ungu.
b) Pemindahan dengan kata inokulasi
Ujung kawan inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus,
boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1 – 3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini
dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin
kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi
juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai,
mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan
inokulum tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya
memang akan membuat suatu sediaan.
c) Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau pada penyelidikan susu.
Untuk itu diambillah 1 ml contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril.
Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur-adukkan dengan medium agar-agar
yang masih dalam keadaan cair (suhu antara 42 – 45oC). Lalu agar-agar yang masih encer ini
dituangkan di cawan Petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan Petri yang berisi piaraan
baru itu disimpan dalam tempat yang aman, misalnya di dalam almari atau di dalam laci.
BAB III
KESIMPULAN

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil
(diamater kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu
peralatan khusus. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti :
1. Bakteriologi
2. Imunologi
3. Virologi
4. Mikologi dan
5. Parasitologi.

Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesatnya dari tahun ke tahun, sehingga
merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Pemindah sebaran mikroba
melalui udara sering dinamakan infeksi asal udara dan infeksinya dittulakan melalui udara.
Wahana pemindahsebaran ini adalah tetesan air liur, sekresi pernafasan lain, debu tercemar dan
fomit (benda mati yang tercemat oleh pathogen dan membantu penyebaranya). Beberapa
penyakit asal udara tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Penularan mikroba ini,
bergantung pada pemindah sebaran asal udara yang cepat dari satu orang ke orang lain, kadang-
kadang dengan pemindahan langsung seperti melalui ciuman. Misal virus campak. Namun
mikroba lain, seperti bakteri tuborkulosis dapat bertahan hidup untuk jangka waktu lama di luar
tubuh.
BAB I
PENDAHULUAN

Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana dan
lingkungan ini berada dalam dalam satu fasa yaitu gas. Jumlah relatif dari berbagai gas di udara
diukur dengan persentase volume yaitu terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,9% argon,
0,03% karbon dioksida 0,01% hidrogen dan gas lainnya dalam jumlah sedikit. Selain berbagai
gas, debu dan uap yang terkondensasi juga dapat ditemukan di udara. Udara terdiri dari berbagai
lapisan hingga ketinggian sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer.
Di daerah subtropis, troposfer memanjang sekitar 11 km sedangkan di daerah tropis sampai
sekitar 16 km. Troposfer ini dicirikan dengan keberadaan mikroorganisme. Temperatur atmosfer
bervariasi dekat permukaan bumi. Namun, mikroba dalam jumlah besar ditemukan di atmosfer
bagian bawah (permukaan bumi).
Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial. Saat ini, masyarakat
di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih dan segar karena tingginya tingkat
pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran
udara seperti ini mengakibatkan logam-logam berat berbahaya, virus, bakteri dan
mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui tarikan napas kita.
Mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berterbangan bebas
di udara dan cara penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan
terhadap penyakit tersebut. Pada bahasan kali ini, kami akan memaparkan beberapa jenis
penyakit yang ditularkan melalui udara diantaranya penyakit TBC, meningitis dan influenza.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Mikrobiologi


Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil
(diamater kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu
peralatan khusus.
Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi,
mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesatnya dari tahun ke tahun,
sehingga merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri.
Dalam mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan
penyakit (infeksi); dan dicari jalan bagaimana cara pencegahan, penanggulangan serta
pemberantasannya. Ilmu ini terus berkembang tanpa hentinya karena mikroorganisme sebagai
makhluk hidup mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru, sehingga hal ini
akan tetap merupakan tantangan bagi ilmu kedokteran.

B. Bakteri Dasar
Bakteri berukuran sangat kecil sehingga struktur tubuhnya sulit untuk diamati. Tubuh
bakteri berupa sel tunggal, dinding selnya tersusun dari hemiselulosa dan senyawa semacam
pektin yang lebih mendekati pada sel hewan. Dinding sel dilapisi selaput mirip gelatin yang
menyebabkan dinding sel berlendir. Isi sel berupa protoplas dengan membran plasma dan
sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersebar butiran-butiran nukleotida yang mengandung DNA,
belum terdapat inti dengan membran inti seperti pada sel umumnya. Belum terdapat plastida dan
zat warna. Sebagian bakteri ada yang mempunyai karotenoida.
Jika dilihat dari struktur luarnya, bentuk bakteri akan beraneka ragam, yaitu berbentuk
batang, spiral, dan bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar klasifikasi bakteri. Jika bakteri
cocus membelah diri pada satu bidang dan tetap saling melekat berpasangan dua dua, disebut
diplococus, contohnya, Diplococus bacillus. Jika selnya membelah diri pada satu bidang dan
tetap melekat berbaris seperti rantai, disebut streptococus, misalnya, Spirillum. Jika selnya
membelah diri pada dua bidang dan secara khas membentuk kelompok terdiri dari empat sel,
disebut tetracocus (Pediococcus cerevisiae). Jika selnya membelah diri pada tiga bidang dalam
suatu pola tak teratur seperti anggur, disebut stafilcocus, misalnya, Staphylococcus aureus. Jika
selnya membelah diri pada tiga bidang dalam suatu pola teratur membentuk penataan seperti
kubus, disebut sarsina, misalnya, Sarcina ventriculi.
Bakteri yang berbentuk spiral biasanya tidak berkelompok. Spirillum dibedakan menjadi
:
1. Bentuk spiral (berupa lengkung lebih dari setengah lingkaran), misalnya, Spirillum minor.
2. Koma (berupa lengkung kurang dari setengah lingkaran, pendek, dan tidak lengkap), misalnya,
Vibrio comma, dan
3. Spiroseta (berupa spiral yang halus dan lentur), misalnya, Treponema pallidium.
Plasma bakteri banyak mengandung vakuola-kecil yang berisi cadangan makanan, seperti
glikogen, amilosa, lemak, zat putih telur, dan vulotin. Umumnya, bakteri bergerak pasif, tetapi
ada juga yang dapat bergerak aktif dalam medium cair.
Pada fase tertentu, bakteri tersebut dapat membentuk rambut-rambut plasma yang dapat
menembus dinding plasma. Rambut plasma ini disebut bulu cambuk atau flagel. Jumlah flagel
dapat berbeda-beda, misalnya, monorik (satu flagel pada salah satu kutubnya), subpolar (dua
flagel masing-masing di bawah kutubnya), lofotrik (ada seberkas flagel pada salah satu
kutubnya), dan peritrik (flagel menyebar di seluruh permukaan sel). Dengan mikroskop, terlihat
tiga struktur utama di luar dinding sel walaupun tidak semua bakteri memiliki ketiga struktur
tersebut. Ketiga struktur tersebut adalah flagel, pili, dan kapsul. Mengenai flagel, telah dijelaskan
di atas. Sekarang kalian juga perlu mengetahui tentang pili dan kapsul. Pili (fimbriae), berupa
filamen atau benang, lebih kecil, lebih banyak, dan lebih pendek daripada flagel. Pili hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron dan tidak berhubungan dengan pergerakan.
Fungsi pili adalah sebagai pintu gerbang bagi masuknya materi genetik selama
perkawinan dan berfungsi membantu untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan
yang merupakan sumber nutriennya. Kapsul atau lapisan lendir merupakan bahan kental yang
mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi bakteri karena merupakan pelindung dan
sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada bakteri penyebab penyakit, kapsul dapat berfungsi
meningkatkan kemampuan bakteri dalam menginfeksi inangnya atau dengan kata lain
meningkatkan daya virulensi. Selain tiga struktur utama di luar tubuh bakteri, terdapat struktur
dalam tubuh bakteri. Setelah kapsul ditemukan tubuh bakteri yang batas terluarnya adalah
dinding sel, kemudian di bawahnya terdapat membran sel. Membran sel pada bagian tertentu
membentuk mesosom, lalu bagian dalam tubuh terdapat sitoplasma dan struktur-struktur di
dalam sitoplasma.

Struktur dasar bakteri :


1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida
(ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Struktur tambahan bakteri :

1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk
didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora
mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal
tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya,
suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh
menjadi sel bakteri baru.

C. Sterilisasi dan Disinfeksi


Penggunaan bahan-bahan kimia untuk sterilisasi dan disinfeksi
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para
ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-
benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan
penggunaannyapun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula.
Antiseptika dan disinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya; antiseptika
diapkai terhadap jaringan hidup, sedangkan disinfektan untuk bahan-bahan tak bernyawa seperti
dahak dan sebagainya.

tisepsis : Mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau
membunuh; dipakai untuk zat-zat kimia terhadap jaringan hidup.
tiseptik : Zat kimia yang dipakai untuk maksud antisepsis
infeksi : Membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia;
dilakukan terhadap benda mati.
infektan : Zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi
rilisasi : Setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikoorganisme.

nanggulangan Antiseptika dan Disinfektan


berapa hal yang perlu diperhatikan pada dis infeksi secara kimia :
1. Rongga (space) yang cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi, sehingga seluruh permukaan
alat-alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
2. Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisid).
3. Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat, alat-alat yang disinfeksi jangan diangkat sebelum
waktnya.
4. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.
5. Pengeceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap kali harus dibuat
pengeceran baru. Disinfektan yang sudah menunjukkan tanda-tanda pengaruhan atau
pengendapan harus diganti dengan yang baru.
6. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfektan.
Antiseptik Kimia
Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya
isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah, namun merupakan antiseptik yang sangat
efektif. Penambahan yodium pada alkohol tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk
membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik
untuk dipakai sebagai antiseptik.

Halogen
Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan yodium, baik yang organik maupun inorganik.
Kebanyakan senyawa halogen membunuh sel hidup. Mereka membunuh sel karena
mengoksidasi protein, dan dengan demikian merusak membran dan menginatifkan ensim-ensim.
Yodium
Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti misalnya amuba yang menyebabkan
disentri. Pada konsentrasi yang tepat, yodium tidak mengganggu kulit, namun penggunaan
tincturayodii mewarnai jaringan dan menyebabkan iritasi lokal pada kulit, dan kadang-kadang
reaksi alerti.

Klorin
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejal lama klorin dikenal
sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik, dan dijadikan standar pengolahan air minum
di seluruh lingkungan. Sayangnya kebanyakan senyawa klorin dinaktifkan oleh bahan-bahan
organik dan beberapa katalisator logam.
Berbagai derivat klorin organik juga dipakai untuk disinfeksi air. Ini terutama penting bagi
pekemah (campers) yang kadang-kadang harus mempergunakan air yang dikhawatirkan tercemar
senyawa yang sering digunakan adalah halazon atau parasulfone dichloramidobenzoic acid yang
pada konsentrasi 4-8 mgr/L dapat mendisinfeksi air yang mengandung Salmonella typhi dalam
waktu 30 menit.

Alkohol
Ada 3 jenis alkohol yang dipergunakan yaitu metanol, CH3OH, etanol, CH3CH2OH, dan
isopropanol (CH3)2CHOH. Semakin tinggi berat molekulnya semakin meningkat pula daya
bakterisidnya. Isopropil alkohol adalah yang terbanyak di pergunakan, yang dipergunakan
didalam praktik adalah solusi alkohol 70-80% dalam air.
Fenol
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister di didalam ruang bedah
sebagai gemicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.
Heksaklorofen merupakan derivat fenol yang paling berguna. Dikombinasikan dengan
sabun akan merupakan disinfektan kulit yang sangat efektif, tetapi lambat kerjanya. Fenol dan
kresol juga bersifat menghilangkan sakit (pain killing). Oleh karena sangat toksik, mereka hanya
dapat dipergunakan secara eksternal.
Peroksida
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Molekulnya
tidak stabil, dan apabila dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen.
2 H2O2  2 H2O + O2
Dengan adanya ion-ion logam yang umumnya terdapat di dalam sitoplasma sel, maka
selama pembentukan oksigen, dibentuk pula radikal superoksida (O2) yang akan bereaksi dengan
grup-grup bermuatan negatif di dalam protein dan yang selanjutnya akan menginaktifkan sistem
enzim yang vital. Pada konsentrasi 0,3-6,0%, H2O2 dipakai untuk disinfeksi, dan pada
konsentrasi 6,0-25,0% dipakai untuk sterilisasi.

Zat warna
Beberapa macam zat warna memiliki sifat menghambat pertumbuhan kuman
(bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan zat warna rosanilin. Akriflavin (campuran derivat
akridin dengan senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas yang luas, dan telah dipergunakan
untuk mengobati infeksi traktus urinarius. Mekanisme kerjanya agaknya disebabkan karena
akridin mampu bereaksi dengan DNA.
Ungu kristal yang merupakan derivat metil dari zat warna rosanilin bersifat bakteriostatik
bagi kuman-kuman positif gram. Ungu kristal dipakai untuk mengobati kandidiasis dan vaginitis
karena trikomonas. Mekanisme kerja senyawa ini terhadap kuman positif gram, mirip dengan
penisilin yaitu blokade tahap terakhir pada penyusunan dinding sel.

Deterjen
Deterjen merupakan senyawa organik, yang karena strukturnya, dapat berkaitan dengan
air dan dengan molekul-molekul organik nonpolar. Molekul deterjen memiliki satu ujung
hidrofilik yang dapat bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat. Oleh
karenanya molekul deterjen akan menempel pada permukaan bahan organik dengan ujung
hidrofiliknya mengarah ke air.
Deterjen mungkin bermuatan listrik (ionik), mungkin pula tidak (nonionik). Yang
nonionik biasanya tidak merupakan disinfektan yang baik, bahkan dalam beberapa hal dapat
menyokong pertumbuhan kuman dan jamur.
Logam-logam berat
Logam berat berperan sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-
enzim atau lain-lain protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipergunakan
adalah Hg, Ag, Ag, Zn, dan Cu.
Hg : HgCl2 pernah merupakan disinfektan yang populer, tapi kini sudah dianggap usang dan tidak
bermanfaat oleh karena dapat diinaktifkan oleh bahan organik.
Senyawa Hg organik efektif untuk mengobati luka-luka kecil (ringan) dan sebagai preservatif di
dalam serum dan vaksin.
Ag : Pada konsentrasi 1%, AgNO3 biasa dipergunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
infeksi gonokokus pada mata bayi yang baru lahir
As : Arsen pernah terkenal sebagai obat pertama untuk sifilis, dan kini masih dipergunakan dalam
pengobatan infeksi oleh protozoa
Zn : Dalam bentuk pasta, dipakai untuk mengobati infeksi karena kuman atau jamur

Aldehida
Aldehida juga membuhuh sel dengan mendenaturasi protein. Larutan formaldehid 20%
dalam 65-70% alkohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila alat-alat direndah
selama 18 jam. Akan tetapi oleh karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut harus
dibilas terlebih dahulu sebelum dipakai.

Cara-cara dengan gas


Oksida etilen (ETO):
Oksida etilen merupakan zat pengalkil yang dapat membunuh sel. Oksida etilen
merupakan gas yang sangat eksplosif dan larut di dalam air.
untuk menjamin sterilitas bahan-bahan, diperlukan pemanasan selama semalam terhadap ETO
12% pada suhu 600C.
Uap formaldehid :
Selain dalam bentuk cairan, formaldehid juga sangatbermanfaat dalam bentuk gas.
Apabila formalin (larutan formaldehid 37% dalam air) dipanaskan, akan melepaskan uap
formaldehid yang merupakan disinfektan sangat efektif bagi alat-alat dan berbagai bahan yang
tercemar dengan spora atau Mycobacterium tuberculosis.
Beta-propiolakton
Beta-propiolakton (BPL) stabil pada suhu di bawah titik beku, tapi apabila diuapkan pada
suhu kamar dalam lingkungan yang lembab, menjadi bahan pensteril yang sangat kuat.

Cara-cara pengujian antiseptik dan disinfektan


Zat\-zat antimikroba yang dipergunakan, baik untuk antisepsis atau disinfeksi harus diuji
keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes
koefisien fenol.

Tes Koefisien Fenol


Tes koefisien fenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk dengan daya
bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol an produk yang dicoba,
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan staphylococcus aureus atau salmonella typhi.

Pengenalan Mikroba Secara Fisik

1. Thermal death point

Suhu dimana suatu suspensi organisme telah disterilkan setelah pemaparan selama 10 menit

2. Thermal deat time

Waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu
untuk mensterilkan suatu suspensi organisme

3. D Value

Waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme dalam suatu suspensi pada suatu
suhu tertentu. Suhu biasanya dinyatakan sebagai D1000C atau D 590F.

4. Z value

Jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D value sampai menjadi
sepersepuluh nilai semula.
Cara kerja panas
Panas basah membunuh kuman karena mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan
membran sel. Daya bunuh panas ini juga meliputi perubahan kondisi fisik daripada lemak sel.
Panas kering membunuh kuman terutama karena oksidasi komponen-komponen sel.

Pemanasan basah

1. Otoklaf

Teknik sterilisasi yang paling pasti adalah penggunaan uap air disertai dengan tekanan, yang
dilakukan dalam alat yang disebut otoklaf. Otoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu
menahan tekanan di atas 1 atm. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan, dimasukkan
ke dalam ruangan ini. Setelah udara dalam ruangan ini digantikan oleh uap air, maka ruangan ini
ditutup rapat sehingga tekanannya akan meningkat, yang juga akan diikuti olehkenaikan
suhunya.

2. Merebus (boiling)

Teknik disinfeksi termudah dan termurah adalah dengan merebus, waktu disinfeksi yang
dianjurkan adalah 15 menit dihitung setelah air mendidih. Sel vegetatif akan dimatikan dalam
waktu 5-10 menit pemaparan, tetapi spora dan kebanyakan virus mampu bertahan berjam-jam
dengan cara ini.

3. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan yang untuk pertama kalinya
dilakukan oleh pasteur dengan maksud untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk
(perusak) di dalam anggur, dan dengan demikian dapat memperpanjang shelf life anggur
tersebut, dan tanpa merusak anggur tadi.

Pemanasan Kering
(Hot air sterilization)
Alat-alat yang akan disterilkan dengan cara ini, ditempatkan di dalam oven dimana
suhunya dapat mencapai 160-1800C. caranya adalah dengan memanaskan udara di dalam oven
tersebut (dengan gas atau listrik). Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik panas
basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini, lebih lama yaitu selama 1-2 jam.
Sterilisasi dengan udara panas ini baik dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti
piring petri, pipet, tabung reaksi, labu dan sebagainya.

Radiasi
Radiasi ungu ultra (ultraviolet)
Mikroorganisme di udara dapat dibunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu ultra.
Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di antara 220-290 nm: radiasi
paling efektif adalah 253,7nm. Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya
yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik
yang berupa carian, gas, atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau ditempatkan langsung di
bawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis.

Penyaringan (filtration)
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan
penyaring yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Saringan akan tercemar, sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat
saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengadsorpsi mikroorganisme.

Menyaring cairan
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti : saringan seitz, yang
mempergunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang
mempergunakan filter terbuat dari tanah diatomae; saringan chamberland, yang mempergunakan
filter terbuatdar porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter terbuat dari serbut
gelas.

Menyaring udara
Untuk menjaga agar suatu alat (labu, tabung) yang sudah steril tidak tercemar oleh
kuman, atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman lain, maka alat-
alat tersebut harus ditutup dengan kapas, oleh karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat
menahan mikroorganisme, harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas basah
memungkinkan kuman menembus ke dalam.
Zat-zat kemoterapetik
Salah satu keberhasilan yang penting dalam ilmu kedokteran adalah eradikasi berbagai
penyakit infeksi dengan mempergunakan zat kemoterapetik. Dua penemuan penting telah
merombak cara terapi penyakit infeksi. Yang pertama adalah penemuan prontosi pada tahun
1935 yang mempunyai efek kuratif terhdap infeksi streptokokus. Prontosil ini merupakan
pendahulu daripada sulfonamida. Invitro prontosil tidak bersifat antibakteri, sedangkan in vivo
sifat antibakterinya disebabkan karena pembebasan p-aminobensensulfonamida (sulfonamida).
Penemuan kedua adalah ditemukannya antibiotik penisilin oleh Fleming pada tahun
1929, dan kemudian pada tahun 1940, florey dkk, mendemonstrasikan keampuhan penisilin yang
tak tertandingkan serta kemungkinan diekstraksikannya antibiotika tersebut dari cairan biakan.

Antibiotika
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk oleh berbagai
spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam, dan memegang peranan penting
dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos, antibiotika ini berada
dalam susunan kimia dan cara kerjanya.

Sifat-sifat antibiotik sebaiknya adalah :

1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host


2. Bersifat bakterisid dan bukan bakteriostatik
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
4. Berspektrum luas
5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka
waktu lama
6. Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat
7. Larut di dalam air serta stabil
8. Bactericidal level didalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama
Mekanisme Kerja Antibiotika
Antibiotika mengganggu (interfere) bagian-bagian yang peka didalam sel, yaitu:

1. Sintesis dinding sel


2. Fungsi membran
3. Sintesis protein
4. Metabolisme asam nukleat
5. Metabolisme intermedier

Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel


Sel kuman dikelilingi oleh suatu struktur kaku yang disebut dinding sel, yang melindungi
membran protoplasam di bawahnya terhadap trauma, baik osmotik maupun mekanik. Karena itu,
setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah sintesisnya, akan menyebabkan
terbentuknya sel-sel yang peka terhadap tekanan osmotik. Di antara antibiotika yang
mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin,
basitrasin.

Penisilin dan sefalosporin


Hingga kini penisilin masih banyak dipakai di dalam pengobatan. Produk pertama
penisilin yang diperoleh dari jamur Penicillium natatum, kini digantikan oleh suatu muatan yaitu
penicillium chrysogenum yang mampu menghasilkan penisilin dalam jumlah yang berlipat
ganda. Istilah penisilin adalah generik untuk semua grup penisilin, baik yang natural ataupun
semisintetik.

Penisilin semisintetik
Dari penisilin semisintetik ini, yang paling berguna adalah kelompok yang resisten
thadap penisilinasa seperti metisilin, kloksasilin, oksasilin dan nafsilin. Dari senyawa-senyawa
berspektrum luas yang bermanfaat dalam klinik adalah ampisilin yang tahan asam tetapi peka
terhadap penisilinasa dan karbenisilin yang terutama berguna terhadap infeksi oleh
pseudomonas.
Sefalosporin
Antibiotika golongan ini dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Salah satu dari senyawa
yang natural yaitu sefalosporin C, memiliki struktur dan mekanisme kerja yang mirip dengan
penisilin. Dari sefalosporin yang kini banyak dipergunakan adalah sefalotin dan sefazolin,
sefaloridin dan sefaleksin.

Mekanisme kerja
Penisilin mengganggu (interfere) pembentukan dinding sel terutama pada tahap terakhir.
Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-kuman tanpa
dinding sel atau kuman bentuk L

Antibiotika yang mengganggu/merusak membran sel


Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia merupkan pembatas osmotik bagi
bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit
dan bahan gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktivitas
biosintetik tertentu.

Polimiksin
Merupkan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi, dan sangattoksik,.
Antibiotik ini dihasilkan oleh bacillus polymyxa. Anggota ke lompok ini dikenal dengan huruf-
huruf A, B, C, D dan E, dimana hanya polimiksin B dan E (kolistin) saja yang dipakai dalam
klinik. Antibiotika ini terutama dipakai terhadap infeksi oleh pseudomonas aeruginosa yang
seringkali resisten terhadap kebanyakan antibiotika.

Poliena
Merupakan antibiotika makrolid yang secara selektif menghambat organisme yang
membrannya mengandung sterol. Mereka aktif terhadap ragi, jamur dan lain-lain sel eukariotik,
tetapi tidak berpengaruh terhadap kuman-kuman prokariotik yang tidak memiliki sterol di dalam
membrannya.
Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA
Sejumlah obat-obat anti mikroba berfungsi terutama mengganggu/ merusak struktur dan
fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya beberapa saja yang dapat dipakai di klinik,
meskipun demikian, obat-obat ini sangat bermanfaat sebagai alat biokimia, dan memberikan
sumbangan yang penting pada biologi molekuler.

Antibiotika yang menghambat sintesis protein


Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu:
1. Uranskripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan
2. Transkripsi translasi atau sintesis protein yang RNA-de-pendent

Antagonisma metabolik
Ensim-ensim seringkali dihambat oleh senyawa-senyawa yang mempunyai struktur mirip
dengan substrat asalnya. Penghambat-penghambat seperti ini menyatu (bergabung) dengan ensim
sedemikian rupa sehingga mencegah kombinasi substrat-ensim dan reaksi-reaksi katalitik.

Sulfonamida
Istilah sulfonamida merupakan nama generic untuk derivat-derivat daripada p-
aminobensensulfonamida atau sulfanilamida. Zat ini (prontosil) untuk pertama kalinya
dipergunakan oleh Domagk pada tahun 1935 dan merupakan zat kemoterapetik pertama yang
dipakai untuk mencegah dan mengobati infeksi bakterial pada manusia. In vitro, prontosil inaktif
terhadap kuman, tetapi di dalam badan, ia dipecah menjadi p-aminobensensulfonamida yang
merupakan bagian molekul yang bersifat kemoterapetik.

Sulfon
Derivat dari pada 4,4 diaminodifenilsulfon (dapason) merupakan kelompok zat yang
bersifat khusus, terutama terhadap genus mycobacterium. Mereka telah dipakai dalam
pengobatan tuberkulosis, tetapi kini penggunaannya dibatasi hanya untuk lepra.
P-Aminosalicylic acid (PAS)
Aktivitas antimikroba daripada PAS adalah sangat khas untuk mycobacterium
tuberculosis. PAS bersifat bekteriostatik, dan mempunyai struktur mirip dengan PABA. Kini
PAS merupakan second line drug pada kemoterapi terhadap tuberkulosis.

Inosiasid
Isonicotinic acid hydrazid (INH) atau isoniasid bersifat sangat khas terhadap
mycobacterium tuberculosis. Dalam konsentrasi rendah sangat efektif, dan hanya bersifat
bakterisid terhadap kuman-kuman yang sedang tumbuh aktif. Kuman tuberkulosis yang
berkontak dengan obat ini akan kehilangan sifat tahan asamnya. Pada saat ini, isoniasid
merupakan obat paling poten dan berguna dalam pengobatan tuberkulosis. Meskipun demikian
resistensi terhadap obat ini cepat terjadi. Masalah ini dapat dihindari dengan jalan memberikan
isoniasid secara simultan dengan streptomisin atau ethambutol.

D. Sistem Imunologi
Manusia dan binatang multiseluler, mempunyai daya faal untuk mengenal bahan atau zat
kimia yang dianggap ”diri sendiri” (self) dan membedakannya dari yang ”asing” (non self).
Kemampuan ini menjadi dasar dari kekebalan, karena badan akan berusaha untuk mengeluarkan
atau memusnahkan bahan asing yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

Kekebalan dapat dalam 2 golongan besar


1. Kekebalan alam (natural immunity), sudah ada sejak lahir\
2. Kekebalan didapat (acquired immunity), didapat selama hidup

Kekebalan alam
Di antara manusia dan binatang berbagai jenis ditemukan perbedaan dalam hal kekebalan
terhadap berbagai macam penyakit. Faktor konstitusi atau faktor lain yang tidak diketahui dapat
menimbulkan kekebalan alam berupa:
1. Kekebalan Ras (racial immunity)

Telah ditemukan secara statistik bahwa orang kulit berwarna lebih peka terhadap penyakit
tuberkulosis daripada orang kulit putih.

2. Kekebalan Spesies (species immunity)

Penyakit lepra dan gonore secara alam hanya terdapat pada manusia dan tidak ditemukan pada
binatang. Penyakit tetanus yang terdapat pada manusia dan kuda, tidak terdapat pada burung.
Penyakit anthrax yang ditemukan pada ternak, tidak terdapat pada anjing atau kucing.

3. Kekebalan Perorangan (personal immunity)

Ditemukan perbedaan kepekaan terhadap satu jenis penyakit pada beberapa orang di dalam satu
spesies atau ras.

Diketahui juga faktor-faktor antimikroba yang bekerja tidak khas yang membantu kekebalan
alam:

1. Kulit
2. Selaput lendir
3. Fagositosis
4. reaksi radang
5. interferon

Daya pertahanan tubuh yang berdasarkan faktor-faktor tidak khas tersebut di atas merupakan
daya pertahanan yang amat penting, akan tetapi daya pertahanan tubuh yang berdasarkan
kekebalan didapat ternyata lebih penting lagi dan merupakan daya vital untuk kelangsungan
hidup manusia.

Kekebalan didapat
Pada kekebalan yang didapat, pencegahan terjadinya penyakit ditujukan pada bahan asing
yang masuk ke dalam jaringan tubuh, mungkin berupa kuman tertentu, virus atau toksin.
Bahan asing yang masuk disebut ”antigen” dan terhadap antigen ini dalam tubuh
dibentuk bahan yang disebut antibodi. Antibodi yang termasuk zat imunoglobulin, dapat
disuntikan ke dalam orang lain dan akan memberi proteksi kepada orang lain.

Dengan demikian dikenal berbagai cara untuk mencapai kekebalan

E. Pemeriksaan Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, dan kehidupan jasad hidup
mikroba (jasad renik, mikrobia, mikroorganisme). Untuk mempelajari mikroorganisme yang
mempunyai ukuran kecil ini diperlukan adanya suatu pengamatan. Pengamatan itu dapat
dilakukan dengan pemiaraan (kultur/biakan) mikroorganisme yang berfungsi memudahkan
pengamatan.

Ada beberapa istilah dalam pembiakkan mikroorganisme:

1. Biakan murni

Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium
pertumbuhan.

2. Piaraan campuran, Piaraan murni

Supaya kita mendapatkan satu spesies saja dalam satu piaraan, maka perlulah diadakan
suatu piaraan murni (pure culture). Piaraan murni dapat diperoleh dari piaraan campuran (mixed
culture) dengan cara sebagai berikut.
Kalau kita pertama kali mengadakan piaraan, biasanya yang kita peroleh itu suatu
piaraan campuran. Misal, kita ambil bahan (sampel) dari udara, dari tanah, dari kotoran; kalau
bahan itu kita sebarkan pada medium steril, akan tumbuhlah beraneka koloni yang masing-
masing mempunyi sifat-sifat yang khas. Jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni
tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan
tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan cermat
menurut teknik aseptik, yaitu menggunakan alat-alat yang steril dan aturan-aturan laboratorium
tertentu. Piaraan yang kita peroleh dengan jalan demikian kita sebut piaraan pertama (primary
culture), dan sifatnya murni. Piaraan semacam ini dapat disimpan, tetapi tiap-tiap waktu tertentu
harus diadakan peremajaan dengan memindahkannya ke medium baru. Piaraan-piaraan yang
diperoleh dari piaraan pertama disebut piaraan turunan (sub-culture).Tiap-tiap laboratorium
perlu menyimpan beberapa jenis piaraan murni. Negara-negara yang sudah maju mesti
mempunyai koleksi pelbagai piaraan murni; piaraan simpanan itu disebut juga “stock culture”.

3. Sterilisasi

Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan di dalam mikrobiologi, harus dalam keadaan
steril. Artinya, pada bahan atau peralatan tersebut tidak terdapat mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya, baik akan mengganggu / merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan
proses yang sedang dikerjakan. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan/pemusnahan
bakteri dengan cara membunuh mikroorganisme suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan.

Beberapa cara untuk mensterilkan medium


a. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut
selama beberapa jam. Dengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang
demikian ini dilakukan oleh Spallanzani (1729 – 1799) untuk membuktikan tidak mungkinnya
abiogenesis.
b. Tyndallisasi. Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap untuk beberapa menit saja.
Sehabis didiamkan satu hari – selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif –
maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit
c. Dengan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang
akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit; hal ini
bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Medium yang akan
disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpul
dalam satu botol yang besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap
dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 121o C. Biasanya autoklaf sudah diatur
demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds) per inch
persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu dimulai
semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 121oC. Setelah cukup waktu, maka kran uap
ditutup, dan dengan demikian akan kita saksikan, bahwa suhu mulai turun sedikit demi sedikit,
demikian pula manometer.
d. Dengan penyaringan (filtrasi). Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah
diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali.
Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam
autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dengan temperatur 121o C.

4. Pensterilan gelas-gelas

Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan di dalam autoklaf, karena barang-
barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan di dalam
oven kering selama 2 – 3 jam pada temperatur 160o – 170o C; hal ini bergantung kepada banyak
sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering
selama waktu dan pada temperatur seperti tersebut di atas. Alat-alat yang belum bersih dan
belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula
dilakukan dengan gas etilen oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya
letusan.

5. Macam-macam sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
a. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sistem kerja
filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat
(dalam hal ini adalah mikroba).
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
1) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll.
2) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
3) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus.
4) Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf

Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
Pemanasan dengan menggunakan sinar gelombang pendek lain seperti sinar-x, sinar gamma dll.
c. Sterilisaisi secara kimiawi, biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol,
larutan formalin, larutan AMC (campuarn asam klorida dengan garam Hg) dsb.

6. Media (Medium)

Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang disebut
media.sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak
ditumbuhi oleh mikroba lain.
Media-media yang dapat digunakan dalam uji mikrobiologi ini antara lain:
a. PCA (Plate Count Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
b. PDA (Potato Dextrose Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan kapang
c. Pepton: sebagai bahan pengencer

Pengertian dan Fungsi


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.

Macam-Macam Media Pertumbuhan


1. Medium berdasarkan sifat fisik (bentuk)
a) Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi
padat. Umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang mikroalge.
b) Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit
kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya
pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang. Biasanya untuk mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan
hidup anaerobik.
c) Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar/tidak ditambah zat pemadat, contohnya
adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth). Biasa dipergunakan untuk kiroglae dan bakteri
seperti bakteri dan ragi.
2. Medium berdasarkan komposisi (susunan)
a) Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara
pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b) Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya
PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk
bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa
penyusunnya.
c) Medium non sintesis/alami yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato
Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan tujuan penggunaan


Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient
Broth, Blood Agar.
a) Media selektif/penghambat
Media selektif yaitu media yang dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak
diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Media yang hanya cocok
untuk species-species tertentu dan tidak cocok untuk species yang lain.
b) Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya
juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak
hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen
kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
c) Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
d) Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba.
e) Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-
kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia.
f) Media diferensial
Media diferensial yaitu media yang dibuat untuk memudahkan mengenali koloni
organisme yang diinginkan. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya
TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna,
ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.

7. Penanaman Mikroba (inokulasi)

Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru minta
banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut-paut
dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril; ini untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan.
a) Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah
menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan inokulasi, baik
sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat
dilakukan juga di dalam suatu kotak berkaca (ent-kas). Dalam laboratorium untuk membuat
vaksin, serum dan sebagainya, udara yang masuk ke dalam ruangan itu dilewatkan saringan yang
disinari dengan sinar ultra-ungu.
b) Pemindahan dengan kata inokulasi
Ujung kawan inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus,
boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1 – 3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini
dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin
kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi
juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai,
mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan
inokulum tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya
memang akan membuat suatu sediaan.
c) Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau pada penyelidikan susu.
Untuk itu diambillah 1 ml contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril.
Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur-adukkan dengan medium agar-agar
yang masih dalam keadaan cair (suhu antara 42 – 45oC). Lalu agar-agar yang masih encer ini
dituangkan di cawan Petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan Petri yang berisi piaraan
baru itu disimpan dalam tempat yang aman, misalnya di dalam almari atau di dalam laci.

Sejarah Mikrobiologi dan Perkembangbiakannya

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop.
Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut
sebagai mikroba, ataupun jasad renik.

Dunia mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok organisme, yaitu bakteri, protozoa, virus, algae,
dan cendawan. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa
diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Mikroorganisme yang bermanfaat antara lain:
yang menghuni tubuh (flora normal), beberapa mikroorganisme yang terlibat dalam proses
fermentasi makanan: pembuatan keju, anggur, yoghurt, tempe/oncom, kecap, dll, produksi
penisilin, sebagai agens biokontrol, serta yang berkaitan dengan proses pengolahan limbah.
Mikroorganisme yang merugikan, antara lain yang sering menyebabkan berbagai penyakit
(hewan, tumbuhan, manusia), diantaranya: flu burung yang akhir-akhir ini menggemparkan
dunia termasuk Indonesia, yang disebabkan oleh salah satu jenis mikroorganisme yaitu virus.
Selain itu, juga terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.

Asal-usul Kehidupan mikroorganisme

Asal usul kehidupan mikroorganisme diawali dengan kegemaran seorang ilmuwan bernama
Leeuwenhoek yang mengamati mikroorganisme pada air hujan, air laut, dan kotoran gigi.
Ternyata pada berbagai bahan tadi banyak ditemukan jasad renik, diantaranya protozoa, khamir,
dan bakteri. Walaupun saat itu, Leeuwenhoek hanya menggunakan jenis mikroskop yang sangat
sederhana.

Kemudian berkembang, munculnya jasad renik berasal dari dekomposisi jaringan


tumbuhan/hewan yang telah mati atau dengan kata lain kehidupan muncul begitu saja dan
berasal dari bahan mati, sehingga dikenal dengan teori Generatio Spontanea: Abiogenesis (abio:
tidak hidup, genesis: asal). Teori tersebut diperkuat dengan pembuktian bahwa daging yang
dibiarkan membusuk akan menghasilkan belatung.
Namun, teori tersebut dapat dipatahkan oleh Francesco Redi, dkk. melalui beberapa percobaan
yang dilakukannya, sehingga berkembang teori baru yang dikenal dengan Generatio Spontanea:
Biogenesis yang menyatakan bahwa kehidupan berasal dari bahan yang hidup. Hal ini dibuktikan
bahwa belatung pada daging yang membusuk tidak terjadi secara mendadak dan berasal dari
bahan mati. Tetapi, lalat tertarik dengan daging yang membusuk, kemudian bertelur di atas kain
yang menutupi dagingnya, baru kemudian tumbuh belatung. Teori itupun akhirnya disanggah
lagi oleh beberapa tokoh yang menyatakan bahwa mikroorganisme terjadi tidak secara tiba-tiba.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain: John Needham, Lazzaro Spallanzani. Sedangkan John Tyndall
dan Louis Pasteur adalah tokoh-tokoh yang memberikan sanggahan akhir terhadap teori
generation spontanea dengan dibuktikannya proses fermentasi, dengan menyatakan bahwa
mikroorganisme hanya dapat muncul atau timbul akibat dari aktivitas jasad renik lain.

Saat ini informasi yang diperoleh dari mikrobiologi memberikan sumbangan besar, khususnya
dalam mengawasi penyakit menular. Selain itu, mikroorganisme telah digunakan untuk
mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pula pada bentuk kehidupan yang
lebih tinggi. Banyak fakta tentang metabolisme manusia yang diketahui sekarang mula-mula
diketahui terjadi pada mikroorganisme. Demikian pula dengan teknologi yang sekarang sedang
popular, misal Rekayasa Genetik, yang tidak lain merupakan perkembangan genetika molekuler
yang menjelaskan bagaimana gen mengatur aktivitas sel. Semua ini berasal dari studi tentang
mikroorganisme.

Jadi, bidang mikrobiologi tidak hanya studi tentang penyebab penyakit tetapi merupakan studi
tentang semua aktivitas hayati mikroorganisme. Diharapkan di waktu mendatang, dapat
mengendalikan kelainan genetika dan penyakit seperti kanker. Selain itu, juga diharapkan dapat
diperoleh berbagai varietas hewan/tumbuhan yang berkualitas (cepat panen, tahan penyakit, dan
produktivitasnya tinggi).

Pembiakan dan Pertumbuhan Mikroorganisme


Pada bahasan berikut ini dititikberatkan pada metode/prosedur untuk menumbuhkan
(membiakan) mikroorganisme di laboratorium. Terdapat beberapa mikroorganisme memerlukan
keadaan yang sangat khusus, misalnya tidak ada O2 sama sekali (kondisi an aerob), sedikit O2
(microaerofilik), mutlak ada O2 (aerob), ada/tidak ada O2 (fakultatif). Selain itu, biasanya
mikroorganisme di alam masih terdapat dalam bentuk campuran, dengan kata lain terdiri dari
beberapa jenis mikroorganisme atau belum murni. Oleh karena itu, di dalam penelaahan terhadap
suatu mikroorganisme, selain ditumbuhkan juga perlu dilakukan isolasi. Berikut ini akan dibahas
tentang beberapa teknik isolasi mikroba dan pertumbuhan/pembiakannya.

A. Isolasi Mikroba
Beratus-ratus spesies mikroba dapat menghuni berbagai macam bagian tubuh kita, misal: mulut,
saluran pencernaan, kulit, dll. Sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme.
Satu gram kotoran manusia/hewan dapat mengandung jutaan bakteri. Udara, air, tanah, juga
dihuni oleh sekumpulan mikroorganisme.

Populasi mikroorganisme tersebut pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Amat
jarang mikroorganisme tersebut dijumpai sebagai satu spesies tunggal. Di sisi lain, untuk
mencirikan dan mengidentifikasikan suatu spesies mikroorganisme tertentu, yang pertama harus
dilakukan adalah memisahkannya dari organisme lain, hingga diperoleh biakan murni. Biakan
murni adalah biakan yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal.

Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan
mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi
yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan
Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu: 1) isolasi pada agar cawan,
2) isolasi pada medium cair, dan 3) Isolasi sel tunggal

1) Isolasi pada agar cawan


Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang
terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat
beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode
agar cawan tuang
Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel.

Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium
agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap
perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di
atas permukaan/di dalam cawan.

2) Isolasi pada medium cair


Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar
cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran
peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.

3) Isolasi sel tunggal


Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.

B. Isolasi Mikroba
Setelah diperoleh biakan murni (koloni yang berasal dari sel tunggal), mikroorganisme tersebut
siap dilakukan telaah dan identifikasi, dan kemudian ditumbuhkan sesuai tujuan.

Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel
yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa sistem
reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri
menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk
membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap
bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai
berjam-jam atau berhari-hari.

Bila bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera terjadi tetapi ada
periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan. Kemudian akan
memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan diperoleh kurva
pertumbuhan. Pada kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase pertumbuhan, yaitu:

1) fase lamban/lag phase/fase adaptasi


2) fase cepat/fase log/eksponensial
3) fase statis
4) fase kematian

Fase lamban
Fase lamban merupakan periode awal dan merupakan fase penyesuaian diri (adaptasi), sehingga
tidak ada pertambahan jumlah sel bahkan kadang-kadang jumlah sel menurun.

Fase cepat
Fase cepat merupakan periode pembiakan yang cepat. Pada periode ini dapat teramati ciri-ciri sel
yang aktif. Waktu generasi pada setiap bakteri dapat ditentukan pada fase cepat ini. Pada fase
tersebut dapat terlihat beberapa sel mulai membelah, yang lainnya setengah membelah, dan yang
lainnya lagi selesai membelah.

Fase statis
Pada fase statis pembiakan mulai berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama
dengan laju kematian, maka secara keseluruhan jumlah sel tetap konstan. Hal ini dapat
disebabkan karena berkurangnya nutrien ataupun terbentuknya produk metabolisme yang
cenderung menumpuk mungkin menjadi racun bagi bakteri yang bersangkutan.

Fase kematian
Fase kematian merupakan fase dimana proses pembiakan telah berhenti. Sel-selnya sudah mati,
yang kemudian akan diikuti dengan proses lisis. Apabila laju kematian melampaui laju
pembiakan, maka jumlah sel sebenarnya menurun.
Sumber buku Mikrobiologi Karya Inggit Winarni

Terkait

Penanganan Limbah dengan Bioremediasidalam "Biologi dan fisika"

Mikroorganisme, Bakteri dan Virusdalam "Biologi dan fisika"

Mikroorganisme dan Mikrobiotadalam "Biologi dan fisika"

15 Comments
1.

Sejarah Mikrobiologi

2.1 Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jasad hidup yang berukuran mikroskopis.
Dalam bahasa Yunani mikrobiologi dibagi menjadi tiga kata yaitu micros artinya kecil, bios artinya hidup,
logos artinya ilmu. Jasad hidup yang berukuran mikroskopis itu disebut mikroorganisme, mikroba,
protista, atau jasad renik.

Jasad hidup yang termasuk dalam mikroba sangat beranekaragam antara lain bakteri, protozoa,
microalgae, jamur lender, fungi, bahkan virus. Mikroba merupakan bentuk kehidupan yang tersebar
paling luas dan terdapat paling banyak di bumi. Nikroba terdapat pada permukaan tubuh manusia,
dalam mulut, hidung, organ tubuh makluk hidup, sampai dilingkungan sekitar. Mikroba terdapat paling
banyak dan berkembang sangat baik pada tempat-tempat yang mengandung nutrisi, kelembaban,
dansuhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Mikroba dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit yang telah melanda peradaban manusia. Namun mikroba juga mempunyai peranan
penting pada lingkungan kehidupan manusia. Perkembangan tentang mikroba tidak lepas dari
kemajuan IPTEK manusia.

Mikrobiologi dapat dibagi menjadi beberapa disiplin ilmu. Pengelompokan ini dapat berdasarkan
tipe mikroba (pendekatan taksonomi) dan berdasarkan aktivitas mikroba (pendekatan fungsional).
Pendekatan Taksonomi antara lain: bakteriologi yang mempelajari tentang bakteri, mikologi yang
mempelajari tentang jamur, fikologi yang mempelajari ganggang, protozoogi yang mempelajari protozoa
dan virology yang mempelajari tentang virus. Pendekatan Fungsional antara lain : mikrobiologi industry
mempelajari tentang aktivitas mikroba yang bermanfaat bagi manusia, mikrobiologi kedokteran
mempelajari tentang kesehatan dan penyakit, mikrobiologi pertanian mempelajari peranan mikroba
pada tanah, tanaman dan hewan. Mikrobiologi pangan mempelajari peranan mikroba dalam produksi,
pengawetan, dan perusakan bahan pangan. Terakhir Ekologi Mikroba mempelajari tentang mikroba di
lingkungan alamiahnya.
Pendapat lama mengenai penyakit dan pembusukan

Beberapa pendapat ilmuwan terdahulu mengenai mikroba yang menyebabkan penyakit dan
pembusukan antara lain:

1. Girolamo Francastoro (1546) adalah ilmuwan pertama yang menyatakan bahwa penyakit dan beberapa
tipe pembusukan disebabkan oleh suatu bahan penular yang disebut: contagion, penularan melalui
udara atau melalui persentuhan dengan benda yang tercemar.

2. Edwar Jenner (1798) beliau mengamati bahwa penyakit cacar sapi (cowpox) dapat ditularkan dari sapi
ke manusia. Beliau juga menemukan bahwa bilur cacar sapi digunakan untuk vaksinasi manusia dari
penyakit cacar yang lebih ganas yaitu smallpox.

3. Ignas Semmelweis (1850) meneliti penakit demam pasa persalinan (childbed fever) disebabkan bahan-
bahan organic pembusuk ditularkan pada bayi dan ibu hamil oleh dokter yang tidak membasuh tangan
sehabis otopsi. Beliau menyarankan agar memakai kapur clorida untuk membasuh tangan sebelum
menolong ibu hamil melahirkan.

A. Penemuan Mikroba

Antonie Van Leuwenhoek (1632-1723) adalah ilmuwan pertama yang mengetahui adanya dunia
mikroba. sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai
‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat
pada kain. Sebenarnya ia bukan orang pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya
yang besar terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi. Leewenhoek
mwnggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses
dan lain sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak
terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan ‘animalcule’ yang
menurutnya merupakan hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias
dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan
dengan menumbuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek
membuat 250 mikroskop yang mampu memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti
hasil pengamatannya tersebut dan mengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang
pertama pada tanggal 7 September 1674 Beliau menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang
sekarang dikenal dengan protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang
melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus
maupun spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia
sadar akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu mikrobiologi.

Penemuan Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan dari mana asal animalcules
tersebut. Ada dua pendapat yang muncul, satu mengatakan animalcules ada karena proses pembusukan
tanaman atau hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini mendukung terori yang mengatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati melalui proses abiogenesis. Konsep ini dikenal dengan
ganaratio spotanea. Pendapat ini mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules
sebelumnya seperti halnya organismea tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut dengan
biogenesis. Mikrobiologi tidak berkembang sampai perdebatan tersebut terselesaikan dengan
dibuktikannya kebenaran teori biogenesis. Pembuktian ini memerlukan berbagai macam eksperimen
yang nampaknya sederhana dan perlu waktu lebih dari 100 tahun. Didalam sejarah mikrobiologi,
Leuwenhoek dapat dipandang sebagai peletak batu pertamanya.

2.2 Kontroversi mengenai Teori Generation Spontanea

Pada SM orang percaya bahwa jasad renik itu muncul sebagai akibat dari dekomposisi jaringan
tumbuhan atau hewan yang sudah mati. Konsep ini menyatakan bahwa setiap makhluk hidup berasal
dari bahan mati, dan di kenal sebagai generasi spontan atau abiogenesis (abio, berarti “tidak hidup”,
genesis, berarti “asal”).

Dari zaman Aristoteles (300SM) pula orang percaya bahwa jasad hidup dapat terjadi secara
spontan dari benda tidak hidup (generation spontanea). Paham Generation spontanea di anut pula oleh
John Needham (1713-1781), pada tahun 1749 ia melakukan percobaan menggunakan pelbagai rebusan
padi-padian dan daging. Semua rebusan disimpan rapat-rapat dalam botol tertutup namun tetap timbul
mikroba. Dari percobaan tersebut John Needham menyimpulkan bahwa jasad-jasad (mikroorganisme)
berasal dari padi-padian dan daging.
Francisco Redi (1665) pada percobaannya menunjukan bahwa ulat atau belatung tidaklah terjadi
dari daging yang membusuk melainkan berkembang dari telur yang diletakkan oleh indk lalat pada
daging tersebut.

Penemuan mikroba oleh Antonie Van Leuwenhook turut mempengaruhi pandangan orang mengenai
Generation Spontanea.

Pada tahun 1768 Lazzaro Spallanzani(1729-1799) merusaha mematahkan teori generation


spontanea. Spallanzani melakukan penelitian dengan mendidihkan kaldu daging, yaitu suatu larutan
nutrient dalam labu selama satu jam, lalu wadah itu di tutup rapat-rapat. Dari penelitian ini tidak
ditemukan jasad renik di dalam labu.

Namun percobaan ini tidak dapat mematahkan teori generatin spontanea yang diyakini Needham.
Needham bersikeras bahwa generasi spontan memerlukan udara, sedangkan udara dikelurkan dari labu
selagi percobaan Spallanzani.

Theodor Schwann ( 1815-1873) pada tahun 1827 melakukan percobaan yang sama seperti
percobaan yang dilakukan oleh Spallanzani tetapi menggunakan tabung gelas leher panjang. Udara
masih tetap bisa masuk kedalam tabung melalui leher tabung yang dipanaskan untuk menghindari
kontaminasi dari udara. Frans Schulzer (1815-1873) pada tahun 1836 melakukan percobaan yang sama
namun bedanya udara melewati larutan asam/basa pekat ke dalam tabung yang berisi kaldu yang sudah
dididihkan. Dari kedua percobaan ini tidak ditemukan adanya microbe. Namun percobaan di atas belum
dapat meyakinkan mereka yang menyokong konsep generation spontanea, kerena mereka beranggapan
bahwa daya hidup microbe telah rusak akibat pemanasan dan udara yang lewat asam/basa telah
mengalami perubahan sehingga tidak memungkin timbulnya microbe. Sekitar tahun 1850 Schroder dan
Van Dusch melakukan percbaan dengan melewatkan udara melalui tabung yang berisi kapas ke dalam
kaldu yang sudah di panaskan. Microbe tersaring oleh serat-serat kapas sehingga microbe tidak masuk
ke dalam kaldu dan di dalam labu tidak ditemukan jasad renik yang tumbuh. Dari semua rangkaian
percobaan yang telah dilakukan belum juga dapat meruntuhkan konsep generation spontanea.

Akhirnya pada tahun 1865 seorang ilmuan yang bernama Louis Pasteur melakukan percobaan.
Pasteur mempersiapkan larutan nutrien yang dilengkapi dengan lubang panjang dan sempit berbentuk
“leher angsa”.
Kemudian ia memanaskan larutan nutrien tanpa perlakuan khusus (udara dibiarkan keluar masuk labu
tanpa di saring). Dan dari percobaan ini tidak ditemukan adanya jasat renik di dalam labu. Pasteur
memberi sebuah alasan bahwa partikel-partikel debu yang mengandung microbe tidak mencapai larutan
nutrien, microbe terjebak dan mengendap pada bagaian tabung yang berbentuk leher angsa atau
berbentuk huruf U. Percobaan ini dapat meyakinkan orang bahwa tidak ada kehidupan yang timbul dari
benda mati. Dalam keberhasilan percobaannya ini Pasteur berkata” karena aku telah melindunginya dari
mereka, dan aku masih tetap menjaganya agar terhindar dari mereka, yaitu benda yang ada di luar
kekuasaan manusia untuk menciptakannya; aku telah melindungi mereka dari nutfah yang melayang-
layang di udara, aku telah menghindarkan mereka dari kehidupan”.

Di dalam kegembiraannya Pasteur melintarkan beberapa pernyataan yang amat mengena


terhadap mereka yang tidak sependapat dengannya” tidak ada suatu keadaa apapun sebagaimana
dikenal pada masa kini yang dapat mengiakan bahwa makhluk-makhluk mikroskopis itu menjelma di
dunia tanpa nutfah, tanpa induk seperti dirinya sendiri. Mereka yang menganut hal tersebut telah
menjadi korban ilusi, percobaan-percobaan yang kurang cermat, di kaburkan oleh kesalahan-kesalahan
yang mereka tidak sanggup melihatnya dan tidak tahu bagaimana cara menghindarinya”.

Dengan runtuhnya Generation spontanea maka terbukalah jalan baru untuk teori Biogenesis
yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Teori ini memiliki tiga semboyan
yaitu:

1. Omne vivum ex ovo yang berarti semua makhluk hidup berasal dari telur;
2. Omne ovom ex vivo yang berarti semua telur berasal dari makhluk hidup;
3. Omne vivum ex vivo yang berarti semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.

2.3 Teori Kuman Penyebab Penyakit

Sebelum tahun 1880 masih banyak orang yang percaya bahwa penyakit menular merupakan
akibat kutukan roh jahat. Walaupun demikian ada yang tidak mempercayai hai tersebut. Bagi mereka
penyakit disebabkan oleh sesuatu benda ridak hidup, misalnya Fracatoro (1546) menganggap penyebab
penyakit adalah contagion.

Mikroba pathogen yang pertama ditemukan adalah fungi. Benedict Prevost (1807) menyatakan
bahwa fungi penyebab penyakit pada tumbuhan. Agustino Bassi (1835) menemukan fungi penyebab
penyakit ulat setera, dan J Schoenlein dan David Gruby (1839) menemukan penyebab penyakit kulit
yang dimanakan ring worm. Pada waktu yang sama B. Lagenbeck juga menemukan khami rpenyebab
penyaki tmulut pada manusia. Fungs ipenyebabpenyakit kentang pertama kali dikarakterisasi oleh M.J.
Berkeley (1845) sedang Anton de Barry (1853) mempelajari daur hidup fungi penyebab penyakit pada
kentang.Walaupun demikian, pendapat bahwa penyebab penyakit adalah mikroba baru diterima secara
umum setelah Luis Pasteur dan Robert Koch mempostulatkan bahwa penyakit menular disebabkan olah
mikroba.Oleh karena itu, kedua orang ini dianggap sebagai pendiri teori kuman penyebab penyakit
(germ theory of disease).

Louis Pasteur mengembangkan vaksin yang melindungi manusia dan ternak dar ipenyakit seperti
penyakit kuli tpada babi, kolera pada ayam, antraks dan rabies dengan menggunakan jasad penyebab
penyakit dalam bentuk non verulen (vaksin).Robert Koch menemukan bukti yang meyakinkan mengenai
keterkaitan mikroba tertentu dengan penyaki tmenular tentu, misalnya Bacillus anthracis penyebab
penyakit antraks yang menyerang sapi, sedangkan Mycobacteriumtuberculosis menyebabkan penyakit
tuberkolosis. Koch yang pertama kali mempunyai gagasan dan dapat pula melaksanakan untuk
mengadakan biakan murni. Untuk membuktikan bahwa mikroba ataua genetiologis penyebab penyakit.
Koch mengembangkan suatu cara untuk menentukan mikroba penyakit. Kriteria yang digunakan dalam
penentuan ini disibut postula Koch.

` Postulat Koch

1. Mikroba tertentu selalu dapat di jumpai bila penyakit tertentu sedang terjangkit.
2. Mikroba itu dapatdi isolasi dan ditumbuhkan dalam biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni mikroba tersebu takan menimbulkan penyakit yang sama bila ditularkan pada hewan lain
4. Mikroba itu dapat di isolasi kembali dari hewan yang sengaja di infeksi serta dapat ditimbulkan dalam
biakan murni di laboratorium.
Meskipun mempunyai kelemahan tetapi postulat Koch tersebut tetap merupakan problem
rutin dalam bakteriologi. Penyelidikan lebih lanjut menyatakan bahwa postulat tersebut tidak selalu
berlaku. Missal, basil tipus (salmonella typhosa) dapat dijadikan biakan murni tetapi bila ditularkan pada
hewan yang sehat tidak akan menimbulkan penyakit tipus. Basil dalam biakan murni tersebut telah
kehilangan daya virulensinya.Lagi pula tidak setiap orang atau hewan harus jatuh sakit setelah ditulari
mikroba pathogen. Orang atau hewan yang kebetulan telah mempunyai antibody dalam tubuhnya tidak
akan mudah jatuh sakit seperti orang atau hewan yang tidak mempunyai antibody dalam tubuhnya.
Orang atau hewan yang tidak jatuh sakit tadi mempunyai imunitas atau kekebalan terhadap mikroba
pathogen tersebut. Kelemahan postulat Koch yang lain lagi ialah bahwa tidak semua mikroba pathogen
dapat ditimbulkan dalam biakan murni seperti treponemapallidum penyebab sifilis, mycobacterium
leprae penyebab lepra. Walaupun kelemahan ini telah berkurang karena telah ditemukan medium yang
cocok untuk mikroba pathogen.

2.4 Penemuan penting dalam perkembangan mikrobiologi

Penemuan penting yang berkaitan dengan perkembangan mikrobiologi dapat dikelompokan


atas pengembangan teknik dan munculnya bidang kajian khusus dalam mikrobiologi misalnya ekologi
mikroba, immunologi, mikrobiologi industri, virologi, mikrobiologi kedokteran. Berkembangnya
Biologimolekuler dan rekayasa genetika tidak dapat dilepaskan dari penemuan di bidang mikrobiologi.

A. Penemuan bidang teknik mikrobiologis

Pengembangan dalam bidang ini khususnya terkait dengan Robert Koch, baik assistennya
maupun rekan-rekannya. Seorang rekan Koch yaitu: Paul Ehrlich (1854-1915) mengembangkan cara
pewarnaan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit tuberkulosis. Walter Hesse
memperkenalkan penggunaan agar sebagai bahan pemadat media pertuumbuhan bakteri yang sangat
bermanfaat hingga sekarang ini. Richard Petri (1852-1921) asisten Koch yang lain menciptakan cawan
petri sehingga memudahkan penumbuhan bakteri pada media agar.Seorang ilmuwan Denmark,
Christian Gram (1853-1935) mengembangkan metode pewarnaan untuk mendemonstrasikan adanya
bakteri dalam jaringan hewan. Bedasarkan pewarnaan ini maka bakteri dapat digolongkan atas 2 tipe
yaitu gram positif dan gram negatif. Tehnik pewarnaan ini dikenal dengan pewarnaan gram. Lowis
Pasteur di tahun 1860-an mengamati bahwa mikroba bertanggung jawab terhadap perubahan kimiawi
yang terjadi dalam makanan dan minuman. Pasteur mengamati bahwa mempengaruhi pertumbuhan
khamir dalam cairan yang mengandung glukosa. Apabila tersedia oksigen maka sel khamir tumbuh
dengan baik karena tidak dihasilkan alkholol. Jika oksigen tidak tersedia maka pertumbuhan khamir
hanya sedikit tetapi dihasilkan alkohol, hal ini dikenal sebagai efek Pasteur. Tehnik Pasteurisasi juga
dikembangkan oleh Pasteur untuk mematikan mikroba penyebab penyakit tetapi tidak membunuh
mikroba yang bermanfaat.

B. Ekologi Mikroba
Penemuan yang dilakukan oleh Lowis Pasteur dan Robert Koch tidak hanya memicu para
ilmuwan untuk meneliti mikroba penyebab penyakit tetapi juga mikroba yang terdapat di alam. Sergei
Winogradsky (1856-1953) dan Martinus Beijerinck (1851-1931)berhasil mengisolasi bakteri penambat
nitrogen, bakteri fotosintetik serta bakteri nitrifikasi. Pada tahun 1888, Beijerick menemukan bakteri
bintil akar pada tanaman leguminosae.

C. Immunologi

Penemuan teknik media padat, teknik pewarnaan dan teknik kultur murni telah memacu
penelitian tentang mikroba sehingga memudahkan karakterisasi mikroba pathogen. Paul Ehrlich dan
Von Behring pada tahun 1890-an mengembangkan antitoksin untuk difteri. Ehrlich mengajukan
hipotesis mengenai immunitas ( hipotesis humoral ). Elie Metchnikoff mengembangkan fagositosis yang
erat kaitannya dengan immunitas ( hipotesis selular ).

D. Mikrobiologi industri

Upaya pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen terus dikembangkan
melalui pencarian bahan kimia diantaranya Paul Ehrlich menemukan salvarsan untuk mengobati sifilis.
Gerhard Domagk menggunakan solfonamida untuk membasmi sejumlah bakteri. Pada tahun 1928,
Alexander Fleming menemukan penisilin yang ditemukan pada jamur Penisillium notatum yang dapat
melawan bakteri pathogen dan kemudian pada tahun 1941 Howard Florey dan Chain berhasil
mengisolasi penisilin sehingga membuka kemungkinan pengembangan industry antibiotika. Pada
pertengahan tahun 1940-an, Selman Waksman dan rekan-rekannya menemukan antibiotika yang yang
dihasilkan bakteri yang tergolong genus Streptomyces. Diantara antibiotika Streptomisin dan tetrasiklin
merupakan antibiotika yang dihasilkan Streptomyces yang efektip untuk membasmi mikroba pathogen.

E. Virologi

Dmitri Iwanosky (1892) menemukan agen penyebab mosaic pada tembakau yang ternyata
berukuran lebih kecil dari pada bakteri. Beijerinck (1899) kemudian berhasil mengkristalkan agen
penyebab mosaic tersebut dan Kristal yang dihasilkan juga bersifat infektif, virus yang menyerang daun
tembakau tersebut dikenal dengan TMV ( Tobacco Mozaic Virus ). Loeffer dan Frosch (1898)
menemukan virus penyebab penyakit pada kuku dan mulut ternak. William Twort (1915) dan Felix’d
Herelle (1917) menemukan virus yang menyerang bakteri yang dikenal dengan bakteriofage. Reed
(1900)menemukan virus yang menyebabkan menemukan penyakit demam kuning pada manusia, virus
ini dapat menular dari manusia satu ke manusia lainnya melalui perantara nyamuk Aedes.

F. Mikrobiologi Kedokteran

Salah satu penemuan penting dalam biologi kedokteran ialah diperkenalkannya asam karbolat
sebagai disenfektan dalam pembedahan oleh Joseph Lister (1827-1912). Penggunaan disinfektan dan
antiseptik telah mencegah infeksi selama proses pembedahan.

G. Biologi Molekuler

Perkembangan biologi molekuler diawali dengan ditemukannya DNA sebagai materi genetik
oleh Oswald Avery, Colin Mcleod dan Miclyn Mcarty. Sebelumnya Griffith (1928) menemukan adanya
transpormasi pada bakteri Diplococcus pneumonia yang juga diduga sebagai akibat adanya materi yang
berpidah dari satu bakteri ke bakteri lain. Ditemukan DNA sebagai materi genetic telah memacu
penelitian mengenai struktur DNA serta mekanisme pewarisan sifat oleh materi genetik tersebut. Pada
tahun 1953, James Waston dan Francis Crick mengajukan model struktur dan fungsi DNA. Model
struktur DNA yang diajukan oleh kedua ilmuan ini telah memicu revolusi biologi molekuler. Selanjutnya
pada tahun 1960, J. Monod dan F. Jacob mengemukakan mekanisme pengendalian ekspresi gen serta
ditemukan kode genetika oleh M. Nirenberg, H. Matthaei, G. Khorana. Mekanisme pembentukan ATP
dalam sel (teori khemiosmetik) diajukan oleh Peter Mitchell. Kurun waktu 1970-an sampai pada awal
1980-an merupakan peletakan dasar-dasar genetika.

Tabel 1: Daftar ilmuan yang berjasa di bidang mikrobiologi

No Nama Tahun Sumbangan

1 Antonie Van 1677 Penemuan mikroba dan mikroskop sederhana


Leeuwenhook

2 Lazzarro Spallanzani 1767 Eksperimen pertama menentang generatio Spontanea

3 Theodor Schwann 1837 Ragi berperan dalam permentasi alcohol

4 Anton de Bary 1853 Fungsi penyebab karat pada tanaman

5 Louis Pasteur 1857 Tiap jenis permentasi mempunyai organisme yang


spesifik

1861 Teori Generatio Spontanea tumbang

1864 Teknik Pasteurisasi

1880 Vaksin untu kolera ayam, anthrax dan rabies

6 Joseph Lister 1867 Antiseptik untuk pembedahan

7 Robert Koch 1876 Bacillus antracis penyebab anthrax dan membentuk


spora.

1881 Biakan murni, teknik pewarnaan mikroba serta


postulat Kock

8 Ferdinand Cohn 1877 Endospora pada bakteri yang tahan panas

9 Elie metchnikoff 1884 Imunnitas seluler

10 Hans Christian Gram 1884 Pewarnaan Gram untuk bakteri.

11 Richard J. Petri 1887 Cawan petri untuk menumbuhkan bakteri

12 Dmitri Iwanosky 1892 Tobacco Mozaic Virus

13 Martinus Beijerinck 1898 Tobacco Mozaic Virus

14 Erwin F. Smith 1890-an Bakteri penyebab penyakit pada tanaman

15 Emil von Behring 1890-an Antitoksin dipteri

16 Paul Ehrlick 1890-an Imunitas humoral

KISAH SINGKAT SEJARAH MIKROBIOLOGI


Mikrobiologi berasal dari kata micros = kecil, bios = hidup, dan logos = hidup, maka
mikrobiologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran
kecil atau mikroskopis. Dunia mikroskopis meliputi bakteri, protozoa, virus, serta alga dan
cendawan mikroskopis. Mikroorganisme erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa
diantaranya ada yang bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak diantaranya menjadi
penghuni d dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang
lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt,
penisilin, serta proses-proses yang berkaitan dengan pembuangan limbah.

 Mikroskop dan penemuan jasad renik

Antony van Leeuwenhoek (1632-1723), seorang mahasiswa ilmu pengetahuan alam


berkebangsaan belanda mungkin bukanlah orang yang pertama yang melihat microbe yang
disebut bakteri dan protozoa, namun dialah yang pertama melaporkan pengamatannya dengan
keterangan. Selama hidupnya ia telah membuat lebih dari 250 buah mikroskop, masing-masing
terdiri dari lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka kuningan dan perak.
Kekuatan perbesaran tertinggi hanya 200 sampai 300 kali.

Antony van Leeuwenhoek melakukan pengamatan dengan menampung air hujan dan
mengamatinya dengan mikroskop. Ternyata ditemukan makhluk hidup atau mikroorganisme
yang disebut animalkul. Dari segi bentuk tampak bulat, batang, dan spiral.

 Abiogenesis VS biogenesis
Ditemukannya suatu dunia mikroorganisme yang tidak tampak dengan mata bugil
membangunkan minat terhadap perdebatan hebat pada masa itu mengenai asal-muasal
kehidupan. Dari manakah datangnya jasad-jasad renik tersebut ??

Teori Abiogenesis

Abiogenesis berasal dari kata A = tidak, Bio = hidup, Genesis = kejadian atau kehidupan berasal
dari benda mati. Aristoteles (348-322 SM) seorang ahli filsafat dan ilmuan Yunani kuno lebih
dari 2000 tahun yang lalu menemukan bahwa konsep kehidupan berasal dari benda mati yang
dikenal dengan teori generatio spontania atau teori Abiogenesis.

Salah satu tokoh yang mendukung adalah John Needham (1713-1781). Needham melakukan
penelitian dengan merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit lalu memasukkannya
dalam botol dan ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari ternyata tumbuh bakteri dalam
kaldu tersebut. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa bakteri berasal dari air kaldu.

Teori Biogenesis

Bio = hidup dan genesis = kejadian. Teori ini adalah teori yang membantah teori abiogenesis.
Eksperimen yang terkenal adalah yang dilakukan antara lain Francesco Redi, Lazzaro
Spallanzani, dan Louis Pasteur.

Percobaan Francesco Redi

Francesco Redi adalah fisikawan Italia, merupakan orang pertama


yang melakukan penelitian untuk membantah teori generatio spontanea. Dia melakukan
serangkaian penelitian yang menggunakan daging segar. Redi memperhatikan bahwa ulat akan
menjadi lalat dan lalat selalu terdapat tidak jauh dari sisa-sisa daging. Pada penelitiannya ia
menggunakan 3 kerat daging dan 3 wadah

Wadah I diisi daging dan dibiarkan terbuka, Wadah II diisi daging dan ditutup dengan kain kasa
yang berlubang. Wadah III diisi daging dengan ditutup rapat. Ketika daging membusuk,
datanglah lalat disekitar wadah. Beberapa hari kemudian pada wadah I terdapat belatung yang
cukup banyak, beberapa belatung pada wadah II. Dari percobaan tersebut Redi membuktikan
bahwa belatung belatung tidak terbentuk dari belatung yang membusuk, melainkan dari telur
lalat yang ditinggalkan ketika mengerumuni daging membusuk dan permukaan kain kasa

Percobaan Spallanzani
Pada tahun 1765, seorang biologiwan bernama Lazzaro Spallanzani, melakukan percobaan yang
berlawan dengan teori Needham. Spallanzani menyatakan bahwa Needham tidak merebus
tabung cukup lama sampai semua organisme terbunuh, dan Needham tidak menutup leher tabung
dengan rapat sekali sehingga masih ada organisme yang masuk dan tumbuh. Dari percobaan
yang dilakukannya Spallanzani menyimpulkan timbulnya suatu kehidupan hanya mungkin jika
telah ada suatu bentuk kehidupan sebelumnya. Mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu
percobaannya timbul karena adanya mikroorganisme yang telah lebih dulu tersebar di udara.

Percobaan Louis Pasteur

Seorang biologiwan bernama Louis Pasteur pada tahun 1864


melakukan percobaan menggunakan tabung berleher angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa
sebuah sel pasti berasal dari sel lainnya. Dalam percobaannya menggunakan tabung berleher
angsa, Pasteur merebus kaldu hingga mendidih kemudian mendiamkannya. Pada prinsipnya
udara mampu masuk kedalam tabung, namun partikel debu akan menempel pada lengkungan
leher tabung. Setelah sekian lama ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh. Namun setelah Pasteur
memiringkan tabung leher angsa tersebut air kaldu ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini
membuktikan bahwa kehidupan juga berasal dari kehidupan sebelumnya.

Setelah ditumbangkannya teori abiogenesis oleh Louis Pasteur, maka berkembanglah teori
biogenesis yang terkenal dengan pernyataannya " omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo" yang
artinya kehidupan berasal dari telur, dan telur berasal dari kehidupan.
Sumber :

 Dasar-dasar Mikrobiologi karangan Michael J. Pelczhar dan E.C.S Chan


 http://biologimediacentre.com
 http://biologi-news.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai