PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan industri dewasa ini telah memberikan dampak positif bagi kekuatan
ekonomi nasional yang ditandai dengan terus bertambahnya berbagai jenis
industri dengan berbagai macam produksinya. Kondisi ini secara otomatis
membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga kerja dan keluarganya. Sampai saat
ini, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor industri baik industri
pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah
seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Catatan :
1. ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe Temperature)
merupakan indikator iklim lingkungan kerja
2. ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering
3. ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola
(*) tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis NAB iklim lingkungan
kerja ditentukan berdasarkan alokasi waktu kerja dan istirahat dalam satu siklus
kerja (8 jam per hari) sertarata-rata laju metabolik pekerja. Kategori laju
metabolik, yang dihitung berdasarkan rata-rata laju metabolik pekerja,
tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas
2) Kebisingan
Tabel 3. NAB Kebisingan
Satuan Durasi Pajanan Level Kebisingan (dBA)
Kebisingan
per Hari
24 80
16 82
Jam 8 85
4 88
2 91
1 94
30 97
15 100
Menit 7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
Detik 3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan:
Pajanan bising tidak boleh melebihi level 140 dBC walaupun hanya sesaat.
1) NAB kebisingan merupakan dosis efektif pajanan kebisingan dalam satuan dBA
yang diterima oleh telinga (organ pendengaran) dalam periode waktu tertentu yang
tidak boleh dilewati oleh pekerja yang tidak menggunakan alat pelindungtelinga.
2) Apabila seorang pekerja terpajan bising di tempat kerja tanpa menggunakan alat
pelindung telinga selama 8 jam kerja per hari, maka NAB pajanan bising yang boleh
diterima oleh pekerja tersebut adalah 85 dBA.
8 jam 5
4 jam 7
2 jam 10
1 jam 14
Sistem Biodinamik dan Biosentrik Tangan menunjukkan Arah Aksis Akselerasi Getaran
(Sumber: TLV-ACGIH USA 2016)
Beberapa hal yang diperhatikan dalam menginterpretasikan NAB getaran tangan dan
lengan adalah sebagai berikut.
a) Pengukuran getaran tangan dan lengan dilakukan dengan menggunakan vibrasi
meter sesuai metode yang standar.
b) NAB getaran tangan dan lengan nilai merupakan nilai rata-rata akselerasi pajanan
getaran tangan dan lengan dalam satuan meter/detik2yang diterima oleh tangan dan
lengan pekerja dalam periode waktu tertentu yang tidak boleh dilewati.
c) Nilai Ambang Batas untuk durasi pajanan getaran tangan dan lengan selain yang
tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Durasi Pajanan Radiasi Ultraviolet (200 – 400 nm) yang Diperkenankan
8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008
30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 menit 0,01
1 menit 0,05
30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0,1 detik 30
Beberapa sumber ultraviolet yang dicakup dalam NAB ini adalah pengelasan dan carbon
arcs, benda berpendar (fluorescent), lampu pijar dan lampu germicidal, dan radiasi sinar
matahari.
Pada individu yang fotosensitif atau individu yang secara bersamaan terpajan dengan
bahan-bahan yang dapat mengakibatkan fotosensitif, maka tidak dianjurkan untuk
terpajan dengan radiasi ultraviolet.
b. Faktor Kimia
C. Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Primarindo Asia Infratructure. Tbk
2. Alamat Perusahaan : Jln. Raya Rancabolang 36 Gede Bage
Bandung
3. Jenis usaha atau industri : Alas Kaki (sepatu)
4. Jumlah dan status karyawan : 1000 karyawan bekerja di pabrik dan 900
karyawan bekerja di counter Tomkins
yang tersebar di seluruh Indonesia,dengan
perbandingan 75% adalah karwayan
tetap dan 25% adalah tenaga kerja
kontrak
5. Waktu Kerja : 9 Jam (08.00 - 17.00)
6. Asuransi Karyawan : Semua karyawan mendapatkan asuransi
BPJS
7. Kelembagaan K3 :
8. Sertifikasi Perusahaan : Belum mendapatkan sertifikasi ISO
9. Waktu Pelaksanaan : Rabu, 20 September 2017 Pukul 13.00 –
16.00 WIB
D. Alur Produksi
Bahan mentah QA/QC Masuk gudang (ekspor/lokal) Cutting
(persiapan) QA/QC Printing (sablon) Emboss (cetak logo/gambar)
Sewing Compond Proses Pengepresan QA/QC Toe lasting
Side lasting Heel lasting Marking bottom gaige Primering
Cementing Attacting lasting upper ke out sole Presing Last
Remoling Arriance stitch Finishing QC Packing
Gudang barang jadi
E. Landasan Teori
1. Pengertian
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor
lingkungan atau stres, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa
menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat.
Higiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada
pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di
tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun
lingkungan.
Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan
dan kedokteran. Bahasa higene industri mencakup kedua disiplin itu. Masalah
rekayasa yang sukar dikuasai oleh para dokter dapat dikomunikasikan dengan
higenis industri yang banyak barasal dari insinyur. Intervensi teknis akan
mudah dikomunikasikan dan dilakukan oleh higenis industri. Risk assessment
umumnya dikerjakan oleh para higenis industri.
a) Pengumpulan Informasi
b) Melalui studi literature
c) Mempelajari hasil penelitian
d) Dokumen-dokumen perusahaan
e) Survey lapangan
f) Analisis dan diskusi
g) Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
h) Pembuatan Hasil
b. Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu
bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu
metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan
bias di pertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi
tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau
struktur, sifat, dll.
c. Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen
data di tempat kerja.
d. Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan :
1) Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya
serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang
berpotensi bahaya.
2) Substitusi : modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu
atau asap dan mengurangi bahaya, pengendalian bahaya kesehatan
kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk
mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang
diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan
potensi bahayanya.
3) Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja
yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
4) Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
a) Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan
b) Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan
yang kurang berbahaya
c) Proses kerja ditempatkan terpisah
d) Menempatan ventilasi local/umum.
5) Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
a) Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja
dengan sumber bahaya
b) Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ
tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
Mata
Sumber bahaya : cipratan bahan kimia atau logam cair,
debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD :
safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.
Telinga
Sumber bahaya : suara dengan tingkat kebisingan lebih dari
85 dB. APD : ear plug, ear muff, canal caps.
Kepala
Sumber bahaya : tertimpa benda jatuh, terbentur benda
keras, rambut terlilit benda berputar. APD : helmet, bump
caps.
Pernapasan
Sumber bahaya : debu, uap, gas, kekurangan oksigen
(oxygen defiency). APD : respirator, breathing apparatus
Tubuh
Sumber bahaya : temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan
bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang
bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi. APD :
boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit,
jacket.
Tangan dan Lengan
Sumber bahaya : temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa
benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit.
APD : sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
Kaki
Sumber bahaya : lantai licin, lantai basah, benda tajam,
benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi.
APD : safety shoes, safety boots, legging, spat.
3) Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising
seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran
terus menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan
memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan
gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
c. Faktor Biologi
1) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung
dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat
kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan
dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang
terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax,
tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
2) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano
meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus
menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya.
3) Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih
komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari
jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
d. Ergonomi
Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan
kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai “to fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Adapun
beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja
adalah sebagai berikut :
1) Posisi berdiri : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan
berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
2) Posisi duduk : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk,
panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk
lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
e. Faktor Psikologi
Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh
pekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi,
posisi kerja) yang tidak menimbulkan stres pada pekerja.
BAB II
PELAKSANAAN
B. Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan di PT. Primarindo Asia Insfratructure. Tbk
C. Dokumen Pengamatan
1. Bagaimana kebisingan di perusahaan ?
2. Bagaimana penerangan di perusahaan ?
3. Bagaimana iklim kerja di perusahaan ?
4. Apakah ada bahan kimia di perusahaan ?
5. Apa saja bahan kimia tersebut ?
6. Bagaimana penyimpanan bahan kimia tersebut ?
7. Apakah diperusahaan ada binatang yang suka mengganggu? Seperti tikus,
kucing atau kecoa ?
8. Bagaimana sanitasi di perusahaan ?
9. Bagaimana penanganan limbah di perusahaan ?
10. Apakah ada petugas K3 di perusahaan ?
11. Siapa saja petugas K3 ?
BAB III
HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN
Semua pengelolaan limbah diolah oleh LPM dan jenis limbah termasuk limbah
padat.
Sumber air dari bawah tanah dan setiap bulan bisa menghabiskan 6000 – 8000
kubik, namun bulan ini pemakaian air hanya 5000 kubik dan perusahaan
membayar air 10.000.000 per bulan.
5. Petugas K3
Di perusahaan ada petugas K3, tetapi tidak berjalan dengan baik. Tidak pernah
melakukan pengawasan atau menjalankan fungsi nya dengan baik.
A. Kesimpulan
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau
stres, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit,
gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi
pekerja maupun warga masyarakat. Yang meliputi faktor fisik, faktor kimia,
faktor biologi, ergonomi dan psikologi. Di perusahaan didapatkan hasil
pengamatan dalam kondisi baik hanya saja didapatkan bahwa petugas K3 tidak
berfungsi dengan baik.
B. Saran
Agar perusahaan lebih meningkatkan kembali fungsi dari petugas K3,
sehingga karyawan dapat patuh dalam peggunaan APD dan sering
lakukan promosi kesehatan tentang penyakit – penyakit yang dapat
terjadi akibat kerja sehingga kecelakaan kerja tidak terjadi lagi.
DAFTAR PUSTAKA