Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan industri dewasa ini telah memberikan dampak positif bagi kekuatan
ekonomi nasional yang ditandai dengan terus bertambahnya berbagai jenis
industri dengan berbagai macam produksinya. Kondisi ini secara otomatis
membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga kerja dan keluarganya. Sampai saat
ini, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor industri baik industri
pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah
seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.

Akibat perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terjadi


dampak – dampak pada tenaga kerja, misalnya kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, penyakit akibat hubungan kerja, dll. Maka dari itu harus ada tim yang
menangani khusus tentang masalah tersebut, yaitu tim K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.

Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengaruh terhadap faktor


kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal –
hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan
oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3),
seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik diterapkan saat memasuki ruang
kerja agar mendeteksi secara dini kesehatan pekerja saat akan memulai
pekerjaannya.

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,


karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani
maupun rohani, sedangkan keselamatan kerja adalah suatu keadaan dimana para
pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan
mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan
lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani
maupun rohani dan di dukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin
keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.

B. Dasar Hukum dan Nilai Ambang Batas


1. Dasar Hukum
a. ATURAN MENTRI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011
Tentang Nilai Ambang Batas
NAB kebisingan di tetapkan sebesar 85 decibel (dBA)
NAB iklim kerja di tempat kerja

b. Peraturan Mentri Perburuhan, Nomor 7 tahun 1964


Tentang penerangan di tempat kerja

2. Nilai Ambang Batas


a. Faktor Fisik
1) Iklim Kerja
Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan batas
pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress) yang
tidak boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana
tercantum pada Tabel 1. NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan
dalam derajat Celsius Indeks Suhu Basah dan Bola (oC ISBB).

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Lingkungan Kerja Industri

Alokasi Waktu NAB (oC


ISBB)

Kerja dan Ringan Sedang Berat Sangat Berat


Istirahat

75 – 100% 31,0 28,0 * *

50 – 75% 31,0 29,0 27,5 *

25 – 50% 32,0 30,0 29,0 28,0

0 – 25% 32,5 31,5 30,0 30,0

Catatan :
1. ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe Temperature)
merupakan indikator iklim lingkungan kerja

2. ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

3. ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

(*) tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis NAB iklim lingkungan
kerja ditentukan berdasarkan alokasi waktu kerja dan istirahat dalam satu siklus
kerja (8 jam per hari) sertarata-rata laju metabolik pekerja. Kategori laju
metabolik, yang dihitung berdasarkan rata-rata laju metabolik pekerja,
tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas

Kategori Laju Metabolik (W)** Contoh Aktivitas

Istirahat 115 Duduk


(100 – 125)***
Ringan 180 Duduk sambil melakukan
(125 – 235)*** pekerjaan ringan dengan
tangan, atau dengan
tangan dan lengan, dan
mengemudi. Berdiri
sambil melakukan
pekerjaan ringan dengan
lengan dan sesekali
berjalan.

Sedang 300 Melakukan pekerjaan


(235 – 360)*** sedang: dengan tangan
dan lengan, dengan
lengan dan kaki, dengan
lengan dan pinggang,
atau mendorong atau
menarik beban yang
ringan. Berjalan biasa

Berat 415 Melakukan pekerjaan


(360 – 465)*** intensif: dengan lengan
dan pinggang, membawa
benda, menggali,
menggergaji secara
manual, mendorong atau
menarik benda yang
berat, dan berjalan cepat.

Sangat Berat 520 Melakukan pekerjaan


(> 465)*** sangat intensif dengan
kecepatan maksimal.
Catatan :
(**) Dihitung menggunakan estimasi dengan standar berat badan 70 kg. Untuk
menghitung laju metabolik dengan berat badan yang lain, dilakukan dengan
mengalikan hasil estimasi laju metabolik dengan rasio antara berat badan aktual
pekerja dengan 70 kg.
(***) Mengacu pada ISO 8996 Tahun 2004.
Hasil pengukuran iklim lingkungan kerja harus dikoreksi dengan nilai koreksi
pakaian kerja sebagaimana tercantum pada Tabel 3. Nilai yang telah dikoreksi
dibandingkan dengan nilai NAB pada Tabel 1.

2) Kebisingan
Tabel 3. NAB Kebisingan
Satuan Durasi Pajanan Level Kebisingan (dBA)
Kebisingan
per Hari
24 80
16 82
Jam 8 85
4 88
2 91
1 94
30 97
15 100
Menit 7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
Detik 3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan:
Pajanan bising tidak boleh melebihi level 140 dBC walaupun hanya sesaat.

Beberapa hal yang diperhatikan dalam menginterpretasikan NAB kebisingan adalah


sebagai berikut:

1) NAB kebisingan merupakan dosis efektif pajanan kebisingan dalam satuan dBA
yang diterima oleh telinga (organ pendengaran) dalam periode waktu tertentu yang
tidak boleh dilewati oleh pekerja yang tidak menggunakan alat pelindungtelinga.

2) Apabila seorang pekerja terpajan bising di tempat kerja tanpa menggunakan alat
pelindung telinga selama 8 jam kerja per hari, maka NAB pajanan bising yang boleh
diterima oleh pekerja tersebut adalah 85 dBA.

3) Pengukuran tekanan bising lingkungan kerja industri dilakukan dengan


menggunakan sound level meter mengikuti metode yang standar.

4) Pengukuran dosis efektif pajanan bising dilakukan dengan menggunakan alat


monitoring pajanan personal (noise dosimeter). Pengukuran dosis pajanan dilakukan
sesuai dengan satu periode shift kerja (8 jam per hari). Apabila jam kerja kurang
atau lebih dari 8 jam per hari, maka durasi pengukuran dilakukan sesuai dengan lama
jam kerja.

Apabila menggunakan alat pelindung telinga (APT) untuk mengurangi dosis


pajananbising, maka perlu diperhatikan kemampuan APT dalam mereduksi pajanan
bising yang dinyatakan dalam noise reduction rate (NRR). Perhitungan kebutuhan
NRR dapat dilihat pada contoh 2 dan contoh 3.
3) Getaran

Tabel 4. Nilai Ambang Batas Getaran Tangan dan Lengan

Durasi Pajanan per Hari Kerja Nilai Akselerasi pada Frekuensi


Dominan (meter/detik2)

8 jam 5
4 jam 7
2 jam 10
1 jam 14

Sistem Biodinamik dan Biosentrik Tangan menunjukkan Arah Aksis Akselerasi Getaran
(Sumber: TLV-ACGIH USA 2016)
Beberapa hal yang diperhatikan dalam menginterpretasikan NAB getaran tangan dan
lengan adalah sebagai berikut.
a) Pengukuran getaran tangan dan lengan dilakukan dengan menggunakan vibrasi
meter sesuai metode yang standar.

b) NAB getaran tangan dan lengan nilai merupakan nilai rata-rata akselerasi pajanan
getaran tangan dan lengan dalam satuan meter/detik2yang diterima oleh tangan dan
lengan pekerja dalam periode waktu tertentu yang tidak boleh dilewati.

c) Nilai Ambang Batas untuk durasi pajanan getaran tangan dan lengan selain yang
tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Durasi Pajanan Radiasi Ultraviolet (200 – 400 nm) yang Diperkenankan

Durasi Pajanan Per Hari Iradiasi Efektif, Ieff (mW cm2)

8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008
30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 menit 0,01
1 menit 0,05
30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0,1 detik 30

Beberapa sumber ultraviolet yang dicakup dalam NAB ini adalah pengelasan dan carbon
arcs, benda berpendar (fluorescent), lampu pijar dan lampu germicidal, dan radiasi sinar
matahari.

Pada individu yang fotosensitif atau individu yang secara bersamaan terpajan dengan
bahan-bahan yang dapat mengakibatkan fotosensitif, maka tidak dianjurkan untuk
terpajan dengan radiasi ultraviolet.

b. Faktor Kimia

1) NAB Bahan Kimia

NAB bahan kimia dalam ppm atau mg/m3 sebagaimana tercantum


pada Tabel 13 adalah konsentrasi rata-rata pajanan bahan kimia
tertentu yang dapat diterima oleh hampir semua pekerja tanpa
mengakibatkan gangguan kesehatan atau penyakit dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam
perminggu. NAB terdiri dari TWA, STEL dan Ceiling dengan
pengertian sebagai berikut :

2) TWA (Time Weighted Average) adalahkonsentrasi rata-rata


tertimbang waktu di tempat kerja yang dapat diterima oleh hampir
semua pekerja tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan atau
penyakit, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam perhari dan 40 jam perminggu.
3) STEL (Short Term Exposure Limit) adalah konsentrasi rata-rata
tertinggi dalam waktu 15 menit yang diperkenankan dan tidak boleh
terjadi lebih dari 4 kali, dengan periode antar pajanan minimal 60
menit selama pekerja melakukan pekerjaannya dalam 8 jam kerja
perhari.

4) Ceiling adalah konsentrasi bahan kimia di tempat kerja yang tidak


boleh dilampaui selama jam kerja.

C. Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Primarindo Asia Infratructure. Tbk
2. Alamat Perusahaan : Jln. Raya Rancabolang 36 Gede Bage
Bandung
3. Jenis usaha atau industri : Alas Kaki (sepatu)
4. Jumlah dan status karyawan : 1000 karyawan bekerja di pabrik dan 900
karyawan bekerja di counter Tomkins
yang tersebar di seluruh Indonesia,dengan
perbandingan 75% adalah karwayan
tetap dan 25% adalah tenaga kerja
kontrak
5. Waktu Kerja : 9 Jam (08.00 - 17.00)
6. Asuransi Karyawan : Semua karyawan mendapatkan asuransi
BPJS
7. Kelembagaan K3 :
8. Sertifikasi Perusahaan : Belum mendapatkan sertifikasi ISO
9. Waktu Pelaksanaan : Rabu, 20 September 2017 Pukul 13.00 –
16.00 WIB
D. Alur Produksi
Bahan mentah QA/QC Masuk gudang (ekspor/lokal) Cutting
(persiapan) QA/QC Printing (sablon) Emboss (cetak logo/gambar)
Sewing Compond Proses Pengepresan QA/QC Toe lasting
Side lasting Heel lasting Marking bottom gaige Primering
Cementing Attacting lasting upper ke out sole Presing Last
Remoling Arriance stitch Finishing QC Packing
Gudang barang jadi

E. Landasan Teori
1. Pengertian
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor
lingkungan atau stres, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa
menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat.

Higiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada
pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di
tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun
lingkungan.

2. Higiene Industri Dalam K3


Kesehatan kerja adalah ilmu dan profesi yang mempelajari keterkaitan antara
kesehatan dan pekerjan. Kesehatan yang kurang baik akan dapat mengganggu
produktivitas pekerjaan, dan pekerjaan dapat pula menimbulkan terganggunya
kesehatan. Karena peliknya permasalahan bidang ini tidak dapat ditangani
oleh satu pihak saja, misalnya oleh dokter saja atau oleh insinyur saja. Bidang
ini harus ditangani oleh berbagai disiplin ilmu, seperti: higene industri,
kedokteran kerja, ergonomi, sosial, hukum, psikologi dan lain-lain. Paling
sedikit ada tiga bidang ilmu besar yang mencakup kesehatan kerja secara
keseluruhan, yaitu: keselamatan (safety), higene industri dan kedokteran
kerja. Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara disiplin
keselamatan dan disiplin kedokteran.

Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan
dan kedokteran. Bahasa higene industri mencakup kedua disiplin itu. Masalah
rekayasa yang sukar dikuasai oleh para dokter dapat dikomunikasikan dengan
higenis industri yang banyak barasal dari insinyur. Intervensi teknis akan
mudah dikomunikasikan dan dilakukan oleh higenis industri. Risk assessment
umumnya dikerjakan oleh para higenis industri.

3. Ruang Lingkup Higiene Industri


Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau
metode dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan
merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry
berjalan).Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :
a. Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan
risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan
higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
1) Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul
menjadi bahaya dan risiko yang nyata
2) Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan
atau suatu area dimasuki
3) Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :

a) Pengumpulan Informasi
b) Melalui studi literature
c) Mempelajari hasil penelitian
d) Dokumen-dokumen perusahaan
e) Survey lapangan
f) Analisis dan diskusi
g) Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
h) Pembuatan Hasil

Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya


dan risiko yang dapat di kelompokkan :

a) Berdasarkan lokasi atau unit


b) Berdasarkan kelompok pekerja
c) Berdasarkan jenis potensi bahaya
d) Berdasarkan tahapan proses produksi dll

b. Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu
bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu
metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan
bias di pertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi
tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau
struktur, sifat, dll.

Adapun tujuan dari rekognisi adalah :


1) Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan,
efek, severity, pola pajanan, besaran)
2) Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
3) Mengetahui pekerja yang berisiko

c. Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen
data di tempat kerja.

Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :


1) Untuk mengetahui tingkat risiko
2) Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
3) Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
4) Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
5) Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
6) Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik

d. Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan :
1) Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya
serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang
berpotensi bahaya.
2) Substitusi : modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu
atau asap dan mengurangi bahaya, pengendalian bahaya kesehatan
kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk
mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang
diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan
potensi bahayanya.
3) Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja
yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
4) Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
a) Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan
b) Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan
yang kurang berbahaya
c) Proses kerja ditempatkan terpisah
d) Menempatan ventilasi local/umum.
5) Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
a) Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja
dengan sumber bahaya
b) Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ
tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
 Mata
Sumber bahaya : cipratan bahan kimia atau logam cair,
debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD :
safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.
 Telinga
Sumber bahaya : suara dengan tingkat kebisingan lebih dari
85 dB. APD : ear plug, ear muff, canal caps.
 Kepala
Sumber bahaya : tertimpa benda jatuh, terbentur benda
keras, rambut terlilit benda berputar. APD : helmet, bump
caps.
 Pernapasan
Sumber bahaya : debu, uap, gas, kekurangan oksigen
(oxygen defiency). APD : respirator, breathing apparatus
 Tubuh
Sumber bahaya : temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan
bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang
bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi. APD :
boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit,
jacket.
 Tangan dan Lengan
Sumber bahaya : temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa
benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit.
APD : sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
 Kaki
Sumber bahaya : lantai licin, lantai basah, benda tajam,
benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi.
APD : safety shoes, safety boots, legging, spat.

4. Potensi bahaya di lingkungan perusahaan/Industri


Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor
kimia, bahaya faktor biologi,faktor ergonomi dan psikologi.
a. Bahaya Fisik :
1) Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas
60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan
intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat
pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan
pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu
komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :
a) Halilintar 120 Kantor gaduh 70
b) Meriam 110 Radio 60
c) Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40
d) Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30
e) Pluit 80 Tetesan air 10

2) Penerangan atau pencahayaan


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan
menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan
tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan
dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan
yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan
pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya
penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik
dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik
dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan
berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja
untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran
benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup
dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a) Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras
dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna
objek yang dikerjakan.
b) Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan
diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja
perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
c) Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-
masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur
diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.

3) Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising
seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran
terus menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan
memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan
gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif


pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
b. Bahaya Kimia
1) Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
2) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak
napas, peradangan dan oedema ( bengkak )Contoh :
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline
dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
3) Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ
atau sistem tubuh. Contoh :
a) Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
b) Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon
disulphide
c) Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
d) Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
e) Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

c. Faktor Biologi
1) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung
dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat
kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan
dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang
terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax,
tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
2) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano
meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus
menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya.
3) Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih
komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari
jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

d. Ergonomi
Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan
kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai “to fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Adapun
beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja
adalah sebagai berikut :
1) Posisi berdiri : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan
berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
2) Posisi duduk : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk,
panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk
lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
e. Faktor Psikologi
Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh
pekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi,
posisi kerja) yang tidak menimbulkan stres pada pekerja.
BAB II
PELAKSANAAN

A. Tanggal dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan dilakukan tanggal 20 September 2017, pukul 13.00 – 16.00 WIB

B. Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan di PT. Primarindo Asia Insfratructure. Tbk

C. Dokumen Pengamatan
1. Bagaimana kebisingan di perusahaan ?
2. Bagaimana penerangan di perusahaan ?
3. Bagaimana iklim kerja di perusahaan ?
4. Apakah ada bahan kimia di perusahaan ?
5. Apa saja bahan kimia tersebut ?
6. Bagaimana penyimpanan bahan kimia tersebut ?
7. Apakah diperusahaan ada binatang yang suka mengganggu? Seperti tikus,
kucing atau kecoa ?
8. Bagaimana sanitasi di perusahaan ?
9. Bagaimana penanganan limbah di perusahaan ?
10. Apakah ada petugas K3 di perusahaan ?
11. Siapa saja petugas K3 ?
BAB III
HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN

A. Hasil Pengukuran dan Pengamatan


1. Data Pengukuran Penerangan
Nama Perusahaan : PT. Primarindo Asia Infratructure. Tbk
Tanggal / Waktu : 20 September 2017, 15.00 WIB
Alamat : Jln. Raya Rancabolang 36 Gede Bage Bandung
Nama Alat : Lux Meter
Sumber Cahaya : Buatan

No Lokasi / Kode Lokasi Intensitas Penerangan Keterangan


(Lux)
Umum Lokal
Data Hasil Data Hasil
Lapangan Akhir Lapangan Akhir
1. Office Gudang 76 ; 88 ; 94 86 51 ; 50 ; 55 ; 52,8
56 ; 52
2. Gudang Baku 530 ; 534 ; 524,6
510
3 Cutting (No 15) 219,6 ; 236,6 249,5
; 265,1 ;
276,7
4. Sewing 439 ; 408 ; 582,6
446 ; 455
5. Printing (sablon) 307,2 ; 302,7 305,3
; 306,2
6. Proses Pembakaran 168 ; 220 ; 186
181 ; 175
7. Proses memasukan 217 ; 173 ; 182,5
kancing 165 ; 175
2. Data Pengukuran Kebisingan
Nama Perusahaan : PT. Primarindo Asia Infratructure. Tbk
Tanggal / Waktu : 20 September 2017, 15.00 WIB
Alamat : Jln. Raya Rancabolang 36 Gede Bage Bandung
Nama Alat : Sound Level Meter

No Lokasi / Kode Lokasi Intensitas Kebisingan Keterangan


(dBA)
Data Lapangan Hasil Akhir

1. Emboss 77,4 ; 76,1 ; 74,75


77,2 ; 71,3 ;
73,3 ; 72,6 ;
78,7 ; 70,5 ;
75,5 ; 74,9
2. Sewing 73,3 ; 72,1 ; 72,03
69,0 ; 75,6 ;
71,9 ; 71,5 ;
70,3 ; 71,5 ;
73,1 ; 72,0
3 Proses memasukan 78,0 ; 82,3 ; 77,44
kancing 73,7 ; 73,4 ;
82,2 ; 72,6 ;
77,6 ; 73,8 ;
83,6 ; 77,2
4. Latek 77,7 ; 73,2 ; 74,05
77,0 ; 73,4 ;
77,4 ; 72,7 ;
75,1 ; 71,5 ;
71,6 ; 70,9
5. Packing 64,6 ; 74,0 ; 64,41
62,6 ; 63,4 ;
62,2 ; 63,8 ;
63,9 ; 64,2 ;
63,0 ; 63,0
3. Data Pengukuran Iklim Kerja
Nama Perusahaan : PT. Primarindo Asia Infratructure. Tbk
Tanggal / Waktu : 20 September 2017, 15.00 WIB
Alamat : Jln. Raya Rancabolang 36 Gede Bage Bandung
Nama Alat : Heat Slress

No Lokasi / Kode Parameter Keterangan


Lokasi
Ta (°C) Tw (°C) Tg (°C) RH (%) ISBB (°C)
DL HA DL HA DL HA DL HA DL HA
1. Office Gudang 30,9 3,09 21,6 15,12 31,3 6,26 43,5 24,6 24,47
2. Receiving & QC 30,7 3,07 21,7 15,19 31,1 6,22 44,5 24,7 24,48
3. Gudang 30,7 3,07 21,7 15,19 31,1 6,22 43,0 24,6 24,48
4. Cutting 30,8 3,08 21,4 14,98 30,9 6,18 45,1 24,3 24,24
5. Transpeper Insol 31,1 3,11 21,7 15,19 31,1 6,22 43,5 24,6 24,52
6. Printing (sablon) 31,4 3,14 22,2 15,54 31,4 6,28 43,0 25,6 24,96
7. Production Target 30,8 3,08 21,9 15,33 31,4 6,28 45,6 24,8 24,69
8. Pengeleman 30,7 3,07 22,2 15,54 30,9 6,18 45,6 24,9 24,79
9. Packing 30,3 3,03 21,3 14,91 30,8 6,16 47,6 24,5 24,1

4. Sanitasi Lingkungan dan Limbah


Kebersihan perusahaan bersih, pencemaran lingkungan dari dampak pabrik ke
masyarakat tidak ada.

Semua pengelolaan limbah diolah oleh LPM dan jenis limbah termasuk limbah
padat.

Sumber air dari bawah tanah dan setiap bulan bisa menghabiskan 6000 – 8000
kubik, namun bulan ini pemakaian air hanya 5000 kubik dan perusahaan
membayar air 10.000.000 per bulan.
5. Petugas K3
Di perusahaan ada petugas K3, tetapi tidak berjalan dengan baik. Tidak pernah
melakukan pengawasan atau menjalankan fungsi nya dengan baik.

B. Pengendalian Potensi Bahaya yang Sudah Dilakukan Oleh Perusahaan


Perusahaan sudah menerapkan peraturan pada karyawan untuk menggunakan APD,
tetapi masih banyak karyawan yang tidak patuh.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH ATAU PEMBAHASAN

A. Pemecahan Masalah atau Pembahasan


Dari data pengukuran dan pengamatan yang sudah dijelaskan di BAB III, maka
didapatkan masalah di perusahaan adalah petugas K3 yang tidak melakukan fungsi
nya dengan baik. Sehingga membuat karyawan tidak patuh untuk menggunakan alat
pelindung diri (APD), yang dapat menyebabkan karyawan mengalami kecelakaan
kerja / penyakit akibat kerja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau
stres, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit,
gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi
pekerja maupun warga masyarakat. Yang meliputi faktor fisik, faktor kimia,
faktor biologi, ergonomi dan psikologi. Di perusahaan didapatkan hasil
pengamatan dalam kondisi baik hanya saja didapatkan bahwa petugas K3 tidak
berfungsi dengan baik.

B. Saran
Agar perusahaan lebih meningkatkan kembali fungsi dari petugas K3,
sehingga karyawan dapat patuh dalam peggunaan APD dan sering
lakukan promosi kesehatan tentang penyakit – penyakit yang dapat
terjadi akibat kerja sehingga kecelakaan kerja tidak terjadi lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Hendra.Higiene Industri. Diakses pada tanggal 27 November 2010 : staff. ui . ac .


id/internal/132255817/material/Sesi2 3BasicprincipleHIGIENEINDUSTRI.pdf

Mondy,R.W.2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahaan),


Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai