Anda di halaman 1dari 4

Artikel: Shale Rock dan Teknologi Fracking

Shale Rock dan Teknologi Fracking Membawa Amerika Keluar dari Kehausan Minyak dan Gas

Amerika, dengan segala keunggulannya menempatkan mereka pada urutan teratas negara paling
berkuasa di dunia. Tetapi tidak pada bidang energi khusunya minyak dan gas. Sudah sejak lama
Amerika menjadi negara pengimpor minyak dengan jumlah yang sangat besar, namun sekarang tidak
demikian. Riset yang mereka lakukan selama berpuluh-puluh tahun membawa mereka menjadi
negara yang pada tahun 2020 diprediksi akan menjadi negara yang mandiri dalam bidang energi. Itu
semua adalah hasil dari teknologi fracking dan formasi shale rock yang mereka miliki.

Shale Rock (batu serpih)

Merupakan salah satu bagian dari Source Rock ( batuan penghasil hidrokarbon), berupa batuan
sedimen berbutir halus yang terbentuk dari pemadatan lumpur dan lempung. Ukuran partikelnya
biasa kita sebut sebagai "lumpur", sehingga ia dikategorikan sebagai batuan lumpur (mudstones).
Tetapi sebenarnya berbeda karena serpih memiliki karakter fissile (mudah terbelah) dan laminated
(tipis).

Teknologi Fracking

Fracking adalah suatu teknik yang digunakan dengan tujuan agar produksi minyak dan gas dapat
lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan produksi minyak dan gas. Minyak dan gas yang
dihasilkan dari proses ini tentu berbeda dari minyak dan gas yang dihasilkan dari proses seperti biasa
karena fracking dilakukan pada formasi batuan shale yang berada lebih dalam, hasilnya kita sebut
sebagai shale oil dan shale gas.

Fracking/hydro fracking/hydraulic fracturing adalah teknologi yang bekerja dengan cara


menginjeksikan larutan bertekanan tinggi ke bawah lapisan bumi secara horisontal sehingga
menghasilkan retakan dibawahnya yang mendorong minyak dan gas yang berada pada celah-celah
batuan dapat keluar. Larutan tersebut biasanya terdiri dari air, pasir / butiran keramik khusus dan
bahan kimia lain (asam sitrat, benzena, formaldehide).

Sejarah Fracking

Tahun 1862 selama pertempuran Fredericksburg VA, kolonel Edward A.L. Roberts pernah melakukan
sebuah percobaan dimana ia menembakan peledak pada sebuah kanal sempit di medan perang.
Percobaan tersebut secara tidak sengaja membawa ia meraih hak paten pertamanya pada tahun
1865 karena pengembangan dalam penggunaan torpedo sebagai peledak diatas sumur artesian.
Tahun 1947, Bob Fast dan Floyd Farris melakukan percobaan fracking dengan menggunakan semen
dan air, namun gagal karenan celah menutup kembali sesaat setelah air keluar. Akhirnya farris
mencoba mengganti formulanya yaitu dengan menggunakan campuran pasir, minyak mentah dan
alumunium soap yang diinjeksikan pada lubang bor di East Texas. Formula baru itupun sukses
meningkatkan hasil produksi, akhirnya farris mematenkan formula tersebut pada 1948.

Tahun 1956, teknologi fracking dibuat lebih ekonomis lagi yaitu dengan mengganti minyak mentah
menjadi air dalam jumlah yang sangat besar.

Akhirnya metode fracking digunakan hampir secara menyeluruh di Amerika karena menganggap
bahwa fracking dapat membantu mereka dalam meningkatkan hasil produksi.

Pengaruhnya untuk industri di Amerika

Diawali dengan kesuksesan Mitchell Energy, tahun 1951 di sumur DJ Hughes 1, Wise Country,
Mitchell berhasil menghasilkan gas dengan metode fracking dan dianggap sebagai kesuksesan besar
pada saat itu. Namun diketahui bahwa daerah yg lebih dalam dari batuan yg di pecahkan oleh
mitchell mengandung lebih banyak gas tepatnya pada formasi Barnett Shale. Dibantu dengan
kebijakan pemerintah Amerika pada tahun 1978 bahwa gas yang berasal dari reservoir
unconventional akan dibeli pemerintah dengan harga cukup tinggi, maka Mitchell gencar melakukan
fracking di daerah Barnett Shale. Tahun 1980, berkembanglah perusahaan Mitchell Energy &
Development.

Tahun ke tahun Mitchell energi berusaha untuk menemukan metode fracking yang tepat untuk
Barnett Shale, tetapi keinginan tersebut baru terwujud pada tahun 1998 berkat ahli perminyakan
Steinsberger. Ia diberi kebebasan untuk mengebor sumur SH Griffin 4 yang hasilnya cukup signifikan.

Krisis finansial yang terjadi pada tahun 2001 membuat Mitchell Energy terpaksa dijual kepada Devon
Energy karena saham Mitchell Energy anjlok. Sesaat setelah itu, Devon langsung melakukan
pengeboran di Barnett Shale namun dengan metode berbeda. Pengeboran dilakukan secara
horisontal sepanjang Barnett Shale yang diperkirakan akan menghasilkan 3-4 kali lipat lebih banyak
dengan metode ini.

Tahun ke tahun industri migas di Amerika semakin berkembang, setalah devon munculah
Chesapeake Energy yang juga menuai kesuksesan melalui metode fracking. Hingga tahun 2013
Amerika sudah memproduksi minyak mentah sebanyak 7,5 juta barrel per hari, dan sekarang
Amerika sudah menjadi negara non-OPEC yang melakukan eskpor minyak ke negara lain.

Disisi lain dari produksi yang dapat mereka hasilkan sekarang, Amerika juga menerima pendapatan
pajak yang diperoleh dari perusahaan tambang, seperti Exxon dan Chevron yang kita tahu mereka
telah melebarkan sayapnya keseluruh penjuru dunia. Kedua perusahaan tersebut merupakan
penghasil pajak terbesar bagi Amerika. (Hmmm udah kaya makin kaya lagi deh.. Ya amerika kan
adidaya jadi Exxon dan Chevron bebas lah nambang dimana aja yang penting bayar pajak sama
Amerika haha).
Isu lingkungan

Disisi gemerlapnya fracking, sudah pasti ada sisi gelapnya juga. Menurut penelitian teknologi fracking
dapat membawa efek negatif dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya:

1. Pencemaran air tanah

Penggunaan bahan kimia pada air yang diinjeksikan kedalam tanah dikhawatirkan terjadi kebocoran
sehingga bahan kimia itu terbawa bersama aliran tanah yang nantinya di konsumsi oleh penduduk.

2. Polusi udara

Gas yang keluar dari hasil fracking juga dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan udara
disekitarnya. Makan akan lebih baik jika dilakukan di daerah yang jauh dari pemukiman.

3. Terganggunya ekosistem dan bentang alam

Kegiatan pengeboran dan pembukaan lahan sudah pasti akan menyebabkan perubahan pada
bentang alam. Tanah di bor sedemikian rupa hingga kedalaman tertentu, pohon-pohon ditebang,
dsb.

4. Pembebasan lahan penduduk

Jika formasi shale berada tepat di area yang ditempati penduduk, maka sudah pasti perusahaan akan
berupaya untuk memindahkan mereka. Baik dengan cara baik-baik ataupun dengan cara pemaksaan.

Apakah bisa Indonesia mengembangkan fracking seperti Amerika?

Kita tahu bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam masalah SDA, tentunya Shale
itu sendiri. Tetapi ada beberapa alasan yang membuat Indonesia kesulitan dalam mengembangkan
teknologi fracking, yaitu:

1. Riset yang dilakukan Amerika terkait fracking ini sudah dilakukan selama kurang lebih 40 tahun,
jadi Amerika ini sangat serius dalam melihat potensi yang mereka miliki. Selain itu mereka juga
didukung oleh lembaga riset yang handal dibawah naungan pemerintahannya. Lalu Indonesie?
sampai sekarang lembaga riset di Indonesia masih belum bisa menentukan metode fracking yang
sesuai untuk formasi shale di Indonesia.

2. Terkait formasi batuan, Shale Rock yang berada di Amerika berumur lebih tua dibanding Indonesia
yang berumur relatif muda sehingga batuan di Amerika lebih mudah dipecah. Maka dari itu
dibutuhkan suatu teknik fracking yang pas agar bisa digunakan di formasi Shale Indonesia.

3. Faktor Ekonomi. Jika teknologi fracking diterapkan di Indonesia dengan keadaan infrastruktur dan
perekonomian yang ada sekarang ini, sudah pasti biaya yang perlu dikeluarkan pun akan sangat tinggi
karena teknokogi ini cukup mahal.
Lalu bagaimana menurut kalian?

-Heisenberg

Referensi:

1.wikipedia

2.Serambigeologi.blogspot.com

3.Prosesindustri.com

4.Oilprice.com

5.Buku: The Boom

6.Teman

Anda mungkin juga menyukai