Anda di halaman 1dari 8

PENGAWASAN ANGGARAN

I. Pendahuluan

Istilah pengawas dalam bahasa Inggris disebut supervisor, dan pengawas berarti orang yang
diberikan tugas untuk mengawasi, sedangkan jika mengacu pada Surat Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur nomor 118/1996 dan Keputusan Menteri Agama nomor 381
tahun 1999 dinyatakan bahwa pengawas sekolah atau pengawas pendidikan adalah pegawai
negeri sipil yang diberikan tugas, tanggung jawab serta wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang dalam melaksanakan pengawasan guna melihat bagaimana pelaksanaan,
penilaan serta pembinaan yang berkaitan dengan tata cara, teknis, administrasi serta
pekerjaan sejenis pada satuan pendidikan pendidikan dasar dan menengah.

II. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengawasan anggaran?


2. Apa Tujuan pengawasan dan prinsipnya?
3. Bagaimana Proses dan langkah-langkah pengawasan Anggaran?
4. Bagaimana Teknik Pengawasan Anggaran?

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan Anggaran

Pengawasan adalah suatu kegiatan melihat, memperhatikan, memonitor memeriksa, menilai


dan melaporkan pelaksanaan suatu program kerja yang telah direncanakan sebelumnya
dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang ada dalam sebuah perencanaan. Dari pengertian ini, dapat dijelaskan bahwa
pengawasan penggunaan anggaran pendidikan merupakan aktivitas-aktifitas melihat,
memperhatikan, memonitor, memeriksa, menilai, dan melaporkan penggunaan anggaran yang
dialokasikan untuk membiayai program-program pendidikan agar anggaran tersebut
digunakan sebagimana mestinya dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian Anggaran dalam kamus besar Indonesia yaitu perkiraan, perhitungan,
aturan, taksiran mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang diharapkan untuk periode
yang akan datang. Menurut pendapat dari para ahli mengenai tentang pengertian pengawasan.
[1]

1. Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh


pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang
direncanakan”.

2. Menurut Basu Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa


kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.
3. Menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan
antara pelaksana aktual rencana, dan awal untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan
dan rencana yang berarti”.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan


penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan
diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan
tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai
sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh
mana kebijakan pimpinan di jalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi
dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Pengawasan penggunaan anggaran pendidikan terdiri dari kegiatan memonitor, memeriksa,


menilai dan melaporkan adalah merupakan kegiatan yang bersifat sistemik dan sistematis.
Dikatakan sistemik karena kegiatan pengawasan penggunaan anggaran pendidikan tidak
boleh dilakukan dengan memilih atau memilah salah satu atau beberapa kegiatan saja dari
kegiatan itu, akan tetapi harus mencakup empat kegiatan pokok tersebut yaitu memonitor,
memriksa, menilai, dan melaporkan anggaran pendidikan. Dikatakan sistematis, berarti
bahwa kegiatan pengawasan penggunaan anggaran pendidikan harus dilakukan secara
berurutan, dimulai dari kegiatan memonitor,memeriksa dan menilai, sampai kepada kegiatan
memberikan laporan penggunaan anggaran kepada pihak yang terkait guna menyiapkan
pembuatan kebijaksanaan lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Sriprinya Ramakomud bahwa pengawasan adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
monitoring, evaluasi, dan pelaporan sebagai komponen proses pada sistem tersebut.

Pengawasan adalah kondisi riil dari kinerja (performannce). Sementara yang menjadi
tujuannya (output-nya) adalah informasi yang tepat untuk bahan pelaporan kepada pihak
yang berwenang melakukan pengambilan kebijaksanaan berikutnya. Untuk dapat mencapai
tujuan ini diperlukan suatu proses kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Monitoring
adalah kegiatan pemantauan jalannya proses pelaksanaan rencana dan program. Evaluasi
merupakan tindakan memberi putusan (minilai) baik tidaknya proses pelaksanaan rencana
dan program berjalan. Sementara pelaporan adalah kegiatan menyampaikan informasi
mengenai baik tidaknya proses pelaksanaan rencana dan program sebagai hasil dar kegiatan
evaluasi. Pola sistem pengawasan yang dikemukakan sriprinya Rmakomud tersebut
merupakan pola umum sehingga dapat di aplikasikan pada aspek kehidupan manusia
termasuk pada pengawasan penggunaan anggaran pendidikan.[2]

B. Prinsip-Prinsip Pengawasan Anggaran


Dalam kebijakan umum pengawasan Departemen Pendidikan da Kebudayaan (Rakernas,
1999), dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus berorientasi pada hal-hal berikut:[3]

(1). Sistem pengawasan fungsional yang dimulai sejak perencanaan yang menyangkut aspek
penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup seluruh aktivitas program di setiap
bidang organisasi.

(2). Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara pengawasan
dengan aparat penegak hukum serta instansi terkait turut meyamakan persepsi mencari
pemecahan bersama atas masalah yang dihadapi.

(3). Kegiatan pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang strategis dan
memperhatikan aspek manajemen.

(4). Kegiatan pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyeleksian masalah


dengan konsepsional dan menyeluruh.

(5). Kegiatan pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi teknis,
sikap, dedikasi, dan integritas pribadi yang baik.

(6). Akurat, artinya informasi tentang kinerja yang diawasi memiliki ketepatan data/informasi
yang sangat tinggi.

(7). Tepat waktu, artinya kata yang dihasilkan dapat digunakan sesuai dengan saat untuk
melakukan perbaikan.

(8). Objektif dan komprehensif.

(9). Tidak mengakibatkan pemborosan atau in-efisiensi.

(10). Tindakan dan kegiatan pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana atau
keputusan yang telah dibuat.

(11). Kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.

C. Tujuan pengawasan Anggaran

Tujuan Pengawasan yaitu, sebagai berikut :


1. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut, kebijaksanaan dan
perintah.

2. Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan.

3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.

4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.

5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi (pemerintah).[4]

D. Proses dan Langkah – langkah Pengawasan Anggaran

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting bagi satuan pendidikan
maupun proses menanjemen pendidikan. Pengwasan merupakan untuk menyelaraskan antara
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan/program agar mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Pengawasan merupakan pengukuran atau perbaikan kinerja dalam rangka memastikan bahwa
tujuan dan sasaran organisasi tercapai.[5]

Pelaksanaan pengawasan dalam manajemen pendidikan perlu memperhatikan unsur-unsur


dalam prosesnya. Shermerhorn (1984:446) menyebutkan ada empat unsur proses pengawasan
yaitu:

(1). Menetapkan sasaran dan standar kinerja,

(2) melakukan pengukuran kinerja,

(3) membandingkan antara hasil pengukuran kinerja dengan sasaran dan standar kinerja yang
telah ditetapkan

(4) melakukan tindakan yang diperlukan berdasarkan pada hassil pembandingan tersebut.

Komaruddin (1994:165) menjelaskan langkah-langkah pengawasan sebagai berikut:

1. Pengembangan Standar

Proses pengawasan dimulai dengan cara membuat rencana pengawasan. Dalam perencanaan
pengawasan disusun batasan atau rincian srategi yang spesifik dan praktis. Pada tahap ini
ditentukan sasaran, target dan standar yang spesifik sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengawasan yang akan dilakukan.

2. Pengukuran Pelaksanaan

Pada tahapan pengukuran pelaksanaan ini aktivitas yang dilakukan adalah mengumpulkan
informasi tentang kegiatan atau program yang sedang berlangsung dengan merujuk pada apa
yang telah ditetapkan dalam perencanaan pengawasan. Pengukuran dapat dilakukan dengan
observasi atau berdasarkan laporan.

3. Penilaian Pelaksanaan

Tahapan penilain ini dilakukan oleh manajer. Pada tahap ini ditentukan makna dari adanya
perbedaan, penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan atau program
dibandingkan dengan kegiatan atau program yang telah direncanakan.

4. Perbaikan

Tahapan perbaikan merupakan tahapan upaya penyesuaian atas perbedaan atau


penyimpangan yang terjadi. Tujuan tindakan perbaikan adalah untuk mengembalikan status
pelaksanaan agar sesuai dengan standar.

E. Teknik Pengawasan Anggaran

Berkenaan dengan teknik pengawasan, Siagian (2006) mengungkapkan tentang teknik


pengawasan yang terbaik ke dalam dua kategori, yaitu teknik pengawsan langsung dan tidak
langsung. Berikut penjelasan masing-masing teknik tersebut[8].

a) Teknik Pengawasan Langsung

Pengawasan secara langsung merupakan proses pengawasanyang dilakukan dengan cara


langsung melalui pengamatan dan laporan secara langsung. Dalam teknik pengawasan ini,
pengawas langsung turun ke lapangan untuk melihat pegawai atau guru yang sedang
melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas yang telah di tetapkan. Dalam pengawasan
langsung, pengawas mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri di lokasi dan
menerima laporan langsung dari pelaksana. Bentuk konkret pengawasan langsung
diantaranya inspeksi langsung, observasi langsung di tempatdan laporan di tempat.

b) Teknik pengawasan Tidak Langsung

Teknik pengawasan tidak langsung adalah teknik pengawasan yang dilakukan oleh pengawas
dari jarak jauh dengan cara mempelajari laporan yang disampaikan oleh pegawai, kepada
sekolah, guru, dan personel lainnya. Laporan dalam bentuk tertulis maupun lisan.

Jika dilihat dari perpektif pelaksana pengawasan, pengawasan penggunaan anggaran


pendidikan dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok, yaitu: pengawasan melekat,
pengawasan fungsional, pengawasan legistatif, dan pengawasan masyarakat.

Keempat jenis pengawasan ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh atasan langsung ke
bawahannya, atau pengawasan terhadap kinerja bawahan dilaksanakan oleh atasan
langsungnya bukan pihak lain. Atasan langsung meskipun tidak memiliki jabatannya sebagai
pengawas. Tetapi ia memiliki fungsi pengawasan yang melekat vpada jabatannya sebagai
kepala bagian atau pimpinan suatu unit kerja.

Beberapa prinsip yang harus dipedomani oleh atasan langsung pengelolah keuangan dalam
melaksanakan pengawasan melekat, yaitu:

a. Pelaksanaan pengawasan keuangan pendidikan harus dilakukan terus menerus sebagai


kegiatan rutin sehari-hari dan berkesinambungan.

b. Pengawasan keuangan harus dilaksanakan secara efektif, diarahkan kepada jenis


kegiatan yang mengandung risiko kesalahan dan penyimpangan, dan kegiatan yang srategis.

c. Pengawasan keuangan pendidikan harus dilaksanakan secara komprehensif, cepat,


tepat, tertib dan didasarkan kepada penilaian yang objektif terhadap penyimpangan yang
terjadi melalui analisis yang tepat.

d. Pelaksanaan pengawasa keuangan pendidikan harus dilakukan berdasarkan kriteria


yang jelas sehingga terhidar dari cara berpikir ydan bertindak yang subjektif.

e. Pelaksanaan pengawasa keuangan pendidikan harus mencakup sub-subsistem pencatat


dan pelaporan yang faktual, rasioanal dan tepat waktu agar mampu mendeteksi
penyimpangan sedini mungkin.

f. Pelaksanaan pengawasa keuangan pendidikan harus berorientasi kepada massa


sekarang dan masa yang akan datang agar dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan
memastikan terjadinya kesalahan.

2. Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional (wasnal) adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh aparat yang
berfungsi sebagai pengawas (pekerjaannya sebagai pengawas). Aparat fungsional yang
melakukan pengawasan keuangan di lingkungan kementrian pendidikan dan kebudayaan
ialah :

a. Inspektoral jenderal kementrian pendidikan dan kebudayaan serta jajarannya (para


inspektorat dan para pengawas pada tingkat satuan pendidikan).

b. Badan Pengawasan dan Pembangunan (BPKB).


c. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

d. Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri serta Pengawasan Pembangunan.

e. Tim Koordinasi Pengawasan yang dipimpin oleh Wakil Presiden.

Namun demikian operasional pengawasan dilapangan, hanya dilakukan oleh Inspektorat


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya, oleh BPKP dan oleh BPK.
Sedangkan Menko Ekuin dan Wasbang, dan Tim Koordinasi Pengawasan Wakil Presiden
melakukan pengawasan sewaktu-waktu bila keadaan benar-benar menguntungkan.

3. Pengawasan Legislatif

Pengawasan Legislatif (wasleg) ialah pengawasan yang dilakukan oleh badan legislatif, yaitu
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap pelaksanaan rencana dan program kerja
pemerintah. Pengawasan yang dilakukan oleh anggota DPR dan DPRD terhadap pelaksanaan
dan program kerja pada suatu kementerian serta jajarannya, termasuk jajaran Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Pengawasan Legislatif pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dilakukan dengan


cara : Inspektorat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya
menyampaikan hasil pengawasan pada satuan kerja dilingkungannya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota dewan dalam rapat dengar pendapat
dengan DPR/DPRD.

4. Pengawasan Masyarakat

Pengawasan Masyarakat (wasmas) adalah pengawasan yang dilakukan anggota masyarakat


baik anggota masyarakat secara individual maupun berkelompok dengan cara melihat,
memerhatikan, memonitor, menilai, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan suatu unit kerja,
terutama unit kerja pemerintah, melalui pengiriman surat pengaduan kepada pimpinan
kementerian atau melalui kotak pos 5000.

Apabila surat pengaduan masyarakat memenuhi syarat untuk diproses dan berpangkal
pengawasan, maka surat tersebut ditindak lanjuti oleh pimpinan kementerian melalui
kegiatan-kegiatan melekat, pengawasan fungsional, monitoring dan pemeriksaan khusus.

IV. Penutup

a. Kesimpulan

1. Pengawasan Anggaran merupakan suatu kegiatan melihat, memonitor, memeriksa,


melaporkan dan suatu program kerja yang telah direncanakan sebelumnya dengan tujuan
agar kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang ada dalam perencanaan.
Sedangkan pengertian Anggaran dalam kamus besar Indonesia yaitu perkiraan, perhitungan,
aturan, taksiran mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang diharapkan untuk periode
yang akan datang.

Ø Prinsip-prinsip Pengawasan Anggaran yaitu Kegiatan pengawasan harus mampu


mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Ø Tujuan Pengawasan Anggaran Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan


rencana tersebut, kebijaksanaan dan perintah. Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan.
Mencegah pemborosan dan penyelewengan. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat
atas barang dan jasa yang dihasilkan. Membina kepercayaan masyarakat terhadap
kepemimpinan organisasi pemerintah.

Ø Proses dan Langkah Pengawasan

Pengembangan standar, pengukuran pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, perbaikan.

Ø Teknik Pengawasan ada dua yaitu: Teknik pengawasan langsung dan pengawasan tidak
langsung, pengawasan pengunaan anggaran pendidikan dikelompokan menjadi empat yaitu:
1. Pengawasan melekat, 2. Pengawasan fungsional. 3. Pengawasan legislatif. 4. Pengawasan
masyarakat.

b. Kata Penutup

Alhamdulillah wasyukurillah makalah kami telah terselesaikan, semoga bermanfaat bagi para
pembaca budiman. Kritik dan saran yang membangun, kami harapkan dari teman-teman
semua. Agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Apabila ada kata-kata yang salah dalam
penulisan makalah ini, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Daftar Pustaka

Aedi Nur. 2014. Pengawasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Matin. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Makmun Syamsudin Abin. 1995. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan.
Bandung: Sarana Panca Karya

Anda mungkin juga menyukai