Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan undang-undang Dasar 1945, pasal 28 H angka (1)
mengamanahkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, serta
pasal 34 angka (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak. Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, mengamanahkan bahwa
pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut
(manula), dan keluarga miskin.
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan
secara menyeluruh yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal tinggi di masyarakat
dan hasil penelitian menunjukkan karies gigi mempunyai dampak
yang luas, yaitu gangguan pada kualitas hidup antara lain
keterbatasan fungsi, disabilitas fisik, ketidaknyamanan psikis dan
disability psikis.
Persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut
menurut Riskesdas tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2%
menjadi 25,9%. Dari penduduk yang mempunyai masalah kesehatan
gigi dan mulut, persentase penduduk yang menerima perawatan
medis gigi meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada
tahun 2013. Berdasarkan provinsi tahun 2013 yang mempunyai
masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi adalah Provinsi Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah. Bila dibandingkan
tahun 2007 dan 2013 peningkatan masalah gigi dan mulut tertinggi
adalah Provinsi Sulawesi Selatan (10,9%), DI Yogyakarta (8,5%) dan
Jawa Timur (8,3%).

1|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, menjelaskan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan Basic Package of Oral Care (BPOC) atau Paket
Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di puskesmas, meliputi
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
Dengan pelayanan yang berkualitas dampak terhadap
perbaikan derajat kesehatan masyarakat akan lebih dirasakan,
masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana yang
ada sehingga sekaligus dapat meningkatkan efisiensi pelayanan
kesehatan.
Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang ada didalamnya. Dokter gigi merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang dalam memberikan pelayanan
kesehatan harus selalu menjaga mutu pelayanannya sesuai dengan
standar kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
Konsep penyusunan standar kompetensi merupakan
kesepakatan bersama dari berbagai pihak terkait yaitu Asosiasi
Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Kolegium
dokter gigi, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP), Kementerian
Kesehatan dan Kementerian yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan tinggi.
Tingkat kompetensi dalam standar kompetensi ditentukan
dengan memanfaatkan ranah taksonomi yang telah dikenal dan
dipakai di dunia pendidikan secara terintegrasi, yaitu Cognitif (C),
Psikomotorik (P) dan Afektif (A). Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
terdiri dari domain, kompetensi utama dan kompetensi penunjang
dengan rincian sebagai berikut :

2|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Tingkat I
Profesionalisme melakukan praktik di bidang kedokteran gigi
sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika, dan
hokum yang relevan.
2. Tingkat II
Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi.
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi
dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme
serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
3. Tingkat III
Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana
perawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima
melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
4. Tingkat IV
Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik. Melakukan tindakan
pemulihan fungsi system stomatognatik melalui penatalaksanaan
klinik.
5. Tingkat V
Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat. Menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang
prima.
6. TingkaT VI
Manajemen Praktik Kedokteran Gigi. Menerapkan fungsi
manajemen dalam menjalankan praktik Kedokteran Gigi.
WHO pada tahun 2003 telah membuat acuan Global Goals for
Oral Health 2020, yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut
dan kraniofasial dengan menekankan pada upaya promotif dan
mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga
mulut dengan diagnosa dini, pencegahan dan manajemen yang efektif
untuk penyakit sistemik.
Berdasarkan hal tersebut diatas diharapkan penerapan upaya
kesehatan dengan pendekatan Paket Dasar Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut di puskesmas dapat memecahkan masalah pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.
B. Tujuan
 Diperolehnya persepsi yang sama dalam penyelenggaraan program
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Gitik

3|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


 Meningkatnya keterpaduan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Gitik
 Diperolehnya dukungan sumber daya yang memadai dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut.
C. Sasaran
Sasaran pedoman ini ditujukan kepada dokter gigi/perawat gigi
sebagai penanggung jawab dalam program kesehatan gigi dan mulut
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program
kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gitik.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini digunakan untuk petugas, manajer
maupun pelaksana di Puskesmas baik yang PNS maupun Non PNS.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di jaringan
Puskesmas Gitik Rogojampi di sesuaikan dengan sarana prasarana
dan tenaga yang tersedia. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Gitik Rogojampi meliputi kegiatan yang dimulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sampai
dengan perawatan serta pengobatan.
E. Batasan Operasional
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah segala upaya
pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan dan
peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan atas dasar
hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya
dengan individu/masyarakat yang membutuhkannya.
Berdasarkan Perkonsil Kedokteran Indonesia Nomor
23/KKI/KEP/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter
Gigi menetapkan bahwa sesuai dengan kompetensinya, dokter gigi
dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa tindakan untuk 60
macam penyakit dasar.
Kompetensi Dokter Gigi Indonesia terdiri dari kemampuan
dasar, kompetensi utama dan kompetensi penunjang dengan rincian
sebagai berikut :
1. Tingkat I
Profesionalisme melakukan praktik di bidang kedokteran gigi
sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika, dan
hokum yang relevan.
2. Tingkat II
4|Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi.
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi
dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme
serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
3. Tingkat III
Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik.
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana
perawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima
melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
4. Tingkat IV
Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik. Melakukan tindakan
pemulihan fungsi system stomatognatik melalui penatalaksanaan
klinik.
5. Tingkat V
Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat. Menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang
prima.
6. TingkaT VI
Manajemen Praktik Kedokteran Gigi. Menerapkan fungsi
manajemen dalam menjalankan praktik Kedokteran Gigi.
Pelayanan kesehatan gigi masyarakat adalah pelayanan
kesehatan gigi yang bersifat umum dengan tujuan utama memelihara
dan meningkatkan kesehatan gigi tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan gigi.
Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah suatu
pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi,
dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi
pada berbagai Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang
berlandaskan pendekatan Primary Health Cara (Posyandu, Bina
Keluarga Balita, Taman Kanak-kanak, dsb).
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya
kesehatan upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk
memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta
didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan
perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang
memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Indikator :
5|Program Kesehatan Gigi dan Mulut
1. Pembinaan Kesehatan Gigi di Posyandu
Adalah jumlah posyandu yang telah mendapatkan pembinaan
berupa paket promotif dan deteksi dini kerusakan gigi oleh tenaga
kesehatan gigi di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun.
Cara Perhitungan :

Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 30% 35% 35% 40%

2. Pembinaan Kesehatan Gigi pada TK


Adalah jumlah TK yang telah mendapatkan pembinaan berupa
paket promotif dan deteksi dini kerusakan gigi oleh tenaga
kesehatan di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun.
Cara Perhitungan :

Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 100% 100% 100% 100%

3. Pembinaan dan Bimbingan Sikat Gigi Massal pada SD/MI


Adalah kegiatan sikat gigi massal pada murid SD/MI baik
negeri/swasta bersama dengan atau tanpa kegiatan kumur-kumur
dalam 1 kali di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun.
Cara Perhitungan :

6|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 100% 100% 100% 100%

4. Perawatan Kesehatan Gigi pada SD/MI


Adalah jumlah SD/MI yang mendapat perawatan kesehatan gigi di
wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun.
Cara Perhitungan :

Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 100% 100% 100% 100%

5. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Kesehatan Gigi Paripurna


Adalah jumlah murid SD/MI kelas 3 s/d 5 baik negeri maupun
swasta yang mendapat perawatan kesehatan gigi paripurna
(promotif, preventif, dan kuratif) oleh tenaga kesehatan gigi di
wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun.

Cara Perhitungan :

Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 50% 60% 60% 60%

7|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


6. Rasio Gigi Tetap yang Ditambal terhadap Gigi yang Dicabut
Adalah perbandingan jumlah gigi tetap yang ditambal dengan gigi
yang dicabut (1 : 1) dalam 1 tahun.
Cara Perhitungan :

Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 40% 35% 35% 35%

7. Bumil yang Mendapat Perawatan Kesehatan Gigi


Adalah jumlah kunjungan baru bumil yang dirujuk dari KIA yang
mendapat perawatan kesehatan gigi (diperiksa dan dirawat) di poli
gigi puskesmas dibagi jumlah bumil dalam 1 tahun.

Cara Perhitungan :

Target :
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 30% 40% 40% 40%

8|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Petugas yang melaksanakan pengobatan dasar di poli gigi
Puskesmas Gitik adalah :
1) Dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Ijin Praktek (SIP)
2) Perawat gigi yang telah mempunyai Surat Ijin Perawat Gigi
(SIPG) dan Surat Ijin Kerja (SIK).
B. Distribusi Ketenagaan

Kepala Puskesmas Gitik


dr. H. Didik Rusdiyono, MM

Penanggung Jawab UKP


drg. Dian Bunga Lestari

Pelayanan Pemeriksaan Umum


drg. Dian Bunga Lestari
Dokter gigi sebagai koordinator juga sebagai penanggung jawab dan
pelaksana
I Gede Tugas
Sukaarsa
dokter gigi :
1. Menyusun rencana kerja dan kebijaksanaan teknis pelayanan
KAOTAN
kesehatan gigi
2. Menentukan pola dan tata cara kerja
3. Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
pelayanan kesehatan gigi
5. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan mutu
pelayanan kesehatan gigi
Perawat gigi sebagai pelaksana
Tugas perawat gigi :
1. Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut
(promotif)
2. Melaksanakan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut
(preventif)
3. Melakukan tindakan penyembuhan penyakit gigi
C. Jadwal Kegiatan
1. Jam Kerja
Pelayanan diberikan sesuai dengan jam kerja yang ditentukan
dalam rangka mewujudkan efektivitas dan efisiensi dalam

9|Program Kesehatan Gigi dan Mulut


penyelenggaraan pelayanan. Adapun jam kerja puskesmas Gitik
adalah mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
2. Jam Pendaftaran dan Pelayanan
Jadwal Pendaftaran
No Jam Buka Loket
Pelayanan
1 Senin-Kamis 08.00 - 12.00
2 Jumat 08.00 - 10.00
3 Sabtu 08.00 - 11.00

3. Jadwal Kegiatan Luar Gedung


JADWAL KUNJUNGAN
NO KEGIATAN TARGET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pembinaan 40 % dari
1 kesehatan gigi ke jumlah √ √ √ √ √ √ √
posyandu posyandu
Pembinaan
100 % dari
2 Kesehatan gigi ke √ √ √
jumlah TK
TK
Pertemuan
penyegaran tehnis
40 % dari
upaya kesehatan
3 jumlah √
gigi dan mulut
posyandu
kepada kader
posyandu
Pembinaan dan 100 % dari
4 bimbingan sikat gigi jumlah √ √ √
masal SD,MI SD,MI

Perawatan
100 % dari
5 kesehatan gigi pada √ √ √
jumlah
SD, MI
SD,MI
Murid SD, MI
mendapat 60 % dari
6 perawatan jumlah √ √ √
kesehatan gigi SD,MI
paripurna

10 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

2 1

3m
2

3
2
5
3m
Keterangan :
1) Meja 4
6
2) Kursi
3) Lemari Alat
4) Wastafel
5) Dental Chair
6) Sterilisator
B. Standar Fasilitas
Dalam balai pengobatan gigi, kelengkapan fasilitas di Puskesmas
Gitik adalah sebagai berikut :
1) Sarana
a) Ruang pemeriksaan terdapat 1 buah berukuran 3x3 meter
b) Material dinding tembok permanen dan dari keramik
c) Lantai dari keramik
d) Atap ada plavon, terbuat dari triplek
2) Prasarana
a) Ventilasi 20% luas lantai dan memiliki sistem pendingin
b) Pencahayaan alami maupun buatan
c) Sanitasi : terdapat wastafel dengan air bersih, berfungsi
dengan baik, dilengkapi sabun dan lap pribadi
d) Kelistrikan : terdapat sumber daya listrik normal, dan air
compressors untuk sumber daya dental chair
e) Penataan ruangan : baik, memudahkan akses bergerak
f) Tempat sampah : ada, dibedakan sampah medis dan non
medis, dan tertutup
g) Alat-alat Medis tersedia lengkap, berfungsi, terawat, dan ada
tempat penyimpanan
h) Sistem proteksi kebakaran belum tersedia
3) Lain-lain
a) Tersedia standar, pedoman, panduan tentang pelayanan
kesehatan gigi dan mulut

11 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
b) Tersedia buku inventaris induk, kartu inventaris ruangan, kartu
inventaris barang, hasil self assessment, rekam medis, kertas
resep, dan alat tulis lengkap

12 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Pencegahan Kesehatan Gigi dan Mulut
2. Deteksi dini kerusakan gigi
3. Pelayanan Kedaruratan Gigi dan Pelayanan Medik Gigi Dasar
B. Metode
1. Kegiatan di dalam gedung
Metode yang digunakan dalam pelayanan medis dasar dan
kegawat daruratan adalah dengan sistim komunikasi 2 arah verbal
dan non verbal antara petugas (dokter/perawat) dengan pasien
yang meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang jika diperlukan.
2. Kegiatan di luar gedung
a. Pencegahan Kesehatan Gigi dan Mulut
 Promosi kesehatan gigi dan mulut
 Penyuluhan pada perorangan dan kelompok
b. Deteksi dini kerusakan gigi
 Pemeriksaan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar
 Pemeriksaan gigi dan mulut pada masyarakat yang
mengikuti posyandu
c. Pelayanan Kedaruratan Gigi dan Pelayanan Medik Gigi Dasar
C. Langkah Kegiatan
Kegiatan Program Kesehatan Gigi dan Mulut, meliputi kegiatan di
dalam maupun di luar gedung Puskesmas baik upaya kesehatan
perorangan (UKP) dan atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).
1. Kegiatan di dalam Gedung
a) Pelayanan Medik Gigi Dasar
a. Pengkajian awal
 Pemeriksaan Subyektif
Pengkajian awal klinis adalah kegiatan awal yang dilakukan
secara paripurna yang meliputi anamnesis / alloanamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kajian sosial
untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien / keluarga akan kebutuhan
pelayanan medis, penunjang medis dan keperawatan.
 Anamnesa
Pemeriksaan subyektif dengan wawancara dengan pasien atau
pengantarnya tentang penyakit yang diderita oleh pasien yang
merupakan alasan berobat ke Puskesmas. Anamnesis dapat
dilakukan pada pasien (autoanamnesis) atau pada yang menemani
pasien (alloanemnesis). Keluhan dapat berupa :

13 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
1) Keluhan Utama (Chief Complaint) adalah alasan pasien untuk
dilakukan pemeriksaan. Umumnya, suatu keluhan utama
berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak
berfungsi/estetik. Adapun alasannya, keluhan utama pasien
merupakan titik permulaan yang terbaik utuk mendapatkan
suatu diagnosis yang tepat. Pada Chief Complaint ini
biasanya ditanyakan tentang penyakit yang diderita dan
lokasinya.
2) Riwayat Penyakit Sekarang (Present Illness) adalah
kronologis dari keluhan utama yang berhubungan dengan
gejala-gejala, mulai sejak timbulnya sampai pada waktu
riwayat ini dicatat oleh pemeriksa. Pertanyaan yang diajukan
harus dipilih sehingga memperoleh jawaban yang relevan
(berkaitan erat dengan keluhan utama).
3) Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History) adalah
riwayat penyakit sistemik yang pernah atau sedang diderita
oleh pasien. Meliputi : Apakah pasien pernah atau sedang
menderita penyakit sistemik, riwayat operasi, riwayat dirawat
di rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Gigi Terdahulu (Past Dental History) adalah
riwayat kesehatan gigi pada masa lalu. Meliputi :
Apakah pasien pernah memeriksakan gigi sebelumnya,
perawatan dan pengobatan apa saja yang sudah dijalani,
apakah pernah terjadi komplikasi pasca perawatan, dll.
5) Riwayat Penyakit Keluarga (Family History) adalah riwayat
penyakit yang sedang atau pernah diderita keluarga pasien
yang mungkin bisa dijadikan dasar mendiagnosis. Meliputi :
Penyakit keturunan dan riwayat penyakit menular.
6) Riwayat Pribadi, Sosial, Ekonomi dan Budaya (Personal &
Social History)
Cari masalah pribadi, sosial ekonomi dan budaya yang
berkaitan misalnya sikap pasien terhadap keluarga dekat,
kawan-kawan, tetangga, pendidikan, pekerjaan (macam, jam
kerja, pengaruh lingkungan kerja), aktivitas diluar pekerjaan
(hobi, olahraga, organisasi), perkawinan (lamanya, jumlah
anak, tanggungan), makanan (teratur atau tidak, berapa kali
sehari, menu, variasi, nafsu makan, gangguan pencernaan),

14 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
kebiasaan-kebiasaan pribadi (pola tidur, minum alkohol atau
kopi, menghisap rokok, penggunaan obat), sumber keuangan
dan asuransi, kehidupan spriritual, agama, falsafah hidup dan
kepercayaan.
Tanyakan tentang kesulitan yang dihadapi pasien saat ini yang
mungkin berhubungan dengan penyakitnya.
 Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan
operator pada obyek dengan keadaan-keadaan sebagaimana
adanya, tidak ada pengaruh perasaan. Tujuan pemeriksaan
obyektif adalah untuk mengidentifikasi kelainan yang ada pada gigi
dan mulut.
Dalam melakukan pemeriksaan obyektif, perlu diperhatikan
beberapa hal yang sangat mendasar, yaitu :
1) Selalu meminta kesediaan / ijin pada pasien untuk setiap
pemeriksaan
2) Jagalah privasi pasien
3) Pemeriksaan harus seksama dan sistematis
4) Jelaskan apa yang dilakukan sebelum pemeriksaan
(tujuan,kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa )
5) beri instruksi spesifik yang jelas
6) Berbicaralah yang komunikatif
7) Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
8) Perhatikanlah ekspresi/ bahasa non verbal dari pasien
Pemeriksaan obyektif terdiri dari :
1) Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan dari bagian tubuh penderita di luar mulut yaitu
pada daerah muka, kepala, leher.
Cara pemeriksaan ekstra oral :
a. Membandingkan sisi muka penderita sebelah kiri dengan
sebelah kanan, simetris atau tidak.
b. Memeriksa pembengkakan dengan palpasi atau meraba,
yaitu meraba kelenjar, misalnya kelenjar submandibula
yaitu dengan cara penderita duduk pada posisi tegak,
pandangan mata ke depan posisi operator di belakang
pasien. Dalam keadaan normal akan teraba lunak dan
tidak sakit, kadang-kadang tidak teraba. Bila terdapat
keradangan akut, maka kelenjar akan teraba lunak dan
sakit. Jika teraba keras dan tidak sakit berarti ada

15 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
keradangan khronis, tetapi bila teraba keras dan sakit
berarti ada keradangan khronis eksaserbasi akut.
c. Meraba pada daerah pembengkakan dengan
menggunakan punggung tangan, untuk mengetahui suhu
di daerah pembengkakan tersebut.
2) Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral yaitu pemeriksaan dari bagian rongga
mulut yang meliputi mukosa dan gigi. Pemeriksaan intra oral
dilakukan dengan cara memeriksa keadaan mulut secara
menyeluruh untuk melihat kelainan mukosa dari pipi, bibir, lidah,
palatum, gusi dan gigi. Cara pemeriksaan gigi geligi dimulai dari
kwadran kanan atas kemudian kiri atas, kiri bawah dan terakhir
kwadran kanan bawah.
Kode kwadran untuk gigi tetap sebagai berikut :
Kwadran 1 : Kwadran kanan atas
Kwadran 2 : kwadran kiri atas
Kwadran 3 : kwadran kiri bawah
Kwadran 4 : kwadran kanan bawah
Kode kwadran untuk gigi susu sebagai berikut :
Kwadran 5 : Kwadran kanan atas
Kwadran 6 : kwadran kiri atas
Kwadran 7 : kwadran kiri bawah
Kwadran 8 : kwadran kanan bawah
Alur pemeriksaan Gigi Geligi :

 Pemeriksaan Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
menggunakan indera penglihatan untuk mendeteksi
karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh

16 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk
mendeteksi bentuk, warna, konsistensi, ukuran, dan lokasi.
 Pemeriksaan sonde
Sisa makanan yang tinggal dalam lubang karies harus
dibersihkan dengan ekskavator. Kadang-kadang ada juga
hal yang meragukan misalnya dari permukaan oklusal
terlihat karies kecil, tetapi dengan pemeriksaan dengan
sonde dapat dirasakan kariesnya sudah dalam.
Pemeriksaan dengan sonde harus dilakukan tanpa
tekanan.
Guna pemeriksaan sonde untuk mengetahui :
a. Ada karies atau tidak
Bila akan memeriksa adanya karies, sonde digoreskan
pada gigi, bila sonde tersangkut berarti ada karies.
b. Kedalaman karies
 Karies superfisialis (karies email) yaitu karies yang
belum sampai dentin baru sampai dentino enamel
junction. Karies superfisialis tidak memberi
keluhan, kecuali bila sudah sampai dentino enamel
junction, karena di situ terdapat serat Tomes.
 Karies media (karies dentin) yaitu karies sudah di
dalam dentin tetapi masih jauh dari pulpa, kira-kira ½
tebal dentin.
 Karies profunda yaitu karies yang sudah dekat pulpa,
atap pulpanya sudah tipis sekali atau malahan pulpa
sudah terbuka.
c. Ada reaksi dari pulpa atau tidak
Sonde digoreskan pada dasar kavitas tanpa tekanan,
harus hati-hati jangan sampai terjadi perforasi. Bila ada
keluhan sakit berarti gigi vital. Bila tidak ada keluhan
sama sekali berarti non vital.
d. Ada perforasi atau tidak
Bila dilakukan sondasi dan sonde masuk ke dalam
ruang pulpa berarti sudah perforasi.
 Pemeriksaan vitalitas
Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital,
tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau
abnormal.
Cara pemeriksaan dengan tes dingin :
Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan, ambil kapas kecil
dengan pinset, kemudian semprotkan chlor ethyl pada
17 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
kapas tersebut. Sesudah berbuih (kristal putih), kapas
tersebut diletakkan pada dasar kavitas gigi.
Pemeriksaan dengan termis dingin positif, berarti gigi
tersebut vital, berarti gigi tersebut dapat didiagnosis
sementara :
a. Iritasi Pulpa
b. Hiperemi Pulpa
c. Pulpitis Partialis Akut/ Pulpitis Totalis Akut
d. Pulpitis Kronis

 Pemeriksaan Kavitas
Tes ini dilakukan untuk menentukan vitalitas pulpa. Tes ini
dilakukan bila cara diagnosis diatas telah dilakukan dan
tidak ada respon.
Cara pemeriksaan dengan tes kavitas :
Tes kavitas dilakukan dengan preparasi kavitas hingga
batas enamel-dentin tanpa anestesi. Sensitivitas atau nyeri
yang dirasakan oleh pasien merupakan suatu petunjuk
bahwa pulpa masih dalam keadaan vital.
Bila tidak ada respon, dapat dilanjutkan preparasi kavitas
hingga tercapai ruang pulpa.
 Pemeriksaan Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan
menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan
untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan,
bentuk, konsistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan
kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa
palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,
disamping itu untuk menemukan yang tidak terlihat.
Cara pemeriksaan dengan palpasi :
a. Pada abses : jari telunjuk kanan diletakkan perlahan-
lahan pada daerah pembengkakan dengan sedikit
tekanan.
b. Pada pemeriksaan kelenjar limfe, kepala pasien
ditundukkan, ibu jari bertumpu pada mandibular..
Kemudian kelenjar limfe diraba dari bawah korpus
mandibula dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis

18 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
dan jari kelingking secara perlahan-lahan tanpa
tekanan.
Bila infeksi terbatas pada pulpa dan tidak berlanjut
pada periodontium, palpasi tidak merupakan saran
diagnostik.

 Pemeriksaan Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang
dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa. Uji ini dapat digunakan untuk menentukan
adanya peradangan pada jaringan penyangga gigi.
Cara pemeriksaan dengan perkusi :
Gigi diberi ketukan cepat dan tidak keras menggunakan
tangkai instrument. Ketukan dapat dilakukan dari arah
bukal, lingual atau oklusal. Tes perkusi dilakukan pada
kasus gigi sisa akar dan karies profunda. Perkusi
digunakan bersama-sama dengan tes periodontal lain, yaitu
palpasi, mobilitas dan tekanan.
Hasil tes dinyatakan dalam tiga kriteria :
(+) positif : sakit, menunjukkan adanya radang akut
pada region periapikal
(-) negatif : menunjukkan bahwa radang belum
sampai ke periapikal.
 Pemeriksaan Tekanan
Pemeriksaan dilakukan untuk gigi-gigi dengan kondisi
karies profunda dan karies media, dan pada kondisi dimana
tes sonde positif (+), tes dingin (+), perkusi (+). Tes ini
dimaksudkan untuk memperkuat temuan dengan tes
perkusi.
Cara pemeriksaan tekanan :
Pegang tangkai instrumen, ditekankan pada gigi yang
memberikan keluhan. Bisa juga penderita disurah
menggigit tangkai instrument yang sudah
dibungkus/membuka menutup mulut sehingga gigi
beroklusi atas bawah. Bila memberikan reaksi berarti
sudah terjadi periodontitis. Kegunaan pemeriksaan dengan
tekanan selain untuk mengetahui kelainan pada jaringan

19 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
penyangga gigi juga untuk mengetahui adanya keretakan
gigi.

Hasil tes dinyatakan dengan :


(+) positif : sakit
(-) negatif : tidak sakit
b. Diagnosa dan Tata Laksana
 Primary Herpetic Gingivostomatitis
 Definisi
Penyakit mulut berupa vesikel atau ulserasi multipel pada
gusi dan mukosa mulut akibat infeksi primer dari virus
Herpes Simpleks tipe 1 atau 2 (HSV-1 atau HSV-2).
 Patofisiologi
Infeksi primer terjadi pada kontak awal dengan virus melalui
inokulasi mukosa, kulit dan mata atau sekresi tubuh yang
terinfeksi. Virus kemudian bereplikasi di dalam sel-sel epitel
mukosa mulut dan atau kulit dan menyebabkan terjadinya
vesikel. Setelah proses penyembuhan, virus akan berjalan
sepanjang akson saraf menuju ganglion syaraf, dan
menimbulkan infeksi laten. Apabila terdapat faktor
predisposisi maka akan terjadi reaktivasi virus. Faktor
predisposisi dapat berupa :
 Penurunan imunitas
 Terjadinya epidemic pada pergantian musim
 Defisiensi nutrisi
 Memiliki penyakit sistemik tertentu (imunokompromis).
 Gejala Klinis
 Gejala prodromal 1-3 hari
 Gejala ekstra oral : Vesikel dan atau ulserasi pada merah
bibir (vermillion border of lip,) ditutupi krusta
yang berwarna kekuningan.
 Gejala intra oral :
 Erythema dan vesikel kecil diameter 1-3 mm
 Terletak berkelompok pada palatum keras,
attached gingiva, dorsum lidah, dan mukosa non
keratin di labial, bukal, ventral lidah dan pallatum
mole
 Vesikel mudah pecah membentuk ulser yang lebih
besar dengan tepi tidak teratur dan kemerahan
 Gingiva membesar berwarna merah, dan sangat
sakit,dapat terjadi pharyngitis.
 Diagnosa banding
 Stomatitis Aftosa Rekuren tipe herpetiformis
20 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Eritema Multiforme
 Hand Foot and Mouth Disease
 Prosedur tindakan
 KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi)
 Penyakit yang dapat sembuh sendiri apabila daya
tahan tubuh membaik (Self limiting disease)
 Terapi kausatif : acyclovir 15mg/kgBB pada anak,
acyclovir 200 mg 5x/hari pada dewasa
 Simtomatik : anestetik topikal, analgesik-
antipiretik, antiseptik kumur
 Supportif : istirahat, hidrasi, imunomodulator,
multivitamin
 Pencegahan penularan melalui penyuluhan.
 Peralatan dan bahan/obat
 Unit gigi lengkap
 Alat diagnostik standar
 Bahan antiseptik dan desinfektan
 Multivitamin, imunomodulator
 Acyclovir 200 mg
 Acyclovir krim 5 %.
 Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan
berdasarkan penampilan klinis dan riwayat penyakit yang
khas.
 Lama Perawatan
10-14 hari
 Prognosis
Baik

 Recurrent Intra Oral Herpes/Stomatitis Herpetika


 Definisi
Penyakit mulut berupa vesikel atau ulserasi multipel pada
mukosa mulut akibat reaktivasi dari Herpes Simplex Virus
(HSV)-1 atau kadang-kadang HSV-2 yang laten pada
ganglion saraf.
 Patofisiologi
Disebabkan oleh reaktivasi dari virus HSV-1 atau kadang-
kadang HSV-2. Terjadinya reaktivasi dari HSV laten ke
dalam saliva dan sekresi oral akibat adanya factor pemicu
dan menimbulkan ulserasi rongga mulut. Faktor predisposisi :
 Demam
 Alergi
 Radiasi Ultra Violet
 Trauma
 Stress
 Menstruasi

21 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Gejala Klinis
 Erythema dan vesikel kecil diameter 1-3mm
 Berkelompok pada palatum keras, attached gingiva,
dorsum lidah, dan mukosa non keratin di labial, bukal,
ventral lidah dan pallatum mole
 Vesikel mudah pecah membentuk ulser yang lebih besar
dengan tepi tidak teratur dan kemerahan.
 Diagnosa banding
Stomatitis Aftosa tipe Herpetiformis
 Prosedur tindakan
Pada pasien imunokompeten bersifat ‘Self limiting disease’
(penyakit yang dapat sembuh sendiri apabila daya tahan
tubuh membaik). Terapi Simtomatik: anestetik topikal,
analgesik-antipiretik. Terapi Supportif: imunomodulator,
multivitamin. Terapi kausatif berupa antivirus untuk kasus
yang berat(diberikan pada tahap vesikel (72 jam pertama):
 Acyclovir 1000 mg per hari, atau
 Valacyclovir/famciclovir 500-1000 mg
 Peralatan dan bahan/obat
 dental unit lengkap
 alat diagnostik standar
 bahan antiseptik dan desinfektan
 obat antiseptik kumur, anastetik topical
 multivitamin, imunomodulator
 acyclovir 200 mg atau valacyclovir 500 mg
 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, tampilan klinis dan riwayat menjadi
karakteristik khas
 Lama Perawatan
10-14 hari
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Komunikasi pasien yang kurang baik/tidak terbuka,
menyebabkan sulit untuk mencari faktor predisposisi utama.
 Persistensi Gigi Sulung
 Definisi
Gigi sulung belum tanggal, gigi tetap pengganti sudah erupsi
 Patofisiologi
Gangguan tumbuh kembang geligi tetap dan lengkung
rahang (maloklusi).
 Gejala Klinis
 Sakit negatif/positif
 Derajat kegoyangan gigi negatif/ positif
 Gingivitis negatif/ positif
22 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Diagnosa banding
Gigi berlebih (supernumerary teeth)
 Prosedur tindakan
 Kondisikan pasien agar tidak cemas sehingga
kooperatif
 Sterilisasi daerah kerja
 Anestesi topikal atau lokal sesuai indikasi (topikal
kemudian disuntik bila diperlukan)
 Ekstraksi
 Observasi terhadap susunan geligi tetap (3 bulan)
 Preventif, bila tampak gejala maloklusi menetap, lanjutkan
dengan merujuk perawatan interseptif ortodontik
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Bahan anestasi dan antiseptif/desinfektan
 Alat set pencabutan gigi sulung
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
 Lama Perawatan
1 (satu) kali kunjungan
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Untuk pasien anak-anak harus mempunyai tingkat kepatuhan
yang baik, kooperatif dan orang tua yang positif memberikan
dukungan untuk fokus terhadap perbaikan kesehatan gigi dan
mulut anak.
 Karies Terhenti
 Definisi

Karies yang perkembangannya terhenti oleh karena


peningkatan kebersihan rongga mulut, peningkatan
kapasitas buffer saliva, dan aktivitas pulpa melalui
pembentukan dentin reparatif.
 Patofisiologi
Proses karies terhenti karena remineralisasi
 Gejala Klinis
Pemeriksaan tes vitalitas gigi masih baik. Bagian dasar gigi
terdapat jaringan keras kecoklatan hasil dari pertahanan
lokal tubuh.
 Diagnosa banding
Hipoplasia Email

23 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Prosedur tindakan
 Dental Health Education (DHE): edukasi pasien tentang
cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien untuk pengaturan diet.
 Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan
pemberian fluor untuk meningkatkan remineralisasi
 Tindakan kuratif: bergantung lokasi dan keparahan, bila
kavitas masih pada email dilakukan ekskavasi debris,
remineralisasi selama 1 bulan, kemudian dilakukan
penumpatan sesuai indikasi
 Bila dentin yang menutup pulpa sudah tipis dilakukan
pulp capping indirek : Ekskavasi dentin lunak (zona infeksi),
diberikan pelapis dentin Cа(OH)2/MTA, dan dilakukan
penumpatan
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Bor untuk preparasi
 Bahan tumpat bergantung letak dan macam giginya (resin
komposit, Glass Ionomer Cement (GIC))
 Alat poles
 Larutan fluor
 Kapas gulung
 Butiran kapas.
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi sayap gigit (jika diperlukan)
 Lama Perawatan
Tumpatan biasa, 1 kali kunjuangan
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Kepatuhan kunjungan yang baik

 Karies Dentin
 Definisi
 Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies dini
yang lapisan permukaannya rusak
 Karies yang sudah berkembang mencapai dentin
 Karies yang umumnya terjadi pada individu yang
disebabkan oleh resesi gigi
 Patofisiologi
 Bergantung pada keparahan proses kerusakan

24 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Jika sudah terdapat tubuli dentin yang terbuka akan
disertai dengan gejala ngilu, hal ini juga bergantung pada
rasa sakit pasien.
 Gejala Klinis
 Perubahan warna gigi
 Permukaan gigi terasa kasar, tajam
 Pemeriksaan sondasi dan tes vitalitas gigi masih baik
 Pemeriksaan perkusi dan palpasi apabila ada keluhan
yang menyertai
 Pemeriksaan dengan pewarnaan deteksi karies gigi (bila
perlu)
 Diagnosa banding
Abrasi, atrisi, erosi, abfraksi
 Prosedur tindakan
 Prosedur tergantung pada kondisi kedalaman dan bahan
yang akan digunakan (bergantung pada lokasi)
 Karies enamel : jika mengganggu estetika, ditumpat; Jika
tidak mengganggu, recontouring (diasah), poles, ulas
fluoruntuk meningkatkan remineralisasi
 Bila dentin yang menutup pulpa telah tipis
 Pulpcapping indirect, ekskavasi jaringan karies, berikan
pelapis dentin
 Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi
pasien (informasi penyebab, tata laksana perawatan dan
pencegahan)
 DHE : edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,
pemilihan sikat gigi dan pastanya. Edukasi pasien untuk
pengaturan diet
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Set alat ART
 Enamel Access Cutter, hatchet, carver, excavator
spoon besar, sedang dan kecil
 Bor untuk preparasi
 Bahan tumpat tergantung letak dan macam giginya (resin
komposit, GIC, kompomer)
 Bahan pelapis dentin/bahan pulp capping
 Alat poles
 Larutan fluor
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
 Lama Perawatan
1– 2 kali kunjungan

25 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
 Klinis tidak ada keluhan, tidak terbentuk karies sekunder
atau kebocoran
 Pulp capping: klinis tidak ada keluhan, pemeriksaan
radiografik terbentuk dentin reparatif
 Karies Pulpa Vital Gigi Sulung
 Definisi
Lesi mencapai pulpa akibat karies, pulpa terbuka diameter lebih
dari 1 mm perdarahan terkontrol, vital, sehat.
 Patofisiologi
Invasi toksin bakteri dalam pulpa sampai saluran akar dan
jaringan periapeks
 Gejala Klinis
 Sondase positif
 Perdarahan positif
 Tekanan negatif
 Perkusi negatif
 Derajat kegoyangan gigi
 Diagnosa banding
 Fraktur mahkota, pulpa terbuka vital
 Amelogenesis imperfekta
 Dentinogenesis imperfekta
 Rampant caries
 Nursing bottle caries
 Prosedur tindakan
Pulpotomi :
 Sterilisasi daerah kerja
 Anestesi lokal atau blok injeksi
 Pembersihan jaringan karies
 Pembukaan atap pulpa
 Pembuangan jaringan pulpa vital dalam kamar pulpa
dengan eksavator
 Irigasi, keringkan kavitas, isolasi
 Penghentian perdarahan
 Peletakan formokresol pellet 1-3 menit
 Pengisian kamar pulpa dengan semen ZOE sampai penuh
dan berfungsi sebagai tumpatan sementara
 Terapi alternatif :
 Pulpektomi vital atau devitalisasi pulpektomi
 Ekstraksi apabila foto x ray menunjukkan sudah
waktunya gigi tersebut tanggal
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
26 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Alat pemeriksaan standar
 Bor untuk preparasi
 Alat endodontic
 Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya (resin
komposit, GIC)
 Alat pembuatan mahkota
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
 Lama Perawatan
2-3 kali kunjungan
 Prognosis
Baik; Kontrol periodic 6 bulan
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Sikap kooperatif baik dari pasien anak dan orang tuanya
dalam ketaatan untuk kunjungan beberapa kali ke dokter gigi.
 Dentin Hipersensitif
 Definisi
Peningkatan sensitivitas akibat terbukanya dentin
 Patofisiologi
Terbukanya tubulus dentin
 Gejala Klinis
Terdapat kavitas pada gigi dengan kedalaman sampai dentin,
pada pemeriksaan terasa linu apabila diberi rangsangan.
 Diagnosa banding
Atrisi, abrasi, dan erosi
 Prosedur tindakan
 Promotif dan preventif
 Edukasi pasien (DHE) yang bersifat intervensi preventif
 Pemberian fluor topikal/CPPACP untuk meningkatkan
remineralisasi/menutup tubuli dentin
 Apabila diperlukan dilakukan tumpatan gigi menggunakan
bahan GIC/RK.
 Peralatan dan bahan/obat
Dental unit lengkap dan alat pemeriksaan gigi lengkap
 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
 Lama Perawatan
1 kali kunjungan
 Prognosis
Baik

 Faktor social yang perlu diperhatikan


Pasien tidak mengalami kecemasan yang berlebihan dan
dapat bekerjasama untuk mendukung perawatan dapat di
aplikasikan dengan sempurna.

 Hyperemia Pulpa Gigi Tetap Muda


 Definisi

27 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
Lesi karies/trauma mengenai email/dentin, dasar kavitas
keras/ lunak, pulpa belum terbuka.
 Patofisiologi
Pulpitis akut/eksaserbasi, periodontitis karena pulpitis,
kronik/non vital.
 Gejala Klinis
 Karies dentin
 Sondase positif,
 Perkusi negatif,
 Tekanan negatif.
 Diagnosa banding
 Pulpitis akut/ eksaserbasi
 Periodontitis akut/ eksaserbasi
 Prosedur tindakan
 Pembuatan foto rontgen dental
 Pembuangan jaringan karies
 Preparasi sesuai materi tumpatan
 Cuci dan keringkan kavitas, isolasi
 Aplikasikan pasta kalsium hidroksida
 Letakkan tumpatan tetap
 Cek oklusi
 Poles
 Kontrol setiap 3 bulan
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat diagnostik standar
 Alat dan bahan tumpat Komposit/ GIC

 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal
 Lama Perawatan
2-3 kali kunjungan
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut.
 Iritasi Pulpa Gigi tetap Muda
 Definisi
Lesi karies/ akibat trauma yang mengenai email gigi tetap
muda (akar belum sempurna).
 Patofisiologi
Hiperemia pulpa bila terjadi infasi bakteri/rangsang
kimia/termis.
 Gejala Klinis
 Karies dentin
 Sondase negatif
 Perkusi negatif
 Tekanan negatif

28 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Vitalitas positif linu sampai dengan sakit yang
menghilang apabila rangsanan segera dihilangkan.
 Diagnosa banding
Pulpitis irreversible
 Prosedur tindakan
 Bersihkan daerah kerja
 Preparasi seminimal mungkin
 Cuci dan keringkan, kemudian isolasi
 Beri varnish/ basis bagian dentin terbuka
 Tumpat dengan Komposit Resin / GIC sesuai kaidah kerja
 Lakukan penutupan pit dan fisur di sekitarnya
 Cek oklusi
 Poles
 Kontrol setelah 1 minggu, 3-6 bulan.

 Peralatan dan bahan/obat


 Dental unit lengkap,
 Alat diagnostik standar
 Alat dan bahan tumpat Komposit/ GIC
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan.
 Lama Perawatan
1-2 kali kunjungan
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Pasien tidak mengalami kecemasan pada saat menerima
perawatan.
 Pulpitis Irreversibel
 Definisi
Kondisi inflamasi pulpa yang menetap, dan simtomatik atau
asimptomatik yang disebabkan oleh suatu jejas, dimana
pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi
sehingga pulpa tidak dapat kembali ke kondisi sehat.
 Patofisiologi
Inflamasi pulpa akibat proses karies yang lama/jejas. Jejas
tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu
toksin yang dapat mengganggu sistem mikrosirkulasi pulpa
sehingga odem, syaraf tertekan dan akhirnya menimbulkan
rasa nyeri yang hebat.
 Gejala Klinis
 Karies dentin yang dalam atau kavitas mendekati
pulpa gigi
 Sondase positif sakit menetap
 Perkusi negatif
 Tekanan negatif

29 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Vitalitas positif sakit yang menetap lama
walaupun rangsangan segera dihilangkan

 Diagnosa banding
Pulpitis awal/reversibel, bedanya pada pulpitis irreversibel
muncul apabila ada rangsangan (bukan spontan) dan tidak
bersifat menetap.
 Prosedur tindakan
 Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama kasus
seperti ini dimasukkan dalam tindakan endodontik darurat
untuk mengurangi rasa sakit (karena tekanan) dengan
cara pulpektomi pada gigi berakar tunggal dan
pulpotomi untuk gigi berakar ganda, perlu segera
dilakukan anestesi lokal dan ekstirpasi jaringan pulpa
 Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan
gigi, yaitu gigi apeks terbuka dan gigi apeks tertutup
 Pada dewasa muda dengan pulpitis ringan
dilakukan pulpotomi
 Pada gigi dewasa dengan perawatan saluran
akar (pulpektomi) dan dilanjutkan restorasi yang sesuai.
 Pulpotomi
Anestesi lokal, isolasi (rubber dam), desinfeksi gigi,
preparasi kavitas, pembukaan atap pulpa, pulpotomi
dengan eksavator tajam, penghentian pendarahan,
aplikasi Ca(OH)2, sementasi dengan aplikasi pasta
dan tumpatan tetap.
 Pulpektomi
 Anastesi, pengukuran panjang kerja, preparasi
kavitas, pembukaan atap pulpa, pengambilan
pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator tajam,
pendarahan ditekan dengan kapas steril, ekstirpasi
pulpa, pembentukan saluran akar denganjarum
endodontic yang sesuai, irigasi NaOCL, pengeringan
saluran akar dengan paper point, pengobatan
saluran akar. Pada kunjungan berikutnya pengisian
saluran akar dengan guttap point dan sealer
(bergantung kondisi).

30 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Tumpatan tetap dengan onlay, crown, atau resin
komposit (bergantung sisa / keadaan jaringan
keras gigi).
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat diagnosis lengkap
 Alat dan bahan untuk perawatan endodontik lengkap
(cairan irigasi, desinfektan, jarum endodontik, paper point,
kapas steril, guttap point, root canal sealer, tumpatan
sementara dan tumpatan tetap).
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
 Lama Perawatan
2 - 4 kali kunjungan bergantung derajat kesukaran
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Kepatuhan pasien yang tinggi. Tinggi atau rendahnya
kepedulian pasien terhadap keadaan dan kondisi giginya.
Kerjasama dan sifat kooperatif pasien diperlihatkan pada
saat kunjungan setelah devitalisasi pulpa, agar mendapatkan
hasil perawatan yang sempurna.
 Pulpitis Reversibel Gigi Permanen, Pasien Dewasa Muda
 Definisi
Inflamasi pulpa ringan dan jika penyebabnya dihilangkan,
inflamasi akan pulih kembali dan pulpa akan kembali sehat.
 Patofisiologi
Ditimbulkan oleh stimulasi ringan seperti karies erosi servikal,
atrisi oklusal, prosedur operatif, karetase periodontium yang
dalam, fraktur mahkota oleh karena trauma
 Gejala Klinis
 Karies dentin yang dalam atau kavitas mendekati pulpa
gigi
 Sondase positif sakit namun hilang apabila
rangsang dihilangkan,
 Perkusi negatif
 Tekanan negatif
 Vitalitas positif sakit tidak menetap lama apabila
rangsangan segera dihilangkan
 Diagnosa banding
Pulpitis irreversibel kronis, pulpitis akut
 Prosedur tindakan
 Prosedur pada kasus pulp proteksi

31 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam
dapat menggunakan excavator yang tajam ujung
membulat ukuran 0,1 mm
 Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai
benar-benar bersih (ditandai dengan tidak adanya
material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang
tajam tersebut)
 Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa pada titik
terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar tidak
mengganggu tumpatan tetap diatasnya)
 Dianjurkan menggunakan bahan RMGI (resin modified
glass ionomer) apabila tumpatan diatasnya
menggunakan resin komposit
 Apabila menggunakan tumpatan tuang, maka dapat
dipilih bahan dari GIC tipe 1
 Prosedur pada kasus pulp capping
 Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik
terdalam dapat menggunakan excavator yang tajam
ujung membulat ukuran 0,1mm
 Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai
benar-benar bersih (ditandai dengan tidak adanya
material yang masih dapat terbawa oleh excavator
yang tajam tersebut)
 Lakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 untuk kasus
hiperemi pulpa atau pulpitis reversibel pada titik terdalam
yang mendekati pulpa, kemudian ditutup diatasnya
dengan tumpatan dari GIC sebagai basis
 Lakukan aplikasi bahan pulp proteksi pada titik terdalam
(jangan terlalu lebar/luas agar tidak mengganggu
tumpatan tetap diatasnya)
 Beri tumpatan sementara diatas basis dari GIC,
pasien diminta untuk dapat berkunjung lagisetelah 2-4
minggu
 Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigi
tersebut, perhatikan apakah ada perubahan saat gigi
menerima rangsangan
 Apabila masih terdapat rasa sakit yang jelas, cek
kondisi basis apakah ada kebocoran tepi, apabila

32 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
ditemukan maka lakukan prosedur aplikasi Ca(OH) 2
dengan ditutup dengan basis dari GIC lagi
 Apabila sudah tidak ada keluhan, maka dapat
dilakukan tumpatan tetap dengan resin komposit atau
tumpatan tuang.
 Peralatan dan bahan/obat
 dental unit lengkap
 alat diagnosis
 alat konservasi
 bahan untuk perawatan Pulpitis reversibel/awal yang
mendekati pulpitis ireverbel/pulpitis sedang
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi Periapikal
 Lama Perawatan
1 – 2 kali kunjungan, kurang lebih 1 – 4 minggu.
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Pasien dengan kepatuhan kunjungan yang baik.
 Nekrosis Pulpa
 Definisi
Kematian pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya yang
disebabkan oleh adanya jejas bakteri, trauma dan iritasi
kimiawi.
 Patofisiologi
Adanya jejas menyebabkan kematian pulpa dengan atau
tanpa kehancuran jaringan pulpa
 Gejala Klinis
 Tanda klinis yang sering ditemui adalah jaringan pulpa
mati, perubahan warna gigi, transluensi gigi berkurang,
pada nekrosis sebagian bereaksi terhadap rangsangan
panas
 Nekrosis koagulasi juga sering disebut nekrosis steril,
ditandai oleh jaringan pulpa yang mengeras dan tidak
berbau
 Pada nekrosis liquefaksi / gangren pulpa, jaringan pulpa
lisis dan berbau busuk
 Perlu dilakukan pemeriksaan klinis vitalitas gigi dan foto
Ro jika diperlukan
 Diagnosa banding
 Pulpitis Irreversibel Akut
 Degenerasi pulpa
 Prosedur tindakan

33 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
Perlu diperkirakan kondisi kerusakan dan jaringan
pendukung yang masih ada. Pada dasarnya perlu penilaian
prognosis yang baik untuk perawatan mempertahankan gigi.
 Gigi yang dilakukan perawatan dan dipertahankan
 Apabila jaringan gigi yang tersisa masih cukup kuat
untuk tumpatan nekrosis pulpa dapat ditangani
dengan perawatan saluran akar, dijelaskan
pada pasien prosedur tindakan kedokteran
pulpitis ireversibel
 Perawatan saluran akar dapat dilakukan pada kasus
gigi dengan akar tunggal, dan gigi akar ganda yang lurus
dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak terhalang
 Selain kasus tersebut, dokter gigi harus merujuk ke
spesialis konservasi gigi
 Gigi di indikasikan untuk dilakukan pencabutan
 Apabila pendukung gigi sudah tidak ada dan gigi
dianggap sudah tidak layak untuk dipertahankan (dari
segi biaya, waktu atau kesanggupan pasien), maka
tindakan pencabutan menjadi pilihan utama
 Prosedur tindakan cabut tanpa penyulit:
- Pemeriksaan Vitalitas
- Pemberian Antiseptik pada daerah Pencabutan
dan anestesi
- Anastesi local/mandibular sesuai kebutuhan
- Pencabutan
- Periksa kelengkapan gigi dan periksa soket
- Kompresi soket gigi
- Instruksi pasca ekstraksi
 Bila perlu pemberian obat sesuai indikasi:
- Antibiotic
- Analgetik
 Peralatan dan bahan/obat
 Gigi yang dilakukan perawatan dan dipertahankan
 Dental unit lengkap
 Alat diagnosis lengkap
 Alat dan bahan untuk perawatan endodontik lengkap
(cairan irigasi, desinfektan, paper point, kapas steril,
guttap point, root canal sealer, tumpatan sementara dan
tumpatan tetap)
 Gigi di indikasikan untuk dilakukan pencabutan
 Dental unit lengkap
 Tensi meter
 Standar alat diagnostic
 Set peralatan eksodontia
34 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Bahan antiseptik dan desinfektan
 Kapas steril
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan

 Lama Perawatan
 Untuk perawatan mempertahankan gigi :
1 minggu sampai 6 bulan setelah perawatan (bergantung
kasus). Evaluasi setelah 6 bulan, 1 tahun hingga 2 tahun
 Untuk tindakan pencabutan:
satu kali kunjungan dengan masa pemulihan pasca
bedah bila tidak ada penyulit 3-7 hari
 Prognosis
 untuk perawatan mempertahankan gigi, prognosis : baik
bila tidak ada keluhan selama 2 (dua) tahun dan foto
radiologi tidak ada kelainan periapeks.
 untuk tindakan pencabutan, prognosis : baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Tidak ada
 Perubahan Warna Eksternal
 Definisi
Perubahan warna yang terjadi di permukaan email gigi oleh
karena berbagai faktor dari luar.
 Patofisiologi
Iritasi kimiawi atau mekanis dari luar menyebabkan
masuknya zat warna, terutama matriks email sebagai email
menjadi porus dan terjadilah perubahan warna pada email
hingga ke dentin.
 Gejala Klinis
Gigi berubah warna di email dan dentin
 Diagnosa banding
 Dentinogenesis imperfecta
 Fluorosis
 Prosedur tindakan
 Persiapan pasien
Pasien harus diberi tahu tentang faktor penyebab, letak
pewarnaan, rencana perawatannya serta prognosisnya,
sehingga pasien tidak boleh mengharapkan hasil
perawatan yang tidak mungkin dicapai
 Prosedur pemeriksaan
Bleaching, mahkota selubung estetik
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
35 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Restorasi Estetik lengkap
 Home bleaching
 Office bleaching dengan plasma dan laser
 Kamera Intra Oral, foto ekstra oral, electro pulp tester
 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
 Lama Perawatan
1 kali atau lebih kunjungan
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Tidak ada
 Abses Periapikal
 Definisi
Lesi bersifat akut/kronis yang menyebar atau terlokalisir
di dalam tulang alveolar
 Patofisiologi
Merupakan lanjutan proses nekrosis pulpa yang dapat
menimbulkan rasa sakit karena tekanan abses tersebut
 Gejala Klinis
 Apabila abses periapeks kronis tidak ada gejala klinis
biasanya ada fistula intra oral.
 Apabila abses periapeks akut terjadi rasa sakit pada
palpasi dan perkusi dan diikuti pembengkakan di daerah
akar gigi
 Diagnosa banding
Kista dan granuloma
 Prosedur tindakan
 Bila terjadi abses selain dilakukan pembukaan kamar
pulpa untuk drainase dan saluran akar juga dilakukan insisi.
Selain itu dilakukan juga over instrument tidak lebih dari
1 mm dari apeks gigi dengan alat preparasi saluran akar
nomor 25
 Pembukaan kamar pulpa, pembersihan saluran akar,
irigasi, pemberian obat, sterilisasi dan ditumpat
sementara
 Bila apeks lebar, preparasi saluran akar irigasi, kering
diisi dengan Ca(OH)2 hingga 1 mm sebelum apeks
kemudian tumpat sementara untuk pemakaian Ca(OH) 2 di
evaluasi 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan kemudian apabila

36 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
apeks sudah menutup dilanjutkan perawatan saluran
akar kemudian diisi dengan guttap point
 Apabila endo konvensional tidak berhasil dirujuk
 Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik dan
antibiotika
 Antibiotik yang diberikan antara lain adalah doksisiklin
100 (1x1) selama 7 hari, Amoxicillin 500 mg 3x1 tab
selama 5 hari; Ciprofloxacin 500 mg 2x1 tab selama 5
hari; Metronidazole 500 mg 3x1 tab selama 5 hari.
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat diagnostik lengkap
 Alat dan bahan perawatan dan endo bedah/ Kovensional
lengkap
 Set peralatan bedah minor gigi
 bahan antiseptik dan desinfektan
 kapas – kasa steril.
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
 Lama Perawatan
3-4 kali kunjungan
 Prognosis
Baik
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Kepatuhan pasien dalam kunjungan perawatan

 Abses Periodontal
 Definisi
Infeksi purulen lokal pada jaringan yang berbatasan/
berdekatan dengan poket periodontal yang dapat memicu
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar. Abses
periodontal dapat diasosiasikan dengan patologis
endopulpa.
 Patofisiologi
Abses periodontal merupakan suatu abses yang terjadi pada
gingiva atau pocket periodontal. Hal ini terjadi akibat adanya
faktor iritasi, seperti plak, kalkulus, infeksi bakteri, impaksi
makanan atau trauma jaringan.
 Gejala Klinis

37 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Gingiva bengkak, licin, mengkilap dan nyeri, dengan
daerah yang menimbulkan rasa nyeri bila dipegang.
 Tampak cairan eksudat purulen dan atau kedalaman
probing meningkat
 Kerusakan pelekatan terjadi secara cepat.
 Diagnosa banding
Kista dan granuloma
 Prosedur tindakan
 Drainase dengan membersihkan poket periodontal
 Menyingkirkan plak, kalkulus, dan bahan iritan lainnya
dan atau menginsisi abses
 Irigasi poket periodontal, pengaturan oklusal yang
terbatas, dan pemberian anti mikroba dan pengelolaan
kenyamanan pasien
 Tindakan bedah untuk akses dari proses pembersihan
akar gigi perlu dipertimbangkan.
 Pada beberapa keadaan, ekstraksi gigi perlu dilakukan.
Evaluasi periodontal menyeluruh harus dilakukan setelah
resolusi dari kondisi akut.
 Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik dan
antibiotika. Drug of choice (obat pilihan) Antibiotik yang
diberikan antara lain: doksisiklin 1 x 100 mg (waktu paruh
24 jam); Amoxicillin 3 x 500 mg (waktu paruh 8 jam);
Ciprofloxacin 2 x 500 mg (waktu paruh 12 jam);
Metronidazole 2 x 500 mg (waktu paruh 8 jam)
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 unit gigi lengkap
 alat diagnostik lengkap
 alat dan bahan perawatan periodontal
 set peralatan bedah minor gigi
 bahan antiseptik dan desinfektan
 kapas/kasa steril
 Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
 Lama Perawatan

1-2 kali kunjungan (tergantung indikasi perawatan)


 Prognosis
Baik, bila faktor etiologi dapat dikendalikan, tidak disertai
kondisi/ penyakit sistemik atau dapat dikendalikan bila ada
dan pasien tidak merokok.

38 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Kepatuhan dan kesadaran pasien dalam menjalankan
pengobatan
 Gingivitis
 Definisi
Gingivitis (peradangan gingiva) akibat plak adalah inflamasi
gingiva tanpa disertai kehilangan pelekatan
 Patofisiologi
Invasi toksin bakteri pada gingiva
 Gejala Klinis
Gingivitis disertai tanda-tanda klinis kemerahan dan
pembesaran (edema) jaringan gingiva, berdarah bila
disentuh, perubahan bentuk dan konsistensi, ada kalkulus
dan atau plak mikrobial, tanpa bukti radiografis adanya
kerusakan puncak tulang alveolar, yang disertai keluhan
rasa gatal pada gusi di sela–sela gigi.
 Diagnosa banding
Tidak ada
 Prosedur tindakan
 Pendidikan kesehatan mulut dan instruksi pengendalian plak
mikrobial di rumah
 Pembersihan permukaan gigi dari plak dan kalkulus supra
dan subgingiva
 Pemberian obat anti mikroba dan obat antiplak, dan
penggunaan alat kebersihan mulut guna meningkatkan
kemampuan pasien untuk membersihkan gigi geliginya
 Koreksi faktor–faktor yang memudahkan retensi plak
mikrobial antara lain : koreksi mahkota yang over contour,
margin yang over hang ( mengemper ) atau ruang
embrasur yang sempit, kontak terbuka, gigi tiruan sebagian
cekat/ Gigi Tiruan Sebagian (GTS) lepasan yang kurang
pas, gigi karies dan gigi malposisi
 Pada kasus tertentu dilakukan koreksi secara bedah pada
bentuk/ kontur gingiva, agar pasien dapat menjaga kebersihan
mulut, sesuai kontur dan bentuk gingiva sehat
 Sesudah fase terapi aktif tersebut di atas, dilakukan
evaluasi untuk menentukan perawatan selanjutnya, yaitu
terapi pemeliharaan periodontal.
 Peralatan dan bahan/obat

39 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Periodontal probe
 Alat poles ( rubber cup, brush, pumice, kapur poles, bor,
stone, untuk koreksi restorasi mengemper )
 Alat skaler makro dan mikro tips
 Larutan irigasi sub gingiva (Aquadest, larutan saline steril,
povidon iodine 10%, obat kumur Chlorhexidine (CHX),
povidon iodine, larutan garam hangat dan H2O2 3%)
 Alkohol 70%
 Bahan desensitisasi gigi Stannous Fluoride (SnF)
 Alat dan bahan anestesi lokal (Xylocain ointment/Spray,
Pehacain/xylocain solution, Spuit disposable dan jarum
ukuran 12 x 306 mm, Spuit disposable dan jarum ukuran 15 x
306 mm, citojet + jarum)
 Alat dan bahan scaling sub gingiva, penghalusan akar dan
kuretase (pack periodontal, kuret Gracey’s no. 1 s/d 14 )
 Bahan cetak untuk model kerja bila perlu buat splint
 Alat untuk gingivektomi, gingivoplasti dan operasi flap
(penanda dasar poket, pisau bedah Bard Parker no. 11, 12
dan 15, pisau gingivektomi, gunting benang dan gunting
jaringan, jarum jahit atraumatik, rasparatorium, bone file,
pinset bedah, pinset anatomis, needle holder)
 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium mikroskopis, serologis, hematologis,
mikrobiologis bila diperlukan.
 Lama Perawatan
3-4 kali kunjungan
 Prognosis
Baik, jika tidak terjadi kerusakan tulang alveolar, faktor
etiologi dapat dihilangkan, bila pasien kooperatif, tidak
disertai penyakit/ kondisi sistemik dan pasien tidak
merokok.
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Adanya faktor-faktor risiko sistemik dapat mempengaruhi
terapi dan hasil perawatan gingivitis karena plak mikrobial.
Faktor risiko sistemik adalah penyakit diabetes, merokok,
bakteri periodontal tertentu, penuaan, gender, predisposisi
genetik, penyakit sistemik dan kondisi sistemik (imuno

40 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
supresi), stres, nutrisi, kehamilan, infeksi HIV dan pengaruh
obat-obatan.
 Atrisi, Abrasi, Erosi
 Definisi
Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karena
fungsinya, karena kebiasaan buruk, cara menyikat gigi yang
salah atau karena asam dan karena trauma oklusi.
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang bukan
disebabkan oleh karies atau trauma dan merupakan akibat
alamiah dari proses penuaan.
Atrisi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh proses mekanis yang terjadi pada gigi yang
saling berantagonis (sebab fisiologis pengunyahan)
Abrasi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi
disebabkan oleh faktor mekanis dan kebiasaan buruk
Erosi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh proses kimia dan tidak melibatkan bakteri.
 Patofisiologi
 Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentin
sementum ) pada setiap permukaan gigi yang disebabkan
asam , bahan kimia dan mekanis
 Hilangnya permukaan jaringan keras(email, dentin
sementum ) tergantung pada lokasi kebiasaan bisa disertai
dentin hipersensitif
 Gejala Klinis
 Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentin
sementum ) pada permukaan gigi
 Apabila hilangnya permukaan gigi sudah dalam maka
akan disertai dengan dentin hipersensitif
 Diagnosa banding
Hipersensitif dentin karena karies
 Prosedur tindakan
 Rehabilitasi gigi tergantung lokasi dan keparahan jika
perlu pada atrisi didahului dengan peninggian gigitan.
Kemudian direstorasi dengan tumpatan direk/indirek.
 Perlu diingat bahwa rehabilitasi tidak akan berhasil
apabila kebiasaan buruk tidak dihilangkan

41 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,
pemilihan sikat gigi dan pastanya. Edukasi pasien konsul
diet, konsultasi psikologis pada pasien Bulimia.
 Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan
aplikasi fluor topikal/CPPACP untuk meningkatkan
remineralisasi
 Tindakan kuratif
 Bergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisi
didahului dengan peninggian gigit
 Pada kasus abfraksi perlu dilakukan Oclusal
Adjusment
 Bergantung pada keparahan hilangnya permukaan
jaringan keras dan lokasi, bila di servikal dilakukan ART
dengan bahan GIC, Bila di oklusal direstorasi mahkota
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Bor untuk preparasi
 Cotton roll
 Cotton pellet
 Alat fluor
 Larutan fluor/CPPACP
 Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya (resin
komposit, GIC, atau inlay resin komposit).
 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
 Lama Perawatan
Bergantung keparahan (2-3 kali kunjungan)
 Prognosis
Baik jika penderita kooperatif dan dapat menghilangkan
kebiasaan buruk
 Faktor social yang perlu diperhatikan
Pasien menyadari bahwa ada kebiasaan buruk yang
dilakukannya dan bersedia bekerja sama untuk berupaya
menghilangkan kebiasaan tersebut.

 Kebersihan Mulut Buruk


 Definisi

42 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
Endapan atau pewarnaan yang terjadi pada dataran luar gigi
disebabkan oleh berbagai faktor.
 Prosedur tindakan
 Bergantung penyebab endapan lunak plak dengan DHE.
Jika ada karang gigi dilakukan skeling
 Dilakukan pewarnaan pada gigi dengan bahan disclosing
 Melakukan pembersihan debris, kalkulus, semua elemen
gigi dimulai dari yang supra gingiva, dilanjutkan pada
subgingival apabila ada
 Setelah semua elemen selesai dibersihkan, lakukan
finishing
 Polishingdilakukan menggunakan bahan polish yang
dicampur dengan pasta gigi untuk scalling
 Perawatan diakhiri dengan memberikan povidone iodine
atau chlorhexidine untuk mencegah infeksi
 Peralatan dan bahan/obat
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan lengkap
 Kapas gulung
 Kapas butir
 Disclosing (pewarna plak)
 Larutan povidone iodine
 Chlorhexidine digluconate
 Bahan polish
 Pasta gigi
 Alat scalling
 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
 Lama Perawatan
1 kali kunjungan
 Prognosis
Baik

 Faktor social yang perlu diperhatikan


Pasien yang masih sulit untuk menghilangkan kebiasaan
buruknya, sehingga sulit untuk kooperatif.
b) Pelayanan Kedaruratan Gigi
Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut (Oral Urgent
Treatment/OUT) yang terdiri atas 3 elemen mendasar :

43 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
• Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian
obat-obatan dan perawatan penambalan gigi
• Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi
dan jaringan penyangga
2. Kegiatan di luar Gedung
a) UKGS
a. Target jangka pendek 2014 :
 Penjaringan kelas 1 pada awal tahun ajaran tercapai 100%
 Prevalensi bebas karies pada M1 sebanyak 50%
 Penyuluhan dilaksanakan satu kali pertriwulan 80% SD
 Kegiatan sikat gigi bersama dilaksanakan seƟap hari di
sekolah di 50% SD.
b. Target jangka panjang 2020 :
 Angka bebas karies (gigi bercampur) umur 6 tahun =>50%
 Angka bebas karies kelas 6 =>70%.
 DMF-T usia 12 tahun =< 1
 PTI =50%
 Angka Dentally Fit kelas 6 =>85%
 Pengumpulan Data
 Data dasar untuk keperluan perencanaan operasional,
meliputi :
 Jumlah SD dan MI, murid dan guru
 Data tentang situasi pelaksanaan UKS berdasarkan
paket UKS
 Data tentang situasi pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di SD dan MI khususnya sehubungan dengan
persentase sekolah menurut pentahapan UKGS.
 Data untuk evaluasi dampak program terhadap profil
kesehatan gigi dan mulut murid : oleh tenaga kesehatan
dan guru.
 Intervensi Perilaku
 Penggerakan peran serta guru melalui lokakarya/pelatihan
 Penyuluhan kepada murid berupa:
 Latihan menggosok gigi
 Pengajaran formal tentang kesehatan gigi dan mulut
 Penilaian kebersihan mulut oleh guru, melalui
pemeriksaan rutin
 Penyuluhan oleh tenaga kesehatan secara insidental.
 Intervensi Medis Teknis/Perorangan
 Pembuangan karang gigi
 Pemeriksaan mulut, pengobatan sementara
 Aplikasi fluor
 Melalui pasta gigi yang memenuhi persyaratan

44 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Untuk daerah khusus intensifikasi melalui kumur-
kumur dengan larutan yang mengandung fluor aktif
atau pemberian tablet fluor.
 Surface protection, fissure sealant, kegiatan
skeling, penambalan dengan metode ART (Atraumatic
Restorative Treatment technique), pencabutan, rujukan.
 Pembinaan
 Pembinaan untuk mempertahankan dan perbaikan status
kesehatan gigi dan mulut yang telah dicapai, kegiatan
berupa:
 Penjaringan (screening) oleh guru dan atau
tenaga kesehatan gigi atau pelaksana UKS untuk
menentukan jumlah murid yang perlu perawatan
 Kegiatan menggosok gigi di sekolah dilakukan
secara teratur di bawah koordinasi guru
 Kegiatan perawatan kesehatan gigi dan mulut bagi
murid yang memerlukan.
 Pembinaan peran serta melalui forum komunikasi tatap
muka, latihan ketrampilan guru dan sebagainya.
b) UKGM
 UKGM dengan sasaran balita dan anak pra-sekolah
 Tahap I : Pelatihan provider Pembina posyandu
dan TK, dsb.
 Tahap II : Pelatihan kader posyandu dan guru TK
 Tahap III : Pelaksanaan di lapangan oleh kader/guru
TK.
UKGM dengan sasaran usia sekolah dan remaja
 Tahap I : Pelatihan provider Pembina UKS
 Tahap II : Pelatihan kader di sekolah, guru
 Tahap III : Pelaksanaan di lapangan oleh kader/guru
c) Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Pemeriksaan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sekolah
merupakan pemeriksaan klinis sederhana meliputi pemeriksaan
keadaan rongga mulut, kebersihan mulut, keadaan gusi, keadaan
gigi.
Cara pemeriksaan :
 Keadaan rongga mulut
Pemeriksaan menggunakan kaca mulut secara teliti dan
berurutan mulai dari bibir, mukosa pipi sebelah kanan, sulkus
sebelah atas dan bawah, mukosa pipi sebelah kiri, mukosa
langit-langit, permukaan lidah, tepi lidah dan dasar mulut
 Keadaan gigi

45 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
 Pemeriksaan menggunakan kaca mulut datar dan sonde
lengkung. Sonde digunakan tanpa tekanan
 Pemeriksaan gigi secara berurutan sesuai kwadran gigi
mulai dari kwadran I (kanan atas), II (kiri atas), III (kiri
bawah), dan IV (kanan bawah)
 Permukaan gigi yang diperiksa mulai dari permukaan
kunyah (oklusal), permukaan mesial, bukal/labial, distal,
dan lingual/palatal
 Keadaan gusi dan kebersihan mulut
 Pemeriksaan gusi menggunakan kaca mulut secara berurutan
mulai dari sisi kanan atas, sisi kiri atas, sisi kiri bawah, dan sisi
kanan bawah
 Selain memeriksa gusi, juga dilihat kebersihan rongga mulut
dan keadaan-keadaan yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan gusi

46 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB V
LOGISTIK

A. Pencatatan
1. Rekam Medik
Rekam Medik menjelaskan keterangan/informasi yang cukup,
akurat dan lengkap tentang :
 Identitas (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan)
 Anamnesa
 Perjalanan penyakit
 Hasil pemeriksaan klinis yang ditemukan
 Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan
 Dokumentasi hasil pemeriksaan
 Diagnosis penyakit dan rencana terapi
 Terapi dan tindakan medik yang diberikan serta proses
pengobatan
 Rujukan
2. Informed Consent
Informed Consent adalah persetujuan untuk tindakan medic yang
akan dilakukan dokter gigi terhadap pasien. Persetujuan diberikan
oleh pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan
secara lengkap dari tenaga medis yang sekurang-kurangnya
mencakup :
 Diagnosis dan tata cara tindakan medic
 Tujuan tindakan medik yang dilakukan
 Alternatif tindakan lain dan resikonya
 Resiko komplikasi yang mungkin terjadi
 Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
3. Surat Tugas
4. Laporan Pelaksanaan Tugas
5. Daftar Hadir
6. Materi Penyuluhan
7. Satuan Acara Penyuluhan
8. Dokumentasi

B. Pelaporan
Laporan Bulanan
Jenis pelaporan upaya pelayanan kesehatan gigi yang harus
dilaporkan oleh klinik gigi kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi bersamaan
dengan laporan kegiatan Puskesmas lainnya.

47 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Pengobatan dasar pada pelaksanaan program kesehatan gigi dan


mulut harus memperhatikan keselamatan dengan cara melakukan identifikasi
terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :
 Adanya kemungkinan kesalahan pengkajian awal klinis
 Adanya kemungkinan kesalahan pemeriksaan
 Adanya kemungkinan kesalahan tindakan medis
 Adanya kemungkinan kesalahan penulisan resep
 Hasil temuan audit internal oleh auditor internal
Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang
telah disebutkan diatas maka dilakukan :
- Pelaksanaan prosedur pelayanan klinis sesuai standar operasional
- Monitoring secara berkala oleh tim mutu Puskesmas Gitik
Adapun untuk Penanganan/ tindak lanjut Hasil identifikasi, temuan
audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindak
lanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tim Mutu atau Rapat Tinjauan
Manajemen. Dan hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung
jawab Poli Gigi.

48 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja petugas poli gigi dilaksanakan dengan


memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta fasilitas kerja
yang aman. Lingkungan kerja yang dimaksud yaitu suhu ruangan,
kelembaban, ventilasi dan pencahayaan. Fasilitas kerja yang dimaksud
adalah peralatan perawatan, alat dan bahan perawatan, perabot seperti rak
atau lemari penyimpanan, meja, kursi dan alat tulis serta peralatan komputer
dan listrik.

49 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan poli gigi


dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Gitik. Sasaran mutu pelayanan poli
gigi ditetapkan oleh Tim Mutu Puskesmas dan dipantau melalui monitoring
dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian sasaran mutu dibahas dalam rapat
tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas. Setiap
adanya kesalahan pelayanan poli gigi dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas Gitik.

50 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan pengobatan dasar poli gigi dan pelayanan kesehatan


masyarakat yang baik merupakan salah satu tolok ukur kinerja Puskesmas
dan diperlukan untuk peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Gitik.

51 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di


Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Infodatin, 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Kementrian Kesehatan


RI : Jakarta Selatan.

Kemenkes, 2007. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.


Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2012. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2012. Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan


Mulut. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kepmenkes RI, 2006. Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Nomor 284. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

52 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
Lampiran

1. Rekam Medis

53 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
2. Lembar Persetujuan Pasien

54 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
3. Lembar Penolakan Pasien

55 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t
4. Self Assesment

56 | P r o g r a m K e s e h a t a n G i g i d a n M u l u t

Anda mungkin juga menyukai