Anda di halaman 1dari 38

Aktivitas salah satu individu yang sehat adalah adanya kemampuan melakukan

aktivitas untuk memenuhi kebutuhan,misalnya berdiri, berjalan dan bekerja.


Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan untuk bergerak dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya
sistem persarafan, otot dan tulang, sendi serta faktor pendukung lainnya seperti
dekuatnya fungsi kardiovaskuler, pernapasan, dan metabolisme.

(Tarwoto&Wartonah2015)

I. Konsep Dasar

Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem


musculoskeletal dan sistem persarafan yang didukung oleh fungsi kardiovaskuler,
pernapasan, dan metabolisme.

1. Musculoskeletal
Sistem musculoskeletal terdiri atas tulang, otot dan sendi.
a. Tulang
Tubuh manusia tersusun atas tulang-tulang yang berjumlah 206 tulang.
tulang satu dengan yang lain dihubungkan melalui sendi kemudian
membentuk rangka. Tulang juga berfungsi sebagai penyangga tubuh,
pelindung organ-organ penting seperti otak, hati, jantung dan juga
berfungsi sebagai regulasi mineral seperti kalsium, dantulang fosfat.
Berkaitan dengan pergerakan, tulang merupakan tempat melekatnya otot ,
ujung otot yang melekat pada tulang disebut tendon. Tulang dapat
digerakkan karena adanya kontraksi dari otot.
b. Otot
Otot merupakan organ yang mempunyai sifat elastisitas dan
kontraktilitas yaitu kemampuan untuk meregang dan memendek, serta
kembli pada posisi semula. Kemampuan inilah yang memungkinkan organ

1
yang menyertainya dapat bergerak, seperti gerakan pada tulang, usus,
jantung, paru-paru, dan organ lainnya. Otot tersusun oleh serat-serat otot
yang berisi protein –protein kontraktil yaitu miofibil-miofibril. Masing-
masing myofibril tersusun atas miofilamen-miofilamen, yaitu miofilamen
tebal disebut myosin dan miofilamen tipis yang tersusun atas aktin,
troponin, dn tropomiosin. Pergerakan sesungguhnya terjadi karena adanya
kontraksi, sedangkan kontraksi terjadi akibat tarik-menarik antara aktin dn
myosin.
c. Sendi
Sendi menghubungkan antar tulang yang didukung oleh adanya
ligament dan tendon. Ligament menstabilkan tulang di antara tulang dan
lebih elastis daripada tendon. Sendi dapat diklasifikasikan menjadi [1[
sendi yang tidak dapat digerakkan ( sendi sinartosis) seperti pada sutura,
episis, dan diafisis, [2] sendi yang sedikit dapat digerakkan (sendi
amfiartosis) seperti pada simfisis, [3] dan sendi yang gerakannya bebas (
sendi diartosis ) seperti pada gerak siku, pergerakan lutut, jari tangan, dan
lain-lain. Sendi diartosis merupakan sendi yang paling banyak di antara
jenis sendi-sendi yang lain. Sendi ini disebut juga sendi sinovial karena
dilapisi oleh jaringan sinovial yang kaya akan pembuluh darah dan
memproduksi cairan sinovial. Cairan ini sangat penting untuk pelumas
sendi agar gerakan sendi lebih mudah.
Pergerakan sendi sinovial normalnya dalam keadaan bebas, tetapi juga
ada yang tergantung dari jenis jenis sendi yang menghubungkannya,
misalnya endi engsel yang hanya menggerakkan pada satu arah karena
sendi berbentuk engsel dan berporos satu, seperti pada lutut dan siku.
Sendi peluru dapat menggerakkan tulang ke segala arah karena bentuknya
lekuk dan adanya bonggol, seperti pada sendi gelang bahu dengan lengan
atas, dan gelang panggul dengan tulang paha. Kebebasan pergerakan pada
sendi disebut rentang gerak sendi atau range of motion, dimana pada
keadaan normal mempunyai rentang derajat yang berbeda, misalnya pada

2
gerakan fleksi pada sendi siku sekitar 150 derajat. Pengukuran gerak sendi
diukur dengan menggunakan goniometer. Apabila gerak sendi kurang dari
normal diseebut kontraktur.
2. Sistem persarafan
Sistem persarafan berperan dalam mengontrol fungsi motorik. pusat
pengendalian pergerakan adalah sereblum, korteks serebri, dan basal ganglia.
Serebrum berperan dalam koordinsi aktivitas mototrik pergerakan dan
keseimbangan. Korteks serebri berperan dalam mengontrol aktivitas motorik
yang disadari. Sementara itu, basal ganglia berperan dalam mempertahankan
postur.
3. Sistem pernapasan
Sistem pernapasan berperan dalam menjamin tersedianya oksigen
tubuh. Oksigen dibutuhkan untuk metabolisme yang akan menghasilkan
energi. Pergerakan membutuhkan energy dari hasil metabolisme. Pasien
dengan kekurangan oksigen menyebabkan peningkatan pernapasandan
mengalami kelemahan fisik.
4. Sistem kardiovaskuler

Adekuatnya fungsi kardiovaskuler menjamin pompa jantung dan curah jantung


optimal. Sistem kardiovaskuler berperan dalam transport oksigen dan nutrien ke
jaringan. Dengan demikian, tidak adekuatnya fungsi jantung memungkinkan
terjadnya gangguan perfusi jaringan sehingga pasien mengalami kelemahan fisik.
(Tarwoto&Wartonah2015)

II. Mekanisme Pergerakan


Gerak tubuh secara keseluruhan diatur dengan prinsip-prinsip
fisiologis. Adanya pergerakan otot-otot memungkinkan tulang ikut bergerak
melalui persendian. Tubuh dapat melaksanakan aktivitas, gerakan dengan
cepat dan tepat, serta adanya pengaturan postur karena ada koordinasi gerakan
tubuh di otak yaitu karena aktivitas integrasi mulai dari tingkat spinal,

3
medulla oblongata, dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan
memungkinkan terjadinya gerakan terkoordinasi. Untuk menggerakkan
sebuah anggota badan, otak harus merencanakan gerakan yang sesuai dengan
berbagai sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan dengan
membandingkan rencna yang ada.
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat kompleks yang
melibatkan sistem musculoskeletal dan saraf. Mekanisme gerak dapat
dibedakan menjadi gerak yang disadari atau volunteer dan gerak yang tidak
disadari atau involunter atau yang disebut dengan refleks. Proses gerak yang
disadari, meknismenya melalui jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf
sensorik, kemudian dibawake otak untuk selanjutnya di asosiasi menjadi
respons yang akan dibawa oleh saraf motoric ke efektor. Perintah untuk
pergerakan volunteer berasal dari area asosiasi korteks. Gerakan direncanakan
di korteks, basal ganglia, dan dibagian lateral dari hemisfer serebelum
kemudian diperintahkan ke otot melalui jalur kortikospinal dan
kortikobulbaris. Gerakan diperhalus di serebelum bagian medial dn
intermedial.

Pada gerakan dalam pegaturan postur tubuh dikendalikan melalui jalur


spinoserebelum yang berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otaku tama dalam
pengaturan postur adalah traktus rubrospinalis, retikulospinalis, tektospinalis,
vestibulopinalis, serta neuron-neuron di bantang otak. Serta jalur kortikospinalis
pada batang otak membentuk piramida yang disebut sistem piramidalis.
Sementara itu, jalur lain pada batang otak yang tidak melewati pyramid, tetapi
berperan dalam kontrol postur disebut sistem ekstraporamidalis. Peda gerakan
refleks berjalan dengan sangat cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. (Tawrwoto&Wartonah2015)

4
III. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka
Mekanisme kontraksi otot rangkan melibatan tiga mekanisme yaitu
adanya stimulasi dari otot motoric,ktransmisi neuromuscular, dan eksitasi-
kontraksi koupling.
1. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulus dari saraf motoric yang
dikontrol oleh korteks serebri, serebelum, batng otak, dan basal ganglia.
Sinyal listrik dan potensial aksi terjadi di sepanjang myelin yang
mengelilingi akson saraf motoric dan berjalan secara salutatory
conduction. Impuls listrik berjalan dari saraf motoric ke sel otot melalui
sinaps dengan bantuan neurotransmitter asetikolin.
2. Transmisi neuromuscular
Asetilkolin merupakan neuro transmitter yang dihasilkan dari vesikel
akson terminal. Adanya depolariasi dan potensial aksi pada akson terminal
merangsang pengeluaran asetil kolin yang kemudian masuk dalam celah
sinaps dan selanjutnya akan ditangkap reseptor pada postsinaps dan
menimbulkan potensial aksi pada serat otot.
3. Eksitasi-kontraksi kouplin
Salah satu karakteristik jaringan otot adalah kemampuan untuk
berkontraksi. Ketika terjadi stimulasi pada serat otot, selanjutnya akan
terjadi mekanisme perubahan filament-filamen otot seperti aktin, troponin,
dan tropomiosin. Prinsip dasar terjadinya kontraksi adalah adanya
hubungan atau ikatan antara aktin dan myosin melalui proses pergeseran
filament-filamen tebal dan tipis. Pergeseran selama kontraksi otot terjadi
bila kepala myosin berikatan erat dengan aktin.

Pada saat istirahat, troponin I berikatan erat pada aktin dan


tropomiosin menutupi tempat di mana kepala myosin seharusnya
mengikat aktin sehingga kompleks troponin dan tropomiosin membentuk

5
protein relaksasi yang meghambat interaksi aktin dan myosin. Terjadinya
kontraksi dimulai karena adanya stimulus yang menimbulkan impuls di
mototr neuron, di mana ujung-ujung akson melepaskan asetilkolin dan
menimbulkan potensial generator pada end-plat. Selanjutnya jika sudah
mencapai ambang letup, akan berubah menjadi potensial aksi di serat otot
dan menyebar ke seluruh serat otot. Adanya potensial aksi ini
menimbulkan reticulum sarkoplasma melepaskan ion kalsium sehingga
muatan ion kalsium menjadi lebih tinggi. Selanjutnya ion kalsium diikat
oleh troponin C dan mengakibatkan ikatan troponin I dengan aktin
menjadi terlepas sehingga trropomiosin bergeser dan binding site aktin
menjadi terbuka.
Sementara itu, di kepala myosin ATP diaktifkan oleh enzim ATO-ase
menjadi ADP dan fosfat anorganik+energy. Energy yang dilepaskan ini
mengaktifkan kepala myosin untuk mengikat aktin. Terbukanya celah
tropomiosin membuka peluang untuk interaksi aktin dan myosin. Kepala
miosn tetap terikat dengan aktin sampai sebuah molekul ATP baru
melekat padanya dan melemahkan ikatan aktin dan myosin.

Proses relaksasi otot mulai terjadi ketika kepala myosin terlepas dari aktin dan
condong kembali, lalu menarik kembali untuk mengundang siklus. Terlepasnya
ikatan myosin di mulai saat ion kalsium dipompakan secara aktif ke dalam
reticulum sarkoplasma. Ion kalsium pada troponin C terlepas dn miosin-ATP-ase
menjadi tidak aktif, maka terbentuklah kembali kompleks troponin-tropomiosin-
aktin. (Tawrwoto&Wartonah2015)

IV. Energi Untuk Kontraksi


Energi utama untuk proses kontraksi otot adalah adenosine trifosfat
(ATP) yang tersimpan dalam otot. ATP lama-kelamaan akan habis sehingga
membutuhkan sumber energy lain diantaranya senyawa keratin fosfat. ATP
mentransfer energy menjadi keratin. Keratin merupakan molekul kecil pada

6
sel otot dari pecahan asam amino. Sumber energi lain untuk kontraksi otot
adalah keratin fosfat yang merupakan hasil dari ATP dan keratin.
ATP+Krestin ADP=Kreatin Fosfat
Selama kontraksi, setiap kepala myosin memecah ATP menhasilkan
ADP dan grup fosfat. Simpanan energi keratin fosfat digunakan untuk
mengubah kembali ADP menjadi ATP.
Jenis Kontraksi Otot: kontraksi otot lurik dapat dikelompokkan menjadi
kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik.
1. Koraksi isometrik
Pada jenis kontraksi ini terjadi pemendekan otot selama kontraksi karena
tidak memerlukan sliding myofibril, tetapi terjadi secara paksa. Misalnya,
saat kita mengangkat barang sangat berat, mendorong meja dengan tangan
lurus sehingga terjadi regangan.
2. Kontraksi isotonik
Ontrksi ini adalah jenis kontraksi di mana terjadi pemendekan otot, tetapi
tegangan pada otot tetap konstan. Kontraksi ini memerlukan energi yang
besar. Contoh jenis kontraksi ini adalah saat mengangkat beban
menggunakan otot bisep, brachi, kegiatan makan, menyisir, dan lainnya.

Pada aktivitas sehari-hari lebih banyak terjadi kombinasi dua jenis


kontraksi isotonik dan isometrik. Sebagai contoh, aktivitas saat berlari,
otot kaki dapat memanjang, memendek, dan hanya terjadi penegangan.

V. Kekuatan Otot
Merupakan kekuatan otot yang timbul karena tahanan dan kontraksi
otot, dapat di ukur dengan menggunakan skala 0-5. Nilai 0 merupakan nilai
dengan keadaan tidak ada kontraksi otot atau lumpuh total. Sementara itu,
nilai 5 merupakan nilai maksimal yaitu mampu melawan gravitasi dan
tahanan yang kuat.

7
Penilaian kekuatan otot

Keadaan fungsi otot Nilai


Tidak terdapat kontraksi otot 0
Terdapat sedikit gerakan/tegangan, tidak ada gerakan 1
Terdapat gerakan, tetapi tidak mampu menahan gravitasi 2
Terdapat gerakan danmampu melawan gravitasi 3
Mampu melawan gravitasi dan sedikit tahanan 4
Mampu melawan gravitasi dan tahanan yang kuat 5

Beberapa masalah yang terjadi berhubungan dengan otot adalah sebagai berikut:

1. Atrofi otot
Keadaan dimana otot menjadi mengecil karena tidak terpakai dan pada
akhirnya serabut otot akan dinfiltrasi dan diganti dengan jaringan fibrosa dan
lemak.
2. Hipertrofi otot
Merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas otot yang kuat dan
berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi ada peningkatan diameter dan
panjang serabut terkait dengan unsur-unsur filament.
3. Nekrois

Terjadi akibat trauma atau iskemia di mana proses regenerasi otot sangat minim.
(Tarwoto&Wartonah2015)

8
VI. Mekanika tubuh
Mekanika tubuh adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif
sesuai dengan fungsinya. Melakukan aktivitas dan istirahat pada posisi yang
benar akan meningkatkan kesehtan. Setiap aktivitas yang dilakukan perawat
harus memperhatikan mekanika tubuh yang benar seperti kegiatan
mengangkat atau memindahkan pasien.
Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan kerusakan struktur tubuh,
seperti orang yang engalami gangguan otot. Orang yang tirah baring lama
juga akan menurunkan tonus otot. Tonus adalah istilah yang menggambarkan
kemampuan kontraksi otot rangka. Pada keadaan tirah baring yang lama
meungkinkan terjadi kontraktur sehingga mekanika tubuh juga terganggu.
Mekanika tubuh melibatkan body alignment, keseimbangan, dan pergerakan.
1. Body alignment atau postur
Postur yang baik karena menggunakan otot dan rangka tersebut secara
benar. Misalnya pada posisi duduk, berdiri, mengangkat benda, dan lain-
lain.
2. Keseimbangan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan
sentralnya adalah gravitasi.
3. Koordinasi pergerakan tubuh
Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, seperti
kemampuan mengangkat benda, maksimal 57% dari berat badan.
Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi mekanika tubuh dan
pergerakan.
1. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan memengaruhi tipergngkat perkembangan neuromuskular
dan tubuh secara proposional, postur, pergerakan, dan refleks akan
berfungsi secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.
2. Kesehatan fisik

9
Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan memengaruhi pergerakan
tubuh. Banyak penyakit yang menimbulkan keterbatasan aktivitas,
baik karena efek penyakitnya maupun faktor terapi pembatasan
aktivitas. Pada pasien dengan gagal jantung, pasien akan mengalami
intoleransi aktivitas karena tidak adekuatnya curah jantung.
3. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, sedangkan
obesitas dapat menyebabkan pergerkan menjadi kurang bebas. Pasien
dengan anemia mengakibatkan cepat lelah.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat memengaruhi aktivitas tubuh seseorang.
Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang
kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktiitas.
5. Kelemahan neuromuskular dan skeletal
Adanya postur abnormal seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan. Pasien dengan trauma medula
spinalis mengakibatkan kelumpuhan ekstermitas yang permanen.
Pasien dengan fraktir ekstermitas, rematoid artritis akan mengalami
kesulitan pergerakan karena nyeri dan deformitas
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atu buruh.
Faktor-faktor yang memengaruhi kurangnya pergerakan atau
imobilisasi:
1. Gangguan muskoloskeletal
a. Osteoporosis
b. Atrofi
c. Kontraktur
d. Kekakuan dan sakit sendi
e. Fraktur ekstermitas

10
f. Hernia nucleus pulposus (HNP)
2. Gaggguam kardiovaskuler
a. Hipotensi postural
b. Vasodilatasi vena
c. Gagal jantung
3. Gangguan sistem respirasi
a. Penurunan pengembangan paru, seperti pada pneumotoraks,
hidrotoraks, dan hemotoraks
b. Bertambahnya sekresi paru
c. Atelectasis
d. Pneumonia hypostasis
4. Gangguan sistem persarafan
a. Trauma medula spinalis
b. Stroke
c. Penurunan kesadaran
5. Gangguan metabolime
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Hipotiroid dan hiperparatiroid
c. Anemia
d. Penyakit hati menahun, seperti sirosi hepatis

Masalah yang mungkin terjadi pada gangguan aktivitas dan mobilisasi adalah
sebagai berikut:

1. Kelebihan berat badan dan obesitas


Aktivitas yang kurang dan dengan aupan nutrisi berlebih
menyebabkan kelebihan energy sehingga lemak menjadi bertambah.
Bagaimanapun juga, aktivitas merupakan bagian dari yang membutuhkan
energy sehingga makin berat dan seringnya melakukan aktovitas, maka
kebutuhan energy juga bertambah. Kelebihan berat badan dan obesitas juga
menyebabkan aktivitas tubuh menjadi lambat.

11
2. Resiko terjadi osteoporosis
Kalsium dan posfat merupakan unsur mineral yang sangat penting
dalam menyususn kekuatan jaringan tulang. Keadaan mineral dalam tulang
berasal dari asupan makanan yang dabsorpsi di usus halus kemudian beredar
ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Kelebihan kalsium dan fosft akan
disimpan dalam tulang sebagai cadangan jjika darah kekurangan kalsium atau
fosfat. Pergerakan absorpsi kalsium dari darak ke jaringan tulang dipengaruhi
oleh aktivitas tubuh. Jika aktivitas tubuh atau latihan baik, kekuatan tulang
akan lebih baik. Sebaliknya pada kondisi kurang aktivitas, maka kalsium
tulang mudah dereabsorpsi kembali ke peredaran darah sehingga tulang
kehilangan kekuatan menjadi keropos atau osteoporosis. keadaan osteoporosis
juga disebabkan karena gangguan hormon paratiroid dan hormon estrogen.
3. Luka decubitus
Luka decubitus dalah luka yang disebabkan karena penekanan yang
lama dan terus menerus.
4. Atropi
Otot rangka yang tidak dilakukan latihan atau terjadi kelumpuhan akan
mengalami pengecilan atau atropi karena massa otot dan volume otot
berkurang.
5. Penyakit pneumonia
Pasien tirah baring yang lama dan aktivitasnya terbatas beresiko
terjadnya pneumonia karena paru-paru tidak berkembang secara optimal
sehingga memudahkan kuman patologis berkembang dengan baik.
6. Hipotensi
Aktivitas dan latihan tubuh akan meningkatkan kerja jantung untuk
memompa darah secra sempurna. Pada keadaan imobilisasi, kerja jantung
cenderung menurun sehingga curah jantung juga berkurang. Hal ini
berpengaruh pada tekanan darah pasien.
7. Konstipasi

12
Pasien yang lama berbaring dan kurang aktivitas menimbulkan penurunan
pergerakan usus atau peristaltic usus sehingga penyerapan cairan fases menjadi
meningkat, fases menjadi keras dan sulit dikeluarkan.

(Tarwoto&Wartonah2015)

VII. Asuhan Keperawatan


Pengkajian
1. Riwayat pola aktivitas pasien
a. Tingkat aktivitas sehari-hari
1) Pola aktivitas sehari-hari
2) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
b. Tingkat kelelahan
1) Aktivitas yang membuat lelah
2) Riwayat sesak napas, jantung berdebar
c. Gangguan pergerakan
1) Penyebab gangguan pergerakan
2) Tanda dan gejala
3) Efek dari gangguan pergerakan
2. Keluhan utama pasien saat ini
a. Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
b. Cepat lelah dan jantung berdebar, pusing pada saat aktivitas
c. Adanya fraktur ekstermitas, trauma, nyeri pada saat mobilisasi
d. Kaki mengalami kekakuan atau kontraktur, kelainan bentuk, dan atropi
sehingga sulit digerakkan
e. Penggunaan alat bantu untuk pergerakan
f. Pasien tirah baring
3. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran, keadaan umum pasien
b. TTV

13
c. Pemeriksaan paru-paru dan jantung seperti adanya kelainan bunyi
paru, pengembangan paru, dan kelainan bunyi jantung
d. Postur dan bentuk tubuh
1) Scoliosis
2) Kifosis
3) Lordosis
4) Cara berjalan
e. Keadaan tulang
1) Fraktur ekstermitas, kontraktur
2) Deformitas atau kelainan bentuk
3) Trauma medulla spinalis
4) Osteoporosis
5) Spondylitis
f. Otot dan kulit
1) Atropi atau hipertropi
2) Tonus otot, hipotonus, atau hipertonus
3) Luka decubitus, luka gangrene
4) Kekuatan otot
4. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
b. Pemeriksaan laboraturium
c. Pemeriksaan darah lengkap

Diagnosis Keperawatan dan Intervensi

1. Intoleransi aktivitas
Definissi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologi
dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Kelemahan umum’
b. Motivasi yang kurang

14
c. Pembatasan pergerakan
d. Nyeri
e. Penurunan curah jantung

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Verbal mengatakan adanya kelemahan


b. Sesak napas atau pucat
c. Kesulitan dalam pergerakan
d. Nadi dan tekanan darah terhadap respons aktivitas yang abnormal

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Anemia
b. Gagal jantung kronis
c. Gangguan jantung
d. Kardiak aritmia
e. Penyakit obstruksi pernapasan kronis
f. gangguan neuromuskua

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a. kelemahan yang berkurang


b. berpartisipasi dalam perawatan diri
c. mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin

Intervensi Rasional
identifikasi faktor yang menyebabkan Faktor penyebab sangat penting diketahui sehingga
intoleransi aktivitas intervensi akan lebih fokus
kaji kemampuan aktivitas pasien Kemampuan aktivitas awal diketahui untuk
perencanaan dan evaluasi perkembangan pasien
Catat perubahan tanda vital sebelum dan Perubahan tanda vital yang sering terjadi adalah
sesudah aktivitas peningkatan tekanan darah, nadi, jumlah

15
pernapasan serta irama jantung
Atat keluhan yang dialami pasien selama dan Masalah yang sering dirasakan pasien adalah cepat
sesudah aktivitas lelah, sesak napas selama aktivitas, jantung
berdebar, nadi meningkat, batuk, dan berkeringat
dingin
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
mandiri sesuai kemampuan beraktivitas karena adanya keterbatasan
Lakukan latihan ROM aktif atau pasif sesuai Latihan ROM dapat meningkatkan kekuatan otot,
kondisi pasien pergerakan sendi, dan peningkatan peredaran darah
sehingga diharapkan terjadi peningkatan
kemampuan aktivitas
Anjurkan pasien untuk latihan secra bertahap Melatih kemampuan ktivitas pasien
sesuai kemampuan
Anjurkan pasien untuk menjaga keseimbangan Aktivitas membutuhkan energy yang lebih banyak
antara istirahat dan aktivitas sehingga perlu dilakukan kesimbangan dengan cara
beristirahat untuk mengurangi kebutuhan energy
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Perencanaan latihan aktivitas disesuaikan dengan
menentukan jenis latihan yang sesuai kondisi pasien, misalnya jenis latihan aktif, pasif,
isotonic, dan isomeric
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan Aktivitas membutuhkan energy dan keterbatasan
diet yang sesuai mobilitas juga dapat disebabkan karena kondisi
anemia
Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi Intoleransi aktivitas dapat disebabkan oleh
penyebab intoleransi aktivitas penurunan curah jantung, gangguan pernapasan
maupun kondisi lainnya, pemberian oksigen, obat-
obatan mungkin dapat membantu meningkatkan
kemampuan aktivitas pasien.
Monitoring hasil tes diagnostik, jantung, Intoleransi aktivitas mungkin dapat disebabkan
pernapasan, dan darah lengkap oleh gagal jantung, pernapasan, atau kondisi

16
anemia.

2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan
secara terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang
tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunya produksi metabolisme
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Kekurangan energi
b. Ketidakmampuan melakukan aktivitas
c. Menurunnya penampilan
d. Letargi

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Anemia
b. Kanker
c. Depresi
d. Diabetes mellitus

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a. Pasien mengatakan keletihan berkurang


b. Meningkatnya tingkat energy

17
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya secara bertahap
Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab Keletihan dapat terjadi karena kekurangan
keletihan energi, misalnya pada pasien diabetes
mellitus, anemia, dan kanker
Kaji kemampuan aktivitas pasien Kemampuan aktivitas awal diketahui untuk
perencanaan dan evaluasi perkembangan
pasien
Catat perubahan tanda vital Perubhan tanda vital yang sering terjadi
sebelum dan sesudah aktivitas dalah tekanan darah, peningkatan nadi dan
jumlah pernapasan, serta perubahan irama
jantung
Kaji status nutrisi pasien seperti Keletihan dapat disebabkan karena status
intake makanan, tonu otot, dan nutrisi yang kurang
tanda-tanda anemia
Ajurkan pasien untuk menjaga Aktivitas membutuhkan energy yang lebih
keseimbangan antara istirahat dan banyak sehingga perlu dilakukan
aktivitas keseimbangan dengan cara menurunkan
kebutuhn energy tubuh, seperti beristirahat
Anjurkan kepada pasien untuk Makanan merupakan sumber energi yang
meningkatkan konsumsi makanan penting untuk aktivitas
yang bergizi
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien
perencanaan pemenuhaan memrlukan perencanaan yang baik sesuai
kebutuhan nutriis pasien dengan ahlinya
Kolaborasi dengan dokter dalam Berbagai peit kankernyebab keletihan pasien,
mengatasi penyebab keletihan dan seperti adanya anemia, penurunan curah
melaksanakan program pengobatan jantung, dan peny

18
3. Gangguan mobilitas fisik
Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara
mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gengguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuromuscular
d. Kelemahan atau paralisis
e. Pasien dengan traksi

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Gangguan dalam pergerakan


b. Keterbatasan dalam pergerakan
c. Menurunnya kekuatan otot
d. Nyeri saat pergerakan
e. Kontraksi dan atrofi otot

Kondidi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Fraktur, pasien dengan pemasangan traksi


b. Reumatik artritis
c. Stroke
d. Depresi
e. Gangguan neuromuscular

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a. Pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas


b. Pasien mengatakan terjadi peningkatan aktivitas

19
Intervensi Rasional
Kaji penyebab gangguan mobilitas fisik Identifikasi penyebab masalah merupakan data dasar
yang penting dalam memfokuskan intervensi
keperawatan
Kaji kemampuan mobilitas pasien Mengetahui tingkat kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dan menentukan
apakah pasien memerlukan bantuan sebagian atau
sepenuhnya dibantu
Kaji kekuatan otot pasien Salah satu indikator kelemahan fisik adalah adanya
penurunan kekuatan otot
Monitor komplikasi gangguan mobilisasi Kondisi imobilisasi dapat menyebabkan komplikasi
fisik dintaranya konstipasi, luka decubitus, kontraktur, dan
atroi otot
Observasi keadaan tubuh yang tertekan Bagian tubuh yang tertekan lama akan menimbulkan
seperti pada bagian belakang bahu, hipoksia jaringan dan dapat berkembang menjadi luka
sacral, tumit, catat tanda-tanda adanya decubitus
decubitus seperti adanya kemerahan,
panas, lecet, maupun adanya luka
Lakukan latihan range of motion pasif Mencegah terjadinya kontraktur, meningkatkan tonus
atau aktif sesuai program otot, dan meningkatkan aliran darah jaringan
Lakukan alih baring dan perubahan Mengurangi penekanan yang terus-menerus,
posisi pada pasien dengan tirah baring meningkatkan aliran darah, hipoksia jaringan dapat
total setiap 2 jam terjadi setelah 2 jam dengan penekanan yang terus-
menerus
Lakukan fisioterapi dada dan postural Aktivitas yang kurang menyebabkan pengembangan
drainase paru tidak optimal sehingga potensi terjadinya sekret
dalam paru-paru menjadi statis dan sulit dikeluarkan.
Fisioterapi dada dan postural drainase membantu

20
mengeluarkan sekret di paru-paru
Lakukan masase dan fibrasi pada bagian Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah
tubuh yang tertekan terjadinya decubitus
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas Meningkatkan kemampuan pasien dalam beraktivitas
Tingkatkan aktivitas pasien sesuai batas Melatih secara bertahap kemampuan dan
toleransi meningkatkan kemandirian pasien dalam beraktivitas
Ajarkan pasien menggunaan alat bantu Pasien mungkin membutuhkan informasi dalam
berjalan penggunaan alat bantu jalan karena merupakan hal
baru bagi pasien
Lakukan pemeriksaan TTV sebelum dan Aktivitas membutuhkan energi sebagai hasil
sesudah latihan metabolisme. Metabolism membutuhkan oksigen yang
di dukung oleh sirkulasi darah yang optimal.
Kompensasi meningkatnya metabolism adalah
peningkatan jumlah pernapasan dan denyut jantung
Perhatikan keamanan pasien dari resiko Kondisi imobilisasi dan keterbatasan aktivitas
jatuh, berikan pagar pengaman pada beresiko terjadinya cedera jtuh
tempat tidur
Laksanakan program pengobatan Keterbatasan mobilitas dapat disebabkan karena
berbagai faktor sehingga penanganan faktor penyebab
menjadi sangat dibutuhkan
Libatkan keluarga dalam program latihan Aktivitas membutuhkan latihan yang terus- menerus
aktivitas dan berkala, pelibatan keluarga sangat membantu
kemandirian pasien dalam program aktivitas
Lakukan pendidikan kesehatan tentang Membantu memberikn informasi dan diharapkan
alat bantu berjalan, pencegahan pasien kooperatif dalam perawatan sehingga resiko
decubitus, mekanika tubuh dan posisi komplikasi dapat dicegah
yang aman dan nyaman, latihan dan
istirahat, pencegahan konstipasi

21
4. Deficit perawatan diri: mandi, berpakaian, mandi, eliminasi
Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh
aktivitas sehari-haris eperti makan, mandi, berpakaian, dan lain-lain.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuscular
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari


b. Frustasi

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Gangguan serebrovaskular
b. Trauma medulla spinalis
c. Demensia
d. Depresi
e. Kekurangan energy
f. Gangguan ototf
g. Kerusakan kognitif

Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan perawatan diri secara
aman.

22
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan pemenuhan ADL pasien Menentukan kebutuhan ADL apa yang sebagian
dibantu, mandiri, atau seluruhnya dibantu
Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL Pasien dapat menentukan pola aktivitas sesuai
dengan perencanaan yang dibuat

Jaga privasi dan keamanan pada saat Pasien merasa nyaman dan aman pada saat ADL
melakukan ADL
Orientasikan tempat-tempat yang akan Pasien dan keluarga lebih cepat beradaptasi dalam
digunakan dalam memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan ADL
ADL seperti tempat pakaian, toilet, alat
mandi, dan alat untuk eliminasi
Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan Memenuhi kebutuhan ADL dan memandirikan
ADL sepanjang pasien memerlukan pasien
bantuan. Anjurkan pasien melakukan
sendiri ADL jika pasien dianggap mampu
melakukannya
berikan respons positif jika pasien mampu Meningkatkan rasa percaya diri pasien
melakukan ADL secara mandiri
Evaluasi keadaan kulit, rambut, penampilan, Evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui
kuku, gigi, dan mulut, kebutuhan eliminasi, apakah kebutuhan ADL sudah terpenuhi
serta perasaan pasien terhadap pemenuhan
ADL

23
VIII. Pengertian Istirahat Dan Tidur
1. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan,
atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat
merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan
bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi protektif yang
dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan
pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat
bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di
manapun juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;
c. Mengetahui apa yang terjadi;
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.
(Perry & Potter, 2006)

2. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang
memperoleh periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah
pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan
dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang
berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan tidak

24
sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun
atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup.tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental
emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan
sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis.


Perubahan tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;


b. Dilatasi pembuluh darab perifer;
c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;
d. Relaksasi otot-otot rangka;
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

IX. Fisiologis Tidur


Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan
oleh integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan
perubahan dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler,
pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik
tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG),
yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram
(EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis
tidur.Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua
mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat

25
otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme
menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.

System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas.


SAR dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan
dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil.
Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi
SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan
katekolamin seperti norepinefrin.Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran
serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada pons dan otak depan
bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar
synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan
menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun.
Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada
beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
(Perry & Potter, 2006)

X. Siklus Tidur
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit,
tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung
satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam beberapa tahap antara lain :
1. Tidur Non Rapid Eye Movement( NREM)
a. Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme

26
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

b. Tahap II NREM
1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Untuk terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap III NREM
1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

d. Tahap IV NREM
1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan
porsi malam yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam
terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
b. ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur

27
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktuasi tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2008)

XI. Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami
gangguan. Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa
faktor, di antaranya sebagai berikut (Asmadi, 2008):

a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang
menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang
sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur
dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh
akan menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan

28
nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi
tahap IV NREM dan REM. Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun
2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur
Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan
hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit,
sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah
tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan
kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak
mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah
Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada
anak usia prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu,
daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.
Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan
mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan
ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan
amfetamin akan menurunkan tidur REM
(Asmadi, 2008)

29
XII. Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia.

Tingkat Perkembangan/
PolaTidur Normal
Usia

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh


sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
Bayi baru lahir
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar

Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode


Prasekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.

Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu


Usia sekolah
tidur relatif konstan.

Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin


Dewasa pertengahan
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV


nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
Dewasa tua
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari.

30
(Perry & Potter, 2006)

XIII. Gangguan Tidur


1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari
tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur
b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur
atau keadaan sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami


insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan
jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.Perawat dapat
membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan
tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau


susu
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari

31
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan
tidak pada waktu kesadaran penuh
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak
menjelang tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak
kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang
mengalami somnabulisme mempunyai risiko terjadinya cedera.Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan
membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan
aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan
Valium.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi
pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki.
Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum
tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang
tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah

32
serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada
setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.Penyebab
narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat
kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya
apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja
pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.Obat-obat
agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu
sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut
diantarnya jenis ampetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah
yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.

XIV. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Istirahat Tidur
1. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam
berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;

33
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca
buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur
apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat
mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang
menyebabkan klien mengalami gangguan tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur.
Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental
klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau
ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang
timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata
yang terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya
apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang
konsentrasi, atau terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi,
apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva
merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

34
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat
lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata
merah, semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan,
menggosokgosok mata, bicara lambat, sikap loyo
e. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
(Doengoes, 2002)
2. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas,
ansietas, konsumsi obat-obatan dan stimulan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat,
mimpi buruk, dimensia, nyeri saat tidur
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
d. Kesiapan meningkatkan tidur
(NANDA, 2013)
3. Intervensi dan rasional
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas,
ansietas, konsumsi obat-obatan dan stimulan
1) Tujuan
Setelah dilakukan ti dakan keperawatan selama 1 x 24 jam
insomnia teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal
nadi 60-100 x/ menit irama reguler, wajah tidak pucat
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab insomnia

35
R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
lingkungan, cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur
pasien
c) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur
R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan
bagian yang penting untuk memperoleh ketenangan

b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat,


mimpi buruk, dimensia, nyeri saat tidur
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
deprivasi tidur dapat teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur
R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya karena kondisi lingkungan, kecemasan,
pengalaman mimpi buruk
b) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur
pasien
c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga
dapat menenangkan pikiran

36
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
gangguan pola tidur teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari
3) Intervensi dan Rasional
a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur
R : gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor
seperti lingkungan, cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur
pasien
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan
berikan pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga
dapat menenangkan pikiran

d. Kesiapan meningkatkan tidur


1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan waktu tidur dapat
dipertahankan secara adekuat
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam / hari
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji pola tidur pasien
R : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat
mengetahui kualitas tidur pasien
b) Motivasi pasien untuk tetap mempertahankan waktu tidur yang
adekuat

37
R : motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas tidur

(Doengoes, 2002)

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Aziz, H. A. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

NANDA. (2013). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.

Tarwoto&Wartonah.(2015).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

38

Anda mungkin juga menyukai