Anda di halaman 1dari 35

KEMANA ANAK-ANAK ITU

Naskah Ini Terinspirasi dari Puisi serta karya Emha Ainun Nadjib lainnya.

TOKOH 1, Mahasiswa yang tenang dan pintar, umur 20-23 tahun

TOKOH 2, Mahasiswa yang mudah ketakutan, umur 19-21 tahun

TOKOH 3, Mahasiswa, sorang aktivis kampus, umur 24-25 tahun

TOKOH 4, Murid Sesepuh, umur 40an tahun

TENDIK 1, Tenaga Pendidik 1, umur 40an tahun

TENDIK 2, Tenaga Pendidik 2, umur 40an tahun

PENJAGA, Anak buah Tendik

SESEPUH, Guru masa lalu, umur 60-70an tahun

DI PANGGUNG-I, LAMPU REMANG. SEORANG LELAKI MUNCUL DARI


KEGELAPAN. LANGKAH YANG BERAT MENANDAKAN USIANYA YANG SUDAH
TUA. KERIPUT DIWAJAHNYA JELAS TERLIHAT TATKALA LAMPU SUDAH
MENGENAI WAJAHNYA. MUSIK MENGIRINGI DENGAN IRAMA USIANYA. MUSIK
TRADISI. PELAN MEMBUAT TENTRAM. PERLAHAN LELAKI TUA ITU MULAI
BERSENANDUNG DAN MULAI BERBICARA

(MONOLOG)

SESEPUH : (BERSENANDUNG TEMBANG ILIR-ILIR)….

Cah angon cah angon …


Dulu aku sering bernyanyi dan bermain bersama anak-anak di desa. Mereka adalah anak-anak
dengan wajah yang menenangkan. Tawa mereka adalah riang. Senyum mereka adalah
keteduhan, bagi kami orang-orangtua yang sudah lelah dengan kehidupan.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi (MENUNJUK KE ARAH DEPAN)

Awas nak, jangan terburu-buru. Panjatlah… (SESEKALI IA BERJALAN DENGAN


TERSENYUM) ya, basuhlah pakaianmu. Pakaian yang menempel ditubuhmu

SENYUMNYA TIBA-TIBA BERUBAH MENJADI KETAKUTAN. ANAK-ANAK ITU


MULAI PERGI SATU PER SATU. HANYA ADA SATU ANAK YANG TERTINGGAL. IA
DIAM.

Nak..nak…nak kalian mau kemana? (MENGEJAR) ini mainan kalian, ini dunia kalian, ini
kehidupan kalian. nak… kenapa kalian pergi? Kemana kalian akan menuju? Kalian belum
saatnya mengenal dunia asing. Bermainlah, belajarlah, dan tumbuhlah dengan keceriaan kalian

Nak…nak..apa kalian ingin tumbuh dengan cepat? Apa kalian akan segera besar? Apa kalian
akan melupakan keceriaan kalian?

SESEPUH TERUS MEMANGGIL ANAK-ANAK ITU. NAMUN HANYA TAWA DAN


SUARA-SUARA ALAT ELEKTRONIK MODERN YANG MENJADI JAWABAN SESEPUH.
PERLAHAN SESEPUH MENGHAMPIRI ANAK ITU.

Nak…

DARI KEJAUHAN TOKOH 4 MUNCUL MENYAHUT TERIAKAN SESEPUH. HASIL


KEBUN IA GENDONG DENGAN LANGKAH YANG BERAT.
Tokoh 4 : Guru? Ada apa guru?

Sesepuh : (Menyipitkan mata)

Tokoh 4 : (Berjalan mendekat) Ada apa Guru? Kenapa Guru berteriak

Sesepuh : Rupanya kau

Tokoh 4 : Guru mengigau lagi?

Sesepuh : Tidak, le

Tokoh 4 : Lalu kenapa Guru nampak khawatir?

Sesepuh : (duduk)

Tokoh 4 : Ini hasil dari kebun, Guru. Hanya sedikit hari ini

Sesepuh : Tidak apa apa

Tokoh 4 : Guru benar tidak apa-apa?

Sesepuh : Tidak, le. Ambilkan saja buah itu (menunjuk hasil kebun)

Tokoh 4 : Ini Guru

KEDUANYA MEMAKAN HASIL KEBUN

Sesepuh : Le, kau lihat buah ini

Tokoh 4 : Iya guru

Sesepuh : Buah ini sama sepertimu

Tokoh 4 : Sepertiku Guru?

Sesepuh : Buah selalu tumbuh mengikuti irama Alam. Ia tak pernah mecoba
menjadi yang lain. Buah ini tak tumbuh di tempat yang tidak seharusnya. Sekarang, coba rasakan
angin di sini (memejamkan mata).
Tak hanya kau tapi buah ini juga merasakannya, kan? Buah tumbuh dari benih, lalu berbunga di
kemudian hari dan berbuah sebelum mati. Lalu akan seperti itu untuk menghidupi makhluk
lainnya

Tokoh 4 : (sibuk mengupas buah)

Sesepuh : kau juga akan seperti itu

Tokoh 4 : Aku guru?

Sesepuh : Ya, kau itu. Aku masih ingat dulu saat pertama aku menggendongmu,
saat negeri masih berjuang untuk merdeka. Aku hidup sebatang kara setelah semua kepunyaanku
habis. Keluarga, sekolah, dan anak-anakku. Lalu aku menemukanmu dengan mainan yang kau
pegang erat. Tanganmu mengepal dan kau menangis. Anak-anak seumuranmu di culik dijadikan
pelayan. Aku bersyukur bisa membawamu ke sini

Tokoh 4 : Guru…

Sesepuh : Kaulah sekarang satu-satunya yang akan meneruskanku. Kau harus


tumbuh, berbunga, lalu berbuah supaya kehidupanmu terus berjalan

Tokoh 4 : Iya, aku bersama Guru yang akan meneruskan

Sesepuh : Hanya kau.

Tokoh 4 : Aku bersama Guru

Sesepuh : Kau harus bisa berjalan sendiri. Gurumu sudah terlalu tua untuk
menemanimu

Tokoh 4 : Tapi Guru…

Sesepuh : Namamu Hajar, maka kau harus kuat, kau harus tahan dari segala
tantangan. Akan banyak godaan dari arus zaman. Aku yakin kau akan menemukan bibit-bibit
yang akan meneruskanmu

Tokoh 4 : Cukup Guru. Hajar tidak ingin Guru membicarakan ini lagi. Kita akan
hidup di sini saja dan seterusnya
Sesepuh : Tidak. Kau tak boleh terus bersembunyi. Cukup aku saja yang
menyembunyikanmu. Kau harus keluar dari sini. Temui orang-orang. Ajak mereka mengenali
sejarah masa lalunya

Tokoh 4 : Aku tetap ingin di sini bersama Guru

Sesepuh : Tidak, Le. Kau harus tahu, berapa ratus anak-anak yang akan lahir dari
kemerdekaan nanti. Kau harus bisa berjalan bersama mereka. Kau akan menjadi Guru bagi
mereka. Kau harus membersamai mereka. Hari esok adalah milikmu, Le. Kau harus terus
memahami itu

Tokoh 4 : Kenapa aku Guru ?

Sesepuh : Le, kau lihat kan sekarang. Sekolah-sekolah di negeri sudah tidak ada.
Hanya tertinggal gedung-gedung kosong dengan anak-anak yang berwajah linglung.

Tokoh 4 : Apa karena itu Guru selalu menyembunyikanku ? mengajariku nyanyian-


nyanyian ?

Sesepuh : Nyanyian itu yang dapat membangunkan generasi di masa depan.


Membangunkan anak-anak dari segala arus zaman yang tlah mereka ikuti. Dengan nyanyian itu
mereka akan mengingat dari mana mereka berasal

Tokoh 4 : Tapi Guru…

Sesepuh : Le, Gunakan selalu hatimu untuk menerangi segala kegelapan.

Tokoh 4 : (diam)

Sesepuh : (tersenyum)

KEDUANYA DIAM

Tokoh 4 : Ah sudah lah Guru. Lebih baik guru bersenandung saja. Hajar sedang
tidak ingin membahas itu
Sesepuh : (tertawa meledek) kau selalu minta Guru bersenandung ketika jengkel

Tokoh 4 : Ayo Guru…

Sesepuh : Iya iya baiklah

(Bersenandung tembang jawa)

SUASANA SEMAKIN DAMAI. MUSIK MEMBUAT TENANG. TOKOH 4 MULAI


TERTIDUR. SESEPUH MULAI MERASA SAKIT PADA DADANYA. NAPASNYA SESAK.
IA BATUK DENGAN KERAS. TUBUHNYA SEMAKIN LEMAS. TOKOH 4 TERBANGUN

Tokoh 4 : Guru… Guru…Guru kenapa Guru

SESEPUH TERGELETAK TAK BERDAYA. NAPASNYA TIADA. TOKOH 4 MENANGIS


SEJADI-JADINYA.

BLACK OUT.

FADE IN

LAMPU MENYOROT DARI SETTING POTRET SATU KE YANG LAIN. MUSIK MULAI
MENGGEMA. TOKOH 1, 2, DAN 3 SIBUK DENGAN URUSANNYA. LAMPU MENYALA
DI TIGA TITIK. MEREKA TERUS SIBUK DENGAN DIRINYA. PERLAHAN DUA TITIK
REDUP. LAMPU FOKUS KE TITIK TOKOH 1.

(POTRET KISAH)

TENDIK 1 : Kau mau apa datang kesini?


TOKOH 1 : Saya ada kelas, Bu

TENDIK 1 : Apa kau mau kuliah?

TOKOH 1 : Iya Bu

TENDIK 1 : Belajar apa yang kau inginkan dalam perkuliahan?

TOKOH 1 : Banyak hal, Bu. Kan semuanya memang harus dipelajari

TENDIK 1 : Berarti kau sudah bisa membaca kan?

TOKOH 1 : Hobi saya membaca kok, Bu

TENDIK 1 : (tersenyum kecut) Kau pintar membaca ini harusnya ya?


(menunjuk pamphlet/banner tentang aturan)

TOKOH 1 : Wajib menganut aturan kan, Bu?

TENDIK 1 : Kenapa kamu malah tanya ke Ibu?

TOKOH 1 : Iya Ibu saya bisa membaca

TENDIK 1 : Lalu kenapa kau datang kesini dengan memakai pakaian yang
tidak sesuai? Ini lingkungan pendidikan. Kau harus patuhi itu

TOKOH 1 : Maaf, Bu. Saya kan hanya ingin belajar, bukan untuk bergaya
atau pamer fashion. Setahu saya belajar itu hanya membutuhkan niat, kemauan, dan ketulusan
hati, Bu.

TENDIK 1 : Ibu paham anak seumuranmu memang lagi kritis-kritisnya dan


sering kali idealis

TOKOH 1 : Maaf, Bu sebelumnya. Sekali lagi maaf. Tapi (menunjuk


pamphlet/banner) baju, celana, dan sepatu tidak mempengaruhi proses belajar saya bu. Saya
berdandan rapi karena disini semuanya harus rapi

TENDIK 1 : Yang tau persis soal proses belajarmu disini ya saya


TOKOH 1 : Tapi saya yang punya hak atas tubuh saya, Bu. Toh saya sadar
kelak menjadi seorang pendidik maka saya harus belajar bahwa seorang guru yang terpenting
adalah pakaiannya

TENDIK 1 : Justru karena kamu calon pendidik kamu harus belajar lebih
banyak tentang apa itu guru. Karena kamu nanti akan digugu lan ditiru oleh murid-muridmu.
Lagian ini juga lembaga pendidikan. Maka aturan ya aturan. Belajarlah menghargai aturan

TOKOH 1 : Bukankah lembaga pendidikan yang lebih penting adalah tidak


boleh melawan atasan?

TENDIK 1 : Ibu sudah pernah seumuran kamu, jadi Ibu tahu pola pikirmu.
Lembaga pendidikan haruslah mengedepankan aspek etika, moral, dan pertumbuhan anak-anak
didik. Lembaga pendidikan tak boleh hanya mengedepankan unsur fisik tapi kualitas
kemanusiaannya. Jika kau terus berpakaian seperti seorang pegawai seperti ini, maka …

TOKOH 1 : Saya memang akan pergi. Tapi saya tidak akan berlaku tidak jujur
terhadap diri saya. Terhadap tubuh, akal, dan pikiran saya yang punya otoritas untuk memilih

TENDIK 1 : Silakan saja. Kau masih mahasiswa jadi sebaiknya kau nurut

TOKOH 1 : Kelak jika saya menjadi seorang guru, hal pertama yang akan
saya ajarkan ke anak didik saya adalah ilmu kemanusiaaan

TENDIK 1 : Pergi!

Pak! Pak! (MEMANGGIL SEORANG PENJAGA)

PENJAGA DATANG

TENDIK 1 : Bawa dia pergi pak!

PENJAGA : haha siap laksanakan!


TITIK TOKOH 1 MEREDUP. SEKETIKA SUARA KEMBALI BISING. KERIBUTAN
BERSAUTAN. LAMPU BERPINDAH KE TITIK TOKOH 2. IA DUDUK DI DEPAN KURSI,
BERHADAPAN DENGAN TENDIK 2.

MUSIK MUNCUL.

(POTRET KISAH)

TENDIK 2 : Apa yang kau lakukan selama ini? Apa kau tidak serius belajar?

TOKOH 2 : (diam)

TENDIK 2 : Hei kau dengar apa kata Ibu, kan? Semua ujianmu bahkan tak
pantas untuk dinilai. Jawabanmu terlalu bertele-tele. Terlalu
panjang dan tidak jelas. Ibu malas untuk menilainya!

TOKOH 2 : Saya…

TENDIk 2 : Jawab yang jelas. Katanya calon pendidik. Calon pendidik tidak
kok ragu

TOKOH 2 : Saya selalu mengikuti pembelajaran Ibu sesuai apa yang Ibu
sampaikan

TENDIK 2 : Iya tapi jawabanmu salah. Semuanya tidak ada yang benar

TOKOH 2 : Tapi saya menjelaskan apa yang ada disoal, Bu

TENDIK 2 : Tapi terlalu panjang!

TOKOH 2 : Tapi saya sudah berusaha mempersingkat, Bu. Saya selalu


mencari copy paste-an untuk menjawab itu, Bu

TENDIK 2 : Asal kau tahu ya. Kalau sampai kau ketahuan yang lainnya. Kau
akan dilaporkan

TOKOH 2 : Kenapa saya dilaporkan, Bu?


TENDIK 2 : Ya karena elektabilitas kampus ini akan turun dan bisa-bisa akan
tercoreng karena ada anak sepertimu

TOKOH 2 : Tapi saya tidak mencoreng nama baik kampus ini, Bu

TENDIK 2 : Asal kau tahu ya. Semua kampus terus berkompetisi mencetak
generasi yang dapat berkuasa. Jadi kalau anak sepertimu
dipertahankan ya kampus akan kelihatan belangnya. Kau harus
ingat. Kampus ini terkenal karena piala-pialanya

TOKOH 2 : Tapi Bu, saya…

TENDIK 2 : Sudah Sudah, Ibu tidak mau darah tinggi Ibu kumat gara-gara
jawabanmu yang rumit dan panjang. Ibu malas

TOKOH 2 : (diam)

TENDIK 2 : sudah. Ibu mau pergi.

TOKOH 2 : Bu…

TENDIK 2 : Pak! Pak! (MEMANGGIL SEORANG PENJAGA)

PENJAGA DATANG DARI PANGGUNG SEBELAH

PENJAGA : Iya! Siap!

TENDIK 1 : Bawa dia pergi pak!

PENJAGA : haha siap laksanakan!

LAMPU TITIK TOKOH 2 REDUP, LALU PINDAH MENYOROT TOKOH 3. IA BERJALAN


KE SANA KEMARI UNTUK MENCARI MASA. NAMUN USAHANYA TAK JUGA
BERHASIL. IA BERJALAN BERDIRI BERJALAN BERULANG. LALU IA MULAI
BICARA DENGAN LANTANG.
(SUASANA DEMO)

TOKOH 3 : Kita berkumpul disini untuk menuntut mahasiswa yang semaunya


sendiri. Mahasiswa harus patuh terhadap aturan! Mahasiswa harus pandai berdiam diri!
Mahasiswa jangan terlalu kritis! Kita harus apatis! Jangan pernah melawan! Hidup mahasiswa
patuh!

ORANG-ORANG : Hidup mahasiswa patuh!

MUSIK SEMAKIN BERISIK.

POTRET-POTRET ITU TERUS BERULANG-ULANG. SUARA SEMAKIN


BERGUMURUH. POTRET TERUS MENUNJUKKAN KEKACAUANNYA.

DENTUMAN TERDENGAR. TOKOH 1, 2, DAN 3 BERJALAN TANPA ARAH. TUBUH


MEREKA SEPERTI TAK ADA KEKUATAN. MEREKA BERJALAN DENGAN MATA
SAYU DAN DATAR. TAWA TENDIK DAN PENJAGA TERDENGAR MENGGEMA.
SEMAKIN TINGGI LALU PERLAHAN MENGHILANG.

LAMPU BLACK OUT.

FADE IN.

TENDIK 1 DAN 2 TERTAWA ATAS KEBERHASILAN MEREKA MENANGKAP ANAK-


ANAK. LALU MENYUSUN STRATEGI BERIKUTNYA.

TENDIK 1 MENGANGKAT TELEPON

TENDIK 1 : Hallo. Bagaimana keadaan di sana?

Haha baiklah. Di sini cukup memuaskan

Kita harus terus menguasai mereka


Apa?

Baiklah.

(menutup telepon)

TENDIK : (menyusun berkas) bagaimana?

TENDIK 1 : Hahaha aku cukup puas. Katanya, di negeri luar sana anak-anak di tipu
oleh teori-teori para ilmuwan dan hari ini kita berhasil menjaring anak-anak lagi. Mereka semua
sangat mudah kita hipnotis

TENDIK 2 : Benar sekali! Mereka harus lupa dengan asal muasalnya. Kita akan terus
beri mereka kebahagiaan berupa dunia yang mengasikkan hahaha

TENDIK 1 : Setelah mereka asik dengan dunia mereka, kita akan lebih mudah
menggerakkan mereka. Kita ajak mereka menguasai negeri ini. Lalu kita akan tunggu negeri-
negeri lain yang juga sudah di kuasai teman-teman kita

TENDIK 2 : Benar-benar mengasikkan!

TENDIK 1 : Sekarang mereka mulai di kuras ingatannya di ruang gelap itu. Ingatan
mereka tentang cerita asal muasal mereka namun mereka tak sadar bahwa apa yang mereka
bicarakan sudah kita atur

TENDIK 2 : Tempat itu, ikatan itu, dan pernak-pernik di sana akan membuat mereka
kebingungan

TENDIK 1 : Benar. Mereka seolah-olah bisa memberontak tapi tetap saja mereka
tidak akan pernah bisa melawan. Karena apa yang ada di sana adalah ketakutan mereka sendiri

TENDIK 2 : Hahaha dengan begitu mereka akan mudah tergoda. Mereka akan
menentukan dunia mereka sendiri. Dan tidak ada yang bisa menyadarkan mereka

TENDIK 1 : Tidak ada!

TENDIK 2 : Aku sudah tidak sabar melihat anak-anak itu menguasai dunia mereka
haha
TENDIK 2 TERTAWA NAMUN TENDIK 1 HANYA DIAM

TENDIK 1 : Tapi..

TENDIK 2 : Tapi kenapa? Bukankah kau juga sudah tidak sabar menunggu
semuanya?

TENDIK 1 : Tentu.

TENDIK 2 : Lalu?

TENDIK 1 : Tampaknya kita juga harus berhati-hati. Mana berkasnya?

TENDIK 2 : Ini

TENDIK 1 : Lihat (menunjukkan kertas) data statistik kita dalam memperdaya anak-
anak mulai menurun.

TENDIK 2 : Ya. Tapi semua akan baik-baik saja

TENDIK 1 : Aku jadi khawatir suara itu akan terdengar kembali

TENDIK 2 : Suara? Suara apa?

TENDIK 1 : Suara nyanyian yang berasal dari tempat anak-anak itu lahir. Suara itu
mampu membangkitkan tidur anak-anak bahkan mampu menyadarkan anak-anak itu. Jika suara
itu muncul dan anak-anak mendengarnya. Mereka akan sadar dan mulai mencari asal usul
mereka

TENDIK 2 : Dan jika itu terjadi mereka tak akan lagi dapat kita kuasai?

TENDIK 1 : Ya

TENDIK 2 : Ini tidak akan terjadi. Penjagaan harus di perketat. Beri anak-anak itu
dunia yang lebih banyak. Supaya mereka semakin ingin meraihnya

TENDIK 1 : Kita harus terus mengawasinya. Tapi kita juga harus tetap bersembunyi
SUARA TOKOH 4 TERDENGAR. MUSIK LIR-ILIR PERLAHAN MASUK

Guru… Guru…

TENDIK 1 DAN 2 PANIK

TENDIK 1 : Suara apa itu?

BLACK OUT.

FADE IN.

LAMPU MENYOROTI PANGGUNG YANG DI SET SEPERTI DI SEBUAH KEBUN.


DISANA SEORANG PEREMPUAN TUA SEDANG MENANAM BIBIT TUMBUHAN.
SEMBARI BERSENANDUNG, MUSIK MENGEJAR KATA-KATA PEREMPUAN TUA.
SESEKALI TERSENYUM.

DARI KEJAUHAN TOKOH 4 MASIH TERTIDUR. IA MENGIGAU TENTANG GURUNYA.


LALU TERBANGUN DAN MENYADARI BAHWA KEMATIAN GURUNYA HANYALAH
MIMPI. SESEPUH SEMAKIN KERAS BERSENANDUNG. TOKOH 4 MELIHAT LALU
MENDEKAT.

SESEPUH : (BERJALAN SAMBIL MEMEGANG POT) ono opo, le?

TOKOH 4 : Semua nampak layu

SESEPUH : Kau yang layu

TOKOH 4 : Udara penuh polusi. Tumbuhan tidak lagi bisa menerima udara
bersih
SESEPUH : Tumbuhanku cukup sehat. Dan udara disini cukup segar

TOKOH 4 : Ayolah guru. Bukan itu yang kumaksud

SESEPUH : Lalu apa yang kau maksud? (MELEDEK)

TOKOH 4 : (MENABUR BENIH KE POT) Ya benih-benih yang akan


tumbuh sebagai tanaman ditanah yang terlanjur bercampur kotoran

SESEPUH : Benih yang akan menjadi tanaman subur!

TOKOH 4 : Tidak Guru! Tanaman itu justru penuh dengan racun-racun.


Tanaman itu tumbuh tanpa mengenal tanah tempat bibit mereka ditanam. Lalu setelah dewasa
mereka lupa akan akarnya. Dan mereka tercipta sebagai tumbuhan yang berkompetisi dengan
tumbuhan lain untuk menghasilkan buah yang paling baik supaya bisa dijual

SESEPUH : Loh. Tanaman itu berarti tumbuh subur. Kotoran kan bisa jadi
pupuk

TOKOH 4 : Tapi kotoran yang disini tak bisa jadi pupuk

SESEPUH : Lalu? Jadi apa? Sampah?

TOKOH 4 : Iya

SESEPUH : Lo ya sampah juga bisa didaur lagi supaya manfaat

TOKOH 4 : Sampah disana menutupi tanah-tanah sehingga tanaman tidak


dapat tumbuh

SESEPUH : Kau sudah banyak belajar rupanya

TOKOH 4 : Ayolah Guru. Aku murid Guru satu-satunya sekarang

SESEPUH : Kau harus terus memahaminya. Kau harus terus hidup

TOKOH 4 : Tapi semua sudah berubah Guru. Di negeri yang pernah kau
tinggali puluhan tahun yang lalu, sekarang sudah tercipta tumbuhan-tumbuhan yang benar-benar
layu. Kalaupun ada dari tumbuhan yang bisa berkembang dengan baik dan sehat, maka ia akan
berakhir di tebas
SESEPUH : Aku sudah tidak bisa lagi melihat ke sana. Satu-satunya cara
supaya aku bisa mengawasi tumbuhan-tumbuhan itu hanyalah melalui kau

TOKOH 4 : Dulu ada sebuah ajaran bahwa menjadi seseorang harus bisa
menjadi tauladan, tatkala tengah berjuang harus bisa saling membangkitkan, dan di posisi lemah
harus ada yang selalu memberi dorongan

SESEPUH : Sekarang kau sudah bisa mengingatnya

TOKOH 4 : Dulu Guru juga mengajarkan bahwa sesungguhnya ada dua


penyakit yang tidak dapat disembuhkan kecuali oleh yang menderita penyakit sendiri. Kedua
penyakit itu adalah kikir dan malas

SUARA NYANYIAN LIR-ILIR TERDENGAR

SESEPUH : (TERUS MENANAM)

TOKOH 4 : Sekarang, semua tertidur. Seruan untuk bangun tidak terdengar.


Telinga-telinga mereka dipenuhi kotoran-kotoran kemajuan zaman. Tubuh mereka diikat. Hati
mereka digantung.

SESEPUH : (DIAM)

TOKOH 4 : Apa harus ada yang merubah negeri ini? Siapa yang bisa
merubahnya ketika sosok sepertimu tidak lagi ada Guru?

SESEPUH : Negeri itu tak bisa diubah

TOKOH 4 : Apakah semua kerusakan akan terus tumbuh

SESEPUH : Ubahlah dari dirimu sendiri

TOKOH 4 : Maksud Guru?

SESEPUH : Bersihkan dirimu terus menerus dari belenggu-belenggu

TOKOH 4 : Maksud Guru?


SESEPUH : Negeri itu tidak bisa diubah. Tapi bisa terlahir kembali

TOKOH 4 : Apa yang Guru maksud?

SESEPUH : Kau hanya harus menemukan benih-benih itu. Temukan mereka.


Bersihkan mereka dengan cahaya-cahaya yang ada dihatimu

TOKOH 4 : Guru..

SESEPUH : Hanya kau yang tumbuh dari Rahim kesadaran di zamanmu

TOKOH 4 : Guru..

DENTUMAN TERDENGAR.

SUARA SESEPUH MENGHILANG PERLAHAN. GURU TIBA-TIBA MENGHILANG. DAN


SUARA ANAK-ANAK TERDENGAR. MEREKA MERINTIH.

TOKOH 4 : Guru? Guru dimana? Kenapa aku harus mencari mereka?


Kenapa?

MEREKA BERTERIAK NAMUN SUARA MEREKA HANYA MENJADI GEMA.

TOKOH 4 : Suara apa itu? Kaliankah yang guru maksud? Kaliankah itu?

SETTING PANGGUNG TOKOH 4 BLACKOUT.

FADE IN.

MUSIK BERPINDAH SUASANA. LAMPU BERPINDAH MENYOROTI ANAK-ANAK


YANG TERIKAT.
DISEBUAH RUANG GELAP ANAK-ANAK DISEKAP. RUANG TERSEBUT SEPERTI
RUANG KOSONG YANG HANYA BERISI PERNAK PERNIK MENARIK DAN SERBA
MODERN. LAMPU SEDIKIT REDUP. LALU SALAH SEORANG MENGAWALI BICARA.
IA BERTANYA KEHERANAN, BERTANYA TENTANG KEBERADAAN, DAN DUA
LAINNYA TAK BERTANYA-TANYA KARENA KEBINGUNGAN.

MUSIK SUASANA MASUK. MENGGEREMANG PERLAHAN, MENGIRINGI ANAK-


ANAK YANG MULAI MEMBUKA MULUT.

(SEBUAH BARANG TERJATUH)

TOKOH 1 : Ada apa ini? Kenapa tangan kita diikat?

TOKOH 2 : Hei! (MENOLEH) Emm Saya tidak tahu

TOKOH 3 : Saya serius. Apa ada yang tau ini dimana?

TOKOH 2 : Tidak! Tidak! Belum! Belum!

TOKOH 3 : Tidak ada apa-apa

TOKOH 1 : Stop! Hai sebenarnya ini dimana?

TOKOH 3 : Di sekolah? Di kampus?

TOKOH 2 : Dalam realitas!

TOKOH 3 : Hah? Dimana sebenarnya? Apa maksudnya realitas itu?

TOKOH 1 : Aku tidak tahu

TOKOH 3 : Kenyataan ?

TOKOH 2 : Hei aku semakin tidak mengerti. Dimana sebenarnya kita?

TOKOH 1 : Mungkin kita berada di tempat dimana rahasia belum disingkap,


dimana segala hal ada aturan dan harus ditaati. Segala rasa ingin tahu harap disimpan dalam
kesenyapan

TOKOH 2 : Hei apa kau bilang? (MENUNJUK TOKOH 1)

TOKOH 1 : Bukan aku yang bilang


TOKOH 3 : Tempat ini terlalu sunyi senyap

TOKOH 2 : Ya. Sepi sunyi senyap

TOKOH 3 : Kita berada di alam nyata...(MENOLEH KANAN KIRI)

TOKOH 2 : Hei apakah ini alam nyata?

TOKOH 3 : Jangan banyak tanya! seperti mahasiswa saja

TOKOH 2 : Hey! saya memang mahasiswa! (MELIHAT TOKOH 1)

TOKOH 1 : Saya tidak berkata kamu bukan mahasiswa

TOKOH 2 : (MELIHAT TOKOH 3)

TOKOH 3 : Kau menuduhku? (MENANTANG)

TOKOH 2 : Ah tidak aku hanya sedang melihat-lihat situasi

TOKOH 3 : kenapa semuanya saling curiga

TOKOH 1 : Aku tidak mencurigaimu (MEMANDANG TOKOH 2)

TOKOH 2 : Hei siapa yang kau maksud mencurigai

TOKOH 1 : Kau tadi yang bilang

TOKOH 2 : Hei apa maksudmu?

TOKOH 3 : Sudah. Diam! Kita diikat. Kalian belum saling kenal kok malah
ribut. Belum tau namanya kok ribut. Belum tau persoalannya kok ribut.

TOKOH 1 dan TOKOH 2 : Memang kita kenal?

TOKOH 3 : Ya tidak

TOKOH 1 : Ya sudah

TOKOH 2 : Ya. Sudah

TOKOH 3 : Kalian dari mana?

TOKOH 1 : Saya berasal dari negeri yang berisi boneka-boneka.


TOKOH 2 : Boneka? Pabrik boneka?

TOKOH 1 : Mereka berjalan, mereka bersekolah, mereka bekerja sesuai SOP


pabrik boneka

TOKOH 2 : Sop? Sop buntut?

TOKOH 1 : Bukan!

TOKOH 3 : Standar Operasional Prosedur?

TOKOH 1 : Bukan. Sistem Operasi Penguasa

TOKOH 2 : O.. es o pe (MENGEJA) itu

TOKOH 3 : Sistem Operasi Penguasa. Maksudnya apa?

TOKOH 1 : Ya. Disana semuanya dioperasi. Pendidikan kami dioperasi lalu


organ-organnya diganti oleh kompetisi. Budaya kami dioperasi lalu diganti oleh eksistensi
material. Lahan pekerjaan dioperasi dibangun lahan pengorbanan. Disana semua diciptakan
seragam.

TOKOH 3 : Penguasa? Siapa itu? Siapa mereka? Ayo kita demo. Kita cari
datanya lalu kita pergi. Kita demo

TOKOH 1 : (DIAM)

TOKOH 2 : Siapa yang demo? Siapa?

TOKOH 3 : Heh kau diam dulu!

TOKOH 2 : iya

TOKOH 3 : Kenapa kau diam? (MELIRIK TOKOH 1) Apa disana tidak ada
perlawanan? Apa disana tidak ada perlindungan?

TOKOH 1 : Tidak ada perlindungan bagi akal pikiran yang sudah dibonsai

Tidak ada perlindungan bagi hati nurani

Yang dipanggang diatas tungku api congkak kekuasaan


Tungku api kekuasaan yang halus, lembut, dan kejam

Tak ada perlindungan bagi tubuh

Yang dicabik-cabik dengan pisau beracun

Tak ada perlindungan bagi cita-cita

Yang digoyahkan oleh keputusan sepihak yang dipaksakan

Tak ada perlindungan bagi pikiran

Yang ditempeli topeng-topengyang dirajam, dimanipulasi

Oleh rumusan-rumusan palsu yang memabukkan

Tak ada perlindungan bagi hak kemanusiaan

Yang diranjau

TOKOH 2 : Hei apa kau akan diam saja?

TOKOH 1 : Saya tidak diam. Saya terus mencari perlindungan. Sampai


akhirnya terikat disini. Bersama kalian

TOKOH 3 : Lalu kau? (MENATAP TOKOH 2) Kenapa kau ada disini?

TOKOH 2 : Saya..Saya juga tidak tahu. Mungkin saya tersesat

TOKOH 3 : Kau berasal dari mana?

TOKOH 2 : (KETAKUTAN)

TOKOH 3 : Kenapa kau tiba-tiba ketakutan? Bukankah daritadi kau yang


paling semangat?

TOKOH 2 : (DIAM)

TOKOH 3 : Hei.. kenapa kau diam?

TOKOH 1 : Bicaralah. Disini kita bebas berbicara apapun. Meskipun kita


sedang terikat dan tidak tahu karena siapa. Kita harus mengenal satu sama lain supaya kita bisa
berjalan bersama di jalan…
TOKOH 3 : Yang sesat..

TOKOH 2 : Saya berasal dari negeri yang dipenuhi ketakutan. Sedari kecil
sekolah kami mengajarkan tentang kewajiban untuk harus selalu benar sehingga kami takut
untuk salah. Generasi kami adalah generasi pertanyaan-pertanyaan dan bukan generasi yang
menyiapkan segala jawaban.

TOKOH 3 : Apa disekolahmu gelap dan penuh lorong-lorong yang bisa


membuat pusing?

TOKOH 2 : Tidak. Justru disana cahaya-cahaya amat terang. Terang oleh


gedung-gedung dan kendaraan-kendaraan.

TOKOH 3 : Tetapi kau belajar dengan baik, kan? Apa ilmu yang kau dapat
tidak bisa menjadi keberanian?

TOKOH 2 : Panggung dan meja-meja birokrasi pintar mengelabui

Mesin pembodoh disangka bangku sekolah

Ladang-ladang peternakan disangka rumah pendidikan

Mulut dibungkam, mata menangis darah

TOKOH 1 : Kau tak perlu takut lagi disini. Meskipun kita tidak tahu sedang
berada dimana, namun setidaknya kita akan terus bersuara bersama-sama

TOKOH 3 : Ya. Aku setuju! Kita akan tetap bersuara dalam ketersesatan ini.
Kita menyuarakan itu semua. Sama halnya dengan dunia tempat saya berasal. Saya berasal dari
dunia bernama kampus dimana kita harus menyuarakan segala kebesaran

TOKOH 1 : Hei! (MENOLEH KE TOKOH 3) Lalu apa kau juga lari ke sini?

TOKOH 3 : Tidak

TOKOH 2 : Apa kau juga ketakutan?

TOKOH 3 : Tidak sama sekali

TOKOH 2 : lalu?
TOKOH 3 : Sebelum saya kesini saya sedang berdemo kepada mahasiswa.
Mereka terlalu sembrono jadi mahasiswa. Mereka nakal. Nakal soal politik, nakal intelektual,
nakal kultural, bahkan ada yang nakal seksual. Seharusnya mereka itu yang lurus-lurus saja jadi
mahasiswa. Mengurus SKS kemudian kuliah pulang kuliah pulang itu kan beres. Pasti cita-cita
akan tercapai. Rektor dan dekan sebagai mobilisator jangan sampai dikasih tantangan. Dosen
biarkan menjadi motivator, mahasiswa tidak usah sok sokan jadi kompor. Lha semua mahasiswa
pada sembrono dengan kampus ya saya demo mahasiswanya!

TOKOH 2 : Heh… Apa kamu punya masa?

TOKOH 3 : Jelas punya. Meski semua menentang hal ini

TOKOH 1 : lalu sekarang mereka dimana? Kenapa tidak tersesat disini?

TOKOH 3 : Mereka sedang kujadikan contoh untuk mahasiswa-mahasiswa


yang sembrono tadi. Mereka sedang membuat karya ilmiah dengan data faktual, metodologi
yang tepat, dan analisis yang cocok, serta membuat biaya penelitian yang dibikin membengkak

TOKOH 2 : Lalu kenapa kau bisa terdampar disini?

DENTUMAN TERDENGAR.

MUSIK BERPINDAH SUASANA. DI PANGGUNG LAMPU MENYOROT DUA ORANG


SEDANG BERBICARA.

TENDIK 1 : Apa rencana kita selanjutnya

TENDIK 2 : Biarkan mereka terikat

TENDIK 1 : Kita tak boleh terlihat. Kita harus main bersih

TENDIK 2 : Mereka aman oleh penjaga

TENDIK 1 : Bagus! Sekarang dimana penjaga?

TENDIK 2 : Penjaga! Dimana kau


PENJAGA BERLARI

PENJAGA : Iya! Siap!

TENDIK 1 : Bagaimana mereka

PENJAGA : aman bos!

TENDIK 2 : Kau benar-benar menjaganya, kan?

PENJAGA : Siap! Tentu saya menjaga.

TENDIK 1 : Kalau sampai kau lengah dan mereka lepas, kau akan tanggung
akibatnya

TENDIK 2 : Mereka adalah gejolak yang berbahaya. Jika mereka dibiarkan


mereka akan menularkan gejolak-gejolak itu. Lalu semua akan kacau karena berhasil bergejolak

TENDIK 1 : Maka dari itu kau harus benar-benar mengawasi mereka

TENDIK 2 : Mereka adalah bagian dari anak-anak yang harus tenggelam oleh
arus zaman. Karena gejolak mereka mampu membuat mereka selamat dari godaan arus zaman

TENDIK 1 : Sedikit saja kau biarkan orang masuk. Maka nyawamu sebagai
gantinya

PENJAGA : Siap! Saya akan mengawasi..mengawasii.. nah seperti ini


(MELOTOT)

TENDIK 1 : Terserah bagaimana kau menjaganya

PENJAGA : Siap!

TENDIK 2 : Sekarang apa rencana kita selanjutnya?

TENDIK 1 : Kita segera rapatkan barisan. Bulan depan akan ada rapat
nasional mengenai sistem kurikulum untuk anak-anak. Nampaknya sekarang diperketat. Anak-
anak sudah berani muncul dan melawan. Kurikulum harus dibuat lebih kaku
TENDIK 2 : Buat anak-anak itu sibuk. Seolah-olah belajar terus menerus
sampai mereka lelah. Tubuh mereka lemas, lalu malas, dan lama kelamaan akan apatis. Disitulah
kita bisa membunuh sikap kritis mereka

TENDIK 1 : Dengan itu mereka tak akan sadar dengan sistem kurikulum yang
kita ikut menyusunnya. Mereka hanya menyadari bahwa semua harus dijalani

TENDIK 2 : hahaha anak-anak itu akan mati

TENDIK 1 : (TERTAWA)

PENJAGA : hahaha yayaya hahaha

TENDIK 1 DAN 2 MELIRIK PENJAGA

PENJAGA : Siap!

TENDIK 1 DAN 2 DIAM

PENJAGA : Siap!

TENDIK 1 DAN 2 : Hahahaha…

PENJAGA : Tapi tadi sempat ada suara teriakan yang memanggil anak-anak
itu

TENDIK 1 : Suara?

PENJAGA : Iya

TENDIK 2 : Apa memang sedang ada yang mencari anak-anak itu? Apa anak-
anak itu akan segera sadar?

TENDIK 1 : Tidak. (KEPADA PENJAGA) apa mereka mulai meronta-ronta ?

PENJAGA : Tentu. Mereka mulai saling curiga


TENDIK 1 : Bagus! Setelah Ini biar kita menuju proses selanjutnya. Penjaga
akan memberi mantra. Mereka akan semakin lupa dan yang ada dipikiran mereka hanyalah
keinginan mereka. Lalu kita goda keinginan mereka dengan kemauan kita. Dengan begitu
mereka akan semakin asik dengan keinginan mereka. Lalu mereka akan saling jegal haha

TENDIK 2 : Saling jegal?

TENDIK 1 : Ya. Biarkan anak-anak itu saling jegal. Kita hampir ketahuan.
Ingat, kita harus main aman. Untuk melanjutkan misi biarkan anak-anak itu jadi korban.

TENDIK 2 : Jika itu keputusanmu aku akan ikut. (MELIRIK PENJAGA)

PENJAGA : Siap! Saya juga siap!

TENDIK 1 : Aku serahkan semua padamu penjaga. Buat mereka tidak sadar
sampai mereka saling jegal

PENJAGA : Serahkan kepada saya haha

TENDIK 2 : Tidak aka nada yang bisa meloloskan anak-anak itu

TENDIK 1 : Dan jika ada yang berani menyadarkan anak-anak, siapapun itu
harus kita singkirkan. Harus kita binasakan hahaha

SUARA TAWA TENDIK 1, 2, DAN PENJAGA SEMAKIN MENGGEMA.

LALU PELAN-PELAN HILANG.

LAMPU MULAI REDUP. TOKOH 4 MUNCUL DI PANGGUNG YANG LAIN DENGAN


WAJAH KEBINGUNGAN. IA BERJALAN TERSEOK-SEOK MENCARI ANAK-ANAK
ITU. IA BERTERIAK SEOLAH MEREKA MENDENGAR. MUSIK MENGIRI SUASANA.
SEMAKIN DALAM SAMPAI LAMPU FADE OUT.

SUARA LIRIH TOKOH 4 MASIH SAMAR-SAMAR TERDENGAR.

TOKOH 4 : hidup adalah mendaki pundak manusia-manusia lain


Hari depan ialah, menyuap, disuap, menyuap, disuap

Matahari terbit berarti sarapan janji

Matahari mengufuk berarti dikeloni janji

Pagi bangkit, semua ditidurkan

Hari bertiup, semua dininabobokan

Kaum cerdik cendekia suntuk

Menacari permaafan atas segala kebobrokan

Ilmuwan sibuk merakit teori-teori keamanan

Para penyair pahlawan berkembang menjadi pengemis

TOKOH 4 MULAI BERAT SUARANYA. NAMUN IA TETAP TERUS BERJALAN. IA


MELIHAT KE DEPAN, KE SAMPING, DAN KE BELAKANG BERHARAP ADA YANG
DIA TEMUI UNTUK BERTANYA.

MUSIK TEGANG. LANGKAH TOKOH 4 MULAI MELAMBAT.

TOKOH 4 : Apa kalian sedang bersembunyi? Atau kalian disembunyikan?


Dimana kalian?

TERDENGAR SUARA LIRIH

TOKOH 4 : Ya? Kaliankah itu? Ya! Berteriaklah. Akan saya datangi kalian.
teruslah berteriak!
SUARA ITU SEMAKIN LAMA SEMAKIN HILANG. DARI ARAH BELAKANG
SESEORANG BERKELEBAT MENYEKAP TOKOH 4. TOKOH 4 BERTERIAK.

BLACK OUT.

FADE IN DI PANGGUNG TEMPAT ANAK-ANAK ITU TERIKAT. SEMAKIN LAMA


SEMAKIN HILANG SUARA TOKOH 4. MUSIK MENGHENTAK KARENA SITUASI
ANAK-ANAK YANG MULAI TIDAK TERKONTROL.

TOKOH 2 : Hei jangan kau tarik-tarik terlalu kencang. Tanganku sakit

TOKOH 1 : Ya kau jangan banyak gerak. Tanganku juga mulai sakit

TOKOH 3 : Lalu sampai kapan kita begini terus?

TOKOH 2 : Sampai..

TOKOH 1 : Tidak tahu

TOKOH 3 : Ayo kita tarik saja. Siapa tau ikatan ini bisa lepas

TOKOH 3 MENCOBA MENARIK IKATAN LALU BERLARI KELUAR DARI TEMPAT


ITU. NAMUN TERPENTAL. IA COBA BERULANG-ULANG NAMUN TETAP SAJA
GAGAL.

TOKOH 1 : Tidak semudah itu. Ini bukan persoalan tali dan ruangan ini yang
mengikat kita secara fisik

TOKOH 3 : Maksudmu?

TOKOH 2 : Hei apa maksudmu?

TOKOH 1 : Kita harus mempunyai kesadaran bahwa meskipun kita lepas dari
ikatan ini, belum tentu kita bisa keluar dari tempat ini. Tempat yang kita tidak tahu batas-
batasnya. Lalu meskipun kita bisa keluar dari tempat ini, belum tentu kita akan aman dan bisa
bersuara lantang

TOKOH 3 : Maksudmu? Ini sudah terencana?

TOKOH 2 : Siapa pelakunya?

TOKOH 1 : Saya tidak bilang ini rencana yang sengaja dibuat oleh seorang
atau sekelompok atau bahkan dunia global. Saya hanya mengajak kalian menyadari apapun yang
selama ini ada disekitar kita. Ingat lagi tentang Sistem, aturan, dan segala hal tentang kehidupan
kita dalam belajar. Bukankah kita menyuarakan apa yang harusnya kita suarakan?

TOKOH 3 : Aku hanya menyuarakan hak

TOKOH 2 : Aku hanya takut kalau aku tidak jujur terhadap diriku

TOKOH 1 : Aku hanya tak ingin selalu menjadi objek kesalahan

TOKOH 3 : Aaaaa (SUARANYA MENINGGI) Tapi aku tidak percaya akan


ada yang menolong kita. Kita harus memaksa ikatan ini putus. Kita harus memperjuangkan apa
yang menurut kita harus lakukan. (BERTERIAK SAMBIL MERONTA-RONTA)

TOKOH 2 : (MERONTA-RONTA)

TOKOH 1 : Stop! Stop! Jangan diteruskan sudah!

TOKOH 3 DAN TOKOH 2 TERUS MENARIK DIRI BERHARAP IKATANNYA LEPAS.


SEDANGKAN TOKOH SATU TERUS BERTERIAK BAHWA TINDAKAN ITU ADALAH
PERCUMA.

TOKOH 1 : Hentikan! Atau salah satu dari kita akan tersakiti! Hanya kita
yang masih perduli dengan suara-suara hati! Jangan ada keegoisan!
SITUASI SEMAKIN KACAU. TOKOH 2 DAN TOKOH 3 SEMAKIN MERONTA. TOKOH 1
BERTERIAK SEJADI-JADINYA. MUSIK MENGIKUTI KEKACAUAN ITU. SITUASI
KALUT.

TIBA-TIBA SUARA ORANG TERTAWA MUNCUL LALU MENYEKAP KEPALA ANAK-


ANAK ITU DENGAN KAIN HITAM. ANAK-ANAK ITU BERGEJOLAK. MEREKA TERUS
MENCOBA, NAMUN GAGAL.

TOKOH 2 : Hei siapa ini? Siapa kau? Kenapa kalian ikat kami? Kenapa
kalian menutup kepala kami?

TOKOH 3 : Siapa ini! Cepat katakana!

TOKOH 1 : Apa salah kami?

PENJAGA : Hahaha kalian tidak perlu banyak tanya

TOKOH 3 : Lepaskan kami!

PENJAGA : Hahaha semakin kalian berusaha melepas semakin kencang


ikatan itu. Ikatan itu terbuat dari arus kemajuan zaman. Ikatan itu merupakan formula untuk
anak-anak seperti kalian. Maka merontalah semakin keras supaya kalian semakin lupa terhadap
leluhur kalian Hahaha

TOKOH 2 : Apa salah kami! Kami hanya seorang anak yang ingin melakukan
atas apa yang diri kami yakini

PENJAGA : Cukup pintar! Oleh karena itu kepala kalian dibungkus dengan
kain hitam berisi kurikulum yang memabukkan. Dengan itu kalian akan menurut dengan semua
sistem dan aturan yang ada Haha. Pikiran kalian akan mati! Hanya tubuh kalian yang masih
hidup ditangan kami!

TOKOH 2 : Tidak! Tidak mungkin! kami hanya anak-anak yang haus akan
panutan

TOKOH 1 : Kami hanya anak-anak yang ditinggalkan oleh kejayaan masa


lalu. Kami di anak tirikan kemajuan.
TOKOH 3 : Dan sekarang akal, tubuh, dan pikiran kami kalian eksploitasi

TOKOH 2 : Tidak! Kemana hai engkau para panutan kami. Siapa yang kami
percaya? Kami harus menurut kepada siapa? Siapa?! Siapa!

PENJAGA : Hahaha

TOKOH 3 : Apa ini yang kau sebut kami perusak generasi? Apa ini sebab
kalian menyalahkan kami, seorang anak-anak yang ditinggalkan warisan kebobrokan? Apa ini
salah kami?

TOKOH 1 : Dimana kau berada? Guru-guru? Panutan-panutan yang


seharusnya menolong kami? Kemana? Dimana kalian sekarang? Dimana letak kebenaran yang
harus kami pegang? Dimana?

PENJAGA : Hahaha

SUARA ANAK-ANAK ITU MELEMAH. MEREKA KEHABISAN TENAGA. GELIAT

TUBUH MEREKA TAK LAGI BISA DILIHAT. API SEMANGAT MEREKA MENGECIL

DAN HAMPIR PADAM.

DENTUMAN TERDENGAR. PENJAGA MEMBUNYIKAN LONCENG KE TELINGA


ANAK-ANAK. MUSIK SEMAKIN TEGANG.

PENJAGA MEMBACA MANTRA

PENJAGA : (terserah manto)

SIMBOL-SIMBOL MULAI MENGGODA ANAK-ANAK ITU. DI MULAI DARI TOKOH 3


LALU TOKOH 1 DAN TERAKHIR TOKOH 2. MEREKA MEMILIH DUNIANYA MASING-
MASING. MEREKA MEMEGANGI, MEMELUK, DAN MENCIUMI SIMBOL YANG
MEREKA PILIH. SESEKALI MEREKA BERSENGGOLAN LALU BERTENGKAR DAN
ASIK KEMBALI DENGAN SIMBOL MEREKA. PENJAGA SEMAKIN SENANG KARENA
MANTRANYA BERHASIL. ANAK-ANAK SEMAKIN TERLENA.

TIBA-TIBA MUSIK LIR-ILIR PERLAHAN MASUK. PENJAGA PANIK. LONCENG


BERBUNYI. ANAK-ANAK MULAI TERSADAR NAMUN BUNYI LONCENG MEMBUAT
MEREKA TERSIKSA. SUARA NYANYIAN YANG PERLAHAN MENYADARKAN
NAMUN SUARA LONCENG MEMBUAT MEREKA TERUS ASIK DENGAN DUNIANYA.
ANAK-ANAK TERUS MERONTA. TUBUHNYA TIDAK BISA MENGENDALIKAN.
MEREKA SALING BERSINGGUNGAN. MEREKA MENDORONG SATU SAMA LAIN.
MUSIK SEMAKIN KACAU. ANAK-ANAK ITU SALING BUNUH.

PENJAGA : Hahaha kalian binasa.. kalian binasa…

TENDIK 2 & 1 MUNCUL DENGAN PAKAIAN SERBA HITAM. SUARA MEREKA


MENGGEMA. MEREKA TERTAWA.

PENJAGA PANIK. IA MENYIAPKAN SENJATA UNTUK MEMUKUL ORANG YANG


MEMAKAI PAKAIAN SERBA HITAM. IA TERINGAT PESAN TENDIK BAHWA TIDAK
BOLEH ADA YANG MENGETAHUI ANAK-ANAK ITU BERADA.

TENDIK 1 DAN 2 : Hahaha

PENJAGA : Rasakan ini! (MELEMPAR PUKULAN)

TENDIK 1 : Hentikan!

PENJAGA : Mampus kalian!

TENDIK 2 : Hentikan!
PENJAGA TERUS MEMUKULI TENDIK SAMPAI TAK BERDAYA DAN MATI.
PERLAHAN IA MEMBUKA PAKAIAN ITU. DAN IA BARU MENYADARI BAHWA
YANG IA BUNUH ADALAH TENDIK

PENJAGA : Tidak! Tidak! Tidak! Bukan aku. Bukan aku yang membunuh
mereka. Bukan aku. Aku hanya disuruh menjaga. Aku hanya sedang menjaga. Ya aku tidak
membunuh mereka! (KETAKUTAN) aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya sedang menjaga!
(BERJALAN MONDAR-MANDIR) siapa yang membunuhnya? Siapa? (MULAI TERTAWA)
hahaha siapa haha bukan aku hahaha bukan aku yang membunuh mereka. Aku hanya sedang
menjaga anak-anak dari mereka

PENJAGA BERJALAN. MENCARI SENJATA YANG TADI IA GUNAKAN UNTUK


MEMBUNUH TENDIK. IA TERSUNGKUR

PENJAGA : Bukan aku yang membunuhnya!

PENJAGA MENUSUKKAN SENJATA KE TUBUHNYA. MUSIK MULAI MENGIKUTI


SUASANA. PERLAHAN TEMBANG ILIR-ILIR MULAI MEMUNCAK. MUSIK SYAHDU
MENGIRI KEMATIAN ANAK-ANAK ITU.

LAMPU FOKUS KE TOKOH 4. IA BERTERIAK MENCARI ANAK-ANAK ITU.


TUBUHNYA TERIKAT DI SEBUAH KURSI.

TOKOH 4 : Kemana anak-anak kita itu


Anak-anak yang dilahirkan oleh seluruh bangsa ini
dengan keringat, luka, darah dan kematian
Anak-anak yang dilahirkan oleh sejarah
dengan air mata tiga setengah abad
Kemana anak-anak itu
Siapa yang menyembunyikan mereka
Siapa yang menculik mereka
Siapa yang meracuni dan membuang mereka

DI PANGGUNG BAGIAN DEPAN MUNCUL BAYANGAN ANAK-ANAK KECIL


SEDANG BERMAIN. DI SANA SESEPUH MUNCUL. WAJAHNYA SUMRINGAH
MELIHAT ANAK-ANAK CERIA.

Anak-anak yang bernama kemerdekaan


Anak-anak yang bernama hak makhluk
dan harkat kemanusiaan
Anak-anak yang bernama cinta kasih sesama
Anak-anak yang bernama indahnya kesejahteraan
Anak-anak yang bernama keterbukaan dan kelapangan

Anak-anak itu tunggang langgang


Anak-anak itu diserbu oleh rasa takut yang mencekam
Anak-anak itu bertiarap ke bawah semak-semak zaman
Anak-anak itu ngumpet dibalik kegelapan

ANAK-ANAK SEMAKIN CERIA BERMAIN. TAWA MEREKA DISAMBUT SENYUM

SUMRINGAH DARI SESEPUH. TOKOH 4 SEMAKIN TAK SANGGUP MENAHAN AIR

MATANYA. IA MERASA GAGAL MENEMUKAN ANAK-ANAK ITU. YANG IA

TEMUKAN ADALAH KEMATIAN. IA TERSUNGKUR.

ANAK-ANAK YANG SEDANG BERMAIN PERLAHAN MENGHILANG. HANYA ADA

SESEPUH YANG MULAI BERBICARA.


SESEPUH : Kematian bukanlah tragedi
kecuali jika kita curi dari Tuhan
hak untuk menentukannya
Nyawa badan
Nyawa rohani
Nyawa kesadaran

Tuhan sangat bersungguh-sungguh dalam mengurusi


setiap tetes embun yang Ia tampung di sehelai daun
Tuhan menyayangi dengan separuh hati-Nya
setiap titik debu yang menempati persemayaman-Nya

Anak-anakku…

MUSIK SEMAKIN TINGGI SAMPAI PADA TITIK PUNCAKNYA. TOKOH 4

SEMAKIN TERSUNGKUR. SESEPUH MULAI BERSENANDUNG TEMBANG

ILIR-ILIR. MUSIK MENGIRINGI. SEMAKIN TINGGI MUSIK SEMAKIN SYAHDU.

SESEPUH : Kemana anak-anak itu pergi?

LAMPU BLACK OUT. MUSIK SEMAKIN KERAS.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai