Kemana Anak-Anak Itu Bismillah
Kemana Anak-Anak Itu Bismillah
Naskah Ini Terinspirasi dari Puisi serta karya Emha Ainun Nadjib lainnya.
(MONOLOG)
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi (MENUNJUK KE ARAH DEPAN)
Nak..nak…nak kalian mau kemana? (MENGEJAR) ini mainan kalian, ini dunia kalian, ini
kehidupan kalian. nak… kenapa kalian pergi? Kemana kalian akan menuju? Kalian belum
saatnya mengenal dunia asing. Bermainlah, belajarlah, dan tumbuhlah dengan keceriaan kalian
Nak…nak..apa kalian ingin tumbuh dengan cepat? Apa kalian akan segera besar? Apa kalian
akan melupakan keceriaan kalian?
Nak…
Sesepuh : Tidak, le
Sesepuh : (duduk)
Tokoh 4 : Ini hasil dari kebun, Guru. Hanya sedikit hari ini
Sesepuh : Tidak, le. Ambilkan saja buah itu (menunjuk hasil kebun)
Sesepuh : Buah selalu tumbuh mengikuti irama Alam. Ia tak pernah mecoba
menjadi yang lain. Buah ini tak tumbuh di tempat yang tidak seharusnya. Sekarang, coba rasakan
angin di sini (memejamkan mata).
Tak hanya kau tapi buah ini juga merasakannya, kan? Buah tumbuh dari benih, lalu berbunga di
kemudian hari dan berbuah sebelum mati. Lalu akan seperti itu untuk menghidupi makhluk
lainnya
Sesepuh : Ya, kau itu. Aku masih ingat dulu saat pertama aku menggendongmu,
saat negeri masih berjuang untuk merdeka. Aku hidup sebatang kara setelah semua kepunyaanku
habis. Keluarga, sekolah, dan anak-anakku. Lalu aku menemukanmu dengan mainan yang kau
pegang erat. Tanganmu mengepal dan kau menangis. Anak-anak seumuranmu di culik dijadikan
pelayan. Aku bersyukur bisa membawamu ke sini
Tokoh 4 : Guru…
Sesepuh : Kau harus bisa berjalan sendiri. Gurumu sudah terlalu tua untuk
menemanimu
Sesepuh : Namamu Hajar, maka kau harus kuat, kau harus tahan dari segala
tantangan. Akan banyak godaan dari arus zaman. Aku yakin kau akan menemukan bibit-bibit
yang akan meneruskanmu
Tokoh 4 : Cukup Guru. Hajar tidak ingin Guru membicarakan ini lagi. Kita akan
hidup di sini saja dan seterusnya
Sesepuh : Tidak. Kau tak boleh terus bersembunyi. Cukup aku saja yang
menyembunyikanmu. Kau harus keluar dari sini. Temui orang-orang. Ajak mereka mengenali
sejarah masa lalunya
Sesepuh : Tidak, Le. Kau harus tahu, berapa ratus anak-anak yang akan lahir dari
kemerdekaan nanti. Kau harus bisa berjalan bersama mereka. Kau akan menjadi Guru bagi
mereka. Kau harus membersamai mereka. Hari esok adalah milikmu, Le. Kau harus terus
memahami itu
Sesepuh : Le, kau lihat kan sekarang. Sekolah-sekolah di negeri sudah tidak ada.
Hanya tertinggal gedung-gedung kosong dengan anak-anak yang berwajah linglung.
Tokoh 4 : (diam)
Sesepuh : (tersenyum)
KEDUANYA DIAM
Tokoh 4 : Ah sudah lah Guru. Lebih baik guru bersenandung saja. Hajar sedang
tidak ingin membahas itu
Sesepuh : (tertawa meledek) kau selalu minta Guru bersenandung ketika jengkel
BLACK OUT.
FADE IN
LAMPU MENYOROT DARI SETTING POTRET SATU KE YANG LAIN. MUSIK MULAI
MENGGEMA. TOKOH 1, 2, DAN 3 SIBUK DENGAN URUSANNYA. LAMPU MENYALA
DI TIGA TITIK. MEREKA TERUS SIBUK DENGAN DIRINYA. PERLAHAN DUA TITIK
REDUP. LAMPU FOKUS KE TITIK TOKOH 1.
(POTRET KISAH)
TOKOH 1 : Iya Bu
TENDIK 1 : Lalu kenapa kau datang kesini dengan memakai pakaian yang
tidak sesuai? Ini lingkungan pendidikan. Kau harus patuhi itu
TOKOH 1 : Maaf, Bu. Saya kan hanya ingin belajar, bukan untuk bergaya
atau pamer fashion. Setahu saya belajar itu hanya membutuhkan niat, kemauan, dan ketulusan
hati, Bu.
TENDIK 1 : Justru karena kamu calon pendidik kamu harus belajar lebih
banyak tentang apa itu guru. Karena kamu nanti akan digugu lan ditiru oleh murid-muridmu.
Lagian ini juga lembaga pendidikan. Maka aturan ya aturan. Belajarlah menghargai aturan
TENDIK 1 : Ibu sudah pernah seumuran kamu, jadi Ibu tahu pola pikirmu.
Lembaga pendidikan haruslah mengedepankan aspek etika, moral, dan pertumbuhan anak-anak
didik. Lembaga pendidikan tak boleh hanya mengedepankan unsur fisik tapi kualitas
kemanusiaannya. Jika kau terus berpakaian seperti seorang pegawai seperti ini, maka …
TOKOH 1 : Saya memang akan pergi. Tapi saya tidak akan berlaku tidak jujur
terhadap diri saya. Terhadap tubuh, akal, dan pikiran saya yang punya otoritas untuk memilih
TENDIK 1 : Silakan saja. Kau masih mahasiswa jadi sebaiknya kau nurut
TOKOH 1 : Kelak jika saya menjadi seorang guru, hal pertama yang akan
saya ajarkan ke anak didik saya adalah ilmu kemanusiaaan
TENDIK 1 : Pergi!
PENJAGA DATANG
MUSIK MUNCUL.
(POTRET KISAH)
TENDIK 2 : Apa yang kau lakukan selama ini? Apa kau tidak serius belajar?
TOKOH 2 : (diam)
TENDIK 2 : Hei kau dengar apa kata Ibu, kan? Semua ujianmu bahkan tak
pantas untuk dinilai. Jawabanmu terlalu bertele-tele. Terlalu
panjang dan tidak jelas. Ibu malas untuk menilainya!
TOKOH 2 : Saya…
TENDIk 2 : Jawab yang jelas. Katanya calon pendidik. Calon pendidik tidak
kok ragu
TOKOH 2 : Saya selalu mengikuti pembelajaran Ibu sesuai apa yang Ibu
sampaikan
TENDIK 2 : Iya tapi jawabanmu salah. Semuanya tidak ada yang benar
TENDIK 2 : Asal kau tahu ya. Kalau sampai kau ketahuan yang lainnya. Kau
akan dilaporkan
TENDIK 2 : Asal kau tahu ya. Semua kampus terus berkompetisi mencetak
generasi yang dapat berkuasa. Jadi kalau anak sepertimu
dipertahankan ya kampus akan kelihatan belangnya. Kau harus
ingat. Kampus ini terkenal karena piala-pialanya
TENDIK 2 : Sudah Sudah, Ibu tidak mau darah tinggi Ibu kumat gara-gara
jawabanmu yang rumit dan panjang. Ibu malas
TOKOH 2 : (diam)
TOKOH 2 : Bu…
FADE IN.
Baiklah.
(menutup telepon)
TENDIK 1 : Hahaha aku cukup puas. Katanya, di negeri luar sana anak-anak di tipu
oleh teori-teori para ilmuwan dan hari ini kita berhasil menjaring anak-anak lagi. Mereka semua
sangat mudah kita hipnotis
TENDIK 2 : Benar sekali! Mereka harus lupa dengan asal muasalnya. Kita akan terus
beri mereka kebahagiaan berupa dunia yang mengasikkan hahaha
TENDIK 1 : Setelah mereka asik dengan dunia mereka, kita akan lebih mudah
menggerakkan mereka. Kita ajak mereka menguasai negeri ini. Lalu kita akan tunggu negeri-
negeri lain yang juga sudah di kuasai teman-teman kita
TENDIK 1 : Sekarang mereka mulai di kuras ingatannya di ruang gelap itu. Ingatan
mereka tentang cerita asal muasal mereka namun mereka tak sadar bahwa apa yang mereka
bicarakan sudah kita atur
TENDIK 2 : Tempat itu, ikatan itu, dan pernak-pernik di sana akan membuat mereka
kebingungan
TENDIK 1 : Benar. Mereka seolah-olah bisa memberontak tapi tetap saja mereka
tidak akan pernah bisa melawan. Karena apa yang ada di sana adalah ketakutan mereka sendiri
TENDIK 2 : Hahaha dengan begitu mereka akan mudah tergoda. Mereka akan
menentukan dunia mereka sendiri. Dan tidak ada yang bisa menyadarkan mereka
TENDIK 2 : Aku sudah tidak sabar melihat anak-anak itu menguasai dunia mereka
haha
TENDIK 2 TERTAWA NAMUN TENDIK 1 HANYA DIAM
TENDIK 1 : Tapi..
TENDIK 2 : Tapi kenapa? Bukankah kau juga sudah tidak sabar menunggu
semuanya?
TENDIK 1 : Tentu.
TENDIK 2 : Lalu?
TENDIK 2 : Ini
TENDIK 1 : Lihat (menunjukkan kertas) data statistik kita dalam memperdaya anak-
anak mulai menurun.
TENDIK 1 : Suara nyanyian yang berasal dari tempat anak-anak itu lahir. Suara itu
mampu membangkitkan tidur anak-anak bahkan mampu menyadarkan anak-anak itu. Jika suara
itu muncul dan anak-anak mendengarnya. Mereka akan sadar dan mulai mencari asal usul
mereka
TENDIK 2 : Dan jika itu terjadi mereka tak akan lagi dapat kita kuasai?
TENDIK 1 : Ya
TENDIK 2 : Ini tidak akan terjadi. Penjagaan harus di perketat. Beri anak-anak itu
dunia yang lebih banyak. Supaya mereka semakin ingin meraihnya
TENDIK 1 : Kita harus terus mengawasinya. Tapi kita juga harus tetap bersembunyi
SUARA TOKOH 4 TERDENGAR. MUSIK LIR-ILIR PERLAHAN MASUK
Guru… Guru…
BLACK OUT.
FADE IN.
TOKOH 4 : Udara penuh polusi. Tumbuhan tidak lagi bisa menerima udara
bersih
SESEPUH : Tumbuhanku cukup sehat. Dan udara disini cukup segar
SESEPUH : Loh. Tanaman itu berarti tumbuh subur. Kotoran kan bisa jadi
pupuk
TOKOH 4 : Iya
TOKOH 4 : Tapi semua sudah berubah Guru. Di negeri yang pernah kau
tinggali puluhan tahun yang lalu, sekarang sudah tercipta tumbuhan-tumbuhan yang benar-benar
layu. Kalaupun ada dari tumbuhan yang bisa berkembang dengan baik dan sehat, maka ia akan
berakhir di tebas
SESEPUH : Aku sudah tidak bisa lagi melihat ke sana. Satu-satunya cara
supaya aku bisa mengawasi tumbuhan-tumbuhan itu hanyalah melalui kau
TOKOH 4 : Dulu ada sebuah ajaran bahwa menjadi seseorang harus bisa
menjadi tauladan, tatkala tengah berjuang harus bisa saling membangkitkan, dan di posisi lemah
harus ada yang selalu memberi dorongan
SESEPUH : (DIAM)
TOKOH 4 : Apa harus ada yang merubah negeri ini? Siapa yang bisa
merubahnya ketika sosok sepertimu tidak lagi ada Guru?
TOKOH 4 : Guru..
TOKOH 4 : Guru..
DENTUMAN TERDENGAR.
TOKOH 4 : Suara apa itu? Kaliankah yang guru maksud? Kaliankah itu?
FADE IN.
TOKOH 3 : Kenyataan ?
TOKOH 3 : Sudah. Diam! Kita diikat. Kalian belum saling kenal kok malah
ribut. Belum tau namanya kok ribut. Belum tau persoalannya kok ribut.
TOKOH 3 : Ya tidak
TOKOH 1 : Ya sudah
TOKOH 1 : Bukan!
TOKOH 3 : Penguasa? Siapa itu? Siapa mereka? Ayo kita demo. Kita cari
datanya lalu kita pergi. Kita demo
TOKOH 1 : (DIAM)
TOKOH 2 : iya
TOKOH 3 : Kenapa kau diam? (MELIRIK TOKOH 1) Apa disana tidak ada
perlawanan? Apa disana tidak ada perlindungan?
TOKOH 1 : Tidak ada perlindungan bagi akal pikiran yang sudah dibonsai
Yang diranjau
TOKOH 2 : (KETAKUTAN)
TOKOH 2 : (DIAM)
TOKOH 2 : Saya berasal dari negeri yang dipenuhi ketakutan. Sedari kecil
sekolah kami mengajarkan tentang kewajiban untuk harus selalu benar sehingga kami takut
untuk salah. Generasi kami adalah generasi pertanyaan-pertanyaan dan bukan generasi yang
menyiapkan segala jawaban.
TOKOH 3 : Tetapi kau belajar dengan baik, kan? Apa ilmu yang kau dapat
tidak bisa menjadi keberanian?
TOKOH 1 : Kau tak perlu takut lagi disini. Meskipun kita tidak tahu sedang
berada dimana, namun setidaknya kita akan terus bersuara bersama-sama
TOKOH 3 : Ya. Aku setuju! Kita akan tetap bersuara dalam ketersesatan ini.
Kita menyuarakan itu semua. Sama halnya dengan dunia tempat saya berasal. Saya berasal dari
dunia bernama kampus dimana kita harus menyuarakan segala kebesaran
TOKOH 1 : Hei! (MENOLEH KE TOKOH 3) Lalu apa kau juga lari ke sini?
TOKOH 3 : Tidak
TOKOH 2 : lalu?
TOKOH 3 : Sebelum saya kesini saya sedang berdemo kepada mahasiswa.
Mereka terlalu sembrono jadi mahasiswa. Mereka nakal. Nakal soal politik, nakal intelektual,
nakal kultural, bahkan ada yang nakal seksual. Seharusnya mereka itu yang lurus-lurus saja jadi
mahasiswa. Mengurus SKS kemudian kuliah pulang kuliah pulang itu kan beres. Pasti cita-cita
akan tercapai. Rektor dan dekan sebagai mobilisator jangan sampai dikasih tantangan. Dosen
biarkan menjadi motivator, mahasiswa tidak usah sok sokan jadi kompor. Lha semua mahasiswa
pada sembrono dengan kampus ya saya demo mahasiswanya!
DENTUMAN TERDENGAR.
TENDIK 1 : Kalau sampai kau lengah dan mereka lepas, kau akan tanggung
akibatnya
TENDIK 2 : Mereka adalah bagian dari anak-anak yang harus tenggelam oleh
arus zaman. Karena gejolak mereka mampu membuat mereka selamat dari godaan arus zaman
TENDIK 1 : Sedikit saja kau biarkan orang masuk. Maka nyawamu sebagai
gantinya
PENJAGA : Siap!
TENDIK 1 : Kita segera rapatkan barisan. Bulan depan akan ada rapat
nasional mengenai sistem kurikulum untuk anak-anak. Nampaknya sekarang diperketat. Anak-
anak sudah berani muncul dan melawan. Kurikulum harus dibuat lebih kaku
TENDIK 2 : Buat anak-anak itu sibuk. Seolah-olah belajar terus menerus
sampai mereka lelah. Tubuh mereka lemas, lalu malas, dan lama kelamaan akan apatis. Disitulah
kita bisa membunuh sikap kritis mereka
TENDIK 1 : Dengan itu mereka tak akan sadar dengan sistem kurikulum yang
kita ikut menyusunnya. Mereka hanya menyadari bahwa semua harus dijalani
TENDIK 1 : (TERTAWA)
PENJAGA : Siap!
PENJAGA : Siap!
PENJAGA : Tapi tadi sempat ada suara teriakan yang memanggil anak-anak
itu
TENDIK 1 : Suara?
PENJAGA : Iya
TENDIK 2 : Apa memang sedang ada yang mencari anak-anak itu? Apa anak-
anak itu akan segera sadar?
TENDIK 1 : Ya. Biarkan anak-anak itu saling jegal. Kita hampir ketahuan.
Ingat, kita harus main aman. Untuk melanjutkan misi biarkan anak-anak itu jadi korban.
TENDIK 1 : Aku serahkan semua padamu penjaga. Buat mereka tidak sadar
sampai mereka saling jegal
TENDIK 1 : Dan jika ada yang berani menyadarkan anak-anak, siapapun itu
harus kita singkirkan. Harus kita binasakan hahaha
TOKOH 4 : Ya? Kaliankah itu? Ya! Berteriaklah. Akan saya datangi kalian.
teruslah berteriak!
SUARA ITU SEMAKIN LAMA SEMAKIN HILANG. DARI ARAH BELAKANG
SESEORANG BERKELEBAT MENYEKAP TOKOH 4. TOKOH 4 BERTERIAK.
BLACK OUT.
TOKOH 2 : Sampai..
TOKOH 3 : Ayo kita tarik saja. Siapa tau ikatan ini bisa lepas
TOKOH 1 : Tidak semudah itu. Ini bukan persoalan tali dan ruangan ini yang
mengikat kita secara fisik
TOKOH 3 : Maksudmu?
TOKOH 1 : Kita harus mempunyai kesadaran bahwa meskipun kita lepas dari
ikatan ini, belum tentu kita bisa keluar dari tempat ini. Tempat yang kita tidak tahu batas-
batasnya. Lalu meskipun kita bisa keluar dari tempat ini, belum tentu kita akan aman dan bisa
bersuara lantang
TOKOH 1 : Saya tidak bilang ini rencana yang sengaja dibuat oleh seorang
atau sekelompok atau bahkan dunia global. Saya hanya mengajak kalian menyadari apapun yang
selama ini ada disekitar kita. Ingat lagi tentang Sistem, aturan, dan segala hal tentang kehidupan
kita dalam belajar. Bukankah kita menyuarakan apa yang harusnya kita suarakan?
TOKOH 2 : Aku hanya takut kalau aku tidak jujur terhadap diriku
TOKOH 2 : (MERONTA-RONTA)
TOKOH 1 : Hentikan! Atau salah satu dari kita akan tersakiti! Hanya kita
yang masih perduli dengan suara-suara hati! Jangan ada keegoisan!
SITUASI SEMAKIN KACAU. TOKOH 2 DAN TOKOH 3 SEMAKIN MERONTA. TOKOH 1
BERTERIAK SEJADI-JADINYA. MUSIK MENGIKUTI KEKACAUAN ITU. SITUASI
KALUT.
TOKOH 2 : Hei siapa ini? Siapa kau? Kenapa kalian ikat kami? Kenapa
kalian menutup kepala kami?
TOKOH 2 : Apa salah kami! Kami hanya seorang anak yang ingin melakukan
atas apa yang diri kami yakini
PENJAGA : Cukup pintar! Oleh karena itu kepala kalian dibungkus dengan
kain hitam berisi kurikulum yang memabukkan. Dengan itu kalian akan menurut dengan semua
sistem dan aturan yang ada Haha. Pikiran kalian akan mati! Hanya tubuh kalian yang masih
hidup ditangan kami!
TOKOH 2 : Tidak! Tidak mungkin! kami hanya anak-anak yang haus akan
panutan
TOKOH 2 : Tidak! Kemana hai engkau para panutan kami. Siapa yang kami
percaya? Kami harus menurut kepada siapa? Siapa?! Siapa!
PENJAGA : Hahaha
TOKOH 3 : Apa ini yang kau sebut kami perusak generasi? Apa ini sebab
kalian menyalahkan kami, seorang anak-anak yang ditinggalkan warisan kebobrokan? Apa ini
salah kami?
PENJAGA : Hahaha
TUBUH MEREKA TAK LAGI BISA DILIHAT. API SEMANGAT MEREKA MENGECIL
TENDIK 1 : Hentikan!
TENDIK 2 : Hentikan!
PENJAGA TERUS MEMUKULI TENDIK SAMPAI TAK BERDAYA DAN MATI.
PERLAHAN IA MEMBUKA PAKAIAN ITU. DAN IA BARU MENYADARI BAHWA
YANG IA BUNUH ADALAH TENDIK
PENJAGA : Tidak! Tidak! Tidak! Bukan aku. Bukan aku yang membunuh
mereka. Bukan aku. Aku hanya disuruh menjaga. Aku hanya sedang menjaga. Ya aku tidak
membunuh mereka! (KETAKUTAN) aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya sedang menjaga!
(BERJALAN MONDAR-MANDIR) siapa yang membunuhnya? Siapa? (MULAI TERTAWA)
hahaha siapa haha bukan aku hahaha bukan aku yang membunuh mereka. Aku hanya sedang
menjaga anak-anak dari mereka
Anak-anakku…
SELESAI