Anda di halaman 1dari 6

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE

Ethical Decision Making in Business


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

DISUSUN OLEH :

Ica Damayanti (55117120114)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2018
FORUM

Corporate Business Principal Nestlé merupakan pondasi dari budaya perusahaan PT NESTLÉ ,
yang telah berkembang selama 140 tahun. Sejak pertama kali Henri Nestlé berhasil meramu bubur bayi
"Farine Lactée" guna membantu seorang ibu yang ingin menyelamatkan bayinya yang sedang sakit dan
tidak mampu menerima air susu ibu, mereka telah membangun bisnis kami pada keyakinan bahwa untuk
memiliki keberhasilan jangka panjang bagi pemegang saham, kita tidak hanya harus mematuhi semua
persyaratan hukum yang berlaku dan memastikan bahwa semua kegiatan mereka yang berkelanjutan,
namun mereka juga harus menciptakan nilai yang signifikan bagi masyarakat.

Pada 2011, program pelatihan modular diluncurkan pada berbagai komponen Corporate
Business Principal. Kedalaman dan fokus dari pelatihan dibentuk sesuai dengan materialitas untuk
fungsi yang berbeda dalam perusahaan. Sebagai contoh, pelatihan tentang komponen hak asasi
manusia akan fokus pada manajer dan karyawan di negara-negara yang lebih tinggi risiko hak asasi
manusia sebagai prioritas.

Corporate Business Principal Nestlé akan terus berevolusi dan beradaptasi dengan perubahan
dunia. Landasan dasar kita tidak berubah dari waktu dan asal-usul Perusahaan mereka, dan
mencerminkan ide-ide dasar keadilan, kejujuran, dan perhatian umum untuk kesejahteraan orang-orang.
Nestlé berkomitmen untuk menganut Prinsip Bisnis berikut ini di semua negara, disesuaikan dengan
undang-undang lokal, praktek-praktek budaya dan agama:

A. Gizi, Kesehatan dan Keafiatan. Tujuan utama kami adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
para konsumen setiap hari, dimanapun mereka berada dengan menawarkan pilihan produk makanan dan
minuman yang lezat dan sehat, serta mendorong gaya hidup sehat. Kami mengungkapkan hal ini melalui
motto kami: ‘Good Food, Good Life’.

B. Jaminan Mutu dan Keamanan Produk. Dimana saja di seluruh dunia, nama Nestlé menjanjikan
produk yang aman dan berkualitas baik kepada konsumen.

C. Komunikasi kepada Konsumen. Kami berkomitmen terhadap komunikasi kepada konsumen yang
bertanggung jawab dan dapatdipercaya, yang memberdayakan konsumen untuk menggunakan hak
mereka atas pilihan yangbersandarkan pada informasi yang benar, dan mempromosikan pola makan
yang lebih sehat. Kami menghargai privasi konsumen.

D. Hak Asasi Manusia dan Kegiatan Usaha Kami. Kami mendukung penuh prinsip-prinsip Global
Compact – Persatuan Bangsa Bangsa tentang hak asasi manusia dan ketenagakerjaan, dan bertujuan
untuk memberikan contoh-contoh mengenai hak asasi manusia dan praktik ketenagakerjaan di seluruh
kegiatan bisnis kami.

E. Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Pribadi. Keberhasilan kami tercipta berkat dukungan para
karyawan. Kami memperlakukan para karyawan dengan rasa hormat dan bermartabat dan
mengharapkan setiap karyawan mempunyai rasa tanggung jawab pribadi. Kami mempekerjakan tenaga
kerja yang kompeten dan mempunyai motivasi, serta menghargai nilai-nilai kami. Kami memberikan
kesempatan yang sama untuk pengembangan dan kemajuan mereka, melindungi privasi mereka, dan
tidak mentoleransi segala bentuk pelecehan dan diskriminasi. Dimana saja di seluruh dunia, nama Nestlé
menjanjikan produk yang aman dan berkualitas baik kepada konsumen.

F. Keamanan dan Kesehatan Kerja. Kami berkomitmen untuk mencegah kecelakaan, cedera dan
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, dan kami melindungi para karyawan, mitra usaha dan pihak-
pihak lain yang terlibat di sepanjang mata rantai usaha kami.
G. Pemasok dan Hubungan Dengan Pelanggan. Kami mensyaratkan kepada para pemasok, agen,
subkontraktor dan karyawan mereka untuk bersikap jujur, adil dan berintegritas, serta mematuhi standar
yang tidak dapat ditawar. Kami memiliki komitmen yang sama kepada para pelanggan kami.

H. Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Kami berkontribusi dalam perbaikan di bidang produksi
pertanian, status sosial ekonomi para petani, masyarakat pedesaan, dan dalam sistem produksi agar
lebih berwawasan lingkungan.

I. Lingkungan dan Keberlanjutan. Kami berkomitmen pada praktik bisnis yang berwawasan
lingkungan. Pada semua tahap masa pakai produk, kami berupaya untuk menggunakan sumber daya
alam secara efisien, lebih memilih menggunakan sumber daya yang terbarukan yang dikelola secara
berkelanjutan, dan menetapkan sasaran limbah nol.

J. Air. Kami berkomitmen pada penggunaan air secara berkelanjutan dan perbaikan pengelolaan air.
Kami menyadari bahwa dunia menghadapi tantangan ketersediaan dan kebutuhan air yang semakin
besar dan bahwa pengelolaan sumber-sumber daya dunia yang bertanggung jawab oleh semua
pengguna air merupakan suatu kebutuhan mutlak.

Quiz
STAKEHOLDER

Stakeholder adalah suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu manusia yang
memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu organisasi atau perusahaan. Suatu masyarakat,
kelompok, komunitas ataupun individu tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder jika mereka memiliki
karekteristik seperti memiliki kekuasaan dan kepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. Atau
definisi dari stakeholder yaitu orang yang memiliki minat maupun kepentingan di dalam suatu
perusahaan. Hal ini bisa menyangkut kepentingan finansial atau kepentingan lainnya. Jika orang tersebut
terkena pengaruh dari apa yang terjadi pada perusahaan, baik itu dampak negatif atau positif orang
tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder.
Definisi stakeholders menurut Freeman (1984) merupakan individu atau kelompok yang bisa
mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya.
Sedangkan Chariri dan Ghazali (2007, h.32) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-
nya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain).
Sedangkan Rudito (2004) mengemukakan bahwa perusahaan dianggap sebagai stakeholders, jika
mempunyai tiga atribut, yaitu: kekuasaan, legitimasi dan kepentingan.
Mengacu pada pengertian stakeholders diatas, maka dapat ditarik suatu penjelasan bahwa
dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dan dari dalam, yang
kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholders. Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada
dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk
mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk
beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan
stakehoders-nya (Chariri dan Ghazali, 2007).
Kasali dalam Wibisono (2007, hal. 90) membagi stakeholders menjadi sebagai berikut:
1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal.
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi. Misalnya
karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah
stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau
pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing partner dan
lain-lain.
2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal.
Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas.
Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut
stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini
berbeda bagi setiap perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari
waktu ke waktu.
3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan.
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini sudah
berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa
yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa,
peneliti dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, dan uncommitted.
Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi
(opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal stakeholders
yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi untuk
melakukan tindakan yang proposional.
5. Silent majority dan vokal minority.
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada
yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang
menyatakan secara silent (pasif). Menurut Hill (1996, hal 129), Stakeholders dalam pelayanan sosial
meliputi negara, sektor pivat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, dalam kasus
program CSR keseluruhan entitas tersebut terlibat secara bersama-sama. Sementara mereka memiliki
kepentingan berbeda-beda yang satu dengan yang lain bisa saling bersebrangan dan sangat mungkin
merugikan pihak yang lain.

Cara menjaga Etika yang sesuai dengan budaya Bangsa


Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis ini adalah
norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur
yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan.
Berikut adalah cara untuk menjaga agar etika sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai
perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-
prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka
melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik
menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu.
Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan jaminan terbaik untuk
menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus
memiliki: (a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu
yang benar; (b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan
suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas
sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan
sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada seorang pun yang
dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui
tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan
betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa
dinegosiasi atau ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan harus memberi
contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu
untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan
perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk
memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan
Ethical decision making: employer responsibility and employee right
Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan stakeholder sangatlah penting, tidak kalah pentingnya
adalah tehadap intern perusahaa n yaitu pemenuhan hak dan kewajiban karyawan terhadap perusahaan
dan sebaliknya. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut harus sesuai norma etika bisnis perusahaan. Sehinggan tujuan dalam jangka panjang bisa
tercapai berkat dukungan seluruh pegawai yang ada. Dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat,
para pengusaha semakin menyadari bahwa pengakuan, penghar gaan dan jaminan atas hak-hak pekerja
dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini karena
jaminan atas hak-hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen,
loyalitas dan produktivitas dan kinerja setiap pekerja. Suka tidak suka, hal ini berpengaruh langsung
terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penghargaan atau sebaliknya pelanggaran atas hak –
hak pekerja akan membuat karyawan betah atau tidak betah, berdisiplin atau tidak, punya komitmen atau
tidak produktif atau tidak, loyal atau tidak.
Hak hak karyawan harus dipenuhi oleh perusahaan, karyawan diberikan:
1. Pengakuan harkat dan martabat sebagai manusia.
2. Keadilan sistem imbalan, setara dengan perusahaan lain sejenis.
3. Promosi, motivasi pemberian tugas.
4. Kesempatan partisipasi pengambilan keputusan tugas pekerjaannya.
5. Supervisi profesional.
6. Keamanan, kesehatan lingkungan kerja.
7. Peningkatan mutu hidup karyawan.
8. Penyediaan pendidikan dan pelatihan

DAFTAR PUSTAKA
Laura P.Hartman –Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity &
Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition, Second Edition
Hapzi Ali, 2016. Modul BE & GG, Univeristas Mercu Buana.

Anda mungkin juga menyukai