Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak
Sebagai perencana suatu struktur bangunan haruslah berdasarkan peraturan yang berlaku,
seperti SNI-03-2847-2013 yang membahas tentang Tata Cara Perhitungan Beton Struktural
untuk Gedung dan SNI-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung dan Non Gedung. Dalam penulisan ini, bangunan yang akan
direncanakan adalah bangunan fiktif 10 lantai dengan fungsi sebagai kantor dan apartemen.
Perencanaan dan perhitungan struktur gedung ini akan ditinjau terhadap beban mati, beban
hidup, dan beban gempa. Untuk analisa struktur bangunan digunakan aplikasi SAP2000.
Perencanaan tugas akhir ini merupakan KDS A sehingga pengaruh gempah dapat tidak
diperhitungkan ataupun tidak dibatasi untuk diperhitungkan dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK). Digunakan pelat lantai dasar setebal 200 mm dengan
tulangan wiremesh M10 – 150 mm dan pelat lantai 1 – 10 serta lantai atap setebal
150 mm dengan tulangan wiremesh M8 – 150 mm. Dimensi komponen struktur
gedung sebagai berikut balok 30 x 60 cm 2 (bentang 5 m), balok 50 x 100 cm2
(bentang 10 m), kolom 850 x 850 cm 2 (lantai dasar – 4), dan kolom 750 x 750 cm2
(lantai 5 – atap).
2
Standar Perencanaan desain seismik B dan C (KDS B
Ketahanan Gempa untuk dan C).
Struktur Bangunan Gedung dan Sistem Rangka Pemikul
Non Gedung SNI 1726-2012. Momen Khusus (SRPMK),
Pedoman Perencanaan digunakan untuk kategori
Pembebanan untuk Rumah dan desain seismik B, C, D, E, dan
Gedung 1987. F (KDS B, C, D, E, dan F).
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. PERENCANAAN
2.1 Beton Bertulang
PENDAHULUAN
Beton bertulang mempunyai
3.1 Dimensi Elemen Struktur
sifat sesuai dengan sifat bahan Direncanakan dimensi elemen-
penyusunnya, yaitu sangat kuat
elemen struktur sebagai berikut:
terhadap beban tarik maupun beban
tekan. Beban tarik pada beton • Balok B1 ( 30/60 𝑐𝑚2 ) untuk
bertulang ditahan oleh baja tulangan, bentang 5 m
sedangkan beban tekan ditahan oleh • Balok B2 ( 50/100 𝑐𝑚2 ) untuk
beton. Berdasarkan Pasal 8.5.2 SNI bentang 10 m
2847-2013 modulus elastisitas baja • Balok B3 ( sloof 30/60 𝑐𝑚2 )
tulangan nonprategang Es dapat untuk bentang 5 m
diambil 200000 Mpa. Sedangkan • Balok B4 ( sloof 50/100 𝑐𝑚2 )
pada Pasal 8.5.1 SNI 2847-2013 untuk bentang 10 m
modulus elastisitas beton normal • Kolom K1 ( 85/85 𝑐𝑚2 ) untuk
ditentukan berdasarkan: lantai dasar dan 1 – 4
𝐸𝑐 = 4700√𝑓𝑐 ′ • Kolom K2 ( 75/75 𝑐𝑚2 ) untuk
lantai 5 – 10 dan atap
2.2 Sistem Rangka Pemikul • Pelat 20 𝑐𝑚 untuk lantai dasar
Momen (SRPM) • Pelat 15 𝑐𝑚 untuk lantai 1 – 10
Sistem Rangka Pemikul dan atap
Momen (SRPM) merupakan
komponen struktur yang mampu 3.2 Perencanaan Tangga
memikul gaya akibat beban gempa Pada bangunan ini struktur
dan direncanakan untuk memikul tangga yang direncanakan adalah
lentur. Terdapat tiga jenis sistem struktur beton bertulang dengan
rangka pemikul momen yaitu: asumsi-asumsi sebagai berikut:
Sistem Rangka Pemikul a. Tangga merupakan suatu
Momen Biasa (SRPMB), sistem pelat dengan perletakan
digunakan untuk kategori jepit untuk memperoleh reaksi
desain seismik B (KDS B). tumpuan ke struktur utama dan
Sistem Rangka Pemikul perletakan sendi untuk
Momen Menengah (SRPMM), memperoleh momen
digunakan untuk kategori maksimum penulangan tangga..
3
b. Bordes tanpa perletakan (ujung 1
bebas) 𝐴𝑠 = ∙ 𝜋 ∙ 102 = 78,500 𝑚𝑚2
4
c. Anak tangga dianggap sebagai Jarak tulangan (s):
beban dan tidak memikul 𝐴𝑠
𝑠= 1000 = 206,851 𝑚𝑚
momen lentur. 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jadi untuk penulangan tangga dan
1. Data Tangga bordes digunakan 𝐷10 − 200 𝑚
Perbedaan elevasi lantai 340 cm
Tinggi bordes 170 cm Tulangan susut
Lebar tangga 140 cm Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal
Lebar bordes 300 cm 7.12.2.1,
Tinggi injakan (optrede) 14,17 cm 𝐴𝑠
Lebar injakan (antrede) 27,50 cm ≥ 0,0018
𝑏ℎ
Jumlah anak tangga 24 buah 𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛 = 0,0018𝑏ℎ = 270 𝑚𝑚2
Tebal pelat tangga dan bordes, t = Digunakan tulangan susut D10 mm
15 cm 1
𝐴𝑠 = ∙ 𝜋 ∙ 102 = 78,500 𝑚𝑚2
4
2. Perencanaan tulangan tangga dan Jarak tulangan susut (s):
bordes 𝐴𝑠
Mutu beton (𝑓 ′ 𝑐 ) = 30 Mpa 𝑠= 1000 = 290,741 𝑚𝑚
𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛
Mutu baja (𝑓𝑦 ) = 420 Mpa Jadi untuk tulangan susut digunakan
Selimut beton (p) = 30 mm D10 – 250 mm
Diameter tulangan (D) = 10 mm
Tinggi efektif, d = t–p–D/2 = 115 mm 4. ANALISIS STRUKTUR
4.1 Desain Struktur
(𝑓𝑐′ − 28) Desain struktur dilakukan
𝛽1 = 0,85 − 0,05 = 0,836
7 dengan program SAP2000 v17.1.1.
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,022 Model dengan elemen balok, kolom,
dan pelat yang telah diberi faktor
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0033 reduksi inersia berdasarkan SNI 2847-
2013 pasal 10.10.4.1 (0,35 untuk
Tulangan pokok balok persegi, 0,70 untuk kolom, dan
𝑀 = 14,588 𝑘𝑁 ∙ 𝑚/𝑚 0,25 untuk pelat). Model analisis
𝑀𝑢 gempa yang digunakan adalah analisis
𝑅𝑛 = = 1,226
𝜙𝑏𝑑 2 dinamik yang telah dikalikan faktor
0,85𝑓𝑐′ 2𝑅𝑛 skala guna memenuhi syarat base
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − ) shear minimum 85% gaya geser 𝑉 =
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐′
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,003 𝐶𝑆 𝑊 berdasarkan SNI 1726-2012
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 , pasal 7.9.4.1.
Pembebanan yang
maka digunakan 𝜌 = 0,0033
diperhitungkan meliputi:
Luas tulangan yang dibutuhkan:
1. Beban mati, yaitu berat sendiri
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 379,500 𝑚𝑚2
bangunan yang secara otomatis
4
dihitung oleh program (berupa d) Beban hidup atap(1,5 𝑘𝑁/𝑚2 )
berat sendiri balok, kolom, dan
pelat). 3. Beban gempa yang dihitung secara
otomatis oleh program dengan
Beban mati tambahan pada pelat memasukkan desain respons
lantai sebagai berikut: spektrum.
a) Berat spesi lantai 2 cm (0,02 ∙
21 𝑘𝑁/𝑚3 = 0,42 𝑘𝑁/𝑚2 ) 4. Beban akibat reaksi tangga.
b) Berat keramik 0,5 cm (0,005 ∙ Reaksi akibat beban mati tangga:
24 𝑘𝑁/𝑚3 = 0,12 𝑘𝑁/𝑚2 ) a) Reaksi gaya lintang
c) Beban plafon dan penggantung = 28,698 𝑘𝑁/𝑚
(0,11 + 0,07 = 0,18 𝑘𝑁/𝑚2 ) b) Reaksi gaya normal
d) Beban mekanikal elektrikal = 34,127 𝑘𝑁/𝑚
(0,25 𝑘𝑁/𝑚2 ) c) Reaksi momen
= 6,876 𝑘𝑁 ∙ 𝑚/𝑚
Maka total beban mati tambahan Reaksi akibat beban hidup tangga:
pada pelat adalah 0,97 𝑘𝑁/𝑚2 . a) Reaksi gaya lintang
Beban mati tambahan pada pelat = 16,601 𝑘𝑁/𝑚
atap sebagai berikut: b) Reaksi gaya normal
a) Beban plafon dan penggantung = 22,437 𝑘𝑁/𝑚
(0,18 𝑘𝑁/𝑚2 ) c) Reaksi momen
b) Beban mekanikal elektrikal = 2,909 𝑘𝑁 ∙ 𝑚/𝑚
(0,25 𝑘𝑁/𝑚2 )
4.2 Analisis Beban Gempa
Maka total beban mati tambahan Berdasarkan data tanah yang
pada pelat atap adalah 0,43 𝑘𝑁/ digunakan, klasifikasi situs pada
𝑚2 . lokasi tersebut termasuk kelas situs
SE (tanah lunak). Untuk menentukan
Beban tambahan dinding 10 cm spektrum respon desain lokasi
(0,12 𝑘𝑁/𝑚2 ) dan plesteran tersebut (Kota Pontianak) data yang
2x1,5 cm (21 𝑘𝑁/𝑚3 ) dengan diperlukan adalah:
tinggi 3,4 meter pada balok = Percepatan batuan dasar pada
2,55 𝑘𝑁/𝑚 periode pendek, 𝑆𝑆 = 0,017 𝑔
Percepatan batuan dasar pada
2. Beban hidup yang dimasukkan ke periode 1 detik, 𝑆1 = 0,022 𝑔
dalam program, yaitu sebagai Faktor amplifikasi getaran
berikut: percepatan pada getaran periode
a) Beban hidup lantai 1 – 4 ruang pendek, 𝐹𝑎 = 2,5
kantor (2,5 𝑘𝑁/𝑚2 ) Faktor amplifikasi getaran
b) Beban hidup lantai 5 ruang olah percepatan pada getaran periode 1
raga (4 𝑘𝑁/𝑚2 ) detik, 𝐹𝑣 = 3,5
c) Beban hidup lantai 6 – 10 ruang Parameter spektrum respon
apartemen (2 𝑘𝑁/𝑚2 ) percepatan pada periode pendek,
5
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 𝑆𝑆 = 0,043 𝑔 𝑆
𝑇0 = 0,2 𝐷1⁄𝑆 = 0,362 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Parameter spektrum respon 𝐷𝑆
𝑆𝐷1
percepatan pada periode 1 detik, 𝑇𝑆 = ⁄𝑆 = 1,812 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐷𝑆
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 𝑆1 = 0,077 𝑔 Jika 𝑇 < 𝑇0 ,
Parameter percepatan spektral
desain untuk periode pendek, maka 𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 𝑇⁄𝑇 )
0
𝑆𝐷𝑆 = 2⁄3 𝑆𝑀𝑆 = 0,028 𝑔 Jika 𝑇0 ≤ 𝑇 ≤ 𝑇𝑆 , maka 𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆
𝑆
Parameter percepatan spektral Jika 𝑇 > 𝑇𝑆 , maka 𝑆𝑎 = 𝐷1⁄𝑇
desain untuk periode 1 detik,
𝑆𝐷1 = 2⁄3 𝑆𝑀1 = 0,051 𝑔
0,030
Spektrum Respons Desain
0,025
0,020
Sa (g)
0,015
0,010
0,005
0,000
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 (detik)
Periode 3,5 4 4,5 5 5,5
6
𝑆𝐷𝑆 = 0,028𝑔 < 0,167𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝐷1 = Karena 𝑉𝑡 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝑡 𝑦 kurang dari
0,051𝑔 < 0,067𝑔 , maka termasuk 0,85𝑉 , maka gaya harus dikalikan
dalam kategori desain seismik A dengan 0,85 𝑉⁄𝑉 .
(KDS A). 𝑡
Arah x: 2698,944⁄224,367 = 12,03
Dengan 𝑆𝐷1 = 0,051𝑔 didapat 𝐶𝑢 = Arah y: 2698,944⁄223,877 = 12,06
1,7 dan rangka beton pemikul momen
khusus 𝐶𝑡 = 0,0466 dan 𝑥 = 0,9.
Tinggi gedung (h) = 40,8 m 5. DESAIN TULANGAN
5.1 Ketentuan Material Sistem
Nilai periode fundamental pendekatan Rangka Pemikul Momen
(Ta): Khusus (SRPMK)
Penggunaan mutu material
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 ℎ𝑛 𝑥 = 1,312 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
beton yang digunakan dalam struktur
𝐶𝑢 𝑇𝑎 = 2,231 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
pemikul beban gempa SRPMK
ditentukan dalam SNI 2847:2013
Dari hasil analisis struktur diperoleh
Pasal 21.1.4 bahwa kuat tekan beton
nilai waktu getar alami fundamental:
𝑓 ′ 𝑐 tidak boleh kurang dari 20 MPa
𝑇𝑐 = 1,380 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (𝑓 ′ 𝑐 = 30 𝑀𝑃𝑎).
𝑇𝑎 < 𝑇𝑐 < 𝐶𝑢 𝑇𝑎 , 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑇𝑐 Persyaratan mutu tulangan
𝑇 = 1,380 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘, 𝑇0 ≤ 𝑇 ≤ 𝑇𝑆 maka untuk SRPMK yang dijelaskan dalam
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 = 0,028𝑔 Pasal 21.1.5 menyatakan bahwa
𝑆𝑎 tulangan pemikul lentur dan aksial
𝐶𝑠 = = 0,034 atau kombinasi keduanya yang timbul
𝑅⁄
𝐼𝑒 akibat beban gempa bumi harus
berupa tulangan ulir yang memenuhi
Berat bangunan, W = 93389,060 kN ASTM A706M mutu 420 MPa (𝑓𝑦 =
𝑉 = 𝐶𝑠 𝑊 = 3175,228 𝑘𝑁 420 𝑀𝑃𝑎).
0,85𝑉 = 2698,944 𝑘𝑁
7
(𝜙𝑀𝑛 + 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜙𝑀𝑛 − ) Menghitung momen kapasitas:
1
≥ 𝜙𝑀𝑛 𝑚𝑎𝑥 (𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛) T es
4 A s
s
b. Menentukan dimensi-dimensi
penampang ( b h ) Gambar 2. Diagram tegangan dan
c. Menentukan ukuran tulangan regangan penampang balok
pokok D dan tulangan geser ∅
d. Menentukan tebal selimut 6. Periksa apakah tulangan
beton 𝑝 tekan sudah luluh dengan
e. Menentukan momen lentur persamaan
𝑑 ′ 𝑓𝑐 ′ 600
ultimit, M u 𝜌 − 𝜌 ′ ≥ 0,85𝛽1 ( ),
𝑑𝑓𝑦 600−𝑓𝑦
f. Menghitung tinggi efektif
balok 𝑑 maka tulangan tekan sudah luluh.
g. Menghitung rasio penulangan 𝑑 ′ 𝑓𝑐 ′ 600
yang diperlukan, 𝜌 − 𝜌 ′ < 0,85𝛽1 ( ),
𝑑𝑓𝑦 600−𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,025
9. Menghitung kuat tarik baja
2. Perhitungan luas tulangan yang tulangan tarik (𝑇)
diperlukan, 𝑇 = 𝐴𝑆 𝑓𝑦
AS perlu pakai .b.d
10. Menghitung nilai tinggi garis
3. Periksa jarak bersih antar tulangan netral (c) dan tinggi
tidak boleh kurang dari 25 mm penampang tekan (a)
(SNI 2847-2013 pasal 7.6) 𝑇 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠
4. Kapasitas tulangan yang terpasang 𝑎 = 𝛽𝑐
M n M u , dengan nilai
8
11. Mengghitung momen 3. Menghitung gaya geser akibat
kapasitas gempa.
𝑎 𝑀𝑝𝑟 − + 𝑀𝑝𝑟 +
𝑀𝑛 = 𝐶𝑐 (𝑑 − ) + 𝐶𝑠 (𝑑 − 𝑑 ′ )
2 𝑉𝐸 =
𝑙𝑛
Pasal 21.6.2.2 SNI 2847 tahun
2013 menyatakan bahwa momen- 4. Menghitung gaya geser tumpuan.
momen ujung Mpr berdasarkan pada 𝑉𝑒 = 𝑉𝐸 ± 𝑉𝑔
tengah baja tarik sebesar 1,25fy.
Berikut langkah-langkah 5. Menghitung kapasitas tulangan
perhitungan tulangan transversal transversal.
balok: 𝐴𝑉 𝑓𝑦 𝑑
𝑉𝑛 = + 𝑉𝑐
𝑠
1. Menghitung momen kapasitas
𝜙𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 , denga 𝜙 = 0,75
positif dan negatif.
𝐴𝑆 (1,25𝑓𝑦 )
𝑎𝑝𝑟− = 0,85𝑏𝑓𝑐 ′
− 𝑎𝑝𝑟− Tulangan transversal harus
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑆 ∙ 1,25𝑓𝑦 (𝑑 − ) diproporsikan untuk menahan geser
2
𝐴𝑆 (1,25𝑓𝑦 ) dengan mengasumsikan Vc = 0
𝑎𝑝𝑟+ = 0,85𝑏𝑓𝑐 ′ bilamana:
+ 𝑎𝑝𝑟− 1. Gaya geser yang ditimbulkan
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑆 ∙ 1,25𝑓𝑦 (𝑑 − )
2 gempa mewakili setengah atau
2. Menghitung gaya geser akibat lebih dari kekuatan geser perlu
gravitasi (𝑉𝑔). maksimum.
Gaya geser gravitasi ditentukan 2. Gaya tekan aksial terfaktor, Pu,
dengan kombinasi pembebanan termasuk pengaruh gempa kurang
𝑊𝑈 = 1,2𝐷 + 1,0𝐿 dari Agf’c/20.
9
5.3 Perencanaan Tulangan Kolom Diagram interaksi kolom dihitung
Dengan kelangsingan kolom: pada keadaan sebagai berikut:
𝑘𝑙𝑢 Keadaan Aksial Murni (𝑀𝑛 = 0)
= 10,212 ≤ 22
𝑟 Keadaan Seimbang
Keadaan Lentur Murni (𝑃 = 0)
Maka kelangsingan kolom dapat
diabaikan dengan menggunakan 65,5
ecu=0,003 0,85fc'
Cs1
a=385,658
perencanaan kolom pendek.
c=461,471
179,75 Cc
Cs2
179,75
850 mm
16D25 Cs3
tulangan kolom kurang dari 1%, maka Gambar 3. Diagram regangan dan
digunakan rasio minimal 1%. tegangan penampang kolom
15000
10000
Pn (kN)
5000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Mn (kN.m)
Tanpa Reduksi Reduksi
berikut: • 450 𝑚𝑚
10
• Seperempat tinggi penampang 𝐷𝐹𝑡𝑜𝑝 𝑀𝑝𝑟 𝑡𝑜𝑝 +𝐷𝐹𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚𝑀𝑝𝑟 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚
𝑉𝑒 =
1 𝑙𝑢
kolom ( ℎ𝑘 ) DF adalah faktor distribusi momen
4
• Enam kali diameter tulangan dibagian atas dan bawah kolom yang
longitudinal (6𝐷) didesain.
350+ℎ𝑥
• 𝑠𝑜 = 100 +
3
Menurut SNI 2847 tahun 2013 pasal
ℎ𝑥 adalah spasi horizontal
maksimum pengikat silang. 21.6.5.2, 𝑉𝑐 diasumsikan sama dengan
nol bilamana:
𝑠𝑜 tidak boleh melebihi 150 mm
dan tidak perlu lebih kecil dari 100 - Gaya geser akibat gempa 𝑉𝑒
mm mewakili setengah atau lebih dari
kekuatan geser perlu maksimum.
c. Spasi Diluar Panjang 𝑙𝑜 - Gaya tekan aksial terfaktor 𝑃𝑢
Menurut SNI 2847 tahun 2013 pasal kurang dari 𝐴𝑔 𝑓𝑐′ /10.
21.6.4.5 diluar panjang 𝑙𝑜 spasi
tulangan transversal tidak melebihi e. Perhitungan Tulangan Geser
terkecil sebagai berikut: Sepanjang 𝑙𝑜
Sepanjang 𝑙𝑜 Diluar 𝑙𝑜
K1 850 x 850 16D25 4 kaki D13 – 100 mm 4 kaki D13 – 150 Lt. dasar – 4
mm
K2 750 x 750 12D25 4 kaki D13 – 100 mm 4 kaki D13 – 150 Lt. 5 – atap
mm
11
5.4 Hubungan Balok Kolom ∑ 𝑀𝑛𝑐 ≥ 1,2 ∑ 𝑀𝑛𝑏
1. Panjang Penyaluran Tulangan
Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal Pu a
Mnc a
Pu a
Mnc a
𝑙𝑑ℎ ≥ 150 𝑚𝑚
𝑙𝑑ℎ ≥ 8𝑑𝑏 = 176 𝑚𝑚
𝑓𝑦 𝑑𝑏 Pu b Pu b
ldh800 mm ldh700 mm
T1
x x
Mpr + Mpr -
300 mm 300 mm
T2
850 mm 750 mm
Vh
Mu
𝑉𝑥−𝑥 = 𝑇1 + 𝑇2 − 𝑉ℎ
Untuk hubungan balok kolom yang
terkekang keempat sisinya berlaku
kuat geser nominal :
12
Tabel 4. Penulangan Pelat 6. KESIMPULAN DAN SARAN
Pelat Tulangan Lokasi 6.1 Kesimpulan
(Wiremesh) Dari hasil analisis penulisan ini
Tumpuan Lapangan dapat diambil beberapa kesimpulan
Tipe 1 M10- M10- Lantai seperti berikut ini:
150mm 150mm Dasar a. Lokasi perencanaan gedung
Tipe 2 M8- M8- Lantai termasuk dalam kategori desain
150mm 150mm 1-10
seismik A (KDS A) sehingga
Tipe 3 M8- M8- Lantai
150mm 150mm Atap komponen struktur rangka
gempa tidak dibatasi didesain
sebagai salah satu diantara
tidak ada, sistem rangka
5.6 Perencanaan Pondasi
Direncanakan pondasi tapak pemikul momen biasa
dengan tiang pancang beton bertulang. (SRPMB), momen menengah
Meyerhoff (1956) menganjurkan (SRPMM), atau momen khusus
formula daya dukung untuk tiang (SRPMK). Sedangkan dalam
pancang dengan menggunakan data analaisis penulisan ini
SPT sebagai berikut: digunakan SRPMK.
b. Tangga dengan tinggi 3,4 m
menggunakan tulangan
𝑄𝑈 = 40𝑁𝑏 𝐴𝑝 + 0,2𝑁𝐴𝑠
𝑄𝑈 tumpuan dan lapangan D10 −
𝑄𝑎 = 200 mm serta tulangan susut
𝑆𝐹
(𝑛−1)𝑚+(𝑚−1)𝑛 D10 − 250 mm.
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃
90𝑚𝑛 c. Digunakan pelat lantai dasar
setebal 200 mm dengan
tulangan wiremesh M10 – 150
Tabel 5. Dimensi Pondasi dan
mm dan pelat lantai 1 – 10 serta
Jumlah Tiang Pancang
Tipe Dimensi Poer Tiang Pancang
lantai atap setebal 150 mm
Pondasi dengan tulangan wiremesh M8
b h t D m n Jumlah
– 150 mm.
P1 3,5 3,5 0,8 0,3 3 3 9
d. Digunakan dimensi komponen
P2 3 3 0,8 0,25 3 3 9
struktur gedung sebagai
P3 2 3 0,8 0,25 3 2 6 berikut:
P4 1 2 0,8 0,25 2 1 2 Balok 30 x 60 cm2 (bentang
5 m)
Pada keempat jenis pondasi tersebut Balok 50 x 100 cm2
direncanakan tulangan D22 - 150 mm. (bentang 10 m)
Kolom 850 x 850 cm2
(lantai dasar – lantai 4)
Kolom 750 x 750 cm2
(lantai 5 – lantai atap)
13
6.2 Saran Heryanto. 2009. Perhitungan
Beberapa saran yang dapat Struktur Hotel 11 Lantai
diberikan dari hasil penulisan ini dengan Struktur Beton
adalah sebagai berikut: Bertulang di Pontianak.
a. Dalam perencanaan dimensi Pontianak.
awal sebaiknya dilakukan
estimasi terlebih dahulu agar Nawy, Edward G, dkk. 2008. Beton
tidak terjadi perubahan dimensi Bertulang Sebuah Pendekatan
saat dilakukan analisis struktur. Mendasar. Surabaya:
b. Perencanaan struktur gedung ITSPress.
sebaiknya mengikuti peraturan
terbaru seperti SNI 2847-2013 Purwono, Rachmat. 2009.
dan SNI 1726-2012. Perencanaan Struktur Beton
Bertulang Tahan Gempa.
Surabaya: tspress.
14