Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pre-eklampsia dan eklampsia


Pre-eklampsia merupakan peningkatan tekanan darah yang muncul
setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu . Eklampsia merupakan kondisi
lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik.. Eklampsia juga
sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau
bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.

2.2 Etiologi pre eklampsia dan eklampsia


Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun
beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi
buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.

2.3 Patofisiologi Pre eklampsia dan Eklampsia


Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan
plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap
oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).

Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang


sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia
uteroplasenta dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia
uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai koma pada
wanita hamil.

5
2.4 Tanda dan gejala pre eklamsia dan eklampsia
2.4.1 Pre-eklampsia ringan :
a. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160
mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau
tangan
2.4.2 Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2.4.3 Eklampsia Ringan
Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg, Keluarnya protein melalui
urine (proteinuria) ,Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu, Bengkak
kedua kaki, lengan dan kelopak mata.
2.4.4 Eklamsi berat
Tekanan darah 160/110 mmHg, Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam,
terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan, Trombosit
kurang dari 100.000/mm3.

2.5 Penatalaksanaan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-
tanda sedini mungkin(pre elkampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada
terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor
peredisposisi. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, dan pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat,
tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

6
2.6 Asuhan Keperawatan Pre-eklampsia dan Eklampsia
Asuhan keperawatan pada Pre eklampsia melakukan pengkajian Riwayat
Kesehatan, Riwayat Kehamilan, Pola aktivitas sehari-hari, Pemeriksaan Fisik,
Pengelompokan Data, Pemeriksaan Penunjang ( USG : untuk mengetahui keadaan
janin), dan diagnosa keperawatan prioritas yang mungkin muncul : Resiko tinggi
terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah ) , dan intervensi yang dilakukan :
Monitor tekanan darah tiap 4 jam, Catat tingkat kesadaran pasien, Kaji adanya
tanda-tanda eklampsia . setelah itu implementasi keperawatan dan evaluasi.

Asuhan keperawatan pada Eklamsia yaitu mengkaji riwayat kesehatan, riwayat


kehamilan , pola aktivitas sehari hari, pemeriksaan penunjang dan radiologi.
Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan/organ berhubungan dengan
hipertensi,vasospasme dan perdarahan., dan intervensi : Kaji adanya perubahan
tanda-tanda vital., Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis,
Catat adanya penurunan haluaran Urin <400 ml/24 jam, laporkan jika proteinuria
≥ +2 atau pengeluaran urin berkurang(≤250ml/ 8jam). setelah itu implementasi
keperawatan dan evaluasi.

3.1 Pengertian Diabetes mellitus pada ibu hamil


Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi,
dan berkurangnya glikogenesis .Mengalami gangguan diabetes disaat hamil
dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah
dikandungnya.

3.2 Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan
untuk membawa glukosa melewati membran sel.

7
3.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat
yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.
Glukosa dapat difusi secara tetap melalui plasenta pada janin, namun insulin
ibu tidak mencapai janin, sehingga kadar glukosa ibu mempengaruhi kadar
janin.

3.4 Tanda dan gejala


a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

3.5 Penatalaksanaan
a. Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien
b. Pemberian insulin dilakukan di rumah sakit dan dipertimbangkan
bila pengaturan diet selama 2 minggu tidak mencapai target kadar
glukosa darah
c. Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-1,5
unit/kgBB/ hari.
d. Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pemeriksaan tinggi
fundus uteri, USG, dan kardiotokografi.

3.6 Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Pada Ibu hamil

Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah melakukan pengkajian riwayat


kesehatan, pemeriksaan fisik, psikososial ibu hamil. Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul : resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

8
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang
tepat. Intervensi : Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal, Kaji masukan
kalori dan pola makan dalam 24 jam. Dan implemetasi , evaluasi.

4.1 Pengertian Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu


kesehatan ibu pada saat proses persalinan. Kondisi ibu hamil dengan kadar
Hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr%
pada trimester 2.

4.2 Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi
kebutuhan.
2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
3. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.

4.3 Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah
(hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume
plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi
peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh
lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin
berkurang dari 12 g/100 ml. Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu
hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%,
peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis
hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.

9
4.4 Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah,
pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas
normal.
a. Merasa lelah atau lemah
b. Kulit pucat progresif
c. Denyut jantung cepat
d. Sesak napas
e. Konsentrasi terganggu

4.5 Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil


1. Anemia Ringan
Mengupayakan perbaikan menu makanan, misalnya dengan
meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna
hijau tua dan buah-buahan serta memperhatikan pula gizi makanan dalam
sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang diet.
2. Anemia Sedang
Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta banyak mengandung zat besi.
3. Anemia Berat
Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin, memperbaiki
kesehatan lingkungan, mengkonsumsi makanan yang bergizi,banyak
mengandung zat besi dan lakukan transfusi darah.

4.6 Asuhan Keperawatan Anemia Pada Ibu Hamil


Melakukan pengkajian Identitas Klien , Keluhan Utama, Riwayat Penyakit
Sekarang, Riwayat Psikososial, Aktivitas / istirahat, Pemeriksaan Fisik.
Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Intervensi : kaji kemampuan pasien

10
melakukan tugas/aks normal, awasi tekanan darah, nadi, pernafasan
selama dan sesudah beraktivitas. Lanjut ke implementasi dan evaluasi.

5.1 Definisi Perdarahan Antenatal

Perdarahan antenatal pada trimester pertama (kehamilan muda)


adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.
Jadi, Perdarahan antenatal merupakan perdarahan dari traktus genital yang
terjadi pada saat kehamilan.

5.2 Etiologi Perdarahan Antenatal

Perdarahan pada trimester pertama biasanya akibat abortus,


blighted ovum, hamil anggur, dan kehamilan ektopik pada trimester kedua
diakibatkan plasenta previa dan penyakit atau kelainan mulut rahim. Dan
perdarahan pada trimester ketiga diakibatkan oleh plasenta previa, solusio
plasenta dan preklamsia.

5.3 Patofisiologi Perdarahan Antenatal


1. Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
2. Kehamilan Ektopik

Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya


sama halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan kemudian direasibsu, setekag tempat
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.

11
5.4 Tanda dan gejala perdarahan anenatal

a. Gejala plasenta previa adalah:

1) Perdarahan tanpa nyeri


2) Perdarah berulang
3) Kepala anak sangat tinggi
4) Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

b. Gejala Solusio plasenta


 Solusio plasenta ringan :

1) Ruptura sinus marginalis atau terlepasnya sebagian plasenta yang


tidak berdarah banyak
2) Terjadi perdarahan per vagina warnanya kehitam-hitaman dan
sedikit sekali
3) Perut mungkin terasa agak sakit, terus-menerus akan tegang

 Solusio plasenta sedang :

1) Plasenta terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai


dua pertiga luas permukaannya
2) Sakit perut terus-menerus
3) Perdarahan per vagina yang mungkin tampak sedikit

 Solusio berat :

1) Plasenta terlepas lebih dari dua pertiga permukaan terjadi sangat


tiba-tiba
2) Ibu jatuh dalam ke dalam syok dan janin meninggal.

12
5.5 Penatalaksanaan perdarahan anenatal
a. Perawatan konservatif : istirahat, memberikan hematinik dan
spasmolitik untuk mengatasi anemia, memberikan antibiotic bila ada
indikasi.
b. Pemberian tranfusi darah.

5.6 Asuhan keperawatan perdarahan anenatal


Mengkaji Identitas Klien , Keluhan Utama, Riwayat Penyakit
Sekarang, Riwayat Psikososial, Aktivitas / istirahat, Pemeriksaan Fisik.
Diagnosa keperawatan prioritas yang mungkin muncul : resiko perdarahan
berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim. Intervensi : anjurkan klien untuk mrmbatasi pergerakan,
control tanda tanda vital,control perdarahan pervaginam, monitor bunyi
jantung janin.

13

Anda mungkin juga menyukai