Anda di halaman 1dari 13

TUGAS UAS

Penerapan GCG PT Astra

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

DISUSUN OLEH :

Ica Damayanti (55117120114)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Sekarang ini, dunia usaha semakin berkembang dan membutuhkan pengelolaan yang semakin
baik dan sehat. Perusahaan publik menuntut agar setiap pimpinan dan seluruh karyawannya dapat
menunjukkan tindakan yang terpuji kepada stakeholder dan dapat bertanggungjawab atas semua
tindakan dan keputusannya dalam mengelola perusahaan. Guna meningkatkan performansi perusahaan
kearah yang lebih baik, maka perusahaan harus dikelola secara professional dengan mengindahkan
prinsip-prinsip Good Governance.

Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan,


peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good Corporate
Governance [GCG] ) dan performa kepedulian sosial perusahaan. Kelemahan mendasar pada
perekonomian di Indonesia terutama diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: kinerja keuangan yang buruk,
daya saing yang rendah, ketiadaan profesionalisme, tidak responsif terhadap perubahan dalam
lingkungan bisnis, pengelolaan ekonomi dan sektor usaha yang kurang efisien serta sistem perbankan.
Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis finansial dan krisis
yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya corporate governance.

Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan antara manajemen, direksi, dewan
komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya yang mengatur dan
mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004). Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

Etika bisnis tidak disangkal lagi memiliki peran yang sangat besar dalam hal tersebut.
Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien
dan transparan merupakan salah satu sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi
seluruh stakeholder-nya. Saat ini seringkali muncul pertanyaan apakah etika bisnis merupakan suatu hal
yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis dianggap sebagai
suatu hal yang merepotkan yang seandainya tidak diindahkan pun suatu bisnis tetap dapat berjalan
dengan baik dan memberikan keuntungan. Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan menerapkan
suatu prinsip Good Corporate Governance yang dapat digunakan sebagai salah satu alatnya.

Perangkat Peraturan dan Perundang-undangan

Surat Edaran Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri BUMN No. 23 Tahun
2000 yang mengatur dan merumuskan tentang pengembangan praktik good corporate governance dalam
perusahaan perseroan, kemudian disempurnakan dengan KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN. Selain itu juga telah dikeluarkan Keputusan
Menteri BUMN No. 103 Tahun 2002 tentang Pembentukan Komite Audit. Badan Pengawas Pasar Modal
melalui Surat Edarannya No. SE-03/PM/2000 telah merekomendasikan pada perusahaan publik untuk
memiliki Komite Audit. Khusus untuk perbankan, termasuk juga bank BUMN, Bank Indonesia juga telah
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank
Umum.
Astra pertama kali didirikan sebagai perusahaan perdagangan di Jakarta pada tahun 1957.
Kemudian Astra berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang, pada tahun 2013
diperkuat dengan 189.459 orang karyawan di 178 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan
asosiasi dan jointly controlled entities. Ketekunan dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan
berbagai perusahaan ternama di mancanegara telah memberikan peluang bagi Astra untuk melayani
berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia melalui 6 bidang usahanya : Otomotif, Jasa Keuangan,
Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik dan Teknologi Informasi.

Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen Astra mempercayai dan memahami bahwa
setiap keputusan bisnis yang diambil harus berdasarkan pada Catur Dharma. Sepanjang sejarah Astra,
nilai-nilai falsafah tersebut selalu menjadi acuan manajemen. Dan dengan berjalannya waktu nilai-nilai
tersebut semakin terinternalisasi dan tercermin dalam semua aspek operasional perusahaan. Walaupun
begitu, dengan perkembangan bisnis yang makin kompleks, diperlukan adanya suatu tata kelola yang
terstruktur untuk mengelola aktivitas bisnis Astra agar tetap sejalan dengan Catur Dharma serta
mengarahkannya agar tetap berlangsung di masa yang akan datang.

Keadaan ini mendorong diawalinya suatu inisiatif pada akhir tahun 2006 untuk menyusun suatu
pedoman agar dalam menata kelola bisnisnya Direksi tetap profesional, transparan dan bertanggung
jawab. Dalam perkembangannya pedoman ini kemudian dikenal sebagai Pedoman Good Coorporate
Governance(GCG) yang juga menjadi acuan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dalam
menjalankan perusahaan agar senantiasa memperhatikan peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar Perseroan serta prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kesetaraan.

I.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai
penerapan Good Coorporate Governance(GCG) dalam aktivitas sehari – hari ASTRA sebagai salah satu
perusahaan di Indonesia.

I.3 TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka makalah ini disusun dengan tujuan untuk
membahas penerapan Good Coorporate Governance(GCG) dalam aktivitas sehari – hari ASTRA sebagai
salah satu perusahaan di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 GOOD CORPORATE GOVERNANCE
II.1.1 DEFINISI

Prinsip Good Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman harus digunakan oleh
pimpinan perusahaan dan para pegawai agar segala tindakan maupun keputusan yang dilakukannya
adalah dalam rangka mendukung kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Kaidah, norma
ataupun pedoman yang digunakan harus mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
maupun ketentuan pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan pada perusahan publik. Agar praktek-
praktek good governance menjadi tindakan yang nyata dari pimpinan dan para pegawainya, maka
diperlukan suatu pedoman Good Corporate Governance (GCG).

Banyak difinisi yang berkaitan dengan corporate governance, diantaranya adalah sebagai berikut
:

1. Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya
kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain,
menjadicoporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan sebagai
tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Good Corporate Governance sendiri dapat didefinisikan
sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi,
Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. (Sutojo dan Aldridge, 2008).

2. Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun
1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury
Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik
Good Corporate Governance di seluruh dunia. Komite Cadbury, Tjager (2003) mendefinisikan Good
Corporate Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan
tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan,
untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini
berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.

3. Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.

4. Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi, dewan
komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya yang mengatur dan
mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004).

Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002,


Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan etika.
II.1.2 TUJUAN
Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan
melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kewajaran dan kesetaraan. Di Indonesia, penerapan Good Corporate Governance telah dibuatkan
pedomannya oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui bukunya yang baru dirilis
tahun 2006 lalu berjudul “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”.
GCG bagi suatu perusahaan dimaksudkan sebagai pedoman manajemen dan pegawai dalam
menjalankan praktek bisnis yang memenuhi persyaratan Good Governance. Sedangkan tujuannya
adalah :

1. Memaksimalkan value Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas,


dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Memastikan pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional, transparan, dan efisien.
3. Mewujudkan kemandirian dalam membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab
masing-masing pimpinan dalam Perusahaan tersebut.
4. Memastikan setiap pegawai dalam perusahaan berperan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang
telah ditetapkan
5. Mewujudkan praktek bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara
konsisten.

Menurut Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan Good
Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat
antara lain:

1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham akibat
pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
2. Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan terhadap keberadaan
perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

II.1.3 PRINSIP DASAR


Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance telah menjadi perhatian bagi
dunia bisnis di setiap negara. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh OECD
menjadi acuan bagi setiap negara dalam penerapannya. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
yang dikeluarkan oleh OECD tahun 2004 mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Ensuring the basis for an Effective Corporate Governance Framework
2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions
3. The Equitable Treatment of shareholders
4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance
5. Disclosure and Transparency
6. The responsibilities of the Board
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, masing-masing negara selanjutnya mengadopsi prinsip-
prinsip tersebut dalam Pedoman Good Corporate Governance masing-masing negara. Pedoman Umum
Good Corporate Governance di Indonesiakan disusun oleh Komite nasional Kebijakan Governance.
Pedoman yang diterbitkan pada tahun 2006 ini merupakan revisi atas Pedoman Good Corporate
Governance yang diterbitkan pada tahun 2001. Meskipun Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia 2006 ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi
dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate Governance.
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis
dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip GCG (2006) yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha
(sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

II.1.4 METODE DAN RUANG LINGKUP PENERAPAN PEDOMAN GCG


II.1.4.1 METODE
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan tertutup pada
dasarnya bersifat comply and explain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek
Pedoman Good Corporate Governance ini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka
perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam
laporan tahunan.
Namun demikian mengingat Pedoman ini hanya merupakan acuan sedangkan pelaksanaannya
diharapkan diatur lebih lanjut oleh otoritas masing-masing industri maka penerapan ini bersifat voluntary
dan tidak terdapat sanksi hukum apabila perusahaan tidak menerapkan pedoman ini. Namun beberapa
substansi yang terdapat dalam pedoman ini diadopsi oleh Bapepam-LK ke dalam peraturan-peraturan
Bapepam-LK yang sifatnya mandatory seperti kewajiban pembentukan komite audit dan keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan. Dengan cara demikian, Bapepam-LK dapat memberikan
sanksi atas ketidakpatuhan terhadap peraturan tersebut. Lebih lanjut, Bapepam-LK juga mewajibkan
Emiten dan Perusahaan Publik untuk mengungkapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan dalam
laporan tahunan seperti frekuensi rapat dewan komisaris dan direksi, frekuensi kehadiran anggota dewan
komisaris dan direksi dalam rapat tersebut, frekuensi rapat dan kehadiran komite audit, pelaksanaan
tugas dan pertanggungjawaban dewan komisaris dan direksi serta remunerasi dewan komisaris dan
direksi.

II.1.4.2 RUANG LINGKUP


Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman
Perilaku pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang merupakan standar minimal yang
mencakup:

a. Peran negara, dunia usaha dan masyarakat dalam menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan
Good Corporate Governance
b. Asas-asas Good Corporate Governance yang meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan kewajaran dan kesetaraan
c. Nilai – nilai perusahaan, Etika Bisnis dan Pedoman
d. Organ Perusahaan

Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris
dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Organ perusahaan harus
menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing
organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-
mata untuk kepentingan perusahaan.

Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboard system)
yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai
dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab
untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan
Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.

Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga kelangsungan usaha
perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:
a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
b. Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham;
c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;
d. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan manajemen di semua lini
organisasi.
Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris dan Direksi perlu
bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan anggaran tahunan
b. Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar
perusahaan serta dalam menghindari segala bentukbenturan kepentingan
c. Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan dan personalianya;

e. Hak dan tanggungjawab Pemegang saham


Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam melaksanakan
hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya harus
memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.
- Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang saham atas dasar
asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar perusahaan.

Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang Saham adalah sebagai
berikut :
- Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan anggaran dasar perusahaan.
- Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar.
- Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur
bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.
- Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan informasi yang
tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua
pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.
- Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai
penyelenggaraan RUPS.

II.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN GCG

Penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan yang menentukan
keberhasilannya sebagai berikut, seperti dikutip dari Ristifani (2009) :

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam
perusahaan. Beberapa factor yang dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam
mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai
GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap
penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah
manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap
langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang
konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula
melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good Government Governance yang
sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standard
pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting
karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk
mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di
Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana
perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja.
Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor
perusahaan dalam implementasi GCG.

Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan GCG
secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai pihak yang
menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek penting GCG dilanggar suatu
perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama dalam
persaingan bisnis global dewasa ini, meski perusahaan itu memiliki lingkungan kondusif bagi
pertumbuhan bisnisnya.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk.

Perusahaan besar ini pertama kali didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT.
Astra International Incorporation (AII), oleh Drs. Tjia Kian Tie, Wiliam Soerjadja (Tjia Kiang Liong), dan
E.Hariman (Liem Peng Hong). Pada awalnya PT Astra International bergerak dalam bidang usaha
ekspor-impor hasil bumi, inventaris alat-alat kereta api untuk PKA (sekarang PJKA),serta bahan-bahan
untuk proyek pengembangan PLTA Jatiluhur.
Berkat usaha patungan antara Pemerintah Indonesia, maka pada tanggal 25 Februari 1969
berdirilah PT. Gaya Motor. Pada tanggal 1 Juli 1969 PT. Astra International Incorporation (AII)
mendapatkan pengakuan resmi dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai agen tunggal kendaraan
bermotor merek “Toyota” untuk seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 1990, Perseroan mengubah
namanya menjadi PT Astra International Tbk. dan telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4
April 1990.
Seperti moto perusahaan yaitu “Peraspera Ad ASTRA” yang artinya “Bekerja Keras Untuk
Mencapai Bintang” ASTRA terus bekerja keras untuk mengembangkan usahanya walau didera pasang
surut bisnis. Kemudian Astra berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang head
office – nya berada di Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II - Jakarta Utara, pada tahun 2013 diperkuat
dengan 189.459 orang karyawan di 178 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi
dan jointly controlled entities.

Ketekunan dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan berbagai perusahaan ternama di
mancanegara telah memberikan peluang bagi Astra untuk melayani berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia melalui 6 bidang usahanya : Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan
Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik dan Teknologi Informasi. Tentu saja sebuah
perusahaan pastilah memiliki cita-cita, dan cita-cita PT Astra International,Tbk. adalah seperti Tentu saja
sebuah perusahaan pastilah memiliki cita-cita, dan cita-cita PT Astra International,Tbk. adalah seperti
yang telah diucapkan oleh sang pendiri perusahaan, bahwa ” Berkat yang kami peroleh bukan khusus
untuk kami saja, tetapi kami mau jadikan berkat itu untuk semua orang, terutama dalam menciptakan
lapangan kerja, ASTRA ingin sejahtera berama bangsa sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia,
menuju masyarakat adil dan makmur.”

Visi
1. Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik dengan penekanan
pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pembangunan kompetensi melalui
pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang solid, kepuasan pelanggan dan
efisiensi.

2. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.

Misi
Sejahtera bersama bangsa dengan memberikan nilai terbaik kepada stakeholder kami.
Komitmen pada prinsip-prinsip luhur Catur Dharma juga terus mendorong interaksi nonbisnis
yang luas dengan masyarakat Indonesia melalui berbagai program tanggung jawab sosial (CSR) di
bidang Pendidikan, Lingkungan, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Kesehatan.
Keselarasan langkah tersebut merupakan bagian dari perjalanan Astra untuk menjadi Perusahaan
Kebanggaan Bangsa.
III.2 TATA KELOLA PERUSAHAAN [GOOD CORPORATE GOVERNANCE] PT. ASTRA
INTERNATIONAL Tbk.

Pendekatan Astra terhadap tata kelola didasarkan pada kepercayaan bahwa penerapan praktik
tata kelola perusahaan yang baik dalam Perusahaan maka akan tertanam pada manajemen dan
karyawan: visi, proses dan struktur yang diperlukan dalam mengambil keputusan yang mendorong Astra
untuk tumbuh secara berkelanjutan. Prinsip dan kebijakan tata kelola Astra berlandaskan pada filosofi
Perusahaan, yaitu Catur Dharma, dan bersumber pada Pedoman Good Corporate Governance (GCG)
Indonesia, peraturan perundang-undangan dan praktik yang berlaku di Indonesia maupun internasional.
Sebagai perusahaan induk, Astra terus memberikan pengarahan dan pedoman kepada anak-anak
perusahaan dalam mematuhi prosedur tata kelola perusahaan yang baik, diselaraskan dengan kegiatan
usaha masing-masing anak perusahaan sehingga kebijakan dan prosedur GCG yang tepat dapat
diterapkan untuk mendorong Grup Astra tumbuh secara berkelanjutan.

Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, struktur tata kelola Astra terdiri
dari 3 (tiga) organ perusahaan, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi.
Masing-masing organ perusahaan memiliki tugas dan wewenang yang berbeda dan memiliki
independensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk kepentingan Perusahaan. Jika dinilai
perlu, Dewan Komisaris dan Direksi juga dapat membentuk unit atau komite yang berfungsi untuk
membantu pelaksanaan tugas dan wewenang yang lebih efektif.

Tidak ada hubungan kekeluargaan antara para anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi
hingga derajat kedua. Saat ini, Astra tidak menyelenggarakan program Pozzi saham bagi Management
Perseroan. Pada tanggal 31 Desember 2012, tidak ada anggota Direksi yang memiliki saham PT Astra
International Tbk. Sedangkan di antara anggota Dewan Komisaris, dua Komisaris Perseroan, yaitu Budi
Setiadharma (Presiden Komisaris) dan Anthony J.L. Nightingale, masing-masing memiliki saham PT
Astra International Tbk sebesar 0,02%. Kepemilikan dalam jumlah kecil ini dianggap tidak menimbulkan
benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas pengawasan demi kepentingan Perseroan.

Pencapaian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi diukur setiap
tahunnya melalui proses penilaian yang terstruktur. Kriteria untuk proses asesmen terhadap kinerja
Dewan Komisaris adalah pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan dan jalannya Perseroan dan memberi nasihat kepada Direksi untuk kepentingan
dan mencapai tujuan Perseroan. Penilaian juga mencakup evaluasi terhadap pelaksanaan tugas khusus
yang telah diberikan sesuai Anggaran Dasar dan/atau berdasarkan keputusan RUPS.

Sedangkan indikator kinerja untuk mengukur kinerja Direksi mencakup:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota Direksi sesuai Anggaran Dasar
Perusahaan;
2. Pelaksanaan hasil keputusan RUPS Tahunan 2012; dan
3. Pencapaian realisasi dari rencana kerja.

Penilaian atas kinerja Dewan Komisaris dilaksanakan melalui RUPS, sedangkan penilaian terhadap
kinerja Direksi dilaksanakan oleh Dewan Komisaris dan RUPS. Dalam melakukan penilaian terhadap
kinerja Direksi, Dewan Komisaris mengacu kepada indikator KPI Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi
akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan pencapaian kinerja mereka untuk periode 2012
dalam RUPS Tahunan yang akan diselenggarakan pada tahun 2013.
Divisi Risk Management Advisory (RMA) setiap tahun melakukan penilaian atas kecukupan
Enterprise Risk Management (ERM) di semua unit bisnis. Sebagai bagian dari penilaian tersebut,
dilakukan tinjauan atas efektivitas dan konsistensi kegiatan manajemen risiko serta dibuat rekomendasi
untuk tindak lanjut ke depan. RMA juga mengkaji dan membuat rekomendasi atas kecukupan dan
efektivitas Business Continuity Plan dan cakupan asuransi di unit-unit ini.
Sebuah sistem manajemen harus melalui tahap pengendalian, PT. Astra International Tbk,menerapkan
konsep three lines of defence, dimana:

1. Pihak manajemen bertanggung jawab atas pengawasan pengendalian untuk memastikan bahwa
penyimpangan yang terjadi dapat teridentifikasi dan dilakukan tindak lanjut dengan tepat waktu;
2. Fungsi manajemen risiko dan pengendalian lainnya melakukan pemantauan secara berkala
terhadap kegiatan pengendalian yang berjalan; dan
3. Auditor internal and eksternal melakukan proses audit dalam rangka pemeriksaan terhadap
struktur dan proses pengendalian yang berjalan.
4.
Grup Internal Audit memiliki tanggung jawab utama untuk memberikan keyakinan adanya koordinasi
yang baik antara fungsi pengendalian Perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan efektif. Unit Quality
Assurance juga telah dibentuk dalam struktur Grup Internal Audit dengan tugas utama melaksanakan
pengkajian dan memberikan keyakinan bahwa pemeriksaan audit telah dilakukan secara menyeluruh
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Konsultan independen juga telah ditugaskan sejak Januari
2013 untuk mengkaji efektivitas proses audit internal secara keseluruhan.

Kegiatan Grup Internal Audit di Tahun 2012 melaksanakan Audit berbasis risiko berdasarkan
standar internasional dari Institute of Internal Audit (IIA) dan the Committee of Sponsoring Organizations
of the Treadway Commission (COSO). Tujuan utama dari pelaksanaan audit ini adalah untuk
memberikan jaminan yang independen kepada manajemen bahwa sistem pengendalian utama telah
dirancang dan berfungsi secara maksimal untuk mengelola risiko dalam acuan yang diharapkan.
Kegiatan audit dilakukan berdasarkan pemetaan proses utama yang sistematis. Surveillance audit
(continuous audit) dan sistem manajemen audit berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
audit. Grup Internal Audit menjalin kerja sama erat dengan pihak audit internal setiap unit di seluruh Grup
Astra dan menyusun rencana kerja berdasarkan Common Audit Universe.

Dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang transparan dan akuntabel, setiap
tahunnya pada RUPS Tahunan Perusahaan melakukan penunjukan auditor eksternal, dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain: independensi, reputasi dan kompetensi. Dalam
melaksanakan tugasnya, auditor eksternal berkewajiban menjaga independensinya dengan berpedoman
pada standar audit yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Untuk tahun buku 2012,
Perseroan telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana & Rekan untuk
melakukan audit atas laporan keuangan konsolidasian Perseroan.

Sebagai perusahaan publik Astra memanfaatkan berbagai media untuk menjalin komunikasi yang
efektif dan luas baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Informasi material yang wajib
diungkap dipublikasikan dalam laporan tahunan, laporan kuartalan, siaran pers serta, sedangkan
informasi internal disebarluaskan melalui majalah karyawan dan surat edaran manajemen. Selanjutnya,
Perusahaan juga berupaya menjaring minat para pemangku kepentingan untuk memberikan pendapat,
input dan masukan lainnya yang berguna bagi Perusahaan. Hubungan Investor [IR] Astra bertanggung
jawab atas pemenuhan ketentuan pasar modal terkait komunikasi yang efektif antara Perseroan dan
komunitas investor pasar modal.
Dalam menjalankan roda usaha, Grup Astra beserta anak perusahaannya berkomitmen untuk
senantiasa memberikan yang terbaik bagi para pelanggan, karena Astra percaya bahwa kepercayaan
pelanggan merupakan hal utama dalam keberlangsungan usaha dan meraih kesuksesan bisnis. Hal ini
sejalan dengan salah satu butir filosofi Astra Catur Dharma yaitu “Memberikan Pelayanan yang Terbaik
bagi Pelanggan”. Bagi Astra, pelanggan adalah mitra, untuk itu Astra selalu membuka komunikasi
terhadap pelanggannya melalui layanan customer service di outlet Astra, telepon hotline service atau
melalui email di website Perusahaan. Melalui sarana komunikasi tersebut, pelanggan dapat dengan
mudah memberikan masukan, kritik (keluhan) dan saran yang membangun untuk Astra. Sebagai
perusahaan yang mengutamakan kepercayaan pelanggan, Astra selalu melakukan pemantauan keluhan
pelanggan dan penanganannya. Adapun kritik dan saran juga disampaikan pelanggan melalui media
cetak, media elektronik (online) dan email yang masuk ke milis Corporate Communications Astra, yang
diantaranya berisi tentang keluhan terhadap pemenuhan pelayanan produk dan jasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pada akhirnya, kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan akan menjadi
semangat bagi Astra untuk terus meningkatkan kualitas layanan produk dan jasa untuk mencapai
kepuasan pelanggan yang merupakan kunci dalam menciptakan loyalitas pelanggan.

Selain itu tentunya diperlukan upaya yang lebih dalam menjangkau secara merata sejumlah 185.580
karyawan yang tersebar luas di seluruh nusantara. Media informasiyang digunakan bervariasi, terdiri dari
publikasi internal berupa Majalah Astra yang terbit secara bulanan dan Majalah Dinding Astra yang terbit
dua bulan sekali, hingga Astranet yang dikelola melalui kerja sama dengan Corporate Organization and
Human Capital Development (CHCD), sebagai sarana informasi penting terkait perkembangan Perseroan
dan melibatkan partisipasi aktif karyawan dalam menyumbang informasi dan saran kepada manajemen
tentang kebutuhan dan kondisi di lingkungan Perusahaan.

Manajemen juga memahami kebutuhan untuk memperhatikan, mendengarkan dan menanggapi


keprihatinan dan aspirasi para karyawan sehingga mendukung penyelenggaraan Forum Komunikasi
Internal yang dikelola secara regional. Diketuai Koordinator Regional, sistem ini berfungi untuk
mengkoordinasi komunikasi aktif karyawan melalui media komunikasi yang dilaksanakan secara reguler,
seperti Forum Komunikasi Person In Charge Public Relations yang diselenggarakan sebanyak empat kali
selama 2012, Forum Human Resource, dua kali Forum Hubungan Investor, Forum Finansial, Forum
Legal, Forum Sekuriti yang diadakan enam kali bersama Person in Charge Sekuriti dan satu kali bersama
Director in Charge Sekuriti, Forum Internal Audit dan Forum Environment Social Responsibility sebanyak
dua kali penyelenggaraan dalam satu tahun. Pertukaran informasi melalui forum-forum tersebut di satu
sisi membantu menciptakan tanggapan positif dari para peserta dan di sisi lain membuahkan gagasan-
gagasan bermanfaat bagi Perseroan.
Sebagai warga korporasi (corporate citizen), Perusahaan memiliki tekad dan upaya untuk mencapai
cita-cita “Sejahtera bersama Bangsa”. Astra ingin menjadi institusi bisnis yang mendatangkan
kemaslahatan, baik kepada pemegang saham maupun bagi seluruh pemangku kepentingan yang ada di
bumi pertiwi Indonesia. Astra meneguhkan niatnya untuk menjadi warga korporasi yang baik (good
corporate citizen), yang bersikap dan berperilaku selaras dengan hukum, peraturan dan etika,
mengimplementasikan sistem manajemen yang efektif, serta memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Dalam rangka membangun Astra sebagai good corporate citizen, Astra telah menyusun Astra Good
Corporate Governance sebagai suatu pedoman perilaku untuk menjadi panduan bagi segenap insan
Astra dalam bersikap dan berperilaku secara pantas dan semestinya dalam mencapai cita-cita “Sejahtera
Bersama Bangsa”.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan,


peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good
Corporate Governance [GCG] ) dan performa kepedulian sosial perusahaan.

2. Prinsip Good Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman harus digunakan oleh
pimpinan perusahaan dan para pegawai agar segala tindakan maupun keputusan yang
dilakukannya adalah dalam rangka mendukung kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
Kaidah, norma ataupun pedoman yang digunakan harus mengikuti kaidah yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah maupun ketentuan pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan pada
perusahan publik. Agar praktek-praktek good governance menjadi tindakan yang nyata dari
pimpinan dan para pegawainya, maka diperlukan suatu pedoman Good Corporate Governance
(GCG).

3. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis
dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip GCG (2006) yaitu transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai
kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku
kepentingan (stakeholders).

4. PT. Astra International Tbk, saat ini telah memiliki 6 bidang usaha : Otomotif, Jasa Keuangan,
Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik dan Teknologi Informasi.
Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen Astra mempercayai dan memahami bahwa
setiap keputusan bisnis yang diambil harus berdasarkan pada Catur Dharma. Sepanjang sejarah
Astra, nilai-nilai falsafah tersebut selalu menjadi acuan manajemen. Dan dengan berjalannya
waktu nilai-nilai tersebut semakin terinternalisasi dan tercermin dalam semua aspek operasional
perusahaan.

5. Keadaan perkembangan bisnis yang semakin kompleks mendorong diawalinya suatu inisiatif
pada akhir tahun 2006 untuk menyusun Pedoman Good Coorporate Governance(GCG) yang
juga menjadi acuan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan
perusahaan agar senantiasa memperhatikan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar
Perseroan serta prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kesetaraan.

6. Pedoman GCG PT. Astra International Tbk, di susun berdasarkan kepada pedoman yang
diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui bukunya yang baru
dirilis tahun 2006 berjudul “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”.

7. Astra Code of Conduct merupakan bagian dari Astra Good Corporate Governance. Astra telah
memiliki Code of Conduct sejak tahun 2001. Pada tahun 2012, Astra melakukan revisi atas Astra
Code of Conduct setelah dilakukan penelaahan kembali dan penyesuaian kebijakan dengan
peraturan dan praktik-praktik yang berlaku saat ini. Oleh karena konsisten dalam menjalankan
code of conduct yang merupakan bagian dari GCG serta kegiatan –

8. kegiatan CSR yang sesuai dengan kebutuhan target yang dituju, mala selama ini tidak ada isu –
isu signifikasn yang mengganggu perkembangan bisnis Astra.

Anda mungkin juga menyukai