Anda di halaman 1dari 6

Tugas Teori Pembelajaran IPA

TEORI BELAJAR YANG TERKANDUNG DALAM TESIS


(KONSTRUKTIVISME, KOGNITIVISME,
BEHAVIORISME, DAN HUMANISTIK)

DISUSUN OLEH:

CUT LUTHFIA HARUM


NPM. 1709200170004

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dan Persyaratan


Mata Kuliah Teori Pembelajaran IPA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2018
JUDUL TESIS:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF BERBASIS PHET


TERHADAP MOTIVASI DAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI
GELOMBANG MEKANIK

Teori belajar yang digunakan dalam tesis ini yaitu:


1) Teori belajar konstruktivisme
2) Teori belajar kognitivisme
3) Teori belajar behaviorisme
4) Teori belajar humanistik

Teori belajar adalah upaya yang disusun untuk memberikan gambaran akan
bagaimana manusia mempelajari sesuatu sehingga didapatkan pemahaman mengenai
proses pembelajaran yang kompleks dan inheren. Perbuatan belajar akan
menimbulkan perubahan pada beberapa aspek kehidupan seseorang, maka para ahli
berusaha memberikan rumusan mengenai pengertian belajar, yang sampai kepada
kesimpulan umum bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah
laku yang dapat mengarah kepada baik dan buruk.

1) Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivistik menyatakan bahwa permasalahan dimunculkan
dari pancingan secara internal, dan muncul karena terbangun berdasarkan
pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh para siswa sedikit demi sedikit, dan
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak datang secara tiba – tiba.
Dalam teori ini sangat dipercaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalahnya,
menyusun pengetahuannya sendiri melalui kemampuannya berpikir dan tantangan
yang dihadapi oleh para siswa, dapat menyelesaikan dan membuat konsep mengenai
keseluruhan pengalaman yang berupa kenyataan dan teori dalam satu bangunan yang
utuh.
Teori ini digunakan dalam menerapkan model pembelajaran generatif sebagai
upaya untuk membangun susunan hidup yang berbudaya modern. Pengetahuan tidak
dianggap sebagai seperangkat fakta, konsep ataupun kaidah yang sudah siap untuk
diambil dan diingat begitu saja melainkan harus direkonstruksi oleh manusia dan
diberi makna yang didapat melalui pengalaman yang nyata. Siswa akan lebih paham
dengan teori ini karena terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru dan akan
mampu mengaplikasikan dalam semua situasi. Jika siswa terlibat dalam knsep belajar
secara langsung maka mereka akan dapat mengingat informasi dan konsep lebih
lama.
Dalam teori ini, murid juga akan diajarkan bagaimana cara menemukan
pengetahuan secara individual. Peran aktif sangat diperlukan. Ini sangat tepat untuk
merangsang kecerdasan masing-masing individu. Penerapannya misalnya pada saat
pelajaran geografi dimana setiap pelajar harus menunjukkan lokasi sebuah negara di
peta. Sistem lebih berpusat pada personal bukan perkelompok.

2) Teori belajar kognitivisme


Dalam teori ini ditekankan bahwa belajar adalah proses berpikir dimana siswa
mencoba menemukan hal baru yang berkaitan dengan pengalaman lama yang sudah
didapatkan. Contohnya adalah dalam diskusi sebuah materi. Disini siswa diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara berkelompok. Hasil
pengalaman yang didapatkan akan lebih bertahan lama karena diperoleh dengan cara
sendiri.
Menurut Pahliwandari (2016:163), dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan
siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan
retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan beru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika
tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

3) Teori belajar behaviorisme


Teori behaviorisme adalah sebuah teori yang berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati. Agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan,
diperlukan penggunaan pengulangan dan pelatihan. Penerapan teori behavioristik
dalam model pembelajaran generatif mengharapkan hasil berupa terbentuknya
perilaku yang diinginkan. Penguatan positif akan diberikan pada perilaku yang
diinginkan dan sebaliknya perilaku yang tidak atau kurang sesuai akan mendapatkan
penilaian atau penghargaan negatif.
Gage dan Berliner adalah pecentus teori belajar behavioristik. Orang yang
belajar diposisikan sebagai individu yang pasif dan menggunakan metode pelatihan
untuk memicu respon atau perilaku tertentu. Evaluasi dan penilaian pada teori
behavioristik akan didasarkan pada perilaku yang tampak. Guru tidak akan banyak
memberikan ceramah, namun akan memberikan instruksi singkat yang diikuti
dengan pemberian contoh melalui simulasi atau dari guru sendiri.
Menurut Nahar (2016:73) bahwa teori belajar behavioristik cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan
proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa yang tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang
dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif,
sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan kepada siswa.
Teori ini juga berpengaruh pada perubahan perilaku yang akan
mempengaruhi psikologi siswa. Tidak hanya cara berpikir dan hasil bagus saja yang
diperhatikan. Mental juga harus dibangun. Pengajar harus mampu memupuk
keberanian agar semua siswa aktif dalam proses belajar. Misalnya pengajar sengaja
memberikan pertanyaan dan bagi murid yang berani menjawab akan mendapatkan
reward. Kondisi ini akan melatih keaktifan dan keberanian.

4) Teori belajar humanistik


Tujuan dari proses belajar adalah untuk memanusiakan manusia itu sendiri.
Proses belajar akan dianggap berhasil ketika pelajar telah dapat memahami
lingkungannya serta dirinya sendiri, dan berusaha untuk mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik – baiknya. Teori ini akan mengambil sudut pandang dari pelaku
belajar dan bukan dari pengamat. Menurut Qodir (2017:199) bahwa pendidikan saat
ini cenderung bersifat pragmatism, yang mana siswa dianggap sebagai sebuah gelas
yang kosong yang hanya bisa diisi tanpa peduli terhadap potensi yang dimilikinya.
Hal ini bisa memasung potensi yang tertanam dala diri siswa. Pembelajaran
humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk menentukan arah
hidupnya. Siswa diarahkan untuk dapat bertanggungjawab penuh atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain. Dalam pembelajaran humanistic seorang guru
tidak bertindak sebagai guru yang hanya memberikan asupan materi yang dibutuhkan
siswa secara keseluruhan, namun guru hanya berperan sebagai fasilitator dan partner
dialog.
Dalam menerapkan model pembelajaran generatif guru berperan sebagai
fasilitator untuk memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna kehidupan
pada siswa. Pelaku utama dalam teori ini adalah siswa yang dapat memaknai proses
pengalaman belajarnya dengan sendirinya.
Karena itu, faktor emosional dan pengalaman emosional siswa sangat penting
dalam peristiwa pembelajaran sebab tanpa adanya motivasi dan keinginan dari pihak
siswa maka asimilasi pengetahuan baru ke dalam kognitif yang dimiliki siswa tidak
akan terjadi. Teori ini menyatakan bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan
asalkan bertujuan untuk memanusiakan manusia agar dapat mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri pelajar secara optimal. Teori ini merangkum dan
memanfaatkan kelebihan serta kekurangan berbagai teori belajar untuk mencapai
tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA:

Baharuddin., &Wahyuni, E.N. 2015. Teori Belajar & PembelajaranYogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Nahar, N.I. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Pengetahuan Ilmu Sosial. ISSN 2541-657X.

Pahliwandari, R. 2016. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitivisme dalam Pembelajaran


Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga, 5(2):154-164.

Qodir, A. 2017. Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Siswa. Jurnal
Pedagogik, 4(2):188-202.

Ummi, H.U., & Mulyaningsih, I. 2016. Penerapan teori konstruktivisme pada Pembelajaran
Bahasa Arab di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Journal Indonesian Language
Education and Literature, 1(2):162-172.

Anda mungkin juga menyukai