Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

NAMA : M.ARIF FIKRI AL-RIDHO


NIM : G111 16 302
KELAS :E
KELOMPOK : 13
ASISTEN : PRATAMA PUTRA

DEPARTEMEN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang pertanian, tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran, penopang tegak
tumbuhnya tanaman, serta penyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg). Dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota atau organisme yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman. (Hanafiah, 2014)
Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk
menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik
dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah,
pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan
berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horison-horison tanah. Horizon
tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses
pembentukan tanah dan proses pembentukan tanah ini juga dipengaruhi oleh
iklim, bahan induk, organisme, topografi dan waktu (Hardjowigeno, 2015)
Dari proses pembentukan tanah tersebut, secara vertikal tanah membentuk
horizon-horizon (lapiasan-lapisan) yang berbeda-beda baik morfologi seperti
ketebalan dan warnanya, maupun karasteristik fisik, kimiawi, dan biologis
masing-masingnya sebagai konsekuensi bekerjanya faktor-faktor lingkungan
terhadap bahan induk asalnya maupun bahan-bahan eksternal, berupa bahan
organik sisa-sisa biota yang hidup diatasnya dan mineral nonbahan-induk yang
berasal dari letusan gunung api, atau yang terbawah oleh aliran air. Susunan
horizon-horizon tanah dalam lapisan permukaan bumi setebal 100-120 cm disebut
sebagai profil tanah. (Hanafiah, 2014)
Profil tanah itu sendiri merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas
hingga ke bebatuaan induk tanah, yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-
E-B-C-R. Sedangkan horizon yang menyusun solum tanah adalah hanya horizon
A, E, dan B. Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman –
tanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya
mempunyai ketebalan dibawah 30 cm (Hanafiah, 2014)

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana profil tanah dibuat
dan diamati, kenampakan dari profil tanah secara utuh, pencirian horizon-horizon
tanah, pembentukan tanah dari bahan induknya, dan bagaimana mencatat hasil
pengamatan suatu profil tanah. Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu agar
kita dapat mengetahui dan membedakan tiap-tiap horizon tanah dengan
melihatnya langsung dilapangan serta mengetahui karakteristik dari masing-
masing horizon pada profil tanah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Pembentuk Tanah

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah


menurut Hardjowigeno (2015), antara lain iklim, organisme, bahan induk,
topografi, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:

1. Iklim

Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah.
Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan
fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik 10° C maka kecepatan reaksi menjadi dua
kali lipat. Reaksi-reaksi mikroorganisme juga dipengaruhi oleh suhu tanah.
Adanya suhu dan curah hujan tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia
berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.

2. Organisme

Pengaruh orgaisme terhadap pembentukan tanah tidaklah kecil, akumulasi bahan


organik, siklus unsur hara dan pembentukan stuktur tanah yang stabil sangat
dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Di samping itu unsur nitrogen
dapat diikat ke dalam tanah oleh mikroorgaisme baik yang hidup sendiri di dalam
tanah maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Demikian juga vegetasi yang
tumbuh di tanah tersebut dapat menjadi penghalang untuk terjadinya erosi,
sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang.

3. Bahan Induk

Sifat-sifat batuan induk masih tetap dilihat, bahkan pada daerah tanah humit yang
telah mengalami pelapukan sangat lanjut. Misal tanah-tanah bertekstur pasir
akibat kandungan pasir yang tinggi dari bahan induk. Susunan mineral dan kimia
bahan induk tidak hanya berpengaruh terhadap intensitas tingkat pelapukan,
namun kadang-kadang menentukan jenis vegetasi alami yang tumbuh di atasnya.
Terdapatnya batu kapur di daerah humit akan menghambat tingkat kemasaman
tanah. Di samping itu vegetasi yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur
biasanya banyak mengandung basa-basa. Bahan induk berasal dari batuan beku,
batuan sedimen, batuan metamorfose, bahan induk organik.

4. Topografi (relief)

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di
dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses
pementukan tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap
atau yang ditahan masah tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah,
mempengaruhi besarnya erosi dan mengarahkan gerakan air dan bahan-bahan
yang terlarut di dalamnya.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus mangalami perubahan akibat
dari pelapukan dan pencucian yang terus menerus sehingga tanah tua menjadi
semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis
mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Profil tanah juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur.

2.2 Profil Tanah

Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horizon-horizon (lapisan-


lapisan) yang berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan
warnanya, maupun karakteristik fisik, kimiawi, dan biologis masing-masingnya
sebagai konsekuensi bekerjanya faktor-faktor lingkungan terhadap bahan induk
asalnya maupun bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa biota yang
hidup di atasnya dan mineral nonbahan-induk yang berasal dari letusan gunung
api, atau yang terbawa oleh aliran air. Susunan horizon-horizon tanah dalam
lapisan permukaan bumi mempunyai ketebalan 100-120 cm disebut sebagai profil
tanah( Hanafiah, 2014).
Profil tanah itu merupakan suatu irirsan melintang pada ubuh tanah, dibuat
dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya (Sutedjo, Kartasapoetra, 2002)
Pembentukan horizon-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru
yang di sebut tanah. Ada enam horizon utama yang menyusun profil tnah berturut
turut dari atas ke bawah yaitu horizon O, A, E, B, C, dan R sedangkan horizon
yang menyusun solum tanah adalah hanya horizon A, E, dan B (Hardjowigeno,
2015)

2.3 Sifat – Sifat Tanah

Tanah sebagai media tanaman memilki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat
dari sifat fisik, kimiawi, maupun biologisnya dimana ketiganya ini saling
mempengaruhi satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini
penjelasan masing-masing sifat atau karakteristik tanah baik dari sifat fisik,
kimiawi, maupun biologisnya.

2.3.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah itu merupakan karakterisitik, proses, atau reaksi dari tanah yang
diakibatkan oleh berbagai gaya/kekuatan yang dapat dinyatakan atau
diekspresikan dengan istilah/persamaan fisik.
Menurut Hardjowigeno (2015), sifat - sifat fisika tanah meliputi batas-batas
horizon, warna tanah, drainase tanah, tekstur tanah, struktur tanah dan konsistensi
tanah dimana dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan batas
horison horison ini diberikan ke dalam beberapa tingkatan nyata yaitu lebar
peralihan kurang dari 2,5 cm dan berangsur. Warna tanah menunjukkan apabila
makin tinggi bahan organik, warna tanah semakin gelap. Didaerah berdrainase
buruk yaitu daerah yg selalu tergenang air sedangkan tanah yang berdrainase baik
yaitu tanah yang tidak pernah terendam air. Tekstur tanah menunjukkan halus
kasarnya tanah dari fraksi tanah halus. Tanah dikelompokkan ke dalam beberapa
tekstur tanah yaitu: kasar, agak kasar, sedang, agak halus, dan halus. Struktur
tanah yang merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. struktur ini terjadi
karna butir-butir pasir debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat
seperti bahan organik oksida-oksida besi. Konsistensi tanah merupakan kekuatan
daya kohesi butir- butir tanah dengan benda lain. Tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah di olah dan tidak melekat pada alat pengolah
tanah, yang juga mempengaruhi bulk density (kerapatan isi tanah) yang
menunjukan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah
termasuk volume pori pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan
tanah.
2.3.2 Sifat Kimia Tanah

Pada permukaan partikel tanah terjadi berbagai reaksi kimiawi tanah yang
menentukan pergerakan, penyediaan, dan penyerapan unsur hara dari tanah ke
tanaman (Hanafiah, 2014)
Menurut Hardjowigeno (2015), sifat-sifat kimia tanah itu meliputi pH tanah,
koloid tanah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa dimana reaksi tanah (pH
tanah) itu menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di dalam tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Koloid
tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga
membentuk permukaan yang tinggi persatuan berat. Koloid tanah merupakan
bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi reaksi fisikokimia di dalam tanah
yang juga mempengaruhi kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam satuan
kimia yaitu miliekivalen per 100 g. Sedangkan pertukaran anion banyak
ditemukan pada mineral liat. Kejenuhan basa menunjukan perbandingan antara
jumlah kation kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam
kompleks jerapan tanah.
III. METODOLOGI

3.1 Letak Geografis dan Batas Penggunaan Lahan

Letak Geografis dari lokasi pengamatan profil tanah adalah 05°07’37”LS dan
119°28’54,1”BT. Sedangkan batas penggunaan lahan dari lokasi pengamatan
adalah:
- Sebelah Utara : Tanaman Hortikultura
- Sebelah Timur : Tanaman Semusim
- Sebelah Selatan : Semak
- Sebelah Barat : Tanaman Hortikultura

3.2. Tempat dan Waktu

Pengamatan profil tanah dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian,


Universitas Hasanuddin, pada hari Sabtu tanggal 08 oktober 2016 pukul 13.00 –
17.00 WITA dan hari Minggu, 09 Oktober 2016 pukul. 08.00-13.00 WITA.

3.3 Alat dan bahan

Pada praktikum profil tanah ini, alat-alat yang digunakan untuk pengambilan
sampel tanah profil adalah cangkul, linggis, sekop, cutter, meteran, dan ring
sampel. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu profil tanah dan DIP (Daftar
Isian Profil)

3.4 Prosedur kerja

3.4.1 Penggalian profil

Untuk membuat penampang profil, maka langkah-langkah yang harus dilakukan


adalah sebagai berikut :
1. Membuat lubang besar yang berbentuk seperti penampang dengan ukuran 1,5
X 1 m, supaya kita dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya dan
pengamatan dapat dilakukan dengan baik. Dan juga dibuatkan tangga untuk
mempermudah dalam proses pengamatan di dalam tanah.
2. Menggali tanah namun tidak ditumpuk pada sisi samping atas lubang tetapi
diratakan agar tanah tersebut tidak dapat turun ke galian lubang.
3. Melakukan pengamatan di sisi lubang penampang yang mendapat sinar
matahari.
4. Melakukan pengamatan pada saat sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi dan
tidak terlalu sore). Karena, akan sulit megetahui warna tanah apabila
pengamatan dilakukan saat matahari terik/cerah.

3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil sampel tanah utuh adalah


sebagai berikut :
a. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian
meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah.
b. Menekan ring sampel sampai masuk ke dalan tanah.
c. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan sekop dan linggis.
d. Memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan ring sampel.
e. Menutup ring sampel dengan plastik.

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil sampel tanah terganggu


adalah sebagai berikut :
a. Mengambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang
akan diambil.
b. Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah diberi kertas label.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan dapat dilihat pada


tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Profil Tanah di kebun percobaan Fakultas Pertanian,


Univeristas Hasanuddin
Informasi Keadaan Tempat Pengamatan
Ketinggian 14 mdpl
Sistem tanam Tumpeng sari
Cuaca Cerah berawan
Kelembaban tanah Lembab
Erosi Tanah Ringan
Bahaya banjir Tidak ada

Parameter Lapisan
Pengamatan I II III
Kedalaman Lapisan (cm) 0 – 25 25 – 70 70 – 100
Lembab
Konsistensi Kering teguh Lembab lepas
gembur
Granula (halus Granula (halus
Struktur Agak Kasar
dan lemah) dan lemah)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah, terdapat kenampakan topografi tanah


relatif datar yang menyebabkan erosi tanahnya ringan, sehingga kecil
kemungkinan terjadinya erosi tanah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2015) bahwa erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam
atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran
permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut air meningkat pula. Bahaya
banjir pada lokasi pengamatan profil tanah juga tergantung pada sifat fisik tanah
dimana pada pengamatan profil tanah yang dilakukan, sifat fisik tanahmya itu
gembur, sehingga daya serap air terhadap tanah itu bagus dan tidak menimbulkan
bahaya banjir.
Selanjutnya pada pengamatan profil tanah, konsistensi tanah pada lapisan
II yaitu dalam keadaan lembab gembur yang baik digunakan dalam bidang
pertanian karena sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2015) yaitu tanah-tanah
yang mempunyai konsistensi baik umumya mudah diolah dan tanah yang mudah
diolah tersebut yaitu tanah yang konsistensinya lembab gembur. Tanah yang
konsistensinya lembab lepas dan kering teguh yang terdapat pada lapisan I dan III
itu kurang baik untuk bidang pertanian karena tanah yang konsistensinya lembab
lepas itu tanah nya tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah pasir) dan juga
pada tanah yang konsistensinya kering teguh dimana tanah tersebut susah untuk di
cangkul, sulit untuk diolah, dan tanahnya juga sukar hancur apabila di remas,
sehingga tidak baik dalam bidang pertanian.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Terdapat perbedaan pada setiap lapisan pengamatan profil tanah dari segi
kedalaman tanah, konsistensi tanah, dan struktur tanah. Pada konsistensi tanah,
lapisan I dan III nya kurang baik digunakan dalam bidang pertanian karena
konsistensi lapisan I yaitu lembab lepas dan didominasi oleh fraksi pasir,
kemudian pada lapisan III yaitu kering teguh sehingga tanahnya susah untuk di
cangkul dan sulit untuk diolah. Sedangkan pada lapisan II itu cocok digunakan
dalam bidang pertanian karena konsistensi tanahnya baik sehingga tanah tersebut
mudah untuk diolah.

5.2 Saran

Untuk pengamatan profil tanah, sebaiknya dalam proses penggalian untuk lebih
dioptimalkan dalam dilengkapi dan disiapkan alat-alat yang akan digunakan.
Misalnya menyiapkan alat atau mesin agar lapisan tanah bisa dapat dilihat dengan
jelas, dan juga agar tidak memakan waktu yang lama dalam proses penggaliannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K. A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit PT Raja


Grafindo Persada.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo.
Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.
LAMPIRAN

Penggalian Profil Tanah Pengukuran kedalaman Profil Tanah

Proses Pengambilan Sampel Proses pengamatan struktur tanah

Anda mungkin juga menyukai