Anda di halaman 1dari 13

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang

Kondisi Black Out adalah kondisi dimana


sumber tenaga penggerak utama, permesinan bantu, dan peralatan lainnya pada kapal tidak
beroperasi karena tidak adanya pasokan listrik yang disebabkan oleh kegagalan pada sistem
kelistrikan.

Apabila Black Out terjadi pada kapal, maka harus disiapkan sebuah sistem kelistrikan yang
mampu memasok listrik ke peralatan-peralatan krusial pada kapal. Untuk meningkatkan nilai
keselamatan, sistem ini dibuat aktis secara otomatis agar kapal tidak berada dalam kondisi
Black Out dalam waktu yang lama.

I.2. Perumusan Masalah

Peralatan apa sajakah yang harus tetap dapat digunakan pada saat keadaan
emergency/darurat?

Berapakah besarnya daya listrik yang diperlukan pada saat kondisi


emergency/darurat?

Bagaimanakah sistem pengaktifan emergency genset pada kapal saat ini?

Komponen apa sajakah yang perlu ditambahkan pada instalasi kelistrikan yang telah
ada pada kapal agar sistem otomatisasi emergency genset dapat diterapkan?

I.3. Batasan Masalah

Beban listrik yang dihitung adalah beban listrik yang hanya berasal dari peralatan
yang harus tetap beroperasi pada keadaan darurat/emergency.

Perancangan yang dilakukan terbatas pada kapal yangmmenggunakan genset sebagai


sumber pasokan kebutuhan listrik pada keadaan darurat (ESEP).

I.4. Tujuan

Untuk menentukan peralatan apa saja yang harus tetap dapat digunakan pada saat
keadaan emergency/darurat.

Untuk Menghitung besarnya daya listrik yang diperlukan pada saat kondisi
emergency/darurat

Untuk merancang sebuah instalasi kelistrikan untuk sistem otomatisasi emergency


genset pada kapal.

Untuk menganalisa komponen apa sajakah yang perlu ditambahkan pada instalasi
kelistrikan yang telah ada pada kapal agar sistem otomatisasi emergency genset dapat
diterapkan
II. Tinjauan Pustaka

II.1. Generator

Generator adalah mesin listrik yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik dengan
menggunakan prinsip induksi magnet. Yang dimaksud dengan

prinsip induksi magnet adalah saat sebuah konduktor digerakkan pada medan magnet
sehingga gerakan konduktor memotong flux magnetik, maka pada konduktor akan timbul
tegangan. Sehingga listrik yg timbul dalam siklus: positif-nol-negatif-nol (AC). Generator
DC membalik arah arus saat tegangan negatif, menggunakan
mekanisme cincin-belah, sehingga hasilnya jadi siklus: positif-nol-positif-nol (DC). Pada
kapal biasanya digunakan generator AC atau lebih dikenal dengan istilah alternator.

Baik pada generator DC maupun AC, konstruksi dasarnya berupa konduktor sebagai
penghasil tegangan dan sebuah bagian yang menghasilkan medan magnet. Sebagai
representasi dari kedua bagian tersebut, setiap generator pasti memiliki rotor dan stator. Rotor
merupakan bagian yang berputar dan stator merupakan bagian yang diam. Pada generator
DC, penghasil tegangan adalah rotor sedangkan pada generator AC, baik rotor maupun stator
dapat menghasilkan tegangan.

Untuk Generator AC dengan rotor sebagai penghasil tegangan, konstruksi hampir sama
dengan generator DC hanya saja
tegangan yang dihasilkan tidak disearahkan dengan komutator melainkan langsung dialirkan
melalui slipring dan arus penguat dialirkan menuju bagian stator. Generator dengan tipe
seperti ini biasanya digunakan untuk memasok kebutuhan listrik yang tidak besar. Untuk
generator AC dengan stator sebagai penghasil tegangan, arus penguat dialirkan menuju rotor
sehingga saat rotor berputar, terjadi medan putar. Keuntungan sistem ini adalah tegangan
yang dihasilkan dapat langsung dihubungkan dengan beban listrik dan dapat mengurangi
resiko short circuit karena tidak menggunakan slip ring ataupun sikat arang sebagai pengalir
tegangan yang dihasilkan, karena slip sing dan sikat arang merupakan komponen yang sulit
untuk diisolasi.

Gambar II.a : Generator AC dengan rotor sebagai penghasil tegangan

Gambar II.b : Generator AC dengan stator sebagai penghasil tegangan

II.2. Generator Set


Definisi

Sesuai dengan prinsip kerja generator, yaitu mengubah energi mekanik menjadi energi listrik,
maka diperlukan penggerak untuk memutar rotor generator. Sumber energi mekanik ini dapat
berupa turbin uap, turbin air, ataupun motor diesel. Gabungan antara generator dengan
penghasil energi mekaniknya disebut dengan generator set.
Proses Starting

Emergency genset merupakan generator cadangan yang dipergunakan hanya dalam keadaan
darurat sehingga saat kapal berada dalam keadaan normalnya, genset akan berada dalam keadaan
stand by atau siap diaktifkan sewaktu-waktu. Dalam keadaan darurat, dibutuhkan proses
starting genset yang cepat agar tersedia waktu yang cukup untuk melakukan perbaikan,
pengaktifan
kembali generator utama ataupun menghubungi pelabuhan terdekat untuk meminta bantuan
pertolongan.

Berbeda dengan generator utama yang menggunakan sistem udara bertekanan


untuk proses starting, emergency menggunakan listrik untuk proses starting. Secara garis
besar proses starting dibagi menjadi dua yaitu :

a. Manual

Yang dimaksud dengan manual adalah proses starting dengan sistem listrik namun operator
harus menekan tombol pengaktifan yang terdapat pada panel emergency genset yang
biasanya terletak terpisah dari panel genset utama. Proses manual dengan mengengkol
crankshaft maupun camshaft dapat saja dilakukan namun terbatas pada genset dengan
penggerak kecil karena keterbatasan tenaga manusia.

b. Otomatis

Proses pengaktifan ini dilakukan tanpa perlu ada operator yang mengaktifkan emergency
genset dari panelnya. Sistem ini akan membaca keadaan gagalnya genset utama dengan
membaca signal yang diolah oleh sebuah komponen yang biasa dikenal dengan genset
controller. Saat genset utama mengalami kerusakan/gagal, genset controller akan membaca
signal tersebut dan memulai proses pengaktifan emergency genset secara otomatis. Secara
umum proses starting genset dapat dijelaskan melalui diagram berikut :
Preheating Glow plugs
Glow control
starting switch

DC

Regulating
switch Dynamo

Starter 12 or
24v Charging
control
Battery

Diagram II.a : komponen pada proses


starting genset

1. Sebuah battery akan memberikan arus listrik yang akan menutup preheating starting
switch.
2. Melalui glow control, glow plugs akan menaikkan temperature pengapian saat proses
starting. Proses pre-heating ini memakan waktu sesuai dengan karakteristik dari engine.
Proses ini dapat dipercepat dua kali lipat dengan menaikkan tegangan selama 50% dari
waktu total proses preheating normal.
3. Proses pre-heating ini merupakan proses untuk engine mencapai putaran pengapiannya
dan temperatur tertentu. Kedua parameter ini tergantung dari karakteristik engine
4. Listrik juga akan mengaktifkan starter yang berupa motor DC 12 atau 24 V yang
terhubung dengan flywheel melalui sebuah magnet switch yang terdapat di dalam starter.
5. Aliran listrik juga akan menutup regulating switch yang berfungsi mengatur fungsi
berbeda dari control otomatis tenaga darurat.
6. Saat regulating switch menutup, listrik mengalir hingga tegangan dynamo dan battery
sama dan proses recharge battery pun berlangsung.
7. Dinamo dapat digantikan apabila charger otomatis battery dan sebuah tachometer switch
saat putaran pembakaran tercapai, terpasang pada genset.
8. Setelah kondisi preheating, genset sudah dapat diberikan beban.

Proses starting ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan yang dianjurkan oleh pembuat
engine atau
genset controller. Setelah jumlah maksimal starting tercapai, maka alarm peringatan akan
berhenti dan engine harus di non-aktifkan.

II.3. Black Out/Keadaan darurat pada kapal

Black Out adalah kondisi dimana sumber tenaga penggerak utama, permesinan bantu, dan
peralatan lainnya pada kapal tidak beroperasi karena tidak adanya pasokan listrik yang
disebabkan oleh kegagalan pada sistem kelistrikan. Penyebab gagalnya sistem kelistrikan ini
cukup banyak seperti genset utama mengalami kerusakan, peralatan sistem kontrol
mengalami kerusakan, short circuit, dll.
II.4. Beban Listrik pada keadaan darurat/emergency

SOLAS

International Convention For The Safety Of Life At Sea (SOLAS) memberikan aturan
mengenai instalasi kelistrikan pada kapal untuk keselamatan kapal, ABK, Penumpang,
maupun muatan pada chapter II-1 Construction-Structure, sub division and stability,
machinery and electrical installations part. D.

Biro Klasifikasi Indonesia

Biro Klasifikasi Indonesia memberikan aturan mengenai instalasi kelistrikan pada kapal
untuk keselamatan kapal, ABK,
Penumpang, maupun muatan pada Volume IV. Rules for electrical installations.

Dari kedua peraturan diatas dapat ditentukan peralatan yang harus tetap
beroperasi pada keadaan darurat/emergency. Karena data yang diperoleh berasal dari kapal
KRI. Tanjung Fatagar yang merupakan kapal angkut infanteri TNI maka sebagai acuan
khusus perhitungan beban listrik pada keadaan darurat/emergency adalah section 14.
Additional rules for passenger ship untuk BKI dan rules 42 untuk SOLAS. Peralatan-
peralatan tersebut antara lain :

1. Lampu penerangan untuk daerah peluncuran sekoci, gangway dan tangga pada dek
akomodasi, pada kamar mesin dan engine control room, pada ruang main switch board
dan emercency switchboard, pada ruang steering gear, CO2 room, serta ruang
penyimpanan perlengkapan pemadam kebakaran.
2. Lampu navigasi
3. Radio komunikasi
4. Sistem alarm dan deteksi kebakaran
5. Sistem alarm dan informasi
6. Peralatan navigasi
7. Automatic sprinkler pump
8. Sistem pintu kedap air

Semua perlengkapan diatas harus mampu beroperasi selama 36 jam terkecuali pintu kedap air
yang beroperasi selama 30 menit.

III. Metodologi

Pada Tahap ini dilakukan pengidentifikasian dan perumusan masalah yang ada. Pada skripsi
ini, permasalahan
yang diambil adalah otomatisasi
emergency genset pada kapal.

III.2. Studi Literatur

Studi literatur merupakan tahap dimana berbagai teori dasar mengenai penulisan skripsi ini
dipelajari. Beberapa teori dasar seperti kelistrikan, rangkaian listrik dan
komponen-komponennya, generator, hingga berbagai regulasi dan peraturan tentang sistem
kelistrikan pada kapal dipelajari. Tujuannya adalah agar dalam merancang sistem otomatisasi
emergency genset pada kapal sesuai dengan teori dasar dan berbagai peraturan.

Referensi dalam tahap ini diambil dari buku, paper, internet, tutorial, spesifikasi serta manual
book peralatan, dan sumber lainnya yang dapat mendukung bahasan skripsi ini.

III.3. Pengambilan dan pengumpulan data

Data yang diambil dan dikumpulkan pada skripsi ini berasal dari dua sumber, yaitu dari
sebuah plant (Terminal LPG Semarang) dan kapal milik TNI AL, KRI Tanjung Fatagar – 974
sebagai contoh kapal. Data yang diperoleh dari plant adalah wiring diagram instalasi
kelistrikan pada plant tersebut yang akan coba diterapkan pada sebuah kapal. Sedangkan data
yang diperoleh dari kapal berupa :

1. Ukuran utama kapal


2. Spesifikasi Emergency Genset
3. Kebutuhan Listrik pada keadaan darurat

III.4. Analisa data

Setelah data didapat dilakukan analisa terhadap data tersebut. Beberapa analisayang
dilakukan adalah penentuan perlengkapan yang tetap beroperasi pada keadaan
emergency/darurat, perhitungan kebutuhan daya listrik pada keadaan emergency/darurat,
pencocokkan kebutuhan daya listrik dengan daya yang mampu dihasilkan oleh genset, dan
pencocokkan spesifikasi komponen sistem otomatisasi emergency genset pada plant dengan
regulasi dan peraturan mengenai instalasi kelistrikan pada kapal.

III.5. Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem otomatisasi emergency genset. Dari berbagai
data yang telah dianalisa dapat dibuat suatu rancangan sistem otomatisasi dengan terlebih
dahulu menentukan berbagai komponen yang harus terdapat dalam sistem tersebut.
Perancangan ini harus dibuat disesuaikan dengan berbagai regulasi dan peraturan yang
berlaku.

III.6. Verifikasi

Verifikasi merupakan tahap dimana rancangan sistem yang telah dibuat di periksa kembali,
disesuaikan dengan regulasi dan peraturan yang berlaku agar tidak terjadi salah dalam
merancang sistem.

III.7. Kesimpulan dan Saran

Langkah terakhir dalam penyusunan tugas akhir ini adalah membuat kesimpulan dari
keseluruhan proses yang telah dilakukan sebelumnya serta memberikan jawaban atas
permasalahan yang ada. Selanjutnya setelah membuat kesimpulan adalah memberikan saran
berdasarkan hasil analisa untuk dijadikan dasar pada penelitian selanjutnya, baik terkait
secara langsung pada skripsi ini ataupun pada data- data dan metodologi yang nantinya akan
direferensi.
IV. Pembahasan

Perhitungan beban listrik


darurat/emergency

Berdasarkan peraturan SOLA S chapter II-1 Construction-Structure, sub division and


stability, machinery and electrical installations part. D. rules 42 dan BKI
Volume IV. Rules for electrical installations. section 14. Ad ditional rules for passenger ship.
Peralata n yang harus
beroperasi pada keadaan darurat/emergency adalah :

1. Lampu penerangan u ntuk daerah peluncuran sekoci, ga ngway dan tangga pada dek
akom odasi, pada kamar mesin dan engine control room, pada ruang main switc h board
dan emercency switchboard, pada ruang steering gear, CO2 room , serta ruang
penyimpanan perlengkap an pemadam kebakaran.
2. Lampu navigasi
3. Radio komunikasi
4. Sistem alarm dan deteksi kebakaran
5. Sistem alarm dan informa si
6. Peralatan navigasi
7. Automatic sprinkler pum p
8. Sistem pintu kedap air

Pemilihan Kabel dan Busbar

Nilai arus nominal dapat dipe roleh dengan menggunakan rumus :

Untuk arus 1 phasa :

I=

Untuk arus 3 phasa


I=

Dimana :

I = Arus Nominal (A) V = Tegangan (Volt) P = Daya (kW)

Cos = 0.8

Arus Start dapat dihitung dengan rumus :

I start = I x 3

Setelah diketahui nilai arus nominal dan arus start, maka dapat dipilih kabel dan busbar yang
sesuai deng an membaca tabel.

Perancangan Siste m Otomatisasi Emergency Genset.

Perancangan dilakukan dengan membuat single line diagram sistem otomatisasi emergency
genset dan control diagram circuit breaker pada rancangan yang dibuat. Perancangan dilakukan
dengan menggunakan softwar e Microsoft Visio 2003 yang mendukung dalam pembuatan
single line diagram dengan berbagai
lambang komponen listrik. Berikut adalah tampilan Microsoft visio 2003 :

Berikut hasil perancangan dengan


Microsoft Visio 2003 :
160.2545 kW. Hal ini sudah
disesuaikan dengan peraturan SOLAS
chapter II-1 Construction-Structure,
sub division and stability, machinery
and electrical installations part. D.
rules 42 dan BKI Volume IV. Rules for
electrical installations. section 14.
Additional rules for passenger ship.
· Untuk kapal KRI Tanjung Fatagar –
974, telah dilengkapi emergency
genset dengan daya sebesar 216 kW
sehingga mampu untuk mengatasi
beban listrik pada kondisi darurat
seperti yang telah dijelaskan pada poin
diatas.
· Sesuai dengan peraturan dari BKI
bahwa sumber listrik darurat harus
berada diatas geladak menerus dan di
belakang sekat tubrukan (BKI volume
IV. Rules for electrical installation.
Section 2. Installation of electrical
equipment). Letak emergency genset
pada KRI Tanjung Fatagar - 974
berada pada dek 7 dan mampu diakses
dari dek terbuka. Namun, sistem
starting genset yang berupa sistem
elektrik, masih dalam kondisi manual
sehingga dapat mengurangi nilai
keselamatan kapal.
· Berdasarkan peraturan BKI volume
IV. Rules for electrical installation.
Section 2. Installation of electrical
equipment tersebut maka dibutuhkan
sebuah sistem otomatisasi untuk
meningkatkan nilai keselamatan dan
mengurangi beban ABK. Sistem
otomatisasi tersebut terdiri dari
beberapa komponen utama
diantaranya :

Genset Controller
V. Kesimpulan Relay-relay
· Besarnya beban listrik total pada Circuit Breaker
kondisi darurat/emergency adalah
Indikator-indikator
· Penempatan relay yang tepat sangat
berpengaruh dalam sistem otomatisasi
inikarenakesalahandalam
penempatan relay dapat
mengakibatkan sistem tidak berjalan,
bahkan terjadi short circuit/korslet.

Penentuan Circuit breaker, kabel, dan


busbar yang tepat juga sangat penting
untuk faktor keselamatan sistem maupun
ABK.

Anda mungkin juga menyukai