Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE
PENGUMPULAN DATA

III.1 UMUM

Perencanaan D.E.D. (Detiled Engineering Design) yang dapat dipertanggung


jawabkan dari segi teknis maupun administrasi, diperlukan suatu pendetailan dan
data yang konkret dari berbagai sumber, baik dari sumber terdahulu (data
sekunder) maupun dari hasil pendataan yang dilakukan dilapangan. Untuk itu
diperlukan suatu adanya rencana kerja (schedule) penanganan pengumpulan
data yang jelas dan terkendali sehingga langkah-langkah perencanaan dapat
dilaksanakan dengan secara terperinci.

2.2 KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT

Berkoordinasi dengan instansi atau lembaga terkait yang merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan, agar implementasi dari pelaksanaan pekerjaan
perencanaan di lapangan dapat berjalan secara lancar tanpa ada benturan dan
kesalah pahaman yang diakibatkan kurangnya koordinasi dan informasi dari
pihak-pihak yang terkait. Pihak tersebut selain dari Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta (DPUP
& ESDM DIY), Bidang Bina Marga juga Instansi /Dinas lain yang memiliki
hubungan dekat dengan rencana pekerjaan Detiled Engineering Design (D.E.D)
Rehabilitasi/Pemeliharaan Ruas Jalan Yogyakarta-Bakulan (Parangtritis) dan
Poncosari-Kretek antara lain Pemerintahan Kabupaten Bantul dan keterlibatan
instansi lainnya yang mendukung perencanaan ini.

1
2.3 JENIS DATA YANG DIPERLUKAN

Jenis data yang diperlukan untuk menunjang perencanaan jalan, sebagai dasar
penganalisaan rancangan bangunan yang ekonomis, arsitektural, aman dan
memenuhi ketentuan standart perencanaan jalan, diperlukan data-data lapangan
secara lengkap yang dapat mewakili kondisi dan situasi di rencana lokasi
pekerjaan, sehingga nantinya hasil perencanaan secara kuantitas maupun
kualitas dapat memberikan kejelasan secara teknis yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan fisik .

2.3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan Persiapan bertujuan mengumpulkan data-data pendukung yang
dibutuhkan berdasarkan kondisi yang ada sebelum melaksanakan survey
detail dan data lainya untuk melengkapi survey pengukuran topografi,
penyelidikan tanah, penelitian hidrologi/drainase serta perencanaan teknis.
Berkenaan hal tersebut, maka selama pekerjaan persiapan Konsultan akan
melakukan pemeriksaan semua data-data yang ada dilapangan antara lain:
1. Menentukan perkiraan jenis perkerasan jalan yang sesuai
2. Mencari data/ informasi mengenai ruas jalan yang akan direncanakan.
3. Mencatat sumber material yang tersedia ( bila ada )
4. Membuat sketsa situasi rencana desain jalan.

2.3.2 Standar Perencanaan


Dalam melaksanakan perencanaan, referensi seperti dibawah ini akan
menjadi acuan yang akan diterapkan sebagai dasar perhitungan dan
perencanaan :
 Buku Pedoman Bina Marga No. 038/T/BM/1997 tentang Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota.
 Manual Desain Perkerasan (MDP) tahun 2013
 Tata Cara perencanaan drainase permukaan jalan, SK SNI T-22-1991-03
 Petunjuk perencanaan marka jalan, No. 012/T/BNKT/1990

2
 Peraturan penentuan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode
analisa komponen, SNI-1732-1989-F (SK BI-.3.26.1987)
 Petunjuk/Tata cara/Standar lainnya yang berhubungan.

2.3.3 Survey Pendahuluan


Dalam survai pendahuluan, konsultan akan mengumpulkan sebanyak
mungkin data yang diperlukan untuk perencanaan lebih lanjut. Untuk itu
konsultan akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengumpulkan dan mereview data mengenai alinyemen jalan dan
situasinya serta informasi lainnya secara umum, termasuk didalamnya
konfirmasi ruas yang akan ditangani.
2. Mengumpulkan dan mereview pemilihan lokasi atau daerah-daerah
khusus yang diperkirakan banyak membantu dalam tahap selanjutnya.
3. Menumpulkan dan mereview data mengenai bahan-bahan/meterial
maupun peralatan yang tersedia yang dapat menentukan jenis
konstruksi.
4. Mengumpulkan dan mereview data harga satuan bahan-bahan dan
material dilokasi.
5. Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan
6. Memperhatikan usulan lainnya baik dari Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi/Kotamadya maupun Pemimpim Proyek didaerah.
7. Menyusun rencana jadwal pelaksanaan dilapangan.
8. Mengupulkan data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap
penting.

Dari survai pendahuluan ini diharapkan konsultan sudah dapat menyajikan


metode penelitian dan perencanaan yang akan diterapkan, dan
mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
Semua hasil survei pendahuluan akan dilaporkan dalam bentuk Laporan
Survai Pendahuluan lengkap dengan foto berwarna untuk dikonsulatasikan
kepada Pemberi Tugas dan sebagai dasar persiapan langkah selanjutnya.

3
2.3.4 Survey Topografi
Pengukuran topografi dilakukan disepanjang sumbu (as jalan) rencana jalan
dan jalan masuk/keluar serta daerah-daerah sekitarnya yang diperlukan
dalam pembuatan rencana detail, meliputi lebar daerah milik jalan ditambah
dengan daerah sebelah kiri dan kanan dari daerah pengawasan jalan, sesuai
dengan kebutuhan untuk perencanaan teknis.
Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan :
1). Pengukuran titik-titik kontrol horisontal dan vertikal (Poligon Utama)
Titk kontrol poligon utama dibuat pada titik awal/akhir pekerjaan

2). Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang, melintang


a. Pengukuran situasi
Pengukuran situasi akan dilakukan secara cermat, semua data
lapangan/bangunan permanen diukur mislnya : bangunan-banguna
gedung, rumah-rumah permanen, pinggir bahu jalan, pinggir selokan,
letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang-tiang telepon serta
bangunan-bangunan lain yang dianggap perlu.
Patok Km dan Hm jika ada, serta patok-patok tanda-tanda penting
lainnya yang ada di tepi jalan akan diambil dan dihitung koordinatnya.
b. Pengukuran penampang memanjang
Pengukuran penampang memanjang diambil pada sumbu dari lintasan
yang dibutuhkan.
c. Pengukuran penampang melintang
Pengukuran penampang memanjang diambil setiap jarak 50 meter pada
bagian yang lurus dan landai dan setiap jarak 25 m untuk daerah-daerah
tikungan/miring terjal yang diusulkan.
Lebar pengukuran meliputi daerah seluas/sejauh 50 m sebelah kiri-kanan
sumbu jalan pada bagian yan lurus dan 25 m kesisi luar dan 50 m kesisi
dalam pada bagian jalan yang menikung atau sesuai kebutuhan.

3). Pemasangan patok-patok untuk titik ikat serta patok-patok tanda

4
a. Titik awal dan titik akhir sumbu jalan dan jembatan diikatkan pada titik-
titik poligon yang telah dibuat sebelumnya, dan diikatkan pada masing-
masing dua buah patok ikat beton yang diletakkan ditepi kiri dan kanan
daerah penguasaan jalan sebagai titik-titik ikat/BM penolongnya.
b. Patok beton denag ukuran 10 cm x 10 cm x 75 cm ditanam sedemikian
rupa sehingga bagian patok yang ada dibagian atas tanah adalah kurang
lebih 25 cm atau dengan patok besi berdiameter 5 cm sebagai titik ikat
poligon maupun sebagai BM.
c. Patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5 cm x 7 cm x
60 cm atau sesuai dengan kebutuhan. Pada patok poligon maupun patok
profil diberi tanda cat kuning dangan tulisan merah yang diletakkan
disebelah kiri kearah jalannya pengukuran. Khusus untuk profil
memanjang titik yang terletak disumbu jalan diber paku dangan
dilingkari cat kuning sebagai tanda.
d. Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap perlu ditempatkan titik tinggi
referensi pada tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan
kembali.
e. Patok beton patok tanda referensi dan titik tinggi referensi
didokumentasikan dan dijadikan acuan dalm penggambaran.

4). Perhitungan dan Penggambaran peta


Titik poligon utama dihitung koordinatnya berdasarkan pada metode kuadrat
terkecil. Penggambaran titik poligon tersebut tidak menggunakan cara
grafis.
Gambar ukur yang berupa gambar situasi digambar pada kertas milimeter
dengan skala 1 : 1000 dan garis ketinggian dengan interval 1 m. ketinggian
titik detail dicantumkan dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan
yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat baru dimasukan dalam
gambar dengan diberi tanda khusus. Koordinat beserta ketinggian poligon
utama dicantumkan dalam gambar dan dilampiri daftar data koordinat dan
ketinggiannya akan dilampirkan.

5
5). Prosedur pekerjaan pengukur
a. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan
diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut :
 Pemeriksaan theodolith :
Sumbu I vertikal, dengam koreksi nivo kotak dan nivo tabung
Sumbu II tegak lurus sumbu I
Garis bidik tegak lurus sumbu II
Kesalahan kolimadi horisontal = 0
 Pemeriksaan alat sipat datar
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
b. Pemasangan patok-patok
 Patok-patok BM
 Patok-patok kayu, dan dalam keadaan khusus ditambahkan patok
bantu
 Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah dekitar
patok diberi tanda-tanda khusus
 Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,
misalnya diatas permukaan jalan beraspal atau diatas permukaan
batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai dengan paku
seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.

c. Pengaturan titik kontrol


 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon,
dan semua titik ikat (BM) dijadikan sebagai titik poligon.
 Sisi poligon atau jarak titik poligon, diukur dengan meteran atau
dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolith dengan
ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan
theodolith jenis T2 atau yang setingkat.
 Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

6
© Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah
titik poligon.
© Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 2 seri (4
biasa dan 4 luar biasa).
d. Pengukuran titik kontrol vertikal
 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali
berdiri/pembacaan (double standard).
 Pengukuran sipat datar mencakup semua titik pengukuran (poligon,
sipat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
 Pengukuran sipat datar disarankan dilakukan dengan alat sipat datar
orde II dengan ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 mm kali akar
jumlah jarak (km).
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala
benar, jelas dan sama.
 Pada setiap pengukuran sipat datar dilakukan pembacaan ketiga
benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan
benang Bawah (BB), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan
harus dipenuhi 2 BT = BA + BB.

e. Pengukuran situasi
 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetry, yang
mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam, maupun manusia
yang ada disepanjang jalur pengukuran.
 Dalam pengambilan data perlu diperhatikan keseragaman
penyebaran dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan
gambar situasi yang benar.
 Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan
jalan yang sudah ada) pengukuran perlu dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.

7
 Untuk pengukuran situasi digunakan alat theodolith.
f. Pengukuran penampang melintang
 Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan diatas alas besi
 Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan :

Lebar Koridor Interval


Kondisi
(m) (m)

- Datar, Landai, dan lurus 50 + 50 50


- Pegunungan
- Tikungan 50 + 50 25
25 (luar) + 50 25
(dalam)

g. Perhitungan koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak
boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi haris diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan dilakukan dilokasi
pekerjaan.
h. Perhitungan sipat datar
Perhitungan sipat datar dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm),
dan perlu dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan
dengan menjumlahkan beda tingginya.
i. Perhitungan ketinggian detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pemgukur detail dan dihitung secara tachimetric.

2.3.5 Survey Kondisi Jalan

8
Survai kondisi jalan dilakukan untuk mengetahui jenis konstruksi, struktur, jenis
kerusakan yang terjadi dan seberapa berat kerusakannyadan kondisi lainnya
untuk mendapatkan data yang diperlukan guma perencanaan lebih lanjut.
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
1 Lebar perkerasan yang ada, dalam meter.
2 Jenis bahan perkerasan yang ada, AC, HRS, Nascas, Lasbutag, Penetrasi
Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement, dsb.
3 Nilai Kekasaran Jalan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh dari
hasil survai Nassra Roughnes Meter atau ditentukan secara visual dengan
ketentuan skala sebagai berikut ini :

Tabel 2.1. Nilai Kekasaran Jalan (Road Condition Index)

RCI
Type Permukaan Tipikal
*) Kondisi Visual

8 – 10 Sangat rata dan halus Hotmix (AC dan HRS) yang baru dibuat /
ditingkatkan dengan beberapa lapisan.

7– 8 Sangat baik dan rata Hotmix setelah dipakai beberapa tahun


atau lapisan tipis hotmix di atas
penetrasi Macadam.
6– 7 Baik
Hotmix lama, Nacas/Lasbutag baru
5– 6 Cukup, sedikit / tak ada
lubang, permukaan jalan Penetrasi Macadam, Latasbum baru,
tidak rata. Lasbutag baru.
4– 5
Jelek, kadang-kadang ada Penetrasi Macadam setelah pemakaian 2
lubang, permukaan jalan – 3 tahun, jalan kerikil yang tidak
3– 4 tidak rata terpelihara.

Rusak, bergelombang, Penetrasi Macadam lama, Latasbum


2– 3 banyak lubang lama, jalan kerikil yang tidak terpelihara.

Rusak berat, banyak lubang Semua type perkerasan yang diabaikan.


1- 2 dan seluruh daerah
perkerasan hancur
-
Tidak dapat dilalui
kecuali oleh kendaraan
4 WD

*) RCI : Road Condition Index

9
4 Kondisi daerah samping serta sarana utilitas yang ada seperti saluran
samping gorong-gorong, bahu berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan/tebing ke pinggir perkerasan.
5 Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dangan lokasi
yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6 Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan

2.3.6 Survey Inventarisasi Jalan


Survai ini dilakukan untuk menginventarisasi tentang situasi, panjang jalan,
lebar perkerasan, lebar bahu, trotoar, median, drainase, persimpangan-
persimpangan, dengan jalan lain bangunan-bangunan pelengkapan jalan dan
lain-lain yang berada dalam daerah pengawasan jalan dengan jarak interval
pengamatan setiap jarak 50 meter dan maksimal 100 meter didaerah yang lurus
dan untuk daeah tikungan minimal setiap jarak 25 meter atau sesuai dengan
kebutuhan.

2.3.7 Pemeriksaan Dinamic Cone Penetrometer (DCP)


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai CBR tanah dasar yang dilakukan pada
ruas-ruas jalan yang belum beraspal seperti jalan tanah, jalan kerikil atau jalan
aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan pondasinya serta untuk keperluan
pelebaran.
Ketentuan ketentuan pelaksanaan sebagai berikut :
 Pemeriksaan DCP mengikuti buku petunjuk yang telah dikeluarkan oleh
Direktorat Jendral Bina Marga.
 Pemeriksaan dilakukan dengan interval setiap 200 m secara zig-zag
 Lokasi pemeriksaan dacatat dengan jelas.

Tata cara DCP test :


Secara garis besar, tata cara pelaksanaan pengujian DCP, sebagai berikut :
 Koordinator team survai (lab. Technician) bertanggung jawab : memeriksa
alat DCP, menyiapkan formulir survai, memimpin pelaksanaan survai.

10
 Satu team survai cukup terdiri atas : 1 orang Lab. Technician dan 2 orang
buruh lokal.
 Alat DCP terdiri : hammer seberat 9,07 kg (20 lbs) dijatuhkan dari ketinggian
50,8 cm (20 inch), ujung alat berbentuk kerucut/konus dari baja keras
dengan luas 1,61 cm2 (0,5 inch) bergaris tengah 1,6 cm (5/8 inch) dengan
sudut 30* atau 60*, Meteran pita logam panjang 100 cm ditempel pada besi
DCP dan dapat bergerak bebas sewaktu alat DCP menjalani penetrasi.
 Perlengkapan survai lain yang diperlukan antara lain : satu buah kendaraan
roda empat, Alat tulis, Sekop/cangkul.
 Selam pemeriksaan perlu dicatat keadaan-keadaan khusus sebagaimana
diminta pada formulir standard DCP.
 Untuk mengetahui nilai CBR tiap titik pengujian, pada formulir standart plot
data kedalaman dan kumulatif tumbukan menjadi debuah grafik dan
korelasikan dengan grafik di kanan bawah formulir standar dengan antuan
penggaris segi-tiga, kemudian didapat nilai CBR yang sesuai.

2.3.8 Survey Hidrologi


Survey hidrologi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam analisa hidrologi dan diperencanaan drainase.
Lingkup pekerjaan meliputi :
a. Mengambil data curah hujan dan banjir tahunan dari sumber-sumber yang
bersangkutan ( data dalam 10 tahunan).
b. Menganalisa pola aliran pada daerah rencana trase jalan yang palinga aman
dilihat dari pengaruh pola aliran tersebut.
c. Memprediksi kemungkinan terjadinya curah hujan yang paling besar yang
selanjutnya dapat memperkirakan besarnya intensitas curah hujan dan
banjir rencana dengan metode-metode yang ada.
d. Dari data lapangan dan hasil perhitungan tersebut diatas selanjutnya
menentukan :

11
 Jenis dan dimensi bangunan drainase yang diperlukan seperti jenis
saluran samping dan dimensinya
 Jenis dan dimensi gorong-gorong
 Jenis jembatan yang diperlukan

2.3.9 Penyelidikan Tanah


Penylidikan tanah dilapangan disertai dengan foto-foto dan membuat laporan
hasil survai tersebut termasuk hasil lab. Dn rekomendasinya.
Kegiatan penyelidakan lapangan meliputi :
A. Test Pit
Test pit diperlukan untuk mengetahui susunan atau komposisi dan ketebalan
lapis perkerasan jalan yang ada, baik yang sudah beraspal maupun yang
belum.

B. Penyelidikan Tanah Dan Bahan


Penyalidikan tanah dan bahan dilakukan dengan cara pengamatan langsung
dilapangan dan pengujian laboratorium.

a. Penyelidikan lapangan
Konsultan akan melakukan penyelidiakn lapangan yang mencakup
pengamatan visual, pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed
samples), dan pengambilan tanah tak terganggu (undisturbed samples).
b. Pengamatan visual
Meliputi pemerian sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan
persentase butiran kasar/halus) sesuai dengan metode USCS.

C. Penyelidikan Laboratorium
Semua contoh tanah yang diambil dari lapangan di uji dari laboratorium.
Pengujian dilaboratorium meliputi antara lain data tidak terbatas pada :
 Penentuan klasifikasi tanah
 Pemeriksaan CBR

12
 Soil investigation
Jenis soil investigation yang akan dilaksanakan untuk pekerjaan
perencanaan teknik disesuaikan dengan keperluan.
Janis pengujian laboratorium yang akan dilaksanakan tergantung kepada
jenis/keadaan tanah, dan jeniskonstruksi yang direncanakan. Jenis
pengujian laboratorium yang dipilih harus memberikan data yang diminta.
Jenis pengujian tanah dilaboratorium akan diuraikan dalam bab ini secara
garis besar, tetapi data dan pengujian harus dilakukan, ditentukan sesuai
dengan keperluan perencanaan.

 CBR lapangan
Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli dilapangan sesuai dengan
kondisi tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal
lapisan perkerasan yang lapisan dasar tanahnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi. Pemeriksaan dilakukan dalam kondisi kadar air tanah tinggi
(musim penghujan) atau dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi.

 CBR lapangan rendaman


Gunanya untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli dilapangan pada
keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan yang maksimum.
Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah didaerah
yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi, terletak
didaerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim hujan dan
kering pada musim kemarau. Sedangkan pemeriksaan dilakukan dimusim
kemarau.

 CBR laboratorium
Nilai CBR yang diperoleh dari contoh tanah yang dibuatkan mewakili keasaan
tanah tersebut setelah dipadatkan. CBR ini disiapkan di laboratorium.
Pengujian lapangan dan pengujian laboratorium yang lain, disesuaikan
dengan TOR dan disesuaikan dengan kebutuhan guna menunjang
perencanaan teknis.

13
2.3.10 Survey Material

Kegiatan yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi tentang lokasi


sumber material yang ada di sekitar lokasi proyek tersebut, menyangkut
jenis, komposisi, kondisi beserta perkiraan jumlah dan lain-lainnya,yang
dapat digunakan sebagai bahan konstruksi yang proporsional untuk
pekerjaan strutur jalan dimaksud, dan akan dibuat petanya untuk
dimasukan kedalam gambar rencana.

2.3.11 Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:


a. Laporan Detail Desain
- Gambar Perencanaan Teknis (Desain) Jalan dalam ukuran kertas A3,
agar dapat digunakan pada saat penerapan dilapangan.
- Laporan perencanaan tebal perkerasan lentur/perkerasan kaku
termasuk analisisnya.
- Laporan Penyelidikan Tanah yang didalamnya memuat seluruh
penyelidikan tanah serta peta penyebaran tanah serta foto
dokumentasi.
- Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data pengukuran
termasuk hasil perhitungan serta foto dokumentasi.
- Laporan Survey Hidrologi yang didalamnya memuat seluruh data survey
hidrologi termasuk analisis perhitungan.
b. Laporan Engineering Estimate

14

Anda mungkin juga menyukai