Anda di halaman 1dari 10

Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam

Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai


sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal
saleh yang paling tinggi dan mulia,

“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang


tua … jihad di jalan Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam


Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling
utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak
mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya
kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu
bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau
menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian
siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.”(HR. Bukhari dan
Muslim)

Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh)


tentang Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada


seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk
ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar
berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau
melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya
engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa
besar.” (HR. Bukhari)

Subhanallah … Dewasa ini sering kita saksikan banyak orang


yang melakukan ritual-ritual ibadah yang menyimpang karena
kebodohan mereka dengan tujuan agar terhindar dari api neraka
dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka tahu,
sebenarnya alangkah dekatnya mereka dengan surga. Ya … surga
yang selalu menjadi penggerak jiwa para salafush shalih untuk
bisa meraihnya, yang dipenuhi dengan kenikmatan, beraroma
kasturi, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, yang
membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan
utama bagi setiap mukmin. Semua itu bisa mereka raih dengan
berbakti kepada kedua orang tua selama mereka menjauhi dosa
besar.

Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya

Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari


dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada
beliau dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang
kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’
Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya
mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab,
‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau
melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada
orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-
porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua
itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong
ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak
kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya
hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”

Saudariku … renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih


mendalam, kita akan mengetahui bahwa berbakti kepada orang
tua—terutama ibu—menjadi sebab kebahagiaan seseorang di
dunia dan di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha agar bisa
meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup.
Kemudian bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di
atas. Alangkah jauh perbedaannya! Apakah yang memberatkan
kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana yang telah dilakukan
oleh salafush shalih? Apa yang menghalangi kita untuk berbakti
kepadanya jika hal tersebut akan membuat kita bahagia dan
menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya?

Sungguh merugi jika kita mengetahui dekatnya surga


denganberbakti kepada kedua orang tua, tetapi kita malah
melalaikannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,


“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau
ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah)

Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka,


celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang
tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke
dalam surga.” (HR. Muslim)

Melalui Doa Ibu

Berikut ini terdapat kutipan kisah penuh hikmah tentang


pentingnya berbakti kepada orang tua. Salim bin Ayyub bercerita,
“Aku pernah mengadakan perjalanan ke kota Ray, ketika itu
usiaku dua puluh tahun. Di sana aku menghadiri suatu majelis
dengan seorang syaikhyang sedang mengajar. Syaikh itu berkata
kepadaku, ‘Maju dan bacalah.’ Aku berusaha membacanya tetapi
aku tidak bisa. Lidahku kelu.

Ia bertanya, ‘Apakah kamu punya ibu?’

Aku menjawab, ‘Ya.’

Syaikh berkata, ‘Kalau begitu, mintalah ia supaya mendoakanmu


agar Allah menganugerahkanmu Al-Qur`anul-Karim dan ilmu.’

Lantas aku pulang menemui ibuku dan memintanya berdoa.


Maka ia berdoa untukku. Setelah tumbuh dewasa, suatu ketika
aku pergi ke Bagdad. Di sana aku belajar bahasa Arab dan fikih,
kemudian aku kembali ke kota Ray.

Ketika aku sedang berada di Masjid Al-Jami’ mempelajari


kitab Mukhtashar Al-Muzani, tiba-tiba Asy-syaikh datang dan
mengucapkan salam kepada kami sedangkan ia tidak
mengenaliku. Ia mendengarkan perkataan kami, tetapi tidak tahu
apa yang kami ucapkan, kemudian ia bertanya, ‘Kapan ia belajar
seperti ini?’ Maka aku ingin mengatakan seperti yang ia ucapkan
dahulu, ‘Jika engkau punya ibu, katakan kepadanya agar ia
berdoa untukmu.’ Akan tetapi aku malu kepadanya.”

Lihatlah Saudariku, betapa mustajabnya doa seorang ibu. Lalu


mengapa terkadang kita khawatir doa kita tidak terkabul?
Mengapa terkadang kita merasa kesulitan memahami suatu ilmu
padahal ada seorang ibu di samping kita?

Bakti Seorang Anak ketika Orang Tua telah Tiada

Terkadang sebagian kita beranggapan bahwa kewajiban berbakti


kepada kedua orang tua telah usai ketika orang tua telah wafat.
Jika memang demikian, alangkah bakhilnya diri kita. Alangkah
singkatnya bakti kita kepada orang tua yang telah mengasuh kita
dengan penuh kasih sayang, yang telah mengorbankan siang dan
malamnya untuk kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah
mengucurkan banyak air mata dan keringat untuk kebaikan sang
anak. Lantas, apakah balas budi kepada mereka akan berakhir
seiring berakhirnya kehidupan mereka??
Saudariku … ketahuilah, bahwa saat setelah wafat adalah saat di
mana kedua orang tua paling membutuhkan bakti anak-anaknya,
yaitu ketika mereka telah memasuki alam barzah. Mereka sangat
membutuhkan doa yang baik dan permohonan ampun melalui
seorang anak untuk mengangkat kedua telapak tangannya
kepada Allah Ta’ala.

Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa
sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah
keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan
keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan
janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi
yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-
Hakim)

Begitulah, bakti seorang anak kepada kedua orang tua


senantiasa menjadi utang manusia selama ruh masih berada
pada jasadnya, selama jantung masih berdetak, selama nadi
masih berdenyut, dan selama napas masih berembus. Oleh
karena itu, sangat keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa
baktinya telah usai ketika orang tua telah wafat. Bakti seorang
anak kepada orang tua senantiasa menjadi hutang yang harus
ditunaikan sampai ia bertemu dengan Allah Ta’ala. Mereka
sangat membutuhkan doa yang tulus serta permohonan ampun
sehingga mereka mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan
dari Allah karenanya.

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang


saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku
mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan
ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila


seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya terputus,
kecuali tiga perkara: … ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR.
Muslim)

Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak


keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua
orang tua:

1. Dikabulkannya doa (sebagaimana kisah yang telah


disebutkan).
2. Sebab dihapuskannya dosa besar.
Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih wa
sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah
melakukan dosa besar. Apakah ada taubat untukku?” Nabi
bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?” Laki-laki
itu menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau
memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi
bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
3. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab
keberkahan dan bertambahnya rezeki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan
umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia
berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia
menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)
4. Barangsiapa yang berbakti kepada bapak ibunya maka
anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan barangsiapa
yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun
akan durhaka pula kepadanya.
Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang
memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan
kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata,
‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku
pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku
sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian
kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan
berbakt kepada kalian.’”
5. Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka
Allah pada murka orang tua.
6. Diterimanya amal.
Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka
amalnya akan diterima. Diterimanya amal akan
mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Kalau aku tahu
bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku
bersandar kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti
kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya Allah
menerima amalnya.”
Saudariku, renungkanlah keutamaan-keutamaan di atas.
Sesungguhnya berbakti kepada orang tua merupakan salah satu
sebab dihapuskannya dosa besar, diterimanya amal, serta sebab
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Setelah kita melihat
keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, pahala yang
dijanjikan, serta kisah-kisah generasi pendahulu yang saleh,
masih adakah penghalang bagi kita untuk menaati kedua orang
tua?

Renungan …

Saudariku, mari renungkan kisah ini agar kita tahu betapa luas
dan dalamnya kasih sayang orang tua—terutama ibu—kepada
anaknya.

Dikisahkan, pada masa kekuasaan Al-Abbasiyyah ada seorang


laki-laki mendatangi rumah seorang wanita, lalu ia mengetuk
pintu dan memintanya melunasi utang. Perempuan itu
menampakkan ketidakmampuannya untuk melunasi utang
sehingga orang itu marah dan memukulnya lantas pergi.
Kemudian dia datang sekali lagi menemui wanita tersebut. Akan
tetapi, kali ini yang membukakan pintu adalah anak laki-laki dari
wanita itu. Tamu itu menanyakan di mana ibunya. Anak tersebut
menjawab, “Ibuku pergi ke pasar.” Laki-laki itu menyangka bahwa
anak tersebut berdusta sehingga ia memukul anak itu dengan
pukulan yang tidak begitu keras.

Tiba-tiba ibunya muncul dan melihat laki-laki itu memukul


putranya maka ia menangis sejadi-jadinya. Laki-laki itu bertanya
kepadanya, “Aku tidak memukulnya dengan keras, mengapa
engkau menangis? Padahal kemarin aku memukulmu lebih
keras, tetapi engkau tidak menangis.”

Sang ibu menjawab, “Kemarin engkau memukul kulitku, dan


sekarang engkau memukul hatiku ….”
Laki-laki tersebut terharu dan memaafkannya, serta bersumpah
untuk tidak menuntut utangnya lagi semenjak itu.

Masya Allah …

Kehadiran orang tua sangatlah memberi ketenangan, cinta, serta kasih


sayang tersendiri yang bersemi di hati segenap insan yang berakal.
Mereka biarkan kesedihan dan keletihan demi senyuman buah hatinya.
Mereka curahkan segenap pengorbanan demi kebahagiaan sang buah
hati. Mereka adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka adalah
sekotak permata paling berharga, sekeping emas termahal yang dapat
mengantarkan kita ke surga-Nya.
Semoga tulisan ini bermanfaat serta menjadi nasihat bagi
penulis dan segenap pembaca …

Anda mungkin juga menyukai