Makalah Psikologi Kesulitan Belajar Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Psikologi Kesulitan Belajar Pada Anak Berkebutuhan Khusus
KESULITAN BELAJAR
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Disusun Oleh :
Nama : Hazmy Alwiyah
NIM : 1705075064
Mata Kuliah : Psikologi
Kelas :B
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap anak unik dan luar biasa. Beberapa anak mempunyai perbedaan yang kita
sebut anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat berarti banyak hal.
Kadang-kadang anak belajar secara berbeda, atau mendengarkan dengan alat bantu, atau
membaca dengan huruf Braille. Seorang anak mungkin mempunyai kesulitan untuk
berkomunikasi atau memberikan perhatian. Seorang anak dapat lahir dengan kebutuhan
khusus, karena kecelakaan atau kondisi kesehatannya. Kadang-kadang seorang anak akan
mengembangkan perilaku tertentu dan kemudian menjadi terhambat perkembangannnya.
Tetapi apapun masalah yang dialami seorang anak dalam proses belajarnya, emosi, tingkah
laku, atau tubuh fisiknya, ia tetap seorang manusia.
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan saya bahas dalam makalah ini adalah:
1. Definisi kesulitan belajar
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Karateristik anak berkesulitan belajar
4. Sebab-sebab kesulitan belajar
5. Identifikasi anak berkesultan belajar
3. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui berbagai macam faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui karateristik anak berkesulitan belajar
4. Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar
5. Untuk dapat mengidentifikasi anak berkesulitan belajar
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. Aspek Bahasa Di dalam proses belajar kemampuan berbahasa merupakan alat untuk
memahami dan menyatakan pikiran. Oleh karena itu pula aspek kemampuan bahasa
seringkali tidak dipisahkan dari aspek kognitif karena proses berbahasa pada hakikatnya
adalah proses kognitif. Tampak jelas bahwa masalah kemampuan berbahasa anak akan
berpengaruh signifikan terhadap kegagalan belajar.
3. Aspek Motorik Masalah motorik merupakan masalah yang umumnya dikaitkan dengan
kesulitan belajar. Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut
keterampilan motorik- perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan
meniru rancangan atau pola. Kemampuan ini sangat diperlukan menggambar, menulis, atau
menggunakan gunting. Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik
antara tangan dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak
berkesulitan belajar.
4. Aspek Sosial dan Emosi Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik
sosial-emosional anak berkesulitan belajar ialah: kelabilan emosional dan ke-impulsif-an.
Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan tempramen. Ke-
impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan berbuat.
b. Expressive aphasia
i. Jarang bicara di kelas.
ii. Kesulitan dalam melakukan peniruan.
iii. Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
iv. Jarang menampilkan gesture (gerak tangan
v. Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
IDENTIFIKASI
Telah diungkapkan di atas bahwa perilaku bermasalah yang muncul sebagai akibat
dari kesulitan belajar sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi kesulitan itu. Namun
demikian, secara umum perilaku bermasalah yang muncul dari kesulitan belajar terutama
akan terkait dengan masalah penyesuaian diri maupun akademik anak, hubungan sosial,
dan stabilitas emosi. Bagi anak sendiri kondisi seperti ini dapat menimbulkan kegagalan
dalam memenuhi tuntutan dan tugas belajar. Dengan kata lain dalam banyak hal anak tidak
mampu menguasai tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya. Bagi keluarga,
kondisi anak seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran orang tua, apalagi jika orang tua
tidak memahami masalah yang dialami anaknya. Kekecewaan, perasaan, dan pikiran aneh
bisa muncul pada orang tua dan tak mustahil menimbulkan frustasi orang tua atau keluarga.
Bagi penyelenggara pendidikan, perilaku bermasalah karena kesulitan belajar
menimbulkan dampat terhadap perlunya penempatan dan pelayanan khusus. Meskipun
demikian penempatan dan pelayanan khusus ini tidak berarti perlu penyelenggaraan kelas
khusus bagi anak kesulitan belajar. Penyelenggaraan kelas khusus akan membawa dampak
kurang baik karena anak tidak bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan teman
sebayanya yang normal.
Penempatan dan layanan khusus tersebut akan lebih baik jika diwujudkan dalam
layanan semacam resource room, dimana anak memperoleh layanan tanpa harus
dipisahkan dari kelompoknya. Dalam layanan semacam ini, perlu tersedia guru khusus
yang dapat memberikan layanan dan konsultasi bagi guru kelas dimana anak tersebut ada.
Melalui kegiatan bersama antara guru kelas dan guru khusus tadi, rancangan layanan
pendidikan dan psikologis dikembangkan. Mengingat harapan tersebut di Indonesia masih
sulit diwujudkan, maka hal yang paling mungkin ialah membekali para guru dan calon guru
sekolah dasar dengan pengetahuan/keterampilan memahami dan membantu anak
berkesulitan belajar.
DAFTAR PUSTAKA