Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERKEMBANGAN BENIH

Mata Kuliah Teknologi dan Benih

Dosen Pembimbing : Ir.Abusari Marbun,MP

Disusun Oleh :

NAZLI AMALIA PASARIBU (01.4.3.17.0565)

JURUSAN PENYULUHAN PERKEBUNAN II C

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,sebab
telah memberikan rahmat dan karunia Nya serta kesehatan kepada saya,sehingga mampu
menyelesaikan tugas “SEJARAH PERKEMBANGAN BENIH”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Abusari Marbun,MP yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada saya selama proses pembelajaran mata kuliah ini.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu,saya
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.Semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan kita semua.

Medan, Maret 2018

Penyusun

Nazli Amalia Pasaribu


SEJARAH PERKEMBANGAN BIDANGTEKNOLOGI
PERBENIHAN

LuarNegeri
Ditinjau dari segi sejarahnya bidang Teknologi Benih merupakan salah satu bidang
yang masih muda di dalam agronomi. Di Amerika tercatat baru berkembang sesudah Perang
Dunia ke II, sedangkan di Indonesia baru tumbuh pada tahun 1964. Dalam perkembangannya
bidang Teknologi Benih di dahului oleh bidang Analisis Benih. Stasiun Analisis Benih yang
pertama didirikan di Saxony (Jerman) lebih dari seratus tahun yang lalu yaitu sekitar tahun
1869. Stasiun lain juga telah cukup tua terdapat di Kopenhagen dan Zurich.

Dengan dilandasi oleh makin pesatnya perdagangan benih antar negara dan adanya
ketidakseragaman standard pengujian benih pada masing-masing negara maka pada
pertemuan antar laboratorium pengujian benih di tahun 1921 berdirilah suatu organisasi "The
European Seed Testing Association". Kemudian pada pertemuannya yang ke-empat tahun
1924 di Cambridge diresmikanlah "The International Seed Testing Association" (ISTA) yang
mempunyai semboyan "Keseragaman dalam pengujian". Organisasi ini beranggotakan
negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara anggota menunjuk
pejabat resmi yang mewakilinya dalam ISTA dan pejabat ini mengajukan laboratorium mana
dinegaranya yang diajukan sebagai laboratorium anggota dalam ISTA yang harus
mendapatkan persetujuan dari ISTA. Pertemuan-pertemuan ISTA diselenggarakan setiap tiga
tahun. Di mana biasanya diadakan pula suatu simposium yang membahas kertas-kertas kerja
dalam hubungannya dengan masalah benih. Hasil pertemuan tersebut dipublikasikan dalam
"Journal of Seed Science and Technology". Pada tahun 1928 diadakan untuk pertama kalinya
peraturan internasional dalam hal pengujian benih, yang mana baru diterbitkan tiga tahun
kemudian yakni pada tahun 1931.

Berbagai ketentuan senantiasa diberi kesempatan untuk ditinjau kembali di dalam


pertemuan-pertemuan ISTA. Tetapi hal ini sedikit banyak akan dapat menimbulkan
keruwetan. Oleh karena itu pada tahun 1974 diadakan sistematika baru dalam peraturan
pengujian benih yang me-misahkan antara peraturan dasar dan peraturan tambahan. Dalam
peraturan dasar tercakup prinsip-prinsip yang tidak mudah untuk diubah sedang dalam
peraturan tambahan di muatkan penafsiran-penafsiran atau aturan pelaksanaan yang lebih
mudah untuk diubah bilamana diperlukan.

Beberapa hal yang menyebabkan berdirinya ISTA, yitu :


1. Adanya keharusan moral untuk menyajikan benih yang sehat dan bersih (benih baik)
dan sesuai dengan catatan sertifikatnya (benih benar) kepada petani. Hal ini mengingat bahwa
benih merupakan salah satu sarana produksi dalam usahatani.
2. Adanya ketidakseragaman baik dalam metoda maupun hasil pengujian benih antar
laboratorium.
3. Semakin meluasnya perdagangan benih antar negara.
Indonesia
Di Indonesia dengan didirikannya Departemen Pertanian pada tahun 1905, usaha
pemerintah untuk mempertinggi produksi tanaman rakyat lebih diintensifkan antara lain
dengan usaha penyebaran benih unggul khususnya padi, mendirikan kebun-kebun benih
diberbagai tempat dan menyebarkan benih-benih hasil seleksi. Orientasinya adalah
memperbaiki varitas yang ditanam rakyat. Di Yogya (tahun 1924) diadakan kebun
benih Crotalaria," di Tosari (tahun 1927) kebun bibit kentang, di Krawang kebun benih padi,
di Pacet kebun benih sayuran, di Pasuruan terdapat kebun benih buah-buahan dan lain-lain.
Pada taraf ini usaha yang dilakukan hanya meliputi penyebaran benih dan produksinya.
Dalam hal tanaman pangan lebih banyak bersifat penyuluhan, sedang dalam hal tanaman
sayuran dan industri sudah lebih bersifat komersial. Bidang teknologi benih dapat lebih cepat
dikembangkan apabila benih di tempatkan sebagai sarana produksi yang bersifat komersial.

Sesudah Indonesia merdeka usaha penyebaran benih unggul dilaksanakan oleh


Jawatan Pertanian Rakyat Urusan Balai Balai Benih pada tahun 1957, dan di tahun 1960
dilakukan oleh Gabungan Pemancar Bibit sebagai penangkar lanjutan dari Balai Benih. Benih
yang dihasilkan dari Balai Benih diperbanyak oleh Gabungan Penangkar Benih yang terdiri
dari petani-petani penggarap. Hasil dari Gabungan ini dijual kepada Jawatan yang kemudian
menjualnya kepa-da para petani yang dibina oleh Jawatan.

Sampai pada masa tersebut kalau diikuti perkembangan usaha pemerintah dalam
membina masalah perbenihan dapat dikatakan belum berada dalam siklus teknologi benih
yang sempurna. Karena baru meliputi segi produksi benih unggul semata dan didistribusikan
langsung kepada petani, sedangkan tahap pengolahan, penyimpanan, peng-ujian dan
kualifikasi benih berdasarkan tingkat mutu benih belum terdapat dalam siklus ini. Demikian
pula komer-sialisasi benih atas dasar mutu tidak tampak pula.

Struktur organisasi BBN terdiri dari :

1.Ketua Badan

2.Sekretaris badan

3.Anggota-anggota yang terdiri dari pejabat-pejabat dari departemen-departeman

dan instansi-instansi yang mempunyai kepentingan dalam masalah pembinaan benih.

Dan kelengkapan organisasinya terdiri dari:

1.Sekretariat

2.Team penilai dan pelepas varitas

3.Team pembinaan, pengawasan dan sertifikasi


Tugas dari Badan Benih Nasional adalah:

1.Merencanakan dan merumuskan peraturan- peraturan mengenai pembinaan, proteksi


dan pemasaran benih.

2.Mengajukan pertimbangan-pertimbangnan kepada menteri pertanian tentang


pengaturan benih beni yang meliputi:

a. Perseetujuan untuk menetapkan atau menghapuskan sesuatu jenis, varitas atau

kwalitas benih.

b. Pengurusan mengenai proteksi dan pemasaran benih.

Team Penilai dan Pelepas Varitas bertugas:

1.Merumuskan prosedur untuk penentuan penilaian, persetujuan pemasukan,


pelepasan dan penarikan kembali varitas-varitas tanaman dalam program pertanian.

2.Memberikan nasihat teknis kepada Badan Benih Nasional dalam bidang yang
berhubungan dengan persetujuan tentang pelepasan varitas atau penarikan kembali
varitas yang telah di tentukan.

3.Menyusun daftar dari varitas-varitas yang telah diresmikan penyebarannya.

Team Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi bertugas:

1.Merumuskan kebijaksanaan umum tentang pengawasaa, pemasaran, sertifikasi dan


pelaksanaannya.

2.Merumuskan peraturan dan prosedur terperinci untuk pelaksanaan pembinaan,


pengawasaan pemasaran benih dan sertifikasi apabila diminta oleh Menteri Pertanian.

3.Merumuskan kebijaksanaan perbenihan lainnya yang berhubungan dengan


perkembangan berbagai unsur program benih dan kegiatan yang berhubungan dengan
hal tersebut.

4.Menyusun daftar dari varitas-varitas yang cocok untuk disertifikasi.

Pada tahun 1969 mulailah dirintis adanya proyek benih oleh Direktorat
Pengembangan Produksi Padi Direk-torat Jenderal Pertanian Departemen Pertanian yang
bertu-juan untuk menjamin benih yang bermutu tinggi secara kon-tinyu. Dan pada tahun
1971 dibentuklah Badan Benih Nasional yang mempunyai tugas pokok merencanakan dan
merumuskan kebijaksanaan dibidang perbenihan. Berbicara mengenai penggunaan benih,
sebenarnya kesadaran petani kita untuk menggunakan benih unggul sudah cukup tinggi.
Tetapi hal ini masih harus ditingkatkan lagi dengan kesadaran berbenih unggul yang bermutu
baik dan benar, di mana pembinaannya melalui program Sertifikasi Benih.
Agar sertifikasi benih benar-benar menemui sasaran-nya maka hendaknya dapat
didasarkan atas hasil-hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Kepentingan untuk
memenuhi perkembangan bidang teknologi benih dari hampir berorientasi pada varitas
unggul semata menjadi berorientasi pula pada benih yang baik dan benar, mendesak untuk
diciptakannya suatu metoda, substrata, kondisi lingkungan, alat-alat dan evaluasi yang serba
terstandardisasi. Peranan teknologi benih khususr nya dalam pengujian dapat menghasilkan
suatu standard kualifikasi benih bagi berbagai tingkatan mutu benih. Standard evaluasi untuk
menentukan kualifikasi benih secara obyektif menjadi problema utama bagi penelitian dan bi-
dang Teknologi Benih di negara kita dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai