Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,sebab
telah memberikan rahmat dan karunia Nya serta kesehatan kepada saya,sehingga mampu
menyelesaikan tugas “SEJARAH PERKEMBANGAN BENIH”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Abusari Marbun,MP yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada saya selama proses pembelajaran mata kuliah ini.
Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu,saya
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.Semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan kita semua.
Penyusun
LuarNegeri
Ditinjau dari segi sejarahnya bidang Teknologi Benih merupakan salah satu bidang
yang masih muda di dalam agronomi. Di Amerika tercatat baru berkembang sesudah Perang
Dunia ke II, sedangkan di Indonesia baru tumbuh pada tahun 1964. Dalam perkembangannya
bidang Teknologi Benih di dahului oleh bidang Analisis Benih. Stasiun Analisis Benih yang
pertama didirikan di Saxony (Jerman) lebih dari seratus tahun yang lalu yaitu sekitar tahun
1869. Stasiun lain juga telah cukup tua terdapat di Kopenhagen dan Zurich.
Dengan dilandasi oleh makin pesatnya perdagangan benih antar negara dan adanya
ketidakseragaman standard pengujian benih pada masing-masing negara maka pada
pertemuan antar laboratorium pengujian benih di tahun 1921 berdirilah suatu organisasi "The
European Seed Testing Association". Kemudian pada pertemuannya yang ke-empat tahun
1924 di Cambridge diresmikanlah "The International Seed Testing Association" (ISTA) yang
mempunyai semboyan "Keseragaman dalam pengujian". Organisasi ini beranggotakan
negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara anggota menunjuk
pejabat resmi yang mewakilinya dalam ISTA dan pejabat ini mengajukan laboratorium mana
dinegaranya yang diajukan sebagai laboratorium anggota dalam ISTA yang harus
mendapatkan persetujuan dari ISTA. Pertemuan-pertemuan ISTA diselenggarakan setiap tiga
tahun. Di mana biasanya diadakan pula suatu simposium yang membahas kertas-kertas kerja
dalam hubungannya dengan masalah benih. Hasil pertemuan tersebut dipublikasikan dalam
"Journal of Seed Science and Technology". Pada tahun 1928 diadakan untuk pertama kalinya
peraturan internasional dalam hal pengujian benih, yang mana baru diterbitkan tiga tahun
kemudian yakni pada tahun 1931.
Sampai pada masa tersebut kalau diikuti perkembangan usaha pemerintah dalam
membina masalah perbenihan dapat dikatakan belum berada dalam siklus teknologi benih
yang sempurna. Karena baru meliputi segi produksi benih unggul semata dan didistribusikan
langsung kepada petani, sedangkan tahap pengolahan, penyimpanan, peng-ujian dan
kualifikasi benih berdasarkan tingkat mutu benih belum terdapat dalam siklus ini. Demikian
pula komer-sialisasi benih atas dasar mutu tidak tampak pula.
1.Ketua Badan
2.Sekretaris badan
1.Sekretariat
kwalitas benih.
2.Memberikan nasihat teknis kepada Badan Benih Nasional dalam bidang yang
berhubungan dengan persetujuan tentang pelepasan varitas atau penarikan kembali
varitas yang telah di tentukan.
Pada tahun 1969 mulailah dirintis adanya proyek benih oleh Direktorat
Pengembangan Produksi Padi Direk-torat Jenderal Pertanian Departemen Pertanian yang
bertu-juan untuk menjamin benih yang bermutu tinggi secara kon-tinyu. Dan pada tahun
1971 dibentuklah Badan Benih Nasional yang mempunyai tugas pokok merencanakan dan
merumuskan kebijaksanaan dibidang perbenihan. Berbicara mengenai penggunaan benih,
sebenarnya kesadaran petani kita untuk menggunakan benih unggul sudah cukup tinggi.
Tetapi hal ini masih harus ditingkatkan lagi dengan kesadaran berbenih unggul yang bermutu
baik dan benar, di mana pembinaannya melalui program Sertifikasi Benih.
Agar sertifikasi benih benar-benar menemui sasaran-nya maka hendaknya dapat
didasarkan atas hasil-hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Kepentingan untuk
memenuhi perkembangan bidang teknologi benih dari hampir berorientasi pada varitas
unggul semata menjadi berorientasi pula pada benih yang baik dan benar, mendesak untuk
diciptakannya suatu metoda, substrata, kondisi lingkungan, alat-alat dan evaluasi yang serba
terstandardisasi. Peranan teknologi benih khususr nya dalam pengujian dapat menghasilkan
suatu standard kualifikasi benih bagi berbagai tingkatan mutu benih. Standard evaluasi untuk
menentukan kualifikasi benih secara obyektif menjadi problema utama bagi penelitian dan bi-
dang Teknologi Benih di negara kita dewasa ini.