Anda di halaman 1dari 11

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

DEPARTEMEN ANESTESI

RUMAH SAKIT PABATU


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSIAPAN ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.052 0 1/2

RUMAH SAKIT
PABATU

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR PROSEDUR Pj. Manejer Rumah Sakit Pabatu
OPERASIONAL
(SPO)

Dr.Sulhani N.A Mkes.


Setiap penderita yang akan di anestesi, baik pada operasi elektif (berencana)
maupun emergency/cyto hendaknya dipersiapakan sebelumnya secara sempurna,
suksesnya suatu pemberian anestesi sangat tergantung dari persiapan pra
PENGERTIAN anestesi. Pada operasi-operasi elektif persiapan pra anestesi yang dilakukan
mempunyai waktu yang cukup dengan mengadakan kunjungan dan pemeriksaan
pada penderita (Pre Operatif Visite)

Sebagai salah satu protap standard dalam pelaksanaan pemberian anestesi pada
TUJUAN penderita yang akan dilakukan pembedahan

-
KEBIJAKAN
Pre Operatif Visite :
1. Kegiatan Pre Opertif Visite meliputi : anamnesa, tanya jawab antara dokter
dan penderita tentang riwayat medis, kondisi kesehatan, Penyakit yang
diderita (mis : Hipertensi, DM, Asma), riwayat obat-obat tertentu yang
diminum, Riwayat penyakit keluarga & riwayat alergi

2. Pemeriksaan Fisik meliputi : jalan nafas-mulut, gigi geligi, sistem pernafasan :


paru-suara nafas (basal), sistem sirkulasi, perfusi acral , nadi , tekanan darah,
riwayat kesadaran, kelainan-kelainan di bidang bedah

3. Pemeriksaan Penunjang & Administrasi : laboratorium : Darah lengkap, Urine


lengkap, Gula darah, Fungsi hati, fungsi ginjal, faal koagulasi (Cloting time &
Bleeding time), Pemeriksaan Laboratorium berdasarkan indikasi; dilakukan
pada penderita umur diatas 40 tahun atau ada indikasi tertentu sebelum usia
40 tahun; foto Rontgen : Foto thorax, Foto pada kelainan tulang, Pemeriksaan
foto rontgen atas indikasi; Penderita menanda tangani surat persetujuan
untuk operasi, setelah; penderita mengerti & memahami apa-apa yang telah
diberikan penjelasan oleh dokter mengenai tindakan apa yang akan
PROSEDUR dikerjakan baik pembedahan maupun pembiusan serta resiko penyulit yang di
timbulkannya; Penderita dipuasakan/untuk mengosongkan lambung minimal 6
jam sebelum dilakukan tindakan anestesi.

4. Penderita kemudian diberikan premedikasi dengan tujuan mengurangi rasa


cemas sebelum operasi, mencegah efek samping yang tidak diinginkan,
membantu proses anestesi, mencegah reflek-reflek otonom. Tindakan/obat-
obatan untuk premedikasi pada prinsipnya sebagai sedasi ringan tanpa
adanya depresi (nafas & sirkulasi).

5. Status Fisik
a. ASA 1 : Seorang penderita yang normal dan sehat.
b. ASA 2 : Seorang penderita dengan penyakit sistemik yang ringan.
c. ASA 3 : Seorang penderita dengan penyakit sistemik berat yang masih
berkemampuan dengan membatasi keaktipannya.
d. ASA 4 : Seorang penderita dengan penyakit sistemik berat yang
mengancam jiwa, tidak selalu dapat dikoreksi dengan
pembedahan.
e. ASA 5 : Moribund.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSIAPAN ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.052 0 2/2

RUMAH SAKIT
PABATU
6. Persiapan Alat-alat
a. Alat untuk membebaskan jalan nafas (Orofaring tube/guedel, Nasoparing
tube, Intubasi set/Laryngoscope, mesin penghisap lendir /cairan
a. Alat bantu nafas (Oksigen, Ambubag, Jackson Rees, selang oksigen dll)
c. Alat bantu sirkulasi (Abocath, Infus / transfusi set, cairan kristaloid,
koloid)
d. Meja operasi yang dapat diseting untuk head up, head down, tilt
kekanan-kekiri
e. Mesin anestesi, N2O dan O2
f. Mesin Suction Pump Set
g. EKG, Tensi, saturasi oksigen Monitoring dan stetoscope
PROSEDUR h. Face Mask berbagai ukuran dan endotracheal tube berbagai ukuran
i. Magil forceps

7. Persiapan obat-obatan
a. Persiapan obat-obatan dan larutan yang diperlukan
untuk pembiusan/
anestesi baik anestesi regional maupun general anestesi sesuai
kebutuhan.
b. Persiapan obat-obatan dan larutan yang diperlukan untuk resusitasi gawat
daruratan (epedrin, epineprin, sulfas atropin, lidocain, aminophilin,
dexametason)

Tim Dokter Bedah dan Dokter Anestesi


UNIT TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
REGIONAL ANESTESI (SPINAL)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.053 0 1/2

RUMAH SAKIT
PABATU

Tanggal Terbit : Ditetapkan


STANDAR PROSEDUR Kepala Rumkit Tk IV Pematang Siantar
OPERASIONAL
(SPO)
dr.M.Nasir Tarigan
Mayor CKM NRP 1920003700964
Analgesia spinal (Spinal anestesi, sub arachnoid nerve blok). Dihasilkan bila kita
menyuntikan obat analgetik lokal kedalam ruang sub arachnoid (Kanalis spinal)
melalui interspace lumbal. Blok syaraf yang dihasilkan merupakan blok yang tidak
PENGERTIAN permanen dari cabang-cabang syaraf ganglion anterior, posterior dan bagian dari
medula spinalis dengan pengaruh hilangnya aktivitas otonomik, sensorik, serta
motorik.

Sebagai protap standard dalam pelaksanaan pemberian anestesi pada penderita


TUJUAN yang akan dilakukan pembedahan

Mencatat semua kegiatan anestesi pada kartu anestesi dan instruksi post operatif
KEBIJAKAN
1. Persiapan :
a. Persiapan penderita seperti halnya pada anstesi umum yang meliputi:
Anamnesa riwayat medik, Pemeriksaan fisik : Jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi, Pemeriksaan penunjang : Lab & foto rontgen

b. Persiapan alat-alat dan obat-obatan yang meliputi : Sarung tangan,


Spuit 5 cc, 3 cc, Duk lubang steril, Jarum spinal G 25, G 27, Betadin &
alkohol, Obat spinal bupivacain 0,5, Lidodex 2 % & Lidocain 2 %

2. Pelaksanaan :
a. Persiapan
Penderita disiapkan diruang RR untuk dilakukan Re-Evaluasi baik
pemeriksan fisik & hasil pemeriksaan penunjang untuk menentukan
apakah layak dilakukan operasi & pembiusan. kemudian penderita dibawa
kekamar bedah untuk di persiapkan pembiusan mulai pasang alat monitor
(EKG, tensimeter & saturasi oksigen). Kemudian infus cairan kristaloid
(preloading) minimal RL/NaCL 0,9 % 1000 cc.

b. Inspeksi dan palpasi pada daerah yang akan di spinal dikerjakan pada
PROSEDUR
kunjungan preoperatif, saat mana infeksi dan kesulitan-kesulitan lain bisa
dikenali yang mungkin merupakan kontra indikasi analgesia spinal.

c. Posisi penderita :
1) Posisi lateral :
- Kepala diganjal bantal 7 s/d 8 cm, fleksi kesternum, fleksi maksimal
paha dan lutut ke perut, lengan dan tangan memeluk paha dan lutut.
- Bahu tidak boleh ditarik kedepan tapi tetap satu bidang dengan
Punggung agar columna vertebralis lebih mudah diteliti.
- Posisi lateral memungkinkan fleksi maksimal dari punggung sehingga
interspase lumbal lebih terbuka, sehingga mempermudah teknik lumbal
fungsi midline.

2) Posisi duduk
- Land mark lebih mudah dikenali, namun untuk penderita yang sudah
Premedikasi mungkin akan merasa pusing sehingga perlu asisten
untuk memegang penderita agar posisi tetap baik.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
REGIONAL ANESTESI (SPINAL)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.053 0 2/2

RUMAH SAKIT
PABATU
d. Teknik Aseptik
1) Operator memakai masker, topi dan sarung tangan steril, kulit
punggung dibersihkan dengan betadin dan alkohol, kemudian
dikeringkan dengan kasa steril, sebaiknya sarung tangan jangan
menyentuh kulit dan ujung kain doek.
2) Palpasi kulit dipunggung atas kasa tipis steril, infiltrasi Inter Space
dengan obat anestesi lokal supaya dapat dilakukan beberapa kali
tusukan dengan jarum lumbal.
3) Dengan jarum no.25 dan 27 (3.8cm) dilakukan inpiltrasi lebih dalam
dan pengenalan interspace (pada orang dewasa jarak kulit s/d
ligamentum Flavum kira-kira 4 cm).

e. Teknik Analgesi
1) Teknik midline (median), setelah tindakan antiseptis kulit di daerah
punggung pasien dan memakai sarung tangan steril, fungsi lumbal
PROSEDUR dilakukan dengan menyuntikan jarum lumbal no. 27 (yang lebih halus)
pada median dengan arah 10-20 derajat terhadap bidang horizontal
kearah kranial pada ruang vertebra lumbalis yang sudah dipilih.
2) Jarum lumbal akan menembus berturut-turut beberapa ligamen, yang
terakhir ditembus adalah durameter subarachnoid, setelah stilet dicabut
cairan liquor cerebro spinalis (LCS) akan menetes keluar, selanjutnya
disuntikan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid
tersebut.
3) Umumnya yang dipakai larutan analgetik lokal hiperbarik berupa
larutan bupivacain spinal 0,5 % atau lidodex 2 %.
4) Setelah dilakukan spinal anestesi, diobservasi mulai dari efektifitas
blok spinal, ketinggian blok sampai penyulit yang di timbulkan depresi
sirkulasi: terjadi vaso dilatasi–hipotensi, defresi nafas-depresi otot
diafragma sampai total blok spinal serta penyulit yang diakibatkan dari
pembedahan.

Tim Dokter Bedah dan Dokter Anestesi


UNIT TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI UMUM DENGAN TEKNIK ANESTESI
NAFAS SPONTAN DENGAN SUNGKUP MUKA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.054 0 1/2
RUMAH SAKIT
PABATU

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR PROSEDUR Pj. Manejer Rumah Sakit Pabatu
OPERASIONAL
(SPO)

Dr.Sulhani N.A Mkes.


Anestesi Umum adalah tindakan pembiusan dimana penderita mengalami
hilangnya kesadaran, dan rasa sakit, melemaskan otot-otot pada lapang operasi
secara sentral bersifat pulih kembali (reversible) setelah obat-obat anestesi
PENGERTIAN dihentikan. Obat-obat general anestesi yang ideal terdiri dari Hipnotik, Analgesia
dan Relaksasi otot.

Sebagai salah satu protap standard dalam pelaksanaan pemberian anestesi pada
TUJUAN penderita yang akan dilakukan pembedahan.

Mencatat semua kegiatan anestesi pada kartu anestesi dan instruksi post operatif
KEBIJAKAN
1. Persiapan
Persiapan anestesi mengacu kepada SOP persiapan anestesi
2. Pelaksanaan
a. Urutan tindakan
1). Periksa peralatan yang akan digunakan (seperti pada masa pra
operasi)
2). Pasang infus, sebaiknya pada semua pasien yang akan dianestesi
dan tindakan operasi harus dipasang jarum / kanul intravena, selain
untuk memasukkan obat anestesia juga untuk obat obat resusitasi
darurat.
b. Persiapan obat
1). Obat-obat untuk induksi :
- Obat ketamin : larutan dibuat 10 mg/cc
- Pentothal : larutan dibuat 25 mg/cc
- Midazolam : 5 mg/cc
- Propofol : 10 mg/cc
2). Obat Analgetik :
- Golongan narkotik : morfin, petidin, fentanil
- Golongan non narkotik : ketorolac, novalgin, tramadol, dll
PROSEDUR c. Induksi
1) Dapat diberikan dengan pentotal dengan dosis 4 – 5 mg/kg bb,
pasien orang tua/lemah dikurangi dosisnya dan diberikan perlahan
sambil memperhatikan nadi, tensi darah, dan nafas.
2). Selalu diperhatikan agar tidak menyuntik diluar vena, kalau ada
segera hentikan penyuntikan dan mencari vena lain.
d. Pemeliharan (Maintenance) Anestesia
1). Selesai dilakukan induksi, sampai pasien tertidur dan reflek bulu mata
hilang, sungkup muka ditempatkan dimuka, jalan nafas dibebaskan
dengan cara chinlift, headtilt atau jawthrust sehingga laju pernafasan
baik. tangan kanan kita bila bebas dapat memegang balon/bag
pernafasan dari mesin anestesi untuk membantu pernafasan pasien
(menekan balon sedikit bila pasien melakukan inspirasi). dan dilakukan
intubasi yaitu memasang selang kesaluran nafas.
2). N2O diberikan 2 L dengan O2 2 Lpm untuk memperdalam anestesi,
bersamaan dengan ini halotan / isoflurane dibuka sampai 1 % dan sedikit
demi sedikit (setiap 5-10 kali tarik nafas) sampai kedalaman anestesi
cukup.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI UMUM DENGAN TEKNIK ANESTESI
NAFAS SPONTAN DENGAN SUNGKUP MUKA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.054 0 2/2
RUMAH SAKIT
PABATU
3). Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata enetap),
nadi tidak cepat dan terhadap rangsangan nyeri operasi tidak banyak
berubah.
4). Kalau stadium anestesi sudah cukup dalam, kalau perlu masukkan
pipa oropharing (Guedel) agar jalan nafas tetap dipertahankan bebas.
5). Halotan kemudian dikurangi menjadi 0,.5 % tergantung respon
PROSEDUR terhadap rangsang operasi.
6). Halotan dikurangi dan dihentikan beberapa menit sebelum operasi
selesai.
7). Selesai operasi N2O dihentikan dan penderita diberikan O2 100 %
beberapa menit untuk mencegah hipoksia

Tim Dokter Bedah dan Dokter Anestesi


UNIT TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI UMUM DENGAN TEKNIK ANESTESI
PIPA ENDOTRAKEA DAN NAFAS KENDALI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.055 0 1/2
RUMAH SAKIT
PABATU

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR PROSEDUR Pj. Manejer Rumah Sakit Pabatu
OPERASIONAL
(SPO)

Dr.Sulhani N.A Mkes.


Anestesi Umum adalah tindakan pembiusan dimana penderita mengalami
hilangnya kesadaran, dan rasa sakit, melemaskan otot-otot pada lapang operasi
secara sentral bersifat pulih kembali (reversible) setelah obat-obat anestesi
PENGERTIAN dihentikan. Obat-obat general anestesi yang ideal terdiri dari Hipnotik, Analgesia
dan Relaksasi otot.

Sebagai salah satu protap standard dalam pelaksanaan pemberian anestesi pada
TUJUAN penderita yang akan dilakukan pembedahan.

Mencatat semua kegiatan anestesi pada kartu anestesi dan instruksi post operatif
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Persiapan
Persiapan penderita mengacu kepada SOP persiapan anestesi

2. Persiapan obat
a. Obat-obat untuk induksi :
- Obat ketamin : larutan dibuat 10 mg/cc
- Pentothal : larutan dibuat 25 mg/cc
- Midazolam : 5 mg/cc
- Propofol : 10 mg/cc
b. Obat Analgetik :
- Golongan narkotik : morfin, petidin, fentanil
- Golongan non narkotik : ketorolac, novalgin, tramadol, dll
c. Selain obat induksi seperti ketamin, penthotal, propofol dll harus
disediakan obat pelemas otot jangka pendek : sucsinil cholin 2 %
( larutan 20 mg per cc).
d. Obat pelemas otot jangka panjang : Pavulon 4 mg/ampul atau atracurium
10 mg/ cc dll, sediakan pipa endotrakea yang sesuai dengan penderita

3. Persiapan alat-alat
a. Alat untuk membebaskan jalan nafas (Orofaring tube/guedel, Nasoparing
tube, Intubasi set/Laryngoscope, mesin penghisap lendir /cairan
b. Alat bantu nafas (Oksigen, Ambubag, Jackson Rees, selang oksigen dll)
c. Alat bantu sirkulasi (Abocath, Infus / transfusi set, cairan kristaloid,
koloid)
d. Meja operasi yang dapat diseting untuk head up, head down, tilt
kekanan-kekiri
e. Mesin anestesi, N2O dan O2
f. Mesin Suction Pump Set
g. EKG, Tensi, saturasi oksigen Monitoring dan stetoscope
h. Face Mask berbagai ukuran dan endotracheal tube berbagai ukuran
Magil forceps

4. Urutan tindakan
a. Periksa peralatan yang akan digunakan (seperti pada masa pra operasi)
b. Pasang infus, sebaiknya pada semua pasien yang akan dianestesi
dan tindakan operasi harus dipasang jarum / kanul intravena, selain
untuk memasukkan obat anestesia juga untuk obat-obat resusitasi darurat.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI UMUM DENGAN TEKNIK ANESTESI
PIPA ENDOTRAKEA DAN NAFAS KENDALI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.055 0 2/2
RUMAH SAKIT
PABATU
5. Pelaksanaan
a. Induksi : Dengan penthotal dosis 4-6 mg/kg BB pasien orang tua/lemah
dikurangi dosisnya dan diberikan perlahan sambil memperhatikan nadi, tensi
darah, dan nafas.
b. Sungkup muka ditempatkan pada muka dan oksigen 4-6 It/menit; kalau
perlu nafas dibantu dengan menekan balon nafas secara periodik. Sesudah
reflek bulu mata menghilang diberi suksinil-cholin intra vena (1-2 mg/kgBB),
misal 60 kgbb : 60-100 mg)
c. Pemberian suksinil kolin mengakibatkan fasikulasi (getaran otot) dan apnea
karena nafas harus dikendalikan dengan menekan balon nafas yang diisi
dengan memberi aliran O2 6-8 L. Katup ekspirasi harus sedikit ditutup (untuk
membocorkan sedikit tekanan lebih pada setiap kali melakukan penekanan
balon).

6. Intubasi
a. Sesudah vasikulasi menghilang pasien di intubasi. Balon pipa endotrakea
dikembangkan sampai tidak ada kebocoran pada waktu melakukan nafas
buatan dengan balon nafas.
b. Harus yakin bahwa pipa endotrakea ada didalam trakea dan tidak masuk
terlalu dalam yaitu di bronkus kanan atau oesofagus. Ambil stetoskop dan
dengarkan bising nafas yang harus sama di paru kiri dan kanan. Dinding
dada juga harus bergerak sama (simetris) pada setiap inspirasi buatan.
c. Pipa guedel dimasukkan dimulut supaya pipa endotrakeal tidak tergigit
kemudian kedua-duanya di fiksir dengan plester supaya pipa endotrakeal
PROSEDUR tidak keluar dari trakea
d. Mata ditutup dengan plester dan diberi salep mata supaya tidak terbuka
dan kornea tidak menjadi kering. Pipa endotrakea dihubungkan dengan
konektor pada sirkuit mesin anestesi. Bila masih ada gerakan melawan
(tangan atau kepala bergerak) dapat diberi tambahan penthotal 50-100 mg
dan N2O dibuka 2-3 Lpm dan O2 2 L/menit kemudian halotan dibuka 1 vol%
dan dinaikkan sampai 1,5 vol%. Nafas pasien dikendalikan dengan menekan
balon nafas (12-16 kali/menit) setelah ada tanda-tanda nafas menjadi spontan
kembali dicoba untuk membantu jalan nafas saja sampai pernafasan normal
kuat kembali.
e. Halotan atau fluothane dikurangi sampai 0.5-1 % untuk tahap
pemeliharaan anestasi.
f. Untuk operasi yang memerlukan otot daerah operasi lemas atau
relaksasi sebaiknya digunakan teknik nafas kendali dengan memberikan obat
pelemas jangka panjang. Dengan cara ini dicapai relaksasi otot yang baik
tanpa menggunakan obat anestesi yang terlalu dalam.

7. Extubasi
a. Mengangkat keluar pipa endotrakea (Extubasi) harus mulus dan tidak
disertai batuk dan kejang otot yang dapat menyebabkab spasme saluran
pernafasan.
b. Extubasi dapat dilakukan dengan menunggu pasien sampai sadar betul
atau menunggu sewaktu pasien masih dalam keadaan anestesi yang cukup
dalam, dengan cara terakhir dihindarkan reaksi spasme otot jalan nafas.

Tim Dokter Bedah dan Dokter Anestesi


UNIT TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PASCA BEDAH DAN RECOVERY ROOM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


02.01.056 0 1/1

RUMAH SAKIT
PABATU

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR PROSEDUR Pj. Manejer Rumah Sakit Pabatu
OPERASIONAL
(SPO)

Dr.Sulhani N.A Mkes.


Pasien sesudah operasi dan anestesi selesai sewaktu masih dikamar bedah dan
PENGERTIAN kamar pemulihan.

Sebagai salah satu protap dalam menangani pasien pasca bedah dan anestesi
TUJUAN
Pasien harus diobservasi terus (jalan nafas tetap bebas, pernafasan, tekanan
KEBIJAKAN darah dan nadi) sesudah operasi dan anestesi.

11. Pasca Bedah

a. Pasien harus diobservasi terus ( jalan nafas tetap bebas, pernafasan,


Tekanan darah dan nadi) sesudah operasi dan anestesi selesai sewaktu
masih dikamar bedah dan kamar pemulihan.
b. Bila pasien gelisah harus diteliti apakah karena kesakitan atau karena
hipoksia (tekanan darah menurun, nadi cepat) misalnya karna hipovolemia
(perdarahan di dalam perut atau kekurangan cairan).
c. Bila kesakitan harus diberi analgetik seperti petidin 15-25 mg intra vena,
Tetapi kalau gelisah karena hipoksia harus diberi oksigen yang cukup.
d. Oksigen selalu diberikan sebelum pasien sadar betul dan pasien
PROSEDUR hendaknya jangan dikirim ke ruangan sebelum sadar, tenang, reflek jalan
nafas sudah aktif, tekanan darah dan nadi dalam batas-batas normal.

2. Ruang pemulihan (Recovery Room = RR)


a. Ruang pemulihan adalah ruang untuk mengobservasi pasien–pasien
post operatif / anestesi yang terletak disebelah kamar operasi.
b. Setiap pasien post anestesi baik umum maupun regional otomatis akan
dimasukkan keruang pemulihan sampai keadaan pasien dapat mengikuti
instruksi baru dapat dipindahkan dan pada kasus-kasus berat dimana
diperlukan perawatan intensif pasien dipindahkan ke ICU.

Tim Dokter Bedah dan Dokter Anestesi


UNIT TERKAIT
KOMITE MEDIK
TAHUN 2017

RUMAH SAKIT PABATU

Anda mungkin juga menyukai