Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK

P3 - DESAIN DEVAIS OPTIK

Disusun oleh :
Radian Indra M (0231 17 45000 050)

Asisten :
Grovando Yun Subagyo (0231 13 40000 012)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK

P3 - DESAIN DEVAIS OPTIK

Disusun oleh :
Radian Indra M (0231 17 45000 050)

Asisten :
Grovando Yun Subagyo (0231 13 40000 012)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
ABSTRAK

Abstrak - Optika geometri mempelajari interaksi cahaya (dalam


hal ini cahaya dipandang sebagai sinar) dengan objek yang
ukurannya jauh lebih besar dibanding panjang gelombang cahaya.
Salah satu penerapan optika geometri yaitu pada desain optik.
Desain optik bertujuan untuk merancang suatu divais optik
seperti kamera, mikroskop, beam expanderdan teleskop. Sebuah
Beam expander yang terdiri dari 4 permukaan atau 2 lensa
double-convex telah berhasil dirancang dan disimulasikan
menggunakan perangkat lunak OSLO. Pada eksperimen pertama
Lensa pertama memiliki radius permukaan R 1 = 100 mm dan
radius permukaan R2 = -100 mmdengan ketebalan 10 mm,. Lensa
kedua memiliki radius permukaan R1 = 340 mm dan radius
permukaan R2 = -340 mm dengan ketebalan 5 mm. Beam
Expander yang dihasilkan sebesar 3,67x. Sinar-sinar yang keluar
dari lensa kedua akan berupa sinar-sinar sejajar yang telah
mengalami perbesaran jika radius permukaan R 2 lensa pertama
diletakkan pada jarak 450 mm sehingga jarak pisah antar lensa
juga sebesar 450 mm yang merupakan total panjang fokus lensa
pertama dan lensa kedua.

Kata kunci: Desain optik, Beam expander, OSLO, lensa,


permukaan, sinar sejajar

ii
ABSTRACT

Abstract - Optical geometry studies the interaction of light (in


this case light is seen as a ray) with objects that are much larger
in size than the wavelength of light. One application of optical
geometry is in optical design. The optical design aims to design
an optical device such as a camera, a microscope, a beam
expander and a telescope. A Beam expander consisting of 4
surfaces or 2 double-convex lenses has been successfully
designed and simulated using OSLO software. In the first
experiment The first lens has a surface radius of R1 = 100 mm
and a surface radius R2 = -100 mm with a thickness of 10 mm.
The second lens has a radius of surface R1 = 340 mm and surface
radius R2 = -340 mm with a thickness of 5 mm. Beam Expander
generated by 3.67x. The rays coming out of the second lens will
be parallel rays that have been magnified if the radius of the first
R2 lens surface is placed at a distance of 450 mm so that the
spacing between the lenses is also 450 mm which is the total
focal length of the first lens and the second lens.

Keywords: Optical design, Beam expander, OSLO, lens, surface,


parallel rays

iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya, kami mampu
menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Desain Optik ini
dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian.
Untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan dalam laporan
ini dan mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi perbaikan laporan di masa yang akan datang.
Kami berharap laporan yang kami buat ini nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembacanya.

Surabaya,17 November 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................ii
ABSTRACT...............................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...................................................................ix
DAFTAR TABEL.........................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................2
1.4 Sistematika Laporan..........................................................2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Parameter Dasar Sistem Optik Geometri.........................15
2.2 Pembiasan Cahaya...........................................................15
2.3 Beam Expander...............................................................16
2.4 Pengenalan Software OSLO............................................19
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan...............................................................15
3.2 Prosedur Percobaan........................................................15
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1Analisis............................................................................33
4.2Pembahasan......................................................................38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan......................................................................33
5.2Saran................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Sistem Optika Geometri.............................15


Gambar 2.2 Pembiasan cahaya hukum I Snellius.......................16
Gambar 2.3 Galilean Beam Expander........................................16
Gambar 2.4 Keplerian Beam Expander......................................17
Gambar 2.6 Pengaruh Aberasi Sferis pada Beam Expander
Galilean..................................................................18
Gambar 2.7 Pengaruh Aberasi Sferis pada Beam Expander
Keplerian................................................................18
Gambar 2.8 Tampilan Interface Software OSLO........................19
Gambar 4.1 Kolom OSLO Yang Telah Diberi Nilai Berdasarkan
Asisten...................................................................33
Gambar 4.2 Hasil Grafik Dari Data Yang Telah Diisi.................33
Gambar 4.3 Hasil Gambar dari Rancangan Divais.....................34
Gambar 4.4 Hasil Pada OSLO....................................................36
Gambar 4.5 Analisis Grafik........................................................37
Gambar 4.6 Hasil Keluaran Sinar pada Jarak antar Lensa 200 mm
...............................................................................38
Gambar 4.7 Hasil Keluaran Sinar pada Jarak antar Lensa 190
mm.........................................................................38
Gambar 4.8 Astigmatism............................................................39
Gambar 4.9 Longitudinal Spheris...............................................39
Gambar 4.10 Pergeseran Fokus Chromatic................................40
Gambar 4.11 Lateral Color.........................................................41
Gambar 4.12 Distortion..............................................................41
Gambar 4.13 Titik Axis..............................................................42

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Eksperimen Langsung.......................................35

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju
maka banyak komponen-komponen optik modern yang beredar di
pasaran sehingga membuat para pengguna harus lebih selektif
dalam memilih.Hal ini dikarenakan banyak dari komponen-
komponen tersebut yang tidak sempurna atau mengalami
kecacatan. Dan cacat inilah yang dapat lasermenyebabkan fungsi
kerja dari devais optik yang menggunakan komponen-komponen
tersebut akan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena
itu diperlukan suatu metode yang dapat menguji seberapa layak
komponen-komponen tersebut untuk dapat digunakan.
Cacat dalam divais optik sendiri sering disebut dengan
namaaberasi.Aberasi sendiri adalah degradasi kinerja suatu
sistem optik dari standar pendekatan paraksial optika geometris.
Degradasi yang terjadi dapat disebabkan sifat-sifat optik dari
cahaya maupun dari sifat-sifat optik sistem kanta sebagai medium
terakhir yang dilalui sinar sebelum mencapai mata pengamatnya.
Aberasi merupakan salah satu kondisi yang menyatu pada
permukaan lensa cembung. Aberasi tergantung pada kemiringan
bidang, ketebalan, indeks refraktif serta posisi aperture. Karena
banyaknya jenis lensa dari produsen yang juga berbeda-beda,
masing-masing lensa memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Desain divais optik diperlukan untuk membantu dalam
kegiatan manusia. Salah satunya adalah desain beam expander
(weizmann academy, 2014). Komponen optik tersebut berfungsi
untuk memperbesar beam. Dalam perancangan divais optik dapat
dilakukan menggunakan perangkat lunak OSLO dan selanjutnya
diimplementasikan dalam eksperimen secara nyata. Laporan ini
akan membahas mengenai hasil yang diperoleh dari desain beam
expander secara simulasi dan eksperimen.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini rumusan
masalah dari laporan praktikum :
a. Bagaimana mendesain divais berbasis optika geometri ?
b. Bagaimana melakukan optimasi untuk menurunkan
aberasi pada divais ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai
berikut:
a. Mendesain divais berbasis optika geometri
b. Melakukan optimasi untuk menurunkan aberasi pada
divais

1.4 Sistematika Laporan


Laporan resmi praktikum ini terdiri dari 5 bab, yaitu pertama
bab 1, adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan praktikum serta sistematika laporan. Bab 2 yaitu
dasar teori yang berisi tentang teori dasar yang menunjang
praktikum ini. Bab 3 yaitu metodologi dimana berisi tentang, alat
alat yang digunakan dalam praktikum serta langkah langkah
dalam praktikum. Bab 4 yaitu analisa data dan pembahasan,
dimana berisi tentang analisa data-data yang didapatkan dalam
percobaan serta pembahasan terhadap analisa data tersebut. Bab 5
yaitu penutup berisi tantang kesimpulan dan saran.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Parameter Dasar Sistem Optik Geometri


Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan
tentang cahaya yang mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya
seperti pemantulan, pembiasan, serta prinsip jalannya sinar-sinar.
Ketika kita memandang suatu benda, cahaya dan benda itu
merambat langsung ke mata kita. Karena itu kita dapat melihat
benda tersebut. Tetapi hanya sebagian benda yang memancarkan
cahaya sendiri seperti matahari, lampu, dan nyala api.
Sebagian besar benda-benda yang kita lihat tidak memancarkan
cahaya sendiri seperti bulan, manusia, kertas, dan meja. Benda
yang tidak memancarkan cahaya memantulkan cahaya dari
sumber cahaya ke mata kita. Dengan demikian, apa yang
terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat
cahaya.

Gambar 2.1 Contoh Sistem Optika Geometri

2.2 Pembiasan Cahaya


Pembiasan (refraction) cahaya adalah peristiwa pembelokan
cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium.
Konsep Dasar Pembiasan Cahaya antara lain adalah: Hukum I
Snellius: Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada
satu bidang datar (gambar 2.2).

15
16

Gambar 2.2 Pembiasan cahaya hukum I Snellius

Hukum II Snellius: Jika sinar datang dari medium kurang rapat


ke medium lebih rapat (misalnya dari udara ke air atau dari udara
ke kaca), maka sinar dibelokkan mendekatigaris normal (gambar
a); jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke
medium kurang rapat (misalnya dari air ke udara), maka sinar
dibelokkan menjauhi garis normal (prananto, 2017).

2.3 Beam Expander


Beam expander adalah komponen pada optik yang
digunakan untuk memperbesar beam (Anonim, 2017).
Beam expander merupakan konsep dasar yang digunakan
pada teleskop. Jenis beam expander ada 2 yaitu :

2.3.1 Galilean Beam Expander


Galilean beam expander terdiri dari lensa negatif
dan lensa positif.

Gambar 2.3 Galilean Beam Expander


17

2.3.2 Keplerian Beam Expander


Keplerian beam expander terdiri dari 2 lensa positif
(Anonim, 2017).

Gambar 2.4 Keplerian Beam Expander


Beam divergence tergantung pada diameter beam seperti pada
persamaan berikut :

.............................(1)

........................................................(2)

Selain itu, untuk mengetahui output diameter beam dapat


dihitung dari panjang sinar keluaran dari input diameter
beam.

Gambar 2.5 Jarak input beam dengan output beam


18

Laser beam divergence menggunakan sudut penuh sehingga


yang digunakan bukan bukan .

Do = D1 + (L tan . )..........................(3)
Dari persamaan di atas maka Do = D1 + (L tan (Mpx . o))....(4)
Persamaan di atas bisa digunakan jika besar tidak
dipengaruhi aberasi sferis. Jika dipengaruhi aberasi sferis
maka seperti ini hasilnya (Anonim, 2017):
1) Galilean beam expander

Gambar 2.6 Pengaruh Aberasi Sferis pada Beam Expander


Galilean

2) Keplerian beam expander

Gambar 2.7 Pengaruh Aberasi Sferis pada Beam Expander


Keplerian
19

2.4 Pengenalan Software OSLO

Gambar 2.8 Tampilan Interface Software OSLO


OSLO (Optics Software for Layout Optimization) adalah
software yang digunakan untuk mendesain suatu divais
optik.Optical Software for Layout and Optimization (OSLO)
merupakan sebuah perangkat lunak yang berfungsi dalam
mendesain sistem optik[5]. OSLO menyediakan lingkungan
komputasi untuk desain optik. Selain fungsi pada umumnya
yaitu memberikan optimasi dan evaluasi sistem optik, OSLO
memiliki fitur antarmuka jendela khusus yang memungkinkan
untuk bekerja interaktif, guna menyelidiki detail dari sistem
optik selama proses pendesainan.OSLO menerima masukan
berupa simbolik maupun numerik dengan menggunakan menu,
toolbar maupun perintah; fungsi slider untuk analisis real-time,
dan kotak dialog otomatis serta menu untuk peningkatan
program custom.Umumnya layar permukaan OSLO terdiri dari
dua surfaces yaitu “object surface” di bagian kiri dan “image
surface” di bagian kanan. Ada 4 parameter utama dalam setiap
surfaces yaitu jari-jari kelengkungan (ketebalan material),
indeks refraksi (tipe kaca), dan jari-jari aperture. Untuk lebih
20

mudah, dapat memanfaatkan graphic windows pada setiap plot


parameter sistem yang berbeda. (anonim, 2017)

Berikut masing-masing penjelasan dari toolbar OSLO:


a. Command: kolom yang berfungsi untuk memasukkannilai
b. Spreadsheet: lembar yang digunakan menampilkan data
desain divaisoptik
c. Main Window: toolbar menuutama
d. Graphic Windows: jendela yang menampilkan visualisasi
dari desain divais optik yang telah dibuat
e. Status Bar: kolom yang menampilkan informasi operasi
yang sedang dilakukan daninformasi obyek yang
sedangdiaktifkan
f. Text Window : rekaman data berupa teks yang menampilkan
desain divaisoptik
g. Slider-wheel Window : untuk menemukan bentuk optimal
dari suatu desain divaisoptik.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Ada pun alat-alat yang diperlukan dalam melakukan
percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
a. Laptop
b. Software OSLO
c. Laser Pointer
d. 2 Lensa Cembung dengan dioptric sebesar 0,2 D dan 5,5 D
e. Kertas A4
f. Penggaris
g. Jangka Sorong
h. 2 Lens Holder

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Desain Devais Optik Menggunakan Software
Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut.
a. Dibuka software OSLO
b. Klik “File” kemudian “New Lens” dari menu
OSLO.
c. Diisikan nama “Radian” pada kotak New File
name. Pilih Custom lens pada File type dan isikan
“4” pada Number of Surfaces untuk jumlah
permukaan lensa. Klik “OK”.
d. Selanjutnya akan muncul sheet baru. Diisi
data Lens : Radian, Ent beam radius : 5.50,
Field angle : 0.0000572957795
e. Selanjutnya bahan lensa pertama ditentukan
dengan memasukkan data “Bac4” di kolom
GLASS pada surface 1 (baris kedua, setelah
OBJ). sebagai berikut: Radius surface 1 dan 2
(100mm dan Didesain lensa pertama dengan

15
16

OSLO, yaitu lensa dengan panjang fokus 100


mm, dengan mengisikan data 100mm),
Thickness: 1.0e+20mm, Aperture Radius 1 dan
2: 25mm.
f. Selanjutnya bahan lensa kedua ditentukan
dengan memasukkan data “BCSC51-56” di
kolom GLASSS pada surface 3.
g. Didesain lensa kedua dengan OSLO, yaitu lensa
dengan panjang fokus 340 mm, dengan
mengisikan data sebagai berikut: Radius 3 dan
4 (340mm dan – 340mm), Thickness: 5mm,
Aperture Radius: 25mm.
h. Untuk melihat hasil lensa yang didesain, pilih
“Draw on”.
i. Untuk melihat hasil sinar yang melalui divais
optik yang didesain, maka ditambahkan surface
setelah surface 4 dan menambahkan nilai
thickness pada surface 4.
j. Jarak antar dua lensa pada beam expander
dirubah sehingga sinar hasil beam expander
sejajar.
k. Dilakukan analisa aberasi yang terjadi pada
desain di OSLO.

3.2.2 Eksperimen Beam Expander


Prosedur yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Setelah selesai divais optik didesain,
sekarang dilakukan percobaan beam
expander dengan menggunakan laser merah
dan lensa.
b. Kedua lensa cembung dipasang pada statif
(lensa dengan focus 5 cm diletakkan didepan
laser dan lensa dengan fokus 15 cm
diletakkan didepan lensa fokus 5 cm)
c. Lensa disusun dengan posisi sesuai
17

perhitungan pada simulasi.


d. Laser dihidupkan lalu ukur diameter beam
dan gambar beam yang keluar langsung dari
laser.
e. Diameter beam dan gambar beam yang
keluar dari lensa kedua diukur.
f. Perbesaran beam dihitung dan dibandingkan
dengan hasil desain optik dengan OSLO serta
lakukan analisa pada kedua hasil tersebut.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis
4.1.1 Hasil Eksperimen Desain pada OSLO
Adapun hasil dari percobaan dari OLSO sesuai dengan
percobaan masing-masing praktikan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Kolom OSLO Yang Telah Diberi Nilai Berdasarkan


Asisten
Ent Beam Radius diberi nilai 5.50 sesuai NRP praktikan.
Nama file disisi Praktikum P3 dan data lainnya disisi sesuai
gambar diatas.

Gabar 4.2 Hasil Grafik Dari Data Yang Telah Diisi

33
34

Hasil dari percobaan ini didapat nilai yang tidak baik.


Karena banyak yang diluar garis normal. Hal ini dikarenakan dari
variasi bahan dan beberapa input nilai pada kolom sebelumnya
seperti digambar 4.1.

Gambar 4.3 Hasil Gambar dari Rancangan Divais

Hasil dari gambar 4.3 adalah hasil gambar lensa yang


telah dibuat. Seperti yang terlihat, jarak lensa yang dekat antara
lensa 1 dengan lensa yang lain jaraknya nol.
35

4.1.2 Hasil Eksperimen Secara Langsung dengan Desain pada


OSLO
Berikut hasil pengamatan dari perancangan beam expander
secara eksperimen langsung

Tabel 4.1 Hasil Eksperimen Langsung


Jarak antar 2 Diameter Diamaeter Pembesaran
lensa (mm) sinar sinar sejajar bayangan, M
masukan, h1 keluaran, h2 (kali)
(mm) (mm)
0 5 - -
200 5 11.25 2.25 kali

Selanjutnya perancangan beam expander menggunakan


sotware OSLO. Besar radius yang digunakan, menggunakan
perhitungan lensa tebal pada persamaan 2.1
a. Lensa Cembung Pertama
Berikut ini spesifikasi lensa
 Diameter lensa : 50 mm
 Ketebalan lensa : 13.15 mm
 Panjang fokus : 50 mm
 Indeks bias lensa BK7 : 1.5 mm
Maka dicari nilai radiusnya dengan persamaan sebagai
berikut:
36

b. Lensa Cembung kedua


Berikut ini spesifikasi lensa
 Diameter lensa : 50 mm
 Ketebalan lensa : 6.1 mm
 Panjang fokus : 150 mm
 Indeks bias lensa BK7 : 1.5 mm
Maka dicari nilai radiusnya dengan persamaan sebagai
berikut:

Setelah mendapatkan nilai radius lensa 1 dan lensa 2,


selanjutnya dilakukan perancangan untuk mengetahui besar
berkas dari beam expender menggunakan software OSLO.
37

Gambar 4.4 Hasil Pada OSLO

Gambar 4.5 Analisis Grafik

Setelah itu diatur jarak antar lensa agar mendapatkan skema


divais optik berupa beam expander yang hasil keluaran berupa
sinar sejajar. Secara teori jarak antar lensa merupakan
penjumlahan antara dua panjang titik fokus lensa sehingga
didapat nilainya sebesar 200 mm. Namun hasil yang didapatkan
bahwa sinar masih belum sejajar, semakin jauh dengan
permukaan lensa kedua maka sinar keluaran mengalami
penyusutan. Kemudian diatur jarak secara manual untuk
38

menemukan titik fokus yang paling optimal untuk mendapat sinar


keluaran sejajar dan didapatkan 185 mm. Perbandingan hasil
keluaran sinar sejajar dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3

Gambar Gambar Gambar Gambar .6 Hasil Keluaran Sinar


pada Jarak antar Lensa 200 mm.6 Hasil Keluaran Sinar pada
Jarak antar Lensa 200 mm.6 Hasil Keluaran Sinar pada
Jarak antar Lensa 200 mm.6 Hasil Keluaran Sinar pada Jarak

Gambar Gambar Gambar Gambar .7 Hasil Keluaran Sinar


pada Jarak antar Lensa 190 mm.7 Hasil Keluaran Sinar
pada Jarak antar Lensa 190 mm.7 Hasil Keluaran Sinar
pada Jarak antar Lensa 190 mm.7 Hasil Keluaran Sinar pada
4.2 Pembahasan
Pada praktikum P3 kali ini dilakukan 2 percobaan yaitu
mendesain divais optik berupa Beam expander pada software
OSLO dengan ketentuan pada modul dan menyusun Beam
Expander pada percobaan real.
Pada Ent Beam Radius diberi nilai 5.50 sesuai NRP
39

praktikan didapatkan beberapa grafik yaitu Atigmatism,


longitudinal spherical, chromatic focal, distron, lateral color dan
titik Axis. Di Aberasi astigmatism merupakan pelebaran fokus
yang diakibatkan oleh aberasi lensa sehingga mengakibatkan
perbedaan fokus antara bidang sagittal. Terjadi pelebaran sebesar
62 mm. Semakin besar nilai agtimatism atau semakin menjauhi
sumbu y maka kualitas lensa semakin buruk.

Gambar 4.8 Astigmatism

Aberasi spheris longitudinal menunjukkan aberasi pada


panjang gelombang. Untuk laser biru bernilai 62 mm. Sehingga
menyebabkan kecacatan pada pembesaran sinar.
40

Gambar 4.9 Longitudinal Spheris

Aberasi chromatic dapat dilihat dari Pergeseran fokus chromatic


(Chromatic Focal Shift) yakni panjang gelombang laser merah
yang datang jatuh ke fokus yang berbeda karena setiap lensa
mempunyai indeks bias yang berbeda-beda bergantung pada
panjang gelombang cahaya yang merabatnya.
Pada panjang gelombang 0.588 μm tidak ada aberasi
sehingga pada kondisi ini bayangan akan terbentuk jelas.
Selanjutnya terjadi pergesaran titik fokus pada panjang
gelombang di bawah 0.588 μm menjadi bernilai negatif.
Sedangkan pada panjang gelombang diatas 0.588 μm jatuh pada
nilai positif. Sehingga menyebabkan terjadi pinggiran warna pada
bayangan.
41

Gambar 4.10 Pergeseran Fokus Chromatic

grafik lateral color menunjukkan bahwa jika garis


berwarna merah dan biru semakin mendekat kearah sumbu datar
yaitu Panjang gelombang 0.588 μm dengan warna hijau, maka
nilai aberasinya semakin kecil. hal ini ditunjukkan oleh sumbu
vertical yang menunjukkan besar aberasi dan sumbu horizontal
yang menunjukkan besar lateral color dalam milimeter. Semakin
membuka grafik lateral color, maka semakin besar nilai aberasi
yang ditunjukkan. Semakin jauh dari lensa nilai aberasinya
bertambah.
42

Gambar 4.11 Lateral Color


Grafik distorsi menunjukan kurva eksponensial kearag
atas yang berarti barrel distortion dengan prosentase sebesar 1e -10
(10x10-10). Dengan hasil tersebut merupakan hasil yang baik
karena aberasi yang dihasilkan kecil, karena apabila grafik
semakin mendekati sumbu x maka lensa semakin baik. Begitu
pula dengan sebaliknya apabila semakin menjahui sumbu x maka
distorsi akan semakin besar.

Gambar 4.12 Distortion


pada titik axis, field 4.01e-05 degree, dan field 5.73e-05
degree sinar merah, hijau, dan biru berimpit dengan membentuk
sudut hampir 45o dalam fungsi sinusoidal.
43

Gambar 4.13 Titik Axis


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan fabrikasi perangkat optis, desain
dapat dilakukan dengan melakukan simulasi baik secara
nyata maupun dengan simulator. Dengan melakukan
simulasi desain perangkat optik, dapat diketahui
bagaimana sistem optis itu bekerja dan dapat dilakukan
optimasi untuk menekan terjadinya aberasi.
b. Salah satu upaya optimasi dalam merancang divais optik
yaitu dengan menggunakan kombinasi beberapa lensa
untuk meminimalisir peristiwa aberasi.
c. Perbedaan jarak lensa pada simulasi dan eksperimen
dikarenakan indeks bias pada lensa dan sudut divergance
(persebaran) dari cahaya laser terhadap lensa yang
merubah jatuhnya cahaya pada titik fokus, sehingga jarak
lensa menjadi berubah.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan Untuk kedepannya, dilakukan
perancangan divais optik yang lebih kompleks dengan variasi
komponen seperti lensa dan cermin

33
34

Halaman ini sengaja Dikosongkan


DAFTAR PUSTAKA

Academy, w. (2017, 11 17). Optic Technology. Diambil kembali


dari optic: www.weizman.ac.il
anonim. (2017). Modul praktikum p3 desain optik. surabaya:
Laboratorium fotonika departemen teknik fisika its.
prananto. (2017, 11 17). optik fisika. Diambil kembali dari optik:
http://dwiprananto.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai