Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
Sistem pengelolaan obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai
tujuan yaitu :
a. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
b. Pengadaan (Procurement)
c. Distribusi (Distribution)
d. Penggunaan (Use)
Keempat fungsi tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan yang
terdiri dari :
a. Organisasi (Organisation)
b. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and Sustainnability)
c. Pengelolaan informasi (Information Management)
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human Resorces
Management)
Hubungan antara fungsi-fungsi di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Organisasi
Penggunaan Pembiayaan Pengadaan
Manajemen
Informasi
Distribusi
2
Keempat tahap pengelolaan obat tersebut dapat didefinisikan sebagai :
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang manajemen
pengelolaan sediaan farmasi dalam pelayanan kesehatan terutama dalam hal
pengadaan obat di RS.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan
obat, yaitu :
4
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem
administrasi atau akuntansi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Data
kebutuhan tersebut kemudian dituangkan dalam rencana operasional
yang digunakan dalam anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia
Farmasi dan Terapi.
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Perencanaan
a. Tahap pemilihan obat
Metode konsumsi
5
Metode morbiditas
6
Gambar Siklus Pengadaan Obat
Menentukan jumlah
Tujuan seleksi obat yang dibutuhkan
Menyesuaikan
kebutuhan dan dana
Menentukan
persyaratan kontrak
Menerima dan
Monitor status
memeriksa
pemesanan
obat-obatan
7
Ada dua pola dalam perencanaan dan pengadaan obat :
1. Pola Konsumtif
Pola konsumtif berarti perencanaan dan pengadaan obat didasarkan pada data
pemakaian obat di masa lampau. Data tersebut kemudian dipakai untuk menghitung
jumlah kebutuhan obat.
Rumus :
Jumlah kebutuhan obat = Konsumsi obat sesungguhnya dalam satu tahun + Jumlah
kebutuhan obat selama masa tenggang – Sisa stok
2. Pola Epidemiologi
Pola epidemiologi berarti perencanaan dan pengadaan obat didasarkan pada data
jumlah kasus. Data ini digunakan untuk menghitung kebutuhan jumlah obat.
Rumus :
Jumlah kebutuhan obat = Jumlah episode penyakit × Standar pengobatan + Jumlah
kebutuhan obat selama masa tenggang – Sisa stok
8
Pencatatan data morbiditas yang baik tidak dianjurkan.
2. Pola Epidemiologi
a. Keuntungan
Tidak dibutuhkan data konsumsi obat.
Didasarkan pada peresapan yang rasional sehingga dapat dijadikan dasar untuk
mengkaji pola penggunaan obat.
Mendorong terlaksananya pencatatan data morbiditas yang dapat diandalkan.
b. Kerugian
Memerlukan waktu lebih banyak dan tenaga yang terampil.
Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat penyakit
yang tidak termasuk dalam daftar atau tidak terlapor
Memerlukan sistem pencacatan dan pelaporan yang baik.
Dapat terjadi kekurangan obat bila terjadi wadah, kebutuhan insidental yang
tidak terpenuhi, dan variasi obat yang terlalu luas.
9
BAB III
TATA LAKSANA
10
Mengatur pengiriman obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu
tertentu), menghindari kelebihan persediaan maupun kekurangan persediaan
Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius dan kualitas
Mengatur jadwal pembelian obat dan tingkat penyimpanan yang aman untuk
mencapai total lebih rendah.
Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari pemerintah,
organisasi non pemerintahan dan organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan
keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelakasanaan Barang dan
Jasa Instansi Pemerintah, metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap tingkatan
pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan barang dan jasa,
yaitu :
1. Pembelian
a. Pelelangan (tender)
b. Pemilihan langsung
c. Penunjukan langsung
d. Swakelola
2. Produksi
a. Kriterianya adalah obat lebih murah jika diproduksi sendiri
b. Obat tidak terdapat dipasaran atau formula khusus Rumah Sakit
c. Obat untuk penelitian
3. Kerjasama dengan pihak ketiga
4. Sumbangan
5. Lain-lain
Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk Rumah Sakit, adalah :
1. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi dan
penjualan (telah terdaftar).
2. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000.
3. Suplier dengan reputasi yang baik.
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok produk obat.
Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang
baik dan merupakan standar universal mencakup aspek :
a. Pengadaan Obat merujuk kepada obat generik
b. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar formularium Rumah Sakit
11
c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas akan menurunkan
harga
d. Pengadaan secara kompetitif
e. Pada tender terbatas, hanya suplier yang telah melewati prakualifikasi yang
diizinkan mengikuti
f. Adanya komitmen pengadaan
Suplier harus menjamin pasokan obat yang kontraknya telah ditandatangani
g. Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan kebutuhan nyata
Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan masa kros
cek dengan pola penyakit dan jumlah kunjungan
Lakukan penyesuaian terhadap stok over, stok out, obat expired
Lakukan penyesuaian dan perhitungan terhadap kebutuhan program
dan perubahan pola penyakit (utamanya) lansia
Lakukan Manajemen Keuangan yang baik dan Pembayaran Pasti
h. Kembangkan kepastian pembayaran
Mekanisme pembayaran yang pasti akan dapat menurunkan harga
i. Prosedur tertulis dan transparan
Kembangkan dan ikuti prosedur tertulis seperti pada Kepres nomor 18
tahun 2000
Umumkan hasil pelelangan kepada publik
j. Pembagian Fungsi
Pembagian fungsi membutuhkan keahlian tertentu
Beberapa fungsi akan melibatkan beberapa tim, unit individu dalam
aspek perencanaan kebutuhan, pemilihan jenis obat, pemilihan suplier
dan pelelangan
k. Program Jaminan Mutu Produk
Pastikan ada keharusan melakukan jaminan mutu produk dalam setiap
dokumen
Jaminan Mutu Produk Termasuk : Sertifikasi, test lab, mekanisme
laporan terhadap obat yang diduga tidak memenuhi syarat
l. Lakukan Audit tahunan dan Publikasikan hasilnya
Untuk menguji kepatuhan terhadap prosedur pengadaan, kepastian
pembayaran dan faktor lain yang berhubungan
Sampaikan hasilnya kepada pengawas internal atau eksternal
12
m. Buat Laporan Periodik terhadap Kinerja Pengadaan
Buat laporan untuk indikator kinerja dibandingkan dengan target
setidaknya setahun sekali
Gunakan indikator kunci seperti : rasio harga terhadap harga di pasar
(market), rencana pengadaan dan realisasi.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah pengadaan obat di Rumah Sakit yaitu :
Perencanaan pengadaan obat dilakukan untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat
sesuai dengan kebutuhan dengan mutu yang baik, sehingga dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penggunaan dana. Kegiatan pengadaan obat di Rumah Sakit
merupakan salah satu faktor penunjang dan salah satu faktor penentu keberhasilan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Perencanaan pengadaan obat harus sesuai
formularium yang telah ditetapkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Proses pengadaan obat di Rumah Sakit didasarkan pada kebutuhan pemakaian barang
di tiap ruangan pada tahun sebelumnya, sisa persediaan di gudang farmasi, pola
penyakit dan dana yang tersedia yang dituangkan dalam rencana kebutuhan tahunan.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada
saat diperlukan.
Instalasi farmasi merupakan unit yang bertugas dalam perencanaan, pengadaan,
pengelolaan dan pendistribusian untuk Rumah Sakit secara keseluruhan. Metode
pengadaan obat di Rumah Sakit pada umumnya berbeda-beda tergantung dari tipe
Rumah Sakit dan kebijakan dari masing-masing Rumah Sakit.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, “Pengolahan Obat
Kabupaten/Kota”, Jakarta, 2001.
2. Qurck, J.D., “Managing Drug Suplly”, Jonathan. D., (Eds), Second Edition, Reursod
and Expanded, Kumarin Press, USA, 1997.
3. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
“Pedoman Pengelolaan Obat Daerah Tingkat II”, Jakarta 1996.
4. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, “Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD)” , Jakarta, 2002.
5. Siregar Charles, J.P., Lia Amalia, “Teori & Penerapan Farmasi Rumah Sakit”,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
15