Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Transformator Daya

Transformator atau lebih dikenal dengan


nama “transformer” atau “trafo” sejatinya
adalah suatu peralatan listrik yang mengubah
daya listrik AC pada satu level tegangan yang
satu ke level tegangan berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik tanpa merubah
frekuensinya. Tranformator biasa digunakan
untuk mentransformasikan tegangan
(menaikkan atau menurunkan tegangan AC). Selain itu, transformator juga dapat
digunakan untuk sampling tegangan, sampling arus, dan juga mentransformasi
impedansi. Transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang
membungkus inti besi feromagnetik. Kumparan-kumparan tersebut biasanya
satu sama lain tidak dihubungkan secara langsung. Kumparan yang satu
dihubungkan dengan sumber listrik AC (kumparan primer) dan kumparan yang
lain mensuplai listrik ke beban (kumparan sekunder). Bila terdapat lebih dari dua
kumparan maka kumparan tersebut akan disebut sebagai kumparan tersier,
kuarter, dst.

2.2 Prinsip Kerja Transformator

Transformator bekerja berdasarkan


prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan
masukan bolak-balik yang membentangi
primer menimbulkan fluks magnet yang
idealnya semua bersambung dengan lilitan
sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder.

4
Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke
lilitan sekunder.

2.3 Jenis-Jenis Trafo

2.3.1 Trafo Berdasarkan Pemakaiannya

Trafo step up, adalah trafo yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak

daripada lilitan primer (Ns > Np), sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.

Trafo ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan

yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi

jarak jauh.

Trafo step down, yaitu trafo yang mengubah tegangan tinggi menjadi

tegangan rendah, trafo ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak

dari pada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).

5
2.3.2 Trafo Berdasarkan kedudukan kumparan terhadap inti

Core type, pada jenis inti kedudukan kumparan mengelilingi inti besi, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :

Shell type, pada jenis Shell memiliki lilitan yang mengelililngi inti yang

berada di tengah-tengah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut

ini :

2.5 Bagian-Bagian Trafo

2.5.1 Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh

arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis

6
yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan

oleh arus pusar atau arus eddy (eddy current).

2.5.2 Kumparan Trafo

Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan

kumparan tersebut diisolasi terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain

dengan menggunakan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan

tersebut berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

2.5.3 Minyak Trafo

Sebagian besar dari trafo daya memiliki kumparan-kumparan yang intinya

direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo daya yang berkapasitas besar,

karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan juga

berfungsi sebagai isolasi.

7
Berikut ini adalah persyaratan yang harus dimiliki minyak trafo, yaitu:

1. Mempunyai kekuatan elektrik yang tinggi.

2. Mempunyai daya hantar panas yang baik.

3. Mempunyai berat jenis yang rendah. Jika minyak berberat jenis rendah,

maka partikel – partikel yang melayang – laying di dalam minyak akan

segera mengendap pada dasar tangki.

4. Memiliki kekentalan yang rendah. Minyak yang encer lebih mudah di

alirkan atau bersirkulasi, sehingga mendinginkan trafo lebih baik.

5. Tidak merusak bahan isolasi padat dan material lain trafo.

6. Unsur kimianya harus stabil agar usia pelayanannya panjang.

7. Mempunyai titik nyala yang tinggi. Karakteristik titik nyala

menentukan terjadinya penguapan dalam minyak. Jika titik nyala

minyak rendah, maka minyak mudah menguap. Ketika minyak

menguap, volumenya berkurang, minyak semakin kental dan campuran

dengan udara di atas permukaan minyak membentuk bahan yang dapat

meledak.

2.5.4 Bushing

Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing,

yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi

sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan badan tangki trafo.

8
2.5.5 Tangki Konservator

Tangki Konservator berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan

uap/udara akibat pemanasan trafo karena arus beban.

2.5.6 Tap Changer

Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang

dinilai sebagai kualitas tegangan. Trafo dituntut memiliki nilai tegangan output

yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan

mengubah banyaknya belitan pada sisi primer diharapkan dapat merubah ratio

9
antara belitan primer dan sekunder dan dengan demikian tegangan output/sekunder

pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun tegangan

input/primernya. Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer. Proses

perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang berbeban (On

load tap changer) atau saat trafo tidak berbeban (Off load tap changer).

2.5.7 Alat Pernapasan (Breather)

Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka

suhu minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak

tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar

dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun dan volumenya menyusut

maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Proses di atas disebut “pernapasan

trafo”. Hal tersebut menyebabkan permukaan minyak trafo akan selalu

bersinggungan dengan udara luar yg menurunkan nilai tegangan tembus minyak

trafo. Untuk mencegah hal tersebut maka pada ujung pipa penghubung udara luar

dilengkapi tabung khusus yg berisi kristal (silica gel) yg bersifat hygroskopis.

10
2.6 Gangguan Pada Trafo

Dalam sistem tenaga listrik, gangguan didefinisikan sebagai terjadinya

suatu kerusakan dalam penyaluran daya listrik yang menyebabkan aliran arus listrik

lebih besar dari aliran arus yang seharusnya.

Secara umum, gangguan pada transformator dibagi menjadi dua jenis yaitu

gangguan internal dan gangguan eksternal. Gangguan internal adalah gangguan

yang berasal dari transformator itu sendiri sedangkan gangguan eksternal adalah

gangguan yang berasal dari luar transformator dan dapat terjadi kapan saja dengan

waktu yang tidak dapat ditentukan. Gangguan internal dibagi

menjadi dua jenis, yaitu gangguan incipien dan gangguan elektris. Gangguan

incipien yaitu gangguan yang dimulai oleh suatu gangguan kecil dan tidak berarti

namun secara lambat akan menimbulkan kerusakan. Gangguan ini akan dideteksi

oleh relai pengaman mekanis seperti relai bucholz, relai jansen dan relai sudden

pressure. Gangguan elektris yaitu gangguan elektris yang dideteksi oleh relai

proteksi utama transformator.

11
a. Gangguan Internal

Gangguan yang termasuk dalam gangguan internal adalah :

1. Terjadinya busur api (arc) yang kecil dan pemanasan lokal yang disebabkan oleh

 Cara penyambungan konduktor yang tidak baik

 Kontak-kontak listrik yang tidak baik

 Kerusakan isolasi antara inti baut

2. Gangguan pada sistem pendingin

Pada umumnya banyak transformator menggunakan minyak transformator

sebagai isolasi sekaligus merupakan bahan pendingin. Dan kenyataannya adalah

ketika terjadi gangguan di dalam transformator tersebut, maka di dalam minyak itu

akan timbul sejumlah gas.

Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja paralel

b. Gangguan Eksternal

Gangguan yang termasuk dalam gangguan eksternal adalah :

1. Hubung Singkat Luar (External Short Circuit)

Hubung singkat ini terjadi di luar transformator, seperti di bus, di penyulang

feeder) dan di sistem yang merupakan sumber bagi transformator tersebut.

2. Beban Lebih (Overload)

Transformator daya akan bekerja secara kontinyu apabila transformator

tersebut berada pada beban nominalnya. Namun apabila beban yang dilayani

lebih besar dari 100%, maka transformator tersebut akan mendapat

pemanasan lebih dan hal ini akan mempersingkat umur isolasi transformator

keadaan beban lebih berbeda dengan arus lebih. Pada beban lebih, besar arus

12
hanya kira-kira 10% di atas nominal dan dapat diputuskan setelah

berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus lebih, besar arus

mencapai beberapa kali arus nominal dan harus diputuskan secepat mungkin.

3. Gelombang surja

Surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan oleh

sambaran petir. Pada saluran transmisi performa petir menjadi salah satu

faktor dominan dalam perancangan menara dan saluran transmisi.

proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem yang

normal adalah bagian yang terganggu saja.

2. Keandalan (reliable)

Suatu sistem proteksi dikatakan handal jika dapat bekerja dengan baik dan

benar pada berbagai kondisi sistem. Keandalan sistem proteksi dibagi atas dua

unsur yaitu kemampuan relai yang selalu bekerja dengan baik pada kondisi

abnormal dan kemampuan relai untuk tidak bekerja pada kondisi normal.

3. Kecepatan Kerja

Tujuan terpenting dari sistem proteksi adalah memisahkan bagian yang terkena

gangguan dari sistem yang normal dengan cepat agar tidak menimbulkan

kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi harus memiliki tingkat kecepatan

yang tinggi agar meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia,peralatan

dan stabilitas operasi.

4. Sensitifitas

Sensitifitas adalah kepekaan relai proteksi terhadap segala macam gangguan

dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.

5. Ekonomis dan sederhana.

13
Sistem proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis dengan tidak

mengesampingkan fungsi dan keandalannya.

Relai proteksi adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang

dirancang

untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan yang tidak diinginkan terjadi

pada peralatan sistem tenaga listrik. Jika terjadi ketidaknormalan pada sistem

tenaga listrik, maka secara otomatis relai proteksi akan memberikan sinyal atau

perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) agar bagian yang

terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Relai proteksi juga

berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam gangguannya sehingga

memudahkan evaluasi pada saat terjadi gangguan.

2.7 Macam-macam Alat Proteksi Dan Alat Pendukung Proteksi Trafo

Berikut ini adalah macam – macam proteksi yang biasa digunakan dalam

mengamankan trafo, adalah sebagai berikut :

2.7.1 Relai Buchloz

Relai ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan trafo terhadap

gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas. Gas yang timbul ini diakibatkan

oleh hubung singkat pada kumparan, busur listrik antar laminasi dan busur listrik

akibat kontak yang kurang baik. Relai Bucholz dipasang di antara tangka trafo dan

konservator. Relai ini memberikan indikasi alarm kalau terjadi gangguan didalam

trafo yang relatif kecil dan akan memberikan sinyal triping kalau gangguan yang

terjadi di dalam trafo serius (cukup membahayakan). Relai ini biasanya digunakan

pada trafo yang mempunyai rating kapasitas 750 KVA.

14
2.7.2 Relai Suhu

Relai ini digunakan untuk mengamankan trafo dari kerusakan akibat adanya

suhu yang berlebihan. Relai suhu ini mengukur suhu pada kumparan trafo. Cara

kerja dan fungsinya sama dengan relai suhu pada generator. Pada suhu tertentu relai

ini akan membunnyikan alarm. Jika suhu kumparan terus naik, relai ini akan

memerintahkan pemutus tenaga (PMT) untu trip baik pada sisi primer maupun

skunder.

2.7.3 Relai Hubung Tanah (Earth Fault)

Relai hubung tanah berfungsi untuk mengamankan trafo dari kerusakan

akibat gangguan tanah. Relai ini dilengkapi dengan trafo arus, kumparan kerja relai

dan kumparan triping. Pada kondisi normal, dimana tidak ada gangguan yang

terjadi pada trafo, jumlah arus ketiga fasa sama dengan nol sehingga jumah fluks

pada inti trafo sama dengan nol. Apabila terjadi gangguan tanah, maka jumlah fluks

pada inti trafo tidak lagi nol.

2.7.4 Relai Beban Lebih (Over Load)

Relai ini berfungsi untuk mengamankan trafo dari kerusakan akibat adanya

beban (arus) yang melebihi harga tertentu. Beban lebih kalau dibiarkan terlalu lama

akan menyebabkan panas pada kumparan trafo sehingga bisa terjadi kerusakan

isolasi pada kumparan trafo. Sensor relai ini pada umumnya berupa bimetal yang

mendapat sinyal atau arus masukan dari trafo arus. Sinyal arus masukan diubah ke

panas untuk mengerakkan elemen bimetal.

15
2.7.5 Relai Diferensial

Relai diferensial adalah pengaman sistem yang mengamankan gangguan

yang terjadi di dalam transfomator yang di batasi oleh trafo arus (current

transformer/ CT). Jika terjadi gangguan pada trafo, pada sisi primer dan sekunder

trafo daya maka akan timbul arus tak seimbang dari kedua sisi tersebut. Relai

diferensial akan bekerja jika arus sisi primer tidak sama dengan arus sisi sekunder

(Ip ≠ Is). Ketidak seimbangan arus ini akan membuat relai memerintahkan pemutus

tenaga (PMT) untuk memutuskan rangkaian tenaga listrik dari gangguan tersebut.

Gangguan-gangguan tersebut, antara lain hubung singkat di dalam kumparan dan

hubung singkat antara fase kumparan. Sistem proteksi relai diferensial secara umum

dipergunakan untuk mengamankan trafo daya, generator, busbar dan saluran

transmisi.

2.7.6 Relai Tekanan Lebih

Relai tekanan lebih digunakan sebagai pengaman trafo untuk mendeteksi

adanya tekanan-tekanan yang berlebihan akibat gangguan di dalam trafo. Relai ini

merupakan relai mekanik yang menggunakan sejenis membran atau pelat yang akan

pecah oleh karena tekanan atau desakan jarum pemecah (breaking needle) akibat

gangguan dalam trafo.

2.8 Pemutus Tenaga

Pemutus tenaga (PMT) adalah alat yang dapat digunakan untuk

menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan rating-nya.

Pada saat menghubungkan atau memutuskan arus maka timbuk busur listrik. Untuk

memadamkan busur listrik maka PMT dilengkapi dengan bahan pemadam seperti

16
minyak, gas, udara, vaccum. Dari beberapa jenis pemadam tadi maka timbul

beberapa istilah PMT :

1. Pemutus daya minyak (Oil Circuit Breaker) yaitu PMT yang menggunakan

media pemadam minyak.

2. Pemutus daya udara (Air Circuit Breaker) yaitu PMT yang memadamkan

busur api menggunakan media pemadam udara.

3. Pemutus daya gas (Gas Circuit Breaker) yaitu PMT dengan menggunakan

media pemadam busur api berupa gas yaitu gas SF6 (Sulfur Hexaflourida).

Jenis jenis penggerak PMT :

1. PMT dengan penggerak pegas. Untuk menggerakkan kontak PMT

menggunakan tenaga pegas yang diisi oleh motor.

2. PMT dengan penggerak hidrolis. Untuk menggerakkan kotak PMT dengan

tenaga hidrolis dari minyak yang dipompa hingga tekanan tertentu.

3. PMT dengan penggerak pneumatik. Untuk menggerakkan kontak PMT

dengan tenaga udara bertekanan tinggi yang dihasilkan dari pompa udara.

Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh PMT dapat melakukan hal – hal diatas

adalah sebagai berikut :

1. Mampu meyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu

2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban

maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus

daya itu sendiri.

17
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus

hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem

kehilangan kestabilan dan merusak pemutus daya itu sendiri.

18

Anda mungkin juga menyukai