Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu obat terdapat dua zat yang saling tercampur atau ada juga dua zat
yang tidak saling tercampur. Dua zat yang saling bercampur antara zat padat dan zat cair,
dinamakan larutan sedangkan, dua zat yang tidak saling bercampur antara zat padat dan
zat cair dinamakan suspensi, antara zat cair dan zat cair yang tidak saling bercampur
dinamakan emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan )
disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi untuk mencegah
terjadinya koalesensi dan terpisahnya cairan dispersi sebagai fase terpisah.
Hal yang paling utama bagi emulgator adalah kemampuannya untuk
menghasilkan dan menjaga stabilitas emulsi dalam penyimpanan dan pemakaian.
Emulgator yang dipakai adalah PGA (Pulvis Gummi Arabicum). Emulgator ini mudah
didapat, warna yang putih dari PGA membuat warna putih susu pada emulsi sesuai
dengan syarat emulsi yang baik. Kadar PGA yang berfungsi sebagai emulgator adalah
pada konsentrasi 5-10%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi emulsi ?
2. Apa saja komponen- komponen emulsi?
3. Apa saja tipe emulsi?
4. Apa tujuan pemakaian emulsi ?
5. Apa saja teori terjadinya emulsi?
6. Apa saja bahan-bahan pengemulsi?
7. Bagaimana cara pembuatan emulsi ?
8. Bagaimana cara membedakan tipe emulsi?
9. Bagaimana emulsi dikatakan stabil ?
10. Apa saja kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi?

1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat :
1. Mengetahui definisi emulsi.
2. Mengetahui komponen- komponen emulsi.
3. Mengetahui tipe emulsi.
4. Mengetahui tujuan pemakaian emulsi.
5. Mengetahui teori terjadinya emulsi.
6. Mengetahui bahan-bahan pengemulsi.
7. Mengetahui cara pembuatan emulsi.
8. Mengetahui cara membedakan tipe emulsi.
9. Mengetahui kestabilan emulsi.
10. Mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Emulsi


Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang
terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi
buatan.

2.2 Komponen Emulsi


Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri
atas :
 Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair
lain.
 Fase kontinue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut. Emulgator adalah bagian dari emulsi
yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris,
colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben,
asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida,
fenil merkuri asetas dan lain – lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam
sitrat, propil gallat , asam gallat.

2.3 Tipe Emulsi


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal
ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air). Adalah emulsi
yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase
internal dan air sebagai fase external.

2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak) Adalah emulsi
yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase external.

2.4 Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :


1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak
faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

2.5 Teori Terjadinya Emulsi


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori ,
yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Teori tersebut ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)


Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut
daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
tidak sejenis yang disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseim -bangan daya kohesi.
Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan
(surface tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan
bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan
yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial
tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan
antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara
kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)


Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya,


kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan
demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara
kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan
kelompok hidrofil .
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang
suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari
harga HLB-nya.

HARGA HLB KEGUNAAN


1 - 3 Anti foaming agent
4 – 6 Emulgator tipe w/o
7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13 - 15 Detergent
10 – 18
3. Teori Interparsial FilmKelarutan (solubilizing agent)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis
untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
 dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
 jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers
 dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.

4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)


Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya
akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan
demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik
yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel
minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar,
karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai
susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak , dan
stabilitas emulsi akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,
 terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
 terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

2.6 Bahan Pengemulsi (Emulgator)

Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.


Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak
bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu
ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi
yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
 kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
 terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup
kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan
gom arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya. Untuk membuat corpus emulsi
diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu
diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :

 Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat


Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air
panas 1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin.
Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
 Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri
 Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena
memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi
cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum
 Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya,
tambahkan gom ( ½ x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
 Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :
Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu.
Gom sebanyak ¾ kali bahan obat cair.
 Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.
 Oleum Iecoris Aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak
1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x
berat tragacanth. Tragacanth h a n y a berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian
didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang
dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya
digunakan 1-2 %

d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan
emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga
secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu
mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali
beratnya.

b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan
banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat
menyerap air 2 X beratnya
3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum


Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam
magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah
emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi
ini khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk
tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.

Emulgator buatan

1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila
sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w,
sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe
w/o.

2. Tween 20 : 40 : 60 : 80

3. Span 20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :


Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
Kationik : senyawa ammmonium kuartener
Non Ionik : tween dan span.
Amfoter : protein, lesitin.
2.7 Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat
dapat dijelaskan :

1) Metode gom kering atau metode kontinental.


Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2) Metode gom basah atau metode Inggris.


Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan
untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3) Metode botol atau metode botol forbes.


Digunakan untuk minyak menguap dan zat –zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam
botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit
sambil dikocok.

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi


Untuk membuat emulsi biasa digunakan :

1. Mortir dan stamper


Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk pembuatan
emulsi yang baik.

2. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus
menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum
pengocokan berikutnya.
3. Mixer, blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang
didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran
pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

4. Homogeniser
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa
melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.

5. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur.
Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam
campuran .

2.8 Cara Membedakan Tipe Emulsi

Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :


1. Dengan pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut,
emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat
diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.


Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase
external dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)
- Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o,
karena sudan III larut dalam minyak
- Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w
karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.


Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka
tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.
4. Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼
watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda
dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe
w/o

2.9 Kestabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung
fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible
artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya
irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan,
pengadukan.

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible
BAB III
METODELOGI

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
Tujuan Umum
 Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum suspensi.
 Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian
praformulasi untuk sediaan .
 Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan suspensi.
 Mahasiswa mampu menyusun pembuatan suspensi.
 Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat – alat untuk
pelaksanaan praktikum.
 Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan suspensi.

Tujuan Khusus
 Mahasiswa dapat mengikuti dan melaksanakan ketentuan praktikum.
 Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif
untuk sediaan suspensi terkonstitusi.
 Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen, mutu
dan proses pembuatan sediaan suspensi terkonstitusi.
 Mahasiswa dapat menyusun Prosedur Tetap untuk setiap bahan,
pembuatan dan evaluasi sediaan suspensi terkonstitusi.
 Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan
evaluasi sediaan suspensi terkonstitusi.
 Mahasiswa dapat menyusun laporan praktikum mengenai pembuatan
sediaan suspensi terkonstitusi.

Alat :
1. Timbangan digital 9. Viskometer Brookfield
2. Oven 10. Sendok tanduk
3. Cawan petri 11. Gelas ukur plastik
4. Mortir dan stamfer 12. Granulator
5. Botol 13. Sieving Analyzer
6. pH meter 14. Piknometer
7. Alat ukur sudut henti/sifat aliran
8. Alat ukur kadar air

Kegiatan :
1. Mahasiswa mendengarkan penjelasan jenis, komponen, dan guna alat yang ada
dilaboratorium.
2. Mahasiswa menggambarkan setiap alat yang ada, kemudian membuat gambar
masing-masing komponen.
3. Mahasiswa ikut menjalankan alat-alat yang ada dilaboratorium.
4. Mahasiswa membuat laporan.
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN

Kelompok :2
Nama Produk : DEURIC
Jenis Sediaan : Emulsi
Zat berkhasiat : Ol Ricini

Spesifikasi
Sediaan Syarat
No. Parameter: Satuan: Syarat Lain:
Yang Akan Farmakope:
Dibuat
1 Homogenitas Homogen Homogen
Keseragaman
2 - terdispers Terdispers
sediaan
3 Dosis/Kekuatan mg
Stabil dalam
4 Kestabilan
penyimpanan
5 Indikasi Pencahar
Kadar Bahan Obat
6 mg/ml 12 %
Dalam Sediaan
Pseudoplastis dan,
Sesuai
7 Sifat Aliran thiksotropik
syarat
(Martin, FarFis)
- Viskositas tinggi saat
disimpan dan
Viskositas & viskositas menurun
8 Cps 5000-10000
Volume saat diberi gaya
melalui pengocokkan
-Volume: 100ml
9 Ukuran partikel Mikron 0,1-50 µm
10 pH 6,5-7,5
11 Laju Pemisahan =0
12 Bau Bau enak Berbau enak
(Martindale)
Manis
13 Rasa Rasa manis
(Martindale)
Mengandung
zat anti
mikroba yang
sesuai untuk
14 Bebas mikroba
melindungi
kontaminasi
bakteri, ragi
dan jamur
Harus Harus
diikocok diikocok
15 Cara Pemakaian
sebelum sebelum
digunakan digunakan

16 Rute Pemberian Oral

17 Aturan Pakai
Disimpan
Kecuali
pada suhu
dinyatakan
ruangan
Wadah dan lain, simpan
18 dalam
penyimpanan dalam wadah
wadah
tertutup baik,
tertutup
ditempat sejuk
rapat
 Kadar bahan aktif
Pada etiket dalam
Pada etiket
harus juga volume tertentu
tertera
19 Penandaan tertera  Nama sediaan
sesuai
“KOCOK  Cara pemberian
monografi
DAHULU”  Kondisi
penyimpanan
 Tanggal kadaluarsa
 Nama pabrik
 No Batch
 Kocok Dahulu
 Logo lingkaran
hijau
DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Castor Oil
(Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed 36 hal 126)
(Farmakope Indonesia Edisi III hal

No Parameter Data
1. Pemerian minyak kental berwarna kuning yang hampir tidak berwarna
atau pucat. Ini memiliki sedikit bau dan rasa yang awalnya
hambar tetapi setelah itu sedikit pedas.
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform, dietil eter, etanol, asam
asetat glasial, dan metanol; bebas larut dalam etanol (95%)
dan petroleum eter; praktis tidak larut dalam air; praktis
tidak larut dalam minyak mineral kecuali dicampur dengan
minyak sayur lainnya.
3. Bj 0.955–0.968 g/cm3 at 258C
4. Viskositas 1000 mPa s (1000 cP) at 208C;
200 mPa s (200 cP) at 408C.
5 Indikasi Pencahar
6 Wadah dan Penyimpanan Wadah tertutup dan kedap udara, terlindung dari cahaya

DATA PRA FORMULASI BAHAN TAMBAHAN


Data Praformulasi Bahan Tambahan
Nama Bahan Tambahan : Gom Arab
([HOPE6 th hal.1)
(FI Ed. III hal. 280)
(Reseptir Hal 64)
No. Parameter Data
1. Pemerian Tersedia dalam serpih tipis putih atau putih
kekuningan, berbentuk butiran, bubuk; tidak berbau
dan berasa. [HOPE6 th hal.1]
2. Kelarutan Larut dalam 1:20 gliserin, 1:20 dalam propylenglycol,
1:2,7 dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95%,
dalam air gom arab larut sangat lambat.[HOPE6 th
hal.1]
3. pH 4,5-5
4. OTT Gom arab inkompatible dengan sejumlah zat seperti
amydopyrin, kresol, apomorpine, etanol 95%, garam
besi, fenol, tanin, timol, vanili. Banyak kandungan
garam menurunkan viskositasnya. [HOPE6 th hal.1]
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Zat Tambahan [FI ed. III hal. 280]
Emulsifying agent; stabilitas agent; suspending agent;
tablet binder; viscosity-increasing agent. [HOPE6 th
hal.1]
7. Berat Jenis 1.35-1.49
8. Viskositas 100 cP (dalam 30 % w/v air pada suhu 20C)
Stabilitas Larutan cair dapat mengalami degradasi oleh bakteri
atau oleh enzim, tetapi dapat diawetkan dengan
sebelumnya larutan dididihkan dalam waktu singkat
untuk melumpuhkan enzim yang ada, iradiasi
gelombang mikro dapat juga digunakan. Dapat juga
dengan penambahan pengawet (antimikroba) seperti
0,1% b/v asam benzoate, 0,1% b/v natrium benzoat,
atau campuran 0,17% b/v metil paraben dan 0,03%
propil paraben.
9. Rute Pemberian Oral dan topical
9. Sediaan Lazim dan Kadar 5-10% [HOPE6 th hal.1], untuk Ol. Ricini 3/10 dari
bobot Ol.Ricini [Reseptir Hal 64], pada pembuatan
corpus emulsi 4:2:1 [Martindale]
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik [FI ed.III hal. 280]
Disimpan dalam wadah kedap udara ditempat sejuk
dan kering. [HOPE6 th hal.2]
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Saccharin Na
(FI IV hal 750)
(Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed 36 hal 608)
(Farmakope Indonesia ed III hal 561)

No Parameter Data

Hablur / serbuk hablur, putih, tidak berbau atau agak


1. Pemerian aromatic, rasa sangat ,manis walau dalam larutan encer.
Larutan manisnya ± 300x semanis sukrosa.

2. Kelarutan Mudah larut dalam air, Agak sukar larut dalam etanol

3. Kegunaan Pemanis

4. OTT Sakarin natrium tidak mengalami pencoklatan Maillard.

Konsentrasi (%)
Pasta gigi / gel 0,12–0,3
5. Dosis Lazim IM / IV suntikan 0,9
Larutan oral 0,075–0,6
Sirup oral 0,04-0,25

6 Wadah dan Penyimpanan Wadah tertutup dan kedap udara, terlindung dari cahaya

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN


Natrium benzoate
FI IV hal 584
(Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed 36 hal 628)
Farmakope Indonesia ed III hal 395

No Parameter Data

Granul / serbuk hablur, putih, tidak berbau/ praktis tidak


1. Pemerian berbau, stabil diudara.
Mudah larut dalam air , Agak sukar larut dalam etanol,
2. Kelarutan
Lebih mudah larut dalam etanol 90%
Tidak kompatibel dengan senyawa kuaterner, gelatin, garam
besi, garam kalsium, dan garam dari logam berat, termasuk
3. OTT perak, timbal, dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan interaksi dengan surfaktan kaolin atau
nonionik.
1.497–1.527 g/cm3 at 240C
4. BJ

5. Kegunaan Pengawet

6. Titik leleh 160-186°C

Sodium benzoate digunakan terutama sebagai pengawet


antimikroba dalam kosmetik, makanan, dan obat-obatan. Ini
digunakan dalam konsentrasi 0,02-0,5% dalam obat-obatan
7. Dosis Lazim
oral, 0,5% dalam produk parenteral, dan 0,1-0,5% dalam
kosmetik. Kegunaan sodium benzoate sebagai pengawet
dibatasi oleh efektivitasnya pada rentang pH yang sempit;
8. Indikasi Zat pengawet

9. Wadah dan Penyimpanan Wadah tertutup dan kedap udara, terlindung dari cahaya

DATA PRA FORMULASI BAHAN TAMBAHAN


Nama Bahan Tambahan: Butylated Hydroxytoluene
NO. PARAMETER DATA
1 Pemerian putih atau kuning pucat; kristal padatan; bau berkharateristik; tidak berasa

2 Kelarutan Mudah larut dalam air

4 OTT Permanganat, peroksida, fenol


5 Cara Sterilisasi -
6 Indikasi Antioksidant
7 Dosis Lazim -
8 Cara Pemakaian -

9 Sediaan Lazim dan Fat dan oil 0,02%


Kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk
Penyimpanan

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN


Aquadest
(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 766)

No Parameter Data

1. Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

2. Kelarutan sangat mudah larut dengan pelarut polar

3. pH 5.0-7.0
4. Cara Sterilisasi Autoklaf, filter membrane
Secara kimia air stabil di semua bentuk fisikanya yaitu (uap,
5. Sterilitas
air, cairan)
6. Kegunaan Pelarut , zat pembawa
7. Sediaan Lazim dan Kadar Larutan
8. Cara Pemakaian
9. Indikasi
Wadah botol kaca/plastik dosis tunggal atau 1 L. Wadah
10. Wadah dan Penyimpanan
tertutup rapat, sejuk dan kering
FORMULASI PEMECAHAN MASALAH

Rekomendasi
Rumusan Pemecahan
No Pengawasan Keputusan
Masalah Masalah Komponen Proses
Mutu
1. Apa bentuk Bentuk sediaan: Persiapan Emulsi,
sediaan yang  Larutan karena
cocokuntuk  Suspensi bahan aktif
sediaan  Emulsi berupa
cairan,untuk
memperbaik
i rasa dan
memperkeci
l ukuran
partikel
2. Pembuatan Menggunakan Tipe emulsi: Pembuatan Uji Tipe Digunakan
emulsi Tipe Emulsi  M/A emulsi M/A Emulsi tipe M/A
yang dapat  A/M tipe emulsi
menghilangkan minyak
rasa yang tidak dalam air
enak dapat
menghilang
kan rasa
yang tidak
enak
3. Medium Air Pencampuran Uji Digunakan
pendispers Homogemita air sebagai
s medium
pendispers
5. Air dan minyak Menurunkan surfaktan Pemanasan Pemanasan
tidak tegangan antar
bercampur muka
karena adanya
tagangan
permukaan
6. Campuran air Meningkatkan  Acacia Pengadukan Digunakan
dan minyak viskositas  Tragakan Acasia dan
tidak stabil dan  Gelatin dilakukan
akan terjadi Pengecilan pengadukan
pemisahan ukuran partikel untuk
mengecilkan
ukuran
partikel
Minyak mudah Dialiri gas N2 Anti oksidan BHT
teroksidasi Penambahan BHT
antioksidan a-tokoferol
7 Bahan aktif Penambahan Pemanis: Pencampuran Untuk
tidak berasa pemanis dan Na- pemanis
dan berbau, pengaroma Saccharin dipilih
bagaimana Dextrose saccharin-
caranya agar Glukosa Na karena
sediaan Laktosa saccharin
menarik ? memiliki
Pengaroma: tingkat
Ol. Citri kemanisan
Ol.Rosae yang lebih
Ol. Mp besar.
Perasa yang
digunakan
Pengaroma
Ol. Mp

8 Sediaan Penambahan Natrium Pencampuran Digunakan


dimungkinkan bahan pengawet benzoate Natrium
akan mudah Nipagin benzoate,
rusak oleh Nipasol karena larut
mikroorganism Vanillin dalam
e Fenol pembawa air
Kresol dan dapat
menghamba
t
pertumbuha
n bakteri
Agar diperoleh Penggunaan Metode: Pencampuran Uji Gom Basah
7. emulsi yang metode tertentu Gom Basah Homogenita
baik Gom Kering s
Metode
badrimont
KOMPONEN UMUM SEDIAAN

No. Nama Fungsi Bahan Pemakai Lazim


Komponen (Farmakologi/Farmasetik)
1. Bahan Aktif Bahan Aktif Ol.Ricini 12 %

2. Pengawet Mencegah pertumbuhan Na. Benzoat 0,015 – 0,2 %


mikroba
4. Emulsyfing agent Penstabil emulsi Gom Arabicum 30 % zat aktif

6. Pemanis Pemanis Na-Sacharin 0,075 – 0,6 %

7 Anti oksidant Anti oksidant BHT 0,02%


8. Pengaroma Pengaroma Ol. Mp 0.2%

9. Pendispers Pembawa Air Ad 100%

FORMULA DAN PENIMBANGAN

Formula Fungsi % lazim % pakai Per unit Per batch(4


botol)
Ol.Ricini Bahan Aktif 12 % 12 % 12 48

Na. Benzoat Mencegah 0,015 – 0,2 0,1 % 0,1 0,4


pertumbuhan %
mikroba
Gom Arabicum Penstabil emulsi 30% zat 30% zat 3,6 14,4
aktif aktif
Na-Sacharin Pemanis 0,075 – 0,6 0.6 % 0,6 2,4
%

BHT antioksidant 0,02% 0,02% 0,02 0,08


Ol. Mp Pengaroma 0.2% 0,2 % 0,2 0,8

Air Pembawa Ad 100% Ad 100% Ad 100 ml Ad 400 ml


PENGAWASAN MUTU SEDIAAN
In Process Control
Cara pemeriksaan/
No. Parameter yang diperiksa/ diuji Satuan
Pengujian
1. Homogenitas

End Process Control


Cara Pemeriksaan /
No. Parameter yang diperiksa/ diuji Satuan
Pengujian
1. Organoleptis Ik Uji Organoleptik
2. Laju pemisahan
3. Keseragaman kandungan % Ik Uji Keseragaman
kandungan
4. Ukuran partikel Uji ukuran partikel
5. Tipe emulsi Ik Uji Tipe emulsi
6. Pengukuran pH Ik Uji pH
7. Uji Viskositas Cps Ik Uji viskositas
8. Volume terpindahkan Ik Volume
terpindahkan
9. Efektivitas Pengawet Ik Uji Efektivitas
Pengawet
10 Sifat Alir Ik Sifat Alir
PROSEDUR TETAP PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI
Disusun oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh: Hal dari Hal
Shella Nilambumala
Amalia Eka Saputri
Gita Rahmalia
Andry Maulana
Vivid Rose F

No: / /
Tgl: Tgl: Tgl:
Penanggung Jawab: PROSEDUR TETAP
PERSIAPAN
1. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan, bersihkan terlebih
dahulu alat yang akan digunakan seperti gelas ukur, gelas
piala, corong, erlenmayer, dll
2. Sterilisasi alat-alat dan wadah ampul yang akan digunakan
3. Praktikum menyiapkan IK pembuatan sediaan krim
4. Praktikum melakukan kegiatan sesuai dengan IK

KEGIATAN PRODUKSI
1. Penimbangan bahan aktif & bahan tambahan
2. Pencampuran bahan tambahan, pada fase minyak dan air
3. Pemanasan tiap-tiap fase suhu 500 C
4. Pembuatan corpus emulsi (emulsifikasi)
5. Penambahan campuran fase air
6. Pengujian mutu sediaan (End Process Control)
7. Pengisian dan Pengemasan
IK PENIMBANGAN BAHAN

Disusun Oleh : Disusun Oleh : Disusun Oleh : Hal….dari…hal

Tanggal : Tanggal : Tanggal : No : / /


Instruksi Kerja Operator Spv
Tujuan :
Memperoleh hasil timbangan dan bahan
jumlah yang sesuai
Bahan :
 Ol.Ricini
 Na. Benzoat
 Gom Arabicum
 Na-Sacharin
 Ol. Mp
 BHT
 Air
Alat :
Timbangan, kaca arloji, spatel, pipet tetes,
perkamen
Prosedur:
Beri label wadah yang akan dipakai
Timbang masing – masing bahan
Nama Seharusnya Penimbangan
Bahan (gram) (gram)
Ol.Ricini 48 48
Na. Benzoat 0,4 0,4
Gom
14,4 14,4
Arabicum
Na-Sacharin 2,4 2,4
BHT 0,08 0,08
Ol. Mp 0,8 0,8
Aq. Dest Ad 400 ml Ad 400 ml
IK PENCAMPURAN BAHAN TAMBAHAN

Disusun oleh Diperiksa oleh : Disusun oleh : Hari .............dari


: ..........hal .........

Tanggal : Tanggal : No. / /


Tanggal :
Instruksi kerja Operator Spv
Tujuan : Memperoleh bahan dengan ukuran partikel lebih kecil

Bahan :
 Ol.Ricini
 Na. Benzoat
 Gom Arabicum
 Na-Sacharin
 Ol. Mp
 BHT
 Air

Alat : Beaker glass

Prosedur :
A. Pencampuran Fase Minyak

1. Siapkan bahan yang akan dicampurkan dalam fase


minyak
a. Ol.Ricini........g
b. BHT..............g
2. Lakukan pelarutan dan pencampuran dalam fase
minyak
3. Beri label hasil pencampuran fase minyak

B. Pencampuran Fase Air


1. Siapkan bahan yang akan dicampur dalam fase air
a. Na. Benzoat................g
b. Na Saccharin…………..g
c. Air........................ml
2. Lakukan pelarutan dan pencampuran dalam fase air
3. Beri label hasil pencampuran fase air
IK PEMANASAN

Disusun oleh Diperiksa oleh : Disusun oleh : Hari .............dari


: ..........hal .........

Tanggal : Tanggal : No. / /


Tanggal :
Instruksi kerja Operator Spv
Tujuan : Memperoleh bahan dengan ukuran partikel lebih kecil

Bahan :
 Campuran fase minyak
 Campuran fase air

Alat : Beaker glass

Prosedur :

Cara Kerja :

1. Siapkan bahan hasil pencampuran fase minyak


2. Masukkan dalam cawan penguap
3. Panaskan di atas tangas air sampai 50 C
Cara Kerja :
1) Siapkan bahan dan alat
2) Panaskan campuran fase air (air+bahan) dalam
gelas piala diatas bunsen dengan api kecil
sampai 50 C.
IK PEMBUATAN CORPUS EMULSI

Disusun oleh Diperiksa oleh : Disusun oleh : Hari .............dari


: ..........hal .........

Tanggal : Tanggal : No. / /


Tanggal :
Instruksi kerja Operator Spv
Tujuan : Memperoleh bahan dengan ukuran partikel
lebih kecil

Bahan :
 Gom Arabicum
 Air Untuk PGA
 Campuran fase minyak

Alat : lumpang & alu, sudip

Prosedur :
1. Panaskan lumpang dengan merendam lumping
menggunakan air panas
2. Masukkan PGA ke dalam lumping, gerus
3. Tambahkan air panas untuk PGA kedalam
lumpang, gerus sampai homogen
4. Tambahkan fase minyak panas sedikit demi
sedikit sambil diaduk kuat hingga terbentuk
corpus emulsi (Massa 1)
IK PENAMBAHAN CAMPURAN FASE AIR

Disusun oleh Diperiksa oleh : Disusun oleh : Hari .............dari


: ..........hal .........

Tanggal : Tanggal : No. / /


Tanggal :
Instruksi kerja Operator Spv
Tujuan : Memperoleh sediaan jadi yang homogen

Bahan :
 Massa 1
 Campuran fase air

Alat : lumpang & alu, sudip

Prosedur :
1. Masukkan Massa 1 kedalam lumpang,
2. Tambahkan Campuran fase air, aduk
homogen,
3. Tambahkan Oleum MP aduk homogen
4. Tambahkan aq dest ad 400 ml
5. Masukan ked alma beaker glass
IK PENGISIAN DAN PENGEMASAN

Disusun oleh Diperiksa oleh : Disusun oleh : Hari .............dari


: ..........hal .........

Tanggal : Tanggal : No. / /


Tanggal :
Instruksi kerja Operator Spv
Tujuan :

Bahan :
 Sediaan Jadi
 Botol
 Kemasan
 Label Wadah
 Brosur

Alat :
 Corong
 Gelas Ukur

Prosedur :
1. Sediakan sediaan jadi di dalam wadah untuk
pengujian
2. Isikan cairan ke dalam wadah sesuai volume
3. Periksa kembali volume/berat yang diperoleh
4. Lanjutkan pengisian sampai sediaan jadi habis
5. Tutup wadah yang telah diisi
6. Lakukan end process control
7. Masukkan setiap wadah ke dalam wadah
kemasan
8. Masukkan brosur ke dalam kemasan
9. Simpan produk jadi yang telah diperoleh
EVALUASI SEDIAAN

EVALUASI SEDIAAN
UJI TIPE EMULSI
Disusun Oleh : DiperiksaOleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7
Shella
Nilambumala
Amalia Eka Saputri No………../ ……… /…….
Gita Rahmalia
Andry Maulana
Vivid Rose Tgl : Tgl :

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Beker Glass
 Kertas Saring

No Cara Kerja Operator Pengawas


A Dengan pengecetan/ pemberian warna
1.Larutan sudan III ditambahkan ke
dalam emulsiyang telah dimasukkan ke
dalam beaker gelas, zat warna merah akan
tersebar merata dalam emulsi tersebut. karena
larutan sudan III dalam minyak maka tipe
emulsi adalah A/M
2.Larutan metilen blue ditambahkan ke dalam
emulsi yang telah dimasukkan ke dalam
beaker gelas, zat warna biru akan tersebar
merata dalam emulsi tersebut. Karena larutan
metilen blue larut dalam air maka tipe emulsi
adalah M/A
3.Tulis hasil pengamatan pada tabel
N0 Zat Pewarna Pengamatan Kesimp
ulan
1 Larutan Sudan - -
III
2 Larutan Warna biru Tipe
Metilen Blue homogen M/A
Dengan menggunakan kertas saring
1.Teteskan sediaan emulsi yang sudah jadi ke
kertas saring. Jika kertas saring menjadi basa
maka tipe emulsi adalah M/A
B 2.Teteskan sediaan emulsi yang sudah jadi ke
kertas saring. Jika kertas saring menimbulkan
noda minyak maka tipe emulsi adalah M/A
3.Tulis hasil pengamatan pada table
No Tetesan pada kertas Kesimpulan
saring
- -
EVALUASI SEDIAAN
UJI HOMOGENITAS

Disusun Oleh : DiperiksaOleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7


Shella
Nilambumala
No………../ ……… /…….
Amalia Eka Saputri
Gita Rahmalia
Tgl : Tgl :
Andry Maulana
Vivid Rose

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Gelas Ukur

No Cara Kerja Operator Pengawas

1 Sejumlah emulsi yang akan diamati dioleskan pada


kaca objek yang bersih dan kering sehingga
membentuk suatu lapisan yang tipis, kemuian
ditutup dengan kaca preparat (cover glass).
2 Preparat emulsi diletakkan pada tempat yang
tersedia pada metalograf.
3 Pengamatan dilakukan dengan pembesaran 400
kali. Emulsi dinyatakan homogen apabila
mempunyai fase dalam yang tampak rata dan tidak
menggumpal.

Hasil menunjukan adanya butiran kecil minyak


menunjukan emulsi belum homogenitas
EVALUASI SEDIAAN
UJI ORGANOLEPTIK
Disusun Oleh : DiperiksaOleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7
Shella
Nilambumala
Amalia Eka Saputri No………../ ……… /…….
Gita Rahmalia
Andry Maulana
Vivid Rose Tgl : Tgl :

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Kaca arloji
 Spatel

No Cara Kerja Operator Pengawas

1 Ambil sediaan 5 ml dari yang telah


dibuat.
2
Lihat warna, bau, dan rasa dari sediaan

Keterangan syarat Hasil


Bentuk Emulsi Emulsi
Warna Putih Putih
Bau Menthae Bau Khas
Rasa Manis Manis
 Penafsiran Hasil : MS uji
organoleptik
EVALUASI SEDIAAN
UJI VISKOSITAS & UJI SIFAT ALIR
Disusun Oleh : DiperiksaOleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7
Shella
Nilambumala
Amalia Eka Saputri No………../ ……… /…….
Gita Rahmalia
Andry Maulana
Vivid Rose Tgl : Tgl :

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Viskometer Brookfield

No Cara Kerja Operator Pengawas


1 Pasang spindel
2 Turunkan spindel hingga batas spindel tercelup
kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya
3 Pasang stop kontak
4 Nyalakan mesin sambil menekan tombol
5 Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah
pada skala
6 Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum
7 tersebut
Hitung viskositas sesuai dengan rumus diatas
8 Dengan mengubah Rpm maka di dapat viskositas
pada berbagai ukuran
Rpm Dial Fak Visko Rate of F
Readi tor sitas share Rate of
ng/sk rpmx0,2 share x
ala 2 viskosit
as
0,3 0 200 0 0,066 0
0,6 0 100 0 0,132 0
1,5 1 40 40 0,33 13,2
3 1,5 20 30 0,66 19,8
6 4 10 40 1,32 53,6
12 5 5 25 2,64 66
6 4 10 40 1,32 53,6
3 1 20 20 0,66 13,2
1,5 0,5 40 20 0,33 6,6
0,6 0 100 0 0,132 0
0,3 0 200 0 0,066 0
Perhitungan :
Viskositas : faktor x skala
Gaya (F) : skala x konstanta alat (kv)
Kv alat : 673,7 dyne/cm2

Uji Sifat Alir


EVALUASI SEDIAAN
UJI pH

Disusun Oleh : DiperiksaOleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7


Shella
Nilambumala
No………../ ……… /…….
Amalia Eka Saputri
Gita Rahmalia Tgl : Tgl :
Andry Maulana
Vivid Rose

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Beker Glass
 Kertas pH Universal

No Cara Kerja Operator Pengawas

1 Masukkan sediaan kedalam beaker glass.


2 Ukur pH dengan menggunakan pH Universal.
3 Cocokkan dengan standar warna pH Universal.
4 Tulis hasil pengamatan pada tabel

Kriteria pH : 5-7

Sampel pH
6
EVALUASI SEDIAAN
UJI VOLUME TERPINDAHKAN
Disusun Oleh : DiperiksaOleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7
Shella
Nilambumala
Amalia Eka Saputri No………../ ……… /…….
Gita Rahmalia
Andry Maulana
Vivid Rose Tgl : Tgl :

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Gelas Ukur

No Cara Kerja Operator Pengawas


Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah kedalam
gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas
ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur
dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukan gelembung udara
pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak
lebih dari 30 menit.

Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur


volume dari tiap campuran :
Volume rata-rata larutan, suspensi atau sirup
yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100 % , dan tidak satupun volume wadah
yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket. Jika A adalalah
volume rata-rata kurang dari 100% dari yang
tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu
wadahpun yang volumenya kurang dari 95%,
tatapi tidak kurang dari 90% dari volume
yang tertera pada etiket, lakukan pengujian
terhadap 20 wadah tambahan.
Volume rata-rata larutan, suspensi atau sirup
yang diperoleh dari 30 wadah volume kurang
dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90%
seperti yang tertera pada etiket.

Volume Kriteria Hasil


Sediaan Pangamatan
100 ml 98 ml
EVALUASI SEDIAAN
UJI EFEKTIVITAS PENGAWETAN

Disusun Oleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7


Shella
Nilambumala
No………../ ……… /…….
Amalia Eka Saputri
Gita Rahmalia Tgl :
Andry Maulana
Vivid Rose

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan


yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Tabung

No Cara Kerja Operator Pengawas


1 Lakukan pengujian pada 5 wadah
2 Pindahkan 20 ml sample ke dalam masing-masing 5
tabung bakteriologik bertutup
3 Inokulasi masing-masing wadah / tabung dengan
salah satu emulsi mikroba baku, menggunakan
perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 ml
sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang
harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah
mikroba di dalam sediaan uji segera setelah inokulasi
adalah antara 100.000 dan 1000.000 per ml.
Tetapkan jumlah mikroba vriabel di dalam setiap
larutan inokula, dan hitung angka awal mikroba tiap
4 ml sediaan yang diuji dengan metode lempeng.
Inkubasi wadah atau tabung yg telah diinokulasi pd
suhu 20۫ - 25 ۫. Amati wadah/tabung pada hari ke 7,
ke 14, ke 21, dan ke 28. Catat tiap perubahan yang
5 terlihat. Hitung perubahan kadar dalam persen tiap
mikroba selama pengujian.

Tidak dilakukan Uji Efektifitas Pengawet


EVALUASI SEDIAAN
UJI UKURAN PARTIKEL
Disusun Oleh : DisetujuiOleh : Hal 2 darihal 7
Shella
Nilambumala
Amalia Eka Saputri No………../ ……… /…….
Gita Rahmalia
Andry Maulana
Vivid Rose Tgl :

Tgl :
PenanggungJawab Prosedur

Tujuan : menentukan distribusi ukuran partikel


* Bahan : Emulsi Castor Oil
* Alat :
 Tabung

No Cara Kerja Operator Pengawas


1 Siapkan alat, kocok sediaan, tuang keatas
kaca objek yang telah bersih dan kering
Amati kaca objek dibawah mikroskop dengan
pembesaran ± 500 x
2 Catat Jumlah dan ukuran

Penafsiran hasil : Distribusi ukuran yang baik


adalah yang menghasilkan kurva distribusi
3 normal
Jumlah
Ukuran 1-25 𝜇m
Ukuran 26-50 µm
Ukuran 51-75 µm
Ukuran 76-100 µm
Ukuran > 100 µm

Tidak dilakukan Uji Ukuran Partikel

Anda mungkin juga menyukai