MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 8
(Clinical Surgery of Hard and Soft Tissue)
Topik 5
disusun oleh:
Tutor 6
Kelompok 3
BAB I ............................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
BAB II .......................................................................................................................... 7
ISI ................................................................................................................................. 7
i
2.5 Penatalaksanaan ……………………………………………………………........32
BAB IV ....................................................................................................................... 38
KESIMPULAN .......................................................................................................... 38
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7 Ekstraksi gigi dengan dua tahap bersihkan dan jahit luka ................... 19
Gambar 12 Insisi dan tipe flap untuk ekstraksi impaksi molar 3 .......................... 23
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini berisikan hal-hal
mengenai fraktur mandibula. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah DSP 8 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah DSP 8. Semoga makalah ini
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Impaksi merupakan gigi yang terpendam dalam tulang alveolar yang tidak
dapat erupsi. Gigi impaksi paling sering dan mudah didiagnosis ketika gigi
mengalami keterlambatan erupsi yang lama. Kasus impaksi pada umumnya terjadi
pada gigi molar ketiga rahang bawah, kaninus rahang atas, molar ketiga rahang atas,
premolar kedua rahang atas dan rahang bawah dan insisif sentral rahang atas.
Meskipun faktor herediter memegang peranan penting pada gigi impaksi, faktor
etiologi yang umum pada gigi impaksi adalah malposisi benih gigi, persistensi gigi
sulung, lesi patologis, dan pendeknya lengkung rahang.Menarik gigi impaksi atau
gigi yang belum erupsi ke dalam lengkung merupakan masalah yang khusus selama
perawatan. Masalah yang ditemukan pada kasus gigi impaksi terbagi dalam tiga
lengkung.
penting untuk mengetahui posisi gigi tersebut secara tepat. Radiografi panoramik
biasanya dilakukan untuk mengetahui letak gigi impaksi. Radiografi oklusal dan
periapikal terbukti lebih membantu dalam menentukan posisi gigi impaksi dengan
tepat, yang mungkin posisi gigi impaksi dapat overlap terhadap akar gigi yang
sudah erupsi. Gigi yang erupsi sebaiknya melalui attached gingiva, bukan melalui
5
mukosa alveolar, hal ini menjadi pertimbangan saat menentukan rencana flap untuk
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara
sempurna pada posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun
impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior
Pada gigi posterior yang sering mengalami impaksi adalah gigi molar 3
mandibula dan maksila diikuti premolar mandibula dan maksila. Sedangkan gigi
anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah gigi kaninus dan incisivus
impaksi atau tidak sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi
pada setiap lengkung rahang. Berikut ini masa erupsi gigi geligi pada masing-
masing rahang.
7
Gigi 1 2 3 4 5 6 7 8
Penjelasan paling logis terjadinya gigi impaksi adalah karena telah terjadi
mandibula manusia. Akibatnya maksila atau mandibula terlalu kecil untuk bisa
menampung molar ketiga maksila atau mandibula. Berdasarkan teori ini, tercatat
bahwa tidak ada bawaan congenital dari molar ketiga maksila atau mandibula,
8
5. Gigi desidui persistensi(tidak mau tanggal)
abses
anak-anak
Impaksi dapat ditemukan walau tidak terdapat kausa lokal.Pada kasus ini,
menurut Berger :
suku/bangsa).
anak, seperti :
1) Rickets
2) Anemia
3) Syphilis Congenital
4) Tuberculosis
5) Disfungsi Endokrin
6) Malnutrisi
9
3. Kelainan Pertumbuhan
1) Cleidocranial dysostosis
2) Oxycephaly
kepala meruncing
3) Progeria
Menggambarkan prematur usia tua (premature old age). Ini adalah bentuk
wajah dan public hair, kulit keriput, rambut beruban, dan sikap wajah
10
4) Achondroplasia
5) Cleft Palate
tersebut.
1) Kelas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar
2) Kelas II: Ruangan antara distal molar kedua dan ramus lebih
dalam ramus
11
Gambar 2 Klasifikasi impaksi menurut Pell dan Gregory
garis oklusal.
molar kedua.
12
3) Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah
1) Vertikal
2) Horizontal
3) Inverted(terbalik/kaudal)
4) Mesioangular
5) Distoangular
6) Buccoangular
7) Linguoangular
13
4. Berdasarkan keadaan erupsi:
1) Erupsi penuh
2) Erupsi sebagian
4) Dibawah mukosa
mukoperiosteal direfleksikan dari aspek distal molar dua hingga batas anterior
ramus. Tulang yang menutupi gigi dibuka menggunakan bor bundar hingga
seluruh mahkota terlihat. Setelah itu tempatkan elevator lurus di aspek mesial
terdapat pada soket juga haluskan tulang yang tajam. Kemudian area tersebut
14
15
dibersihkan dengan larutan saline lalu dijahit. Pasien diberi instruksi pasca
dengan hati-hati. Setelah melakukan insisi horizontal, tulang yang menutupi gigi
dibuka menggunakan bor bundar hingga semua mahkota terlihat, dan area
tersebut diirigasi menggunakan larutan saline. Buat groove secara vertikal pada
fissure. Groove yang dibuat tidak boleh dalam karena beresiko mengenai
akar dengan gerakan rotasi. Mahkota diangkat menggunakan elevator yang sama
dengan gerakan rotasi keatas, setelah itu akar dapat diangka tmenggunakan
elevator lurus atau bersudut, dimana ujung bilahnya ditempatkan pada aspek
bukal akar. Setelah tulang dihaluskan, area diirigasi menggunakan larutan saline
lalu dijahit.
posterior, sepanjang lebar insisi danbatas anterior ramus. Tulang yang menutupi
gigi dibuka menggunakan bor bundar hingga mahkota terlihat. Setelah itu
Jika akarnya satu, bagian mesial gigi diangkat terlebih dahulu, setelah itu
sisanya diluksasi. Jika akarnya dua, akar dipisah dan masing-masing akar
diangkat sesuai dengan arah kurvaturnya. Buat groove vertikal yang dalam pada
Gigi diangkat dalam dua tahap. Pertama, akar distal diangkat bersama
dengan mahkotanya, setelah itu tempatkan bilah elevator pada bagian mesial
Gambar 7 Ekstraksi gigi dengan dua tahap bersihkan dan jahit luka
menggunakan bor fissure lalu diangkat, sementara bagian gigi lainnya diluksasi
20
setelah menempatkan elevator di bagian mesial gigi. Soket lalu dibersihkan dan
luka dijahit.
Ekstraksi dari gigi molar tiga atas yang impaksi sulit karena kurangnya
visualisasi pada area tersebut dan terbatasnya akses. Faktor lain seperti terbatasnya
pembukaan mulut, dekatnya letak gigi impaksi terhadap sinus maksilaris dan
Akar dari gigi molar ketiga atas bervariasi dalam bentuknya tetapi biasanya
kecil dan halus dan mudah fraktur. Akarnya, dan terkadang keseluruhan giginya
berada dekat dengan sinus maksila. Molar ketiga rahang atas jarang menyebabkan
masalah selama masih terbenam dan terdapat argumen yang menyatakan untuk
21
membiarkan gigi tersebut yang tidak memiliki symptom untuk erupsi. Gigi molar
ketiga rahang atas yang erupsi tetapi tidak berfungsi dapat diekstraksi pada saat yang
1) Impaksi dari gigi molar ketiga atas (Archer, 1975) dapat diklasifikasikan
(1) Kelas A : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada level
(2) Kelas B : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada tengah-
Gambar 11 Klasifikasi impaksi molar 3 maksila menurut Archer bergantung kedalaman impaksi
dibandingkan dengan molar 2
Gigi impaksi dari kelas ketiga merupakan suatu kasus yang sangat sulit, karena
ekstraksi melibatkan sejumlah besar tulang, akses yang terbatas, dan resiko
Ekstraksi diindikasikan bila gigi yang erupsi menimbulkan trauma pada pipi atau
operkulum yang berada di atas gigi molar ketiga atas. Gigi molar ketiga yang tidak
erupsi terkadang asymptomatic dan tidak perlu dilakukan ekstraksi, kecuali terdapat
3. Perawatan
1) Sedasi
pasien yang relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi
untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai yaitu pleksus anastesi dan
2) Pembukaan flap
Pada kasus tertentu, ketika impaksi dalam dan pembedahan yang adekuat
diperlukan atau ketika gigi impaksi ditutupi oleh akar dari molar kedua,
maka insisi vertikal dapat dibuat pada aspek distal dari molar pertama.
sepanjang aspek distal dari molar kedua, berlanjut pada bukal sepanjang
garis servikal pada sedikitnya 2 gigi, dan berakhir pada aspek mesial dari
molar pertama.
3) Pengambilan tulang
Setelah refleksi dari flap, bagian dari mahkota dapat terlihat atau terdapat
tulang yang menutupinya. Karena tulang ini tipis dan spongy, tulangnya dapat
menggunakan bor atau chisel yang tajam dengan tekanan yang lembut untuk
tulang bukal tebal, maka pengambilan tulang dapat dilakukan dengan bur
bedah.
Ketika aspek oklusal, bukal dan distal dari mahkota telah terekspos, elevator
dapat digunakan pada permukaan bukal dari gigi ini untuk membawanya ke
bawah. Di dalam melakukan ekstraksi molar ketiga rahang atas, dokter gigi harus
berada pada posisi di depan dan di kanan dari pasien. Molar ketiga atas
merupakan gigi molar yang terkecil dan bervariasi dalam ukuran, jumlah akar,
Molar ketiga rahang atas biasanya memiliki tiga hingga delapan akar.
Umumnya, terdapat tiga akar seperti molar rahang atas lainnya, tetapi lebih kecil
dan konvergen. Biasanya akarnya bersatu dengan bentuk yang konikal, dan
melengkung ke distal. Bila molar ketiga atas telah erupsi secara lengkap dan
akarnya bersatu, ekstraksinya biasanya tidak sulit dan dapat diekstraksi hanya
Resiko dari fraktur pada prosesus alveolar palatal dapat dihindari dengan
cara ini. Jika gaya diaplikasikan ke palatal, maka akan menyebabkan fraktur
pada prosesus alveolar palatal karena tulang palatal lebih tipis dan lebih rendah
dari tulang bukal. Ketika gigi memiliki 3 atau lebih akar, ekstraksi dapat
Pergerakan ekstraksi akhir harus selalu ke bukal. Anatomi akar dari molar ketiga
elevator. Elevator diposisikan antara molar kedua dan ketiga dan gigi diluksasi
yang cukup harus dibuat disekitar akar agar dapat dilakukan luksasi dari gigi.
Menggunakan elevator straight atau double pada aspek mesial pada gigi, gigi
Pada waktu mengeluarkan gigi, harus hati-hati jangan sampai gigi terlepas
5) Komplikasi
Perdarahan yang berlebihan dapat terjadi, baik dari insisi sulkus bukal
ataupun akibat sobeknya jaringan palatal ketika gigi dielevasi. Tekanan dan
Fraktur dari tuberositas biasanya terjadi jika gigi yang erupsi seluruhnya
dielevasi ke belakang. Jika fragmentnya kecil dan akar gigi bersatu dengan
tulang, gigi harus diekstraksi dengan fragment tulang dan mukosanya dijahit.
diberikan untuk mengurangi resiko dari infeksi yang mungkin dapat menyebar
Menurut archer :
1) Kelas I : gigi pada palatum berada pada posisi horizontal, vertical atau
semivertical
atau semivertical
melalui atau berada diantara akar-akar gigi tetangga dan apeks beada
sebelahnya
gigi sebelahnya
29
Impaksi premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi molar
desidui. Dibanding gigi premolar satu, lebih sering terjadi pada gigi premolar dua oleh
karena premolar dua lebih lama erupsinya. Impaksi pada premolar mandibula lebih
sering mengarah ke lingual daripada ke bukal, sedangkan pada maksila lebih sering ke
Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona belom
nampak di rongga mulut, dan gigi terletak di arkus dentalis, maka pengambilan gigi
Gigi insisivus yang memiliki impaksi lebih tinggi adalah insisivus sentral rahang atas.
(2) Odontoma
(2) Dilaserasi
3. “ locked roots” ; molar atas atau bawah yang akar nya mundur dari gingiva
4. Gigi dengan apeks yang berada pada sudut kanan dari sumbu panjang gigi
9. Jika dasar antral paling rendah menukik antara akar bukal dan lingual dari molar-
molar maksila
31
10. Jika tuberositas alveolar maksila bolong, karena kavitas antral meluas sampai
area ini
11. Mandibula tipis yang diberi gaya berlebihan untuk menggerakkan gigi. Gaya
13. Bila ada tekanan forseps pada gigi mandibula, dalam upaya untuk
fossa
14. Ankylosed roots (jarang terjadi dan hanya ditemukan pada orang lanjut
usia)
15. Jika gaya yang biasa diberikan tidak menghasilkan luksasi apapun
5. Apabila tulang yang menutupi gigi impaksi sangat temineralisasi dan padat
2.5 Penatalaksanaan
impaksi adalah flap yang didesain dengan baik dan ukurannya cukup. Flap mandibula
yang paling sering digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan, direfleksikan
dari leher M1 dan M2 tetapi dengan perluasan distal kearah lateral atau bukal kedalam
flap serupa digunakan pada lengkung rahang atas, tetapi diletakkan diatas tuberositas
sedangkan perluasan distalnya tetap ke lateral atau bukal. Jalan masuk menuju M3
impaksi yang dalam (level C) pada kedua lengkung rahang sering diperoleh dengan
dengan irigasi larutan saline. Tekik yang biasa dilakukan adalah membuat parit
sepanjang bukal dan distal mahkota dengan maksud melindungi crista oblique externa
namun tetap bisa mendapatkan jalan masuk yang cukup kepermukaan akar yang akan
dipotong.
Pada rahang atas pengambilan tulang lebih sering dilakukan dengan elevator
lurus yang digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan
tangan. Kadang-kadang tulang seperti kulit telur menutupi mahkota. Tulang ini mudah
33
dikupas dengan menggunakan elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil,
Untuk melihat anatomi mahkota dan menentukan sumbu panjang gigi impaksi,
lurus dan hemostat kecil. Sekali jalan masuk ke M3 impaski cukup untuk memasukkan
elevator Miller atau Pott pada servik, pengungkitan ke distal-bukal bisa dilakukan.
Gigi bawah yang impaksi biasanya dipotong-potong, sedangkan gigi atas yang
kebanyakan gigi impaksi menjadi sangat penting apabila ingin diperoleh arah
pengeluaran yang tidak terhalang. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
digunakan untuk mengungkit atau mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar.
1) Impaksi Mesioangular
34
Untuk pemotongan bagian distal mahkota atau separuh bagian distal gigi
bawah yang impaksi mesioangular, sesudah pembuatan parit disekitar gigi, bur fisur
diletakkan pada garis servikal dan dengan gerakan seperti menggergaji atau menyikat,
gigi dipotong ke aksial dari 2/3 atau ¾ menembus dari lingual ke bukal. Elevator lurus
mematahkan bagian distal mahkota atau memecah gigi menjadi dua daerah bifurkasi.
Sesudah mahkota bagian distal dikeluarkan, sisa gigi impaksi didorong kearah
celah yang terbentuk sebelumnya dengan menggunakan elevator Crane Pick #41 yang
diinsersikan pada bagian mesio-bukal atau pada tempat yang sama dengan pengeluaran
bagian distal. Gaya ini melepaskan gigi dari linggir distal gigi sebelahnya.
2) Impaksi Distoangular
mungkin bagian akar atau mahkota gigi sebelah distal. Pada teknik ini yang sangat
penting adalah mempertahankan bagian mesial mahkota atau akar, karena bagian
tersebut menjadi pegangan untu pergeseran ke distal dari sisa potongan gigi. Jika
segmen ini hilang, pengambilan hanya bisa dilakukan dengan membuat jalan masuk
3) Impaksi Horizontal
awal mahkota dan diikuti pergeseranakar baiksatu persatu atau langsung seluruhnya
Biasanya mahkota lebih baik diambil dengan dua tahap. Pemotongan pertama
adalah melintang pada garis servikal, sedangkan tahap kedua ( aksial atau longitudinal)
adalah sejajar sumbu panjang gigi. Belahan mahkota lingual dipatahkan dan diungkit
kearah lingual dengan menggunakan elevator, sedangkan sisa mahkota yang tertinggal
digeser kearah ruangyang ada dan dikeluarkan. Akar superior terdedah dan dibuat titik
kaian pada permukaa superior. Elevator diinsersikan dan kemudian ditarik ke anterior
(mesial). Hal ini cenderung menggeser akar kea rah anterior kea rah ruang yang
sebelumnya ditempati oleh mahkota. Apabila akar tidak bisa bergerak sebagai satu
unit, maka akar superior dipisahkan dari yang inferior, dan kemudian akan dikeluarkan
4) Impaksi Melintang
Pemotongan pada gigi impaksi melintang mengikuti cara yang mirip dengan
yang dilakukan pada impaksi horizontal. Sekali lagi kuncinya adalah mahkota
dengan elevator dan diungkit ke lingual seluruhnya. Titik kaitan dibuat pada akar
superior dan tekanan kearah lingual diaplikasikan untuk mengeser akar kedalam ruang
5) Impaksi Vertical
dikerjakan dengan membuka garis servikal dan dengan menggunakan bur untuk
Crane Pick #41. Jika sulit digeser, akan dipisahkan pada bifurkasinya dan dicabut satu
per satu.
37
BAB III
HASIL DISKUSI
1. Indikasi teknik intoto dan inseparasi adalah tergantung pada bagaimana kondisi
klinis dari gigi, jika pertimbangannya adalah untuk tidak mengurangi tulang
2. Jika seseorang mengalami impaksi tetapi tidak mengalami rasa sakit maka
3. Penatalaaksanaan utuk gigi impaksi yang inverted sama saja dengan gigi
impaksi lainnya. Semakin dalam gigi yang impaksi maka semakin sulit utuk
dicabut tetapi teknik yang digunakan pada dasarnya sama dengan gigi impaksi
lainnya.
38
BAB IV
KESIMPULAN
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang
atau terhambat, biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi
tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan
Etiologi dari gigi impaksi, selain faktor lokal. Faktor yang terjadi saat prenatal,
Impaksi seringkali terjadi pada daerah posterior yaitu pada gigi molar tige
rahang atas dan rahang bawah. Selain pada molar tiga, gigi impaksi juga dapat terjadi
pada gigi kaninus, premolar dan gigi incisivus. Masing-masing mempunyai klasifikasi
tertentu.
tulang yang ada diatas gigi dengan chisel, bur atau rongeurs.
39
DAFTAR PUSTAKA
Peterson. 2004. Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. London : BC Decker Inc.
Riawan, Lucky. 2007. Materi Kuliah Bedah Dento Alveolar. Universitas Padjadjaran
Bandung