Perawatan yang ideal apabila terjadi perforasi sinus maksilaris atau oro-
antral fistula adalah perbaikan secara bedah, sehingga primary closure dapat
kemampuan dan pengalaman operator serta fasilitas yang ada. Hal ini juga
bergantung pada defleksi akar atau gigi pada sinus maksilaris yang dapat
memperumit kasus. Akar yang terletak di tempat yang tidak seharusnya (pada sinus
maksilaris) harus segera dirawat atau diambil oleh operator. Apabila operator
menunda perawatan, fragmen gigi dapat berpindah ke daerah yang lebih sulit
diakses.
Ketika hal ini terjadi sewaktu kondisi pasien di bawah ideal, seperti saat
ditimbulkan oleh gigi atau akar yang masuk ke dalam anthrum adalah kecil.
Pengeluaran akar atau gigi dapat dilakukan lewat defek bahkan jika prosedur
Apabila hal ini terjadi saat praktek umum, di mana pasien diberikan anestesi
lokal, kemampuan operator dan fasilitas asepsis mungkin tidak mencukupi untuk
mengatasi eksplorasi yang baik pada antrum untuk mengambil akar atau gigi.
Pasien juga mungkin tidak bersedia untuk menjalani prosedur ini di dental chair
tanpa anestesi umum. Akan tetapi, akar atau gigi mungkin berada pada batas yang
dekat dengan jalan masuk dan umumnya dapat diambil dengan tindakan sederhana
seperti menginsersikan suction atau alat penghisap ke orifice untuk mengambil gigi
atau akar. Apabila hal ini tidak langsung berhasil, operator dapat menutup daerah
perforasi secara hati-hati dengan mendekatkan tepi gusi bagian bukal dan palatal.
Akan tetapi, cara ini terkadang tidak dapat dilakukan kecuali tulang alveolar
direduksi atau incisi dibuat pada jaringan pendukung. Segera mungkin setelah
terjadi perforasi sinus, hal ini harus dilaporkan kepada pasien dan pasien diharapkan
untuk berhati-hati dan waspada. Operator harus mengambil kembali akar yang
hilang dan umumnya hal ini akan mengacu pada rujukan pasien ke spesialis bedah
mulut.
akar adalah seperti secara perlahan injeksikan cairan saline yang steril ke dalam
sinus dengan harapan akar tersebut akan terbawa keluar. Cara yang lain adalah
dengan membalut antrum dengan kain kasa, dengan harapan akar akan tertarik ke
arah kasa. Cara ini nampaknya tidak akan berhasil. Akan tetapi, fragmen mungkin
dalam sinus maksilaris, masalah perforasi ini umumnya sederhana dan dapat segera
dilakukan closure surgical atau bedah penutupan dengan menggunakan buccal flap.
Sebelum dilakukan insisi, sinus harus terlebih dahulu diirigasi untuk mengeluarkan
setelah perforasi terjadi, ada tindakan pendukung yang harus dilakukan seperti
analgesik.
sekunder pada tempat luka dan untuk mengontrol kondisi inflamasi yang masih ada
pada antrum. Penisilin merupakan obat pilihan. Hal ini disebabkan oleh organisme
yang umunya bertanggung jawab atas terjadinya infeksi pada antrum adalah bakteri
yang berasal dari kavitas oral. Dan bakteri dari kavitas oral umumnya sensitif
terhadap penisilin.
hidung dalam bentuk semprotan dan inhalasi untuk mendorong terjadinya drainase
pus dan sekresi. Decongestan yang ideal umumnya tidak akan mengganggu kerja
antronasal dan aerasi pada sinus. Lokal decongestan yang dapat digunakan adalah
Ephedrine Nasal Drops B.P.C yang dapat diberikan lewat nasal tiap tiga jam atau
satu sendok teh Menthol and Benzoin Inhalation B.P.C yang dilarutkan ke dalam
segelas air panas (tidak mendidih) dan dihirup dalam waktu 10 menit dua kali
sehari.
Aspirin dapat diberikan untuk mengkontrol rasa sakit pada pasien. Selain
aspirin, analgesik yang dapat diberikan ke pasien adalah Phenacetin dan Codeine
puncaknya, kurang lebih dua pertiga dari margin gingiva. Penutupan diharapkan
Tampon diganti setiap hari dan perawatan dapat berlangsung hingga 3-4 hari.
Selain itu diberikan pula antibiotika per oral untuk mencegah infeksi. Tampon
servik gigi tetangganya (hal ini dilakukan apabila gigi sebelah mesial dan distal
Pada perforasi yang agak besar, dilakukan penutupan dengan bedah insisi
pada bagian bukal dan palatinal atau hanya pada bagian palatinal dari soket.
Dibuat insisi yang berjalan sejajar dengan lengkung alveolar dan tegak lurus
sumbu panjang gigi. Letak Insisi sekitar 1 cm dari margin gingival dan panjangnya
dihaluskan serta mukoperioteum diantara tepi soket dan garis insisi dilepaskan
dari tulang lalu diangkat dan ditarik kearah soket. Di atas luka diberi tampon dan
instruksikan pada pasien untuk menggigit tampon tersebut. (Kruger, 1969; Killey
&Key, 1975)
maksilaris yang terjadi setelah pencabutan gigi (Budge : Archer, 1975). Segera
setelah gigi dicabut, mukoperioteum pada bagian bukal dan palatinal dilepaskan
dari tulang dengan jarak yang cukup untuk memasukkan lempeng tantalum.
Lempeng tantalum ini diletakkan di atas soket dan mukoperiosteum bukal dan
palatinal dijahit pada posisi normal. Jahitan dari mukoperiosteum tidak menutupi
seluruh lempeng tantalum. Lempeng ini diambil setelah 14-30 hari, yakni setelah
terlaiu keras, apabila bersin hati-hati dan hendaknya mulut dibuka saat bersin,
serta jangan meniup ataupun menghisap terlalu kuat dan hal yang sama juga
berlaku bagi para perokok (Killey & Key, 1975; Soeparwadi, 1981).
Perawatan pada fase ini dilakukan saat pasien datang lama setelah
terjadinya perforasi dan sudah terjadi fistula oro-antral atau jika sudah terjadi
infeksi, dimana infeksinya harus ditanggulangi terlebih dahulu sebelum
Metode ini memberikan hasil berupa bentuk flap yang baik dan
cukup untuk menutupi perforasi, serta jika sesuai dengan bagian palatal
yang telah disiapkan, akan menghasilkan kontak yang baik antara kedua
yang cepat dan tidak disertai dengan daerah yang terbuka dari mukosa.
misalnya pada mukosa yang terdapat muara duktus Stensen, serta pada
penyembuhan. Prinsip dari metode ini adalah menyiapkan basis dan flap
yang cukup, lalu pastikan bahwa sinus bebas dari infeksi (Gans, 1972).
bukal hingga ke pipi. Mula-mula epitel di tepi sekitar soket dibuang, serta
ada jarak kurang lebih 6 mm dari tepi soket. Kemudian buat insisi mulai
dari tepi bagian mesial dan distal soket ke arah mukobukal fold hingga
kedua tepi mesial dan distal tersebut, yang berguna untuk pegangan flap.
Selanjutnya permukaan dalam dari flap ini, yakni pada periosteum dibuat
insisi horizontal yang dimaksudkan agar flap dapat ditarik memanjang
Kemudian flap dikembalikan dan dijahit. Jahitan dibuka setelah lima hari
sampai seminggu.
Gambar Metode Bukal Flap (sumber: Materi Kuliah Bedah Dentoalveolar, Kasim &
Riawan)
2.2.2 Metode Palatal Flap Menurut Dunning
bagi flap yang akan diputar, serta untuk mencegah terjadinya lipatan.
Riawan)
harus sesuai dengan luas soket, karena jika tidak sesuai akan terlepas
Mula-mula buat outline flap tersebut pada palatum dan dalam hal ini
diangkat dan sebagian kecil jaringan flap bagian median dibuang untuk
Epitel dan jaringan pada celah perforasi dieksisi. Celah jaringan pada flap
di atas perforasi dijahit. Kemudian flap digeser dan dijahit pada garis
dengan zinc oxide eugenol pack atau kassa steril, dan untuk menjamin
aposisi yang baik dari flap serta untuk mencegah hematoma submukus,
Gans B.J. 1972. Atlas of Oral Surgery 1st Edition. St.Louis: Mosby.
Howard, S.S. 1974. The Interrelationship Between The Maxillary Sinus and
Kasim, Alwin. & Riawan, Lucky. 2007. Materi Kuliah Bedah Dentoalveolar.
Bandung.
Killey, H.C. & Key.L.W. 1975. The Maxillary Sinus and It’s Dental Implications