Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembelajaran
OLEH: ELI ROHAETI
Model Pembelajaran
Istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Pada pembelajaran istilah model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu.
Model berfungsi sebagai pedoman dalam merencanankan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, merancang dan menyampaikan materi,
mengorganisasikan, dan memilih media dan metode dalam suatu
kondisi pembelajaran.
Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pembelajaran
dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran, yang digunakan untuk
menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode,
keterampilan, dan aktivitas pebelajar untuk memberikan tekanan
pada salah satu bagian pembelajaran (topik konten).
Komponen Model Pembelajaran
1. Sintaks
2. Prinsip Reaksi
3. Sistem Sosial
4. Sistem Pendukung
Sebagai contoh dapat kita bandingkan sintaks 2 (dua) model yang berbeda sebagai berikut:
Menurut Hamzah B.Uno “Tidak ada suatu model pembelajaran yang dapat memberiakan
resep paling ampuh untuk mengembangkan suatu program pembelajaran”. (.Hamzah B.
Uno. 2009: 9). Oleh karena itu menentukan model pembelajaran harus disesuaikan dengan
kemampuan guru mengelola kelas dan kesesuaian materi yang disampaikan. Jadi apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran.
Oleh karena itu, menurut Joyce dan Weil dalam I Wayan Santyasa (2007: 7) model
pembelajaran harus memenuhi unsur-unsur sbb:
1. syntax yaitu langkah langkah operasional pembelajaran.
2. social system suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran.
3. principles of reaction mengambarkan seharusnya bagaimana guru
memandang memperlakukan dan merespon siswa.
4. support system segala sarana bahan alat atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran.
5. instructional hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang
disasar (instructional effects) dan hasil belajar yang diluar yang disasar
(narturant effects).
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Metode
pembelajaran akuntansi adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan
atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi. menempati peranan yang tak kalah penting
dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat
situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi
perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi belajar
mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan
belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga
pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode
yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke
hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan
itu.
d. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah.Misalnya ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung penggunaan
metode eksperimen.
e. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi
kendala dalam memilih dan menentukan metode.
maupun kelompok, tugas yang diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan
yang hendak dicapai.
d. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaks, tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.
e. Metode sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama dalam pemakaiannya sering
disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial.
f. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi,
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
g. Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-
metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
h. Metode karya wisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam
arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Teknik
karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu
tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
i. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa,tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua
arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
j. Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
k. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam metode
ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak
digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.
Pembelajaran penemuan terbimbing pada dasarnya berusaha untuk memadukan metode teknik
pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) dengan teknik pengajaran yang
berpusat pada siswa (student centered). Penemuan terbimbing membantu siswa belajar untuk
mempelajari dan mendapatkan pengetahuan dan membangun konsep yang secara unik mereka
miliki karena mereka menemukan sendiri. Penemuan terbimbing adalah bagaimana siswa
mampu menyusun kembali data, agar mereka mampu berkembang melampaui fakta sebelumnya
dan menyusun konsep baru. Penemuan terbimbing melibatkan siswa menemukan pengertian-
pengertian mereka sendiri, dalam hal pengorganisasian (Carin, 1993).
Selanjutnya, untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a) menyarankan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan.
b. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan kegiatan prosedur yang harus
dilakukan.
c. Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman.
d. Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan.
e. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang
digunakan.
f. Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
Sintak penemuan terbimbing menurut Arends (dalam Haryono, 2001: 25), dapat ditabelkan
sebagai berikut:
Tabel Sintaks Penemuan Terbimbing Model Arends
No Fase-fase Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru
mengelompokkan dan menjelaskan menjelaskan aturan dalam metode
prosedur discovery pembelajaran dengan penemuan terbimbing
2 Guru menyampaikan suatu Guru mejelaskan masalah secara sederhana
masalah
3 Siswa memperoleh data Guru mengulangi pertanyaan pada siswa tentang
eksperimen masalah dengan mengarahkan siswa untuk
mendapat informsi yang membantu proses inquiry
dan penemuan
4 Siswa membuat hipotesis dan Guru membantu siswa dlam membuat prediksi dan
penjelasan mempersiapkan penjelasan masalah
5 Analisis proses peneman Guru membimbing siswa berfikir tentang proses
intelektual dn proses penemuan dan
menghubungkan dengan pelajaran lain.
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing
adalah sebagai pembimbing siswa dalam nenemukan konsep.
MODEL BERBASIS MASALAH
masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada
masalah, termasuk bagaimana belajar.
d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan
hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang
akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah
yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa
sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat
adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah
siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
2. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau
melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3. Penyelidikan yang Autentik
Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu
penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa
menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan dan
menggambarkan hasil akhir.
4. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam
bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya hasil penyelesaian masalah siswa
ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
5. Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-
sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama
antar siswa dengan guru.
sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitannya dengan PBM dalam hal
mengaitkan informasi baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
2. Teori Belajar Vigostsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan
menentang serta ketika berusaha untuk memecahkan masalah yang berikan. Dalam upaya
menempatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
awal yang telah dimilikinya kemuadian membangun pengetahuan baru. Rusman ( 2006:244)
vigostsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacuh terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan PBM dalm hal mengaitkan
informasi baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam
interaksi sosial dengan teman lain.
3. Teori belajar jerome S. Brunner
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan
yang sama sekali yang benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih kuat,
berusaha sendiri memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta disukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia
atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa
dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
dibangun guru harus mendorong cara berpikir reflektif, evaluasi kritis, dan cara pikir yang berdayaguna.
Peran guru dalam PBM berbeda dengan peran guru di dalam kelas. Guru dalam PBM terus berpikir
tentang beberapa hal yaitu:
a. Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga
siswa dapat menguasai hasil belajar?
b. Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan
belajar dengan teman sebaya?
c. Dan bagaiaman siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecahan masalah yang aktif?
Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah juga memusatkan perhatiannya pada: 1) menfasilitasi
proses PBM, mengubah cara berfikir, mengembangkan ketrampilan inquiry, menggunakan
pembelajaran kooperatif; 2) melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah; pemberian alas an
yang mendalam, metakognisi, berpikir kritis, dan berpikir secara system; dan 3) menjadi perantara
proses penguasaan informasi; meneliti lingkungan informasi, mengakses sumbe informasi yang
beragam, dan mengadakan koneksi.
1. Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM adalah: 1) membantu
siswa mengubah cara berpikir; 2) menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang dialami oleh siswa?;
3) memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu; 4) mengomunikasikan tujuan,
hasil dan harapan; 5) menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang;
dan 6) membantu siswa merasa memiliki masalah.
2. Menekankan Belajar Kooperatif
PBM menyediakan cara untuk inqury yang bersifat kolaborasi dan belajar Bray,dkk dalam Rusman
(2011;235) mengambarkan inquiry kolaboratif sebagai proses di mana orang melakukan refleksi dan
kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada Pembelajaran Berbasis Masalah lebih menekankan
pembelajaran inquiry kolaboratif yang di kerjakan dengan tim secara berkelompok.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Belajar dalam kelompok kecil lebih mudah dilakukan apabila anggota berkisar antara 1 sampai 10
siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik
belajar kooperatif untuk mengabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-langkah yang
beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah.
Guru juga memaikan peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah guru mempunyai peranan tertentu sebagaimana telah diuraikan
di atas, berikut ini kami menyajikan 3 fase Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Tsuruda
(http://pasca.undiksha.ac.id)
Fase sebelum pembelajaran.
memastikan bahwa siswa-siswa memahami masalah yang diberikan
menjelaskan hal-hal yang diharapkan dari siswa
menyiapkan mental para siswa untuk menyelesaikan masalah dan pengetahuan yang telah siswa
miliki yang akan berguna untuk membantu dalam memecahkan
Fase selama pembelajaran.
memberikan siswa kesempatan untuk bekerja tanpa petunjuk dari guru atau hindari memberikan
bantuan di awal kerja siswa
menggunakan waktu untuk mendeteksi perbedaan –perbedaan siswa berfikir, ide-ide yg digunakan
dlm memecahkan masalah
Fase sesudah pembelajaran.
siswa-siswa akan bekerja sebagai komunitas belajar, berdiskusi, menguji dan menghadapi berbagai
macam penyelesaian yang diperoleh siswa
menggunakan kesempatan ini untuk mengetahui cara siswa berfikir dan cara mereka mendekati
permasalahan
membuat ringkasan ide-ide pokok dan mengidentifikasi masalah-masalah untuk kegiatan
selanjutnya.
MODEL BERBASIS MASALAH
Mencermati tahapan-tahapan pemecahan masalah baik yang bersifat akademik maupun yang bersifat
lebih praktis, ada dua langkah atau tahapan yang ada dikedua pendekatan tersebut yaitu, perumusan
masalah dan pemilihan alternatif pemecahan masalah. Ada dua hal yang perlu yang dikemukakan
terkait dengan keterkaitan antara rumusan masalah dan penetapan pilihan pemecahan masalah
pendekatan pengambilan Keputusan sebagaimana diuraikan berikut ini.
1) Keterkaitan rumusan masalah dan pemecahan masalah
Ada empat kemungkinan hubungan antara rumusan masalah dan keputusan atau solusinya yakni:
Kemungkinan 1: rumusan masalah benar dan pemecahan yang benar.
Kemungkinan 2: rumusan masalah benar tetapi pemecahannya salah.
Kemungkinan 3: rumusan masalah salah tetapi pemecahannya benar.
Kemungkinan 4: rumusan masalah salah dan pemecahannya salah.
Mencermati keempat kemungkinan hubungan antara rumusan masalah berikut solusinya, maka
dapat dipahami mengapa perumusan masalah sangat penting dalam proses pembuatan keputusan
dalam proses pemecahan atau solusi pemecahan dan sebuah masalah.
MODEL BERBASIS MASALAH
Fase 2
Mengorganisasi Guru membantu siswa mendefinisikan Siswa mendefinisikan dan
siswa dalam dan mengorganisasikan tugas belajar mengorganisasikan tugas belajar
belajar yang diangkat. yang di angkat.
Fase 3
Membantu siswa Guru mendorong siswa untuk Siswa mengumpulkan informasi yang
secara individual mengumpulkan informasi yang sesuai, sesuai, melaksanakan eksperimen,
atau kelompok melaksanakan eksperimen, untuk dan berusaha menemukan jawaban
dalam memperoleh jawaban yang sesuai atas atas masalah yang di angkat.
melaksanakan masalah.
penelitian
Fase 4
Mengembangkan Guru membantu siswa dalam Siswa merencanakan dan
dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya menyiapkan karya,video, dan
hasil karya seperti laporan, video, model-model dan menyampaikannya pada teman lain.
membantunya untuk menyampaikan
kepada teman lain.
Fase 5
Analisis dan Guru membantu siswa melakukan refleksi Siswa melakukan refleksi kegiatan
evaluasi proses kegiatan penyelidikannya dan proses penyelidikannya dan proses yang
pemecahan yang telah dilakukan dilakukan.
masalah.
dan evaluasi yang sesuai dengan model Problem-Based Learning adalah menilai pekerjaan yang
dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian itu antara lain
asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat
bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakkan problema dalam kehidupan nyata bersifat dinamis
sesuai perkembangan zaman dan konteks lingkungannya, maka perlu dikembangkan model
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar
(Learning how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah
beradaptasi.
3. Penilaian Potensi Belajar. Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik
yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-
temannya yang lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4. Penilaian Usaha Kelompok. Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran
kooperatif dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi
merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah
menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan
mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
5. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian ini
antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses
bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah,
melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.
6. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan
dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis
sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka di samping
pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan
kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan kerangka
berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning
how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan
mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai
dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki
lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
c. Tahap Penilaian
Tahap penilaian pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
Learning (PBL) terdiri atas tiga hal :
Bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses
Bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah
Bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah
atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian
atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau
verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya.
Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan
cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).
MODEL PENCAPAIAN KONSEP
Pembelajaran model pencapaian konsep adalah suatu strategi mengajar bersifat induktif didefinisikan
untuk membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep yang
dipelajari dari melatih menguji hipotesis. Model tersebut pertama kali diciptakan oleh Joyce dan Weil
(dalam Gunter, Este, dan Schwab, 1990: 1972) yang berpijak pada karya Bruner, Goodnow, dan Austin.
Model pencapaian konsep menurut pendapat para ahli:
Bruner, Goodnow, dan Austin (dalam Suherman 1992 ; 35) menyatakan :
“Model pencapaian konsep sengaja dirancang untuk membantu para siswa mempelajari konsep-
konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi, sehingga dapat memberi
kemudahan bagi siswa untuk mempelajari konsep itu dengan cara yang lebih efektif”.
Kauchak dan Eggen (1996 ; 104) menyatakan:
“Model pencapaian konsep adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain untuk
membantu siswa pada semua usia dalam mempelajari konsep dan melatih pengujian hipotesis”.
Suherman dan Saripuddin (1992 ; 35) menyatakan:
“Salah satu keunggulan model pencapaian konsep adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar
dengan cara lebih mudah dan lebih efektif”
Pembelajaran model pencapaian konsep terdiri dari empat langkah antara lain :
Penyajian contoh
Analisis hipotesis
Fase penutup
Aplikasi atau penerapan
Model pencapaian konsep merupakan salah satu model pembelajaran kelompok pengolahan informasi.
Model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun
data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model pencapaian
konsep bermanfaat untuk memberikan pengalaman metode sains kepada para siswa dan secara khusus
menguji hipotesis. Model ini memiliki pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut mampu
membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat
membentuk susunan suatu konsep dengan kemampuannya sendiri.
Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pencapaian
konsep yaitu;
1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa sangat tergantung
pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar
konsep pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai
konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.
2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu guru dalam
merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep
guru hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep,
(2) attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari konsep,
(3) definisi konsep,
(4) contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5) hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.
Model Pembelajaran Integratif | Model Integratif adalah suatu model pembelajaran yang bersifat induktif
secara konseptual berdasar pada aliran konstruktivis dalam hal belajar. Menurut pandangan
konstruktivisme belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksikan makna
dengan cara mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan
pengertian yang sudah dimiliki, pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2003 : 32). Prinsip dalam
belajar menurut pandangan konstrutivisme ada lima, yaitu :
1. Belajar berarti mencari bermakna,
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus,
3. Belajar merupakan pengembangan pemikiran yang membuat pengertian yang baru,
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungan,
5. Hasil belajar dengan apa yang telah diketahui subjek belajar, dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahasa yang sedang
Pembelajaran model integratif terkait erat dengan model induktif dalam hal struktur dan pelaksanaan.
Perbedaan mendasar antara kedua model tersebut terkait dengan topik yang diajarkan untuk masing-
masing model. Untuk model induktif didesain untuk mengajarkan topik-topik tertentu dalam bentuk konsep,
generalisasi, prinsip, dan aturan-aturan akademik, sedangkan model integratif didesain untuk
mengajarkan kombinasi topik-topik itu yang berbentuk isi yang luas, mengorganisasi anatomi
pengetahuan (Usman, 2006:1).