Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
Tentang
ASET

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Vini Amelia Arif 16043068
Annisa Maharani 16043076
Elmiza 16043084
Irfhan Marli 16043093

Dosen :Mayar Afriyenti, SE.,M.Sc.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PADANG

2018
1. BIAYA PINJAMAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN (PSAK) No. 26

a. TUJUAN

Tujuan Standar ini adalah untuk menentukan perlakukan akuntansi atas biaya
pinjaman. Secara umum standar ini mengharuskan pembebanan segera biaya pinjaman
pada saat terjadinya. Akan tetapi untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat
diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari suatu qualifying asset,
standar ini mengharuskan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut.

b. RUANG LINGKUP
1. Standar ini harus diterapkan untuk perlakukan akuntansi atas biaya pinjaman.

2. Standar ini menggantikan PSAK No. 26, Akuntansi Bunga Untuk Periode
Konstruksi, yang diberlakukan sejak tahun 1988.

3. Standar ini tidak mengatur biaya atas ekuitas (actual or imputed cost of equity).

Istilah-istilah berikut dipergunakan dalam Standar ini, dengan pengertian


sebagaimana dijelaskan: Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya harus
ditanggung oleh suatu perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana.
Biaya pinjaman meliputi antara lain:

a. Bunga atas penggunaan dana pinjaman baik pinjaman jangka pendek


maupun jangka panjang.
b. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinja man
(borrowings).
c. Amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya
konsultan, ahli hukum, commitment fee dan sebagainya.
d. Selisih kurs atas pinjaman dalam valuta asing (sepanjang bunga) atau
amortisasi premi kontrak valuta berjangka dalam rangka hedging dana yang
dipinjam dalam valuta asing.

Aktiva Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying assets). Aktiva Tertentu -


adalah suatu aktiva yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk
dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.
Yang dimaksud dengan Aktiva Tertentu antara lain adalah persediaan barang
tertentu, pabrik dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan aktiva yang pada saat
diperoleh sudah dalam keadaan siap untuk digunakan atau dijual bukan merupakan
Aktiva Tertentu.
Yang dimaksud dengan persediaan barang tertentu adalah persediaan yang untuk
memproduksi sampai siap untuk dijual membutuhkan waktu yang cukup lama sesuai
dengan bidang usahanya. Yang dimaksud dengan waktu yang cukup lama adalah 12
bulan atau lebih. Persediaan yang pada saat diperoleh sudah dalam keadaan siap dijual
bukan merupakan Aktiva Tertentu.

c. PENGAKUAN
Biaya pinjaman harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya
pinjaman tersebut, kecuali untuk biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi.Biaya
pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau
produksi suatu Aktiva Tertentu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan
Aktiva Tertentu tersebut. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tersebut harus
ditentukan sesuai dengan standar ini.

d. BIAYA PINJAMAN YANG DIKAPITALISASI


Apabila bulan pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan Aktiva
Tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap Aktiva Tertentu
tersebut.
Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan
langsung antara pinjaman terntentu dengan perolehan suatu Aktiva Tertentu dan untuk
menentukan bahwa pinjaman tertentu sebenarnya tidak perlu ada apabila perolehan
Aktiva Tertentu tidak terjadi. Misalnya: apabila terdapat sentralisasi pendanaan untuk
semua kegiatan usaha. Kesulitan juga dapat terjadi bila suatu perusahaan menggunakan
beberapa jenis instrumen hutang dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal
ini, sulit untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung
diatribusikan, sehingga diperlukan pertimbangan profesional (profesional judgement).
Apabila pinjaman hanya digunakan untuk memperoleh suatu Aktiva Tertentu,
maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang
timbul selama peminjaman dana tersebut dikurangi dengan pendapatan bunga yang
diperoleh dari investasi sementara atas dana hasil pinjaman yang belum digunakan.
Pengaturan pendanaan untuk perolehan suatu Aktiva Tertentu dapat menyebabkan
suatu perusahaan memperoleh pinjaman dan menanggung biaya pinjamannya sebelum
seluruh atau sebagian dana yang diperoleh tersebut digunakan untuk membiayai
perolehan Aktiva Tertentu. Dalam keadaan tersebut perusahaan umumnya
menginvestasikan untuk sementara dana yang belum terpakai. Untuk menentukan
jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu, jumlah biaya
pinjaman harus dikurangi terlebih dahulu dengan hasil investasi atas dana yang belum
terpakai tersebut.
Apabila suatu dana berasal dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan
untuk perolehan suatu Aktiva Tertentu tetapi pinjaman tersebut digunakan juga untuk
perolehan Aktiva Tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi ditentukan
dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi untuk
memperoleh Aktiva Tertentu. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan rata- rata
tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan jumlah pinjaman dari suatu periode,
(tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara khusus digunakan untuk perolehan Aktiva
Tertentu) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu tidak boleh
melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi selama periode tersebut.

e. SELISIH ANTARA NILAI TERCATAT SUATU AKTIVA TERTENTU


DENGAN JUMLAH YANG DAPAT DIPULIHKAN

Apabila nilai tercatat atau jumlah keseluruhan biaya yang diperkirakan atas suatu
Aktiva Tertentu melebihi jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau nilai realisasi
bersih, maka nilai tercatat tersebut harus disesuaikan dengan mengacu kepada Standar
Akuntansi Keuangan lain yang berlaku.

f. SAAT DIMULAINYA KAPITALISASI

Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aktiva dimulai
apabila:

a. Pengeluaran untuk aktiva tersebut telah mulai dilakukan.


b. Biaya pinjaman sedang terjadi.
c. Aktivitasyang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan atau
memproduksi Aktiva Tertentu sedang berlangsung.

Pengeluaran untuk Aktiva Tertentu hanya meliputi pengeluaran yang


menimbulkan pembayaran tunai, transfer aktiva lain, atau timbulnya kewajiban yang
dikenakan bunga. Perhitungan kapitalisasi Biaya Pinjaman berdasarkan asas
proporsional jumlah pinjaman dikurangi penerimaan pendapatan yang berkaitan dengan
Aktiva Tertentu tersebut . Nilai tercatat rata-rata suatu Aktiva Tertentu dalam suatu
periode, termasuk jumlah biaya pinjaman yang telah dikapitalisasi sebelumnya,
biasanya merupakan taksiran yang layak dari pengeluaran yang dihitung dengan
menggunakan tingkat kapitalisasi dalam periode tersebut.
Pengertian mengenai aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan
pembangunan atau memproduksi Aktiva Tertentu tidak terbatas pada aktivitas
konstruksi fisik, tetapi termasuk juga aktivitas teknik dan administrasi yang
dibutuhkan sebelum dimulainya konstruksi fisik, seperti kegiatan untuk memperoleh
perizinan yang dibutuhkan untuk membangun Aktiva Tertentu. Akan tetapi, dianggap
tidak terdapat aktivitas apapun, apabila perusahaan hanya mendiamkan suatu aktiva
tanpa kegiatan pembangunan atau produksi yang dapat mengubah kondisi aktiva
tersebut. Misalnya, biaya pinjaman yang terjadi pada periode dimana tanah tertentu
sedang dikembangkan harus dikapitalisasi. Akan tetapi apabila perusahaan membeli
tanah tertentu untuk dibangun dan hanya mendiamkannya tanpa kegiatan apapun, maka
biaya pinjaman yang timbul tidka boleh dikapitalisasi.

g. PENGHENTIAN KAPITALISASI
Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam sautu periode yang
cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda aktivit as perolehan,
pembangunan ataupun produksi.
Biaya pinjaman mungkin saja tetap ada selama perusahaan menunda atau
memberhentikan untuk sementara waktu aktivitas untuk memperoleh, membangun atau
memproduksi Aktiva Tertentu, biaya pinjaman selama masa ini tidak boleh
dikapitalisasi. Pada keadaan tertentu, dapat saja terjadi penundaan atau pemberhentian
sementara dar aktivitas konstruksi fisik karena menunggu penyelesaian dari pekerjaan
teknik atau administrasi yang sedang berlangsung. Dalam keadaan ini kapitalisasi biaya
pinjaman tetap berlangsung. Keadaan lainnya dimana kapitalisasi biaya pinjaman tetap
berlangsung walaupun ada penundaan/pemberhentian sementara aktivitas untuk
memperoleh, membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu, yaitu dimana dalam
proses memperoleh, membangun atau memproduksi secara teknik diharuskan atau
dibutuhkan penundaan aktivitas. Misalnya, dalam proses pembangunan jembatan,
kegiatan konstruksi fisik harus dihentikan sementara karena permukaan air sungai
sedang pasang, dalam keadaan ini kapitalisasi biaya pinjaman tetap berlangsung hanya
apabila di daerah tersebut naiknya permukaan air merupakan hal yang wajar.

h. BERAKHIRNYA KAPITALISASI BIAYA PINJAMAN

Kapitalisasi biaya pinjaman harus diakhiri apabila aktivitas untuk memperoleh,


membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu sesuai dengan tujuannya secara
substansial telah selesai.Satu aktiva biasanya siap untuk digunakan atau dijual sesuai
tujuannya apabila kegiatan konstruksi fisik yang dibutuhkan telah selesai, walaupun
mungkin masih dibutuhkan kegiatan admisitratif tertentu yang berkaitan dengan aktiva
tersebut. Dalam keadaan ini biaya pinjaman tidak lagi boleh dikapitalisasi.

Apabila pembangunan atau konstruksi suatu aktiva dapat diselesaikan perbagian


dimana bagian yang telah selesai dapat segera digunakan sementara bagian lainnya
masih dalam penyelesaian, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah
untuk bagian yang belum selesai saja.

Untuk suatu area perkantoran yang didalamnya terdapat beberapa gedung, maka
masing- masing gedung dapat dianggap sebagai Aktiva Tertentu tersendiri, karena
apabila gedung pertama telah selesai dapat langsung digunakan, dijual atau disewakan
sesuai dengan tujuannya tanpa harus tergantung dengan penyelesaian gedung kedua.
Hal ini berbeda dengan pembangunan suatu pabrik yang melibatkan beberapa tahapan
proses produksi, pembangunan pabrik ini baru dapat dianggap selesai, bila seluruhnya
selesai karena bagian yang lebih dulu secara fisik telah selesai tetap tidak dapat
digunakan apabila bagian terakhir dari pembangunan pabrik selesai.

i. PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. Akuntansi untuk biaya pinjaman.
b. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi untuk periode yang bersangkutan.
c. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

2. SEWA GUNA USAHA

a. PENGERTIAN LEASING

Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee
untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya,
lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Sewa pembiayaan
(finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat
juga tidak dialihkan. Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan.
Sewa yang tidak dapat dibatalkan (non-cancellable lease) adalah sewa yang hanya dapat
dibatalkan :
a. Dengan terjadinya kondisi kontinjensi yang kemungkinan terjadinya sangal kecil.
b. Dengan persetujuan lessor.
c. Jika lessee mengadakan perjanjian sewa baru atas aset yang sama atau aset yang
setara dengan lessor yang sama,
d. Bila ada pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee
sehingga secara ekonomis dapat dipastikan tidak akan ada pembatalan.

b. Tujuan IAS 17

IAS 17 digunakan untuk semua sewa guna usaha yang ada, selain sewa guna usaha
untuk pertambangan, minyak, gas alam, dan jenis-jenis sumber daya alam lainnya, dan juga
dalam bidang pembuatan film, video, game, naskah, hak cipta, dan sejenisnya. [IAS 17.2]
Tujuan dari IAS 17 adalah menentukan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan
sewa guna usaha (leases) dan pencatatannya dalam laporan keuangan yang digunakan secara
multinasional.

c. AKUNTANSI UNTUK LEASING


Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan diatas maka dapat disimpulkan
beberapa unsur yang harus terdapat dalam leasing yaitu:
(1) Lessor adalah pihak yang menyewakan aktiva atau barang-barang modal.
(2) Lessee adalah pihak penyewa aktiva atau pihak yang membutuhkan/memakai barang
modal.
(3) Objek leasing adalah barang-barang yang menjadi objek perjanjian leasing.
(4) Pembayaran uang sewa adalah secara berkala dalam jangka waktu tertentu.
(5) Nilai sisa yang ditentukan sebelum kontrak dimulai.
(6) Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa leasing dimana lessee mempunyai hak untuk
menentukan apakah ingin membeli barang tersebut dengan harga sebesar nilai sisa atau
mengembalikan pada lessor.
(7) Lease Term adalah periode kontrak atas sewa.

Terdapat jenis-jenis leasing yang di tetapkan oleh PSAK No. 30 yaitu sebagai berikut:

1. Finance Lease atau Capital Lease (sewa guna usaha pembiayaan)


Dalam hal ini, Lessor sebagai perusahaan guna usaha yang merupakan pihak yang membiayai
penyediaan barang modal. Kemudian, Lesseesebagai penyewa yang biasanya dalam transaksi
ini penyewa memilih barang modal yang dibutuhkan dan kemudian di catat atas nama
perusahaan sewa guna usaha. Selama masa sewa, penyewa melakukan pembayaran secara
berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa. Kemudian jika
memungkinkan, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai
serta bunganya yang merupakan pendapatan atas sewa guna usaha.
2. Operating Lease (sewa menyewa biasa)
Di dalam operating lease ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
kemudian barang modal tersebut disewakan kepada penyewa. Dalam transaksi ini berbeda
dengan finance lease yang dalam pembayarannya berkala. Kemudian di dalam operating
lease tidak mencakup jumlah biaya yang di keluarkan untuk memperoleh barang modal
tersebut beserta bunganya.
3. Sales-Type Lease (sewa guna usaha penjualan)
Pada transaksi ini disebut pula sebagai transaksi pembiayaan sewa secara langsung (Direct
Finance Lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh
penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa. Dalam transaksi ini sering kali merupakan
suatu jalan pemasaran bagi produk perusahaan tertentu.
4. Leveraged Lease
Dalam transaksi ini umumnya melibatkan setidaknya tiga pihak yaitu pihak penyewa, pihak
perusahaan sewa dan pihak kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari
transaksi sewa.

Selain itu, di dalam penelitian Sinurat (2006) menjelaskan transaksi sewa guna usaha
dikelompokkan sebagai capital lease bagi penyewa guna usaha atau finance lease bagi
perusahaan sewa guna usaha apabila dipenuhi semua kriteria atas asas makna ekonomi
sebagai berikut:

1. Penyewa memiliki hak opsi atas aktiva yang disewa pada masa sewa dengan harga yang
disetujui bersama pada saat perjanjian sewa.
2. Seluruh pembayaran yang dilakukan penyewa secara berkala, ditambah dengan nilai sisa
termasuk pengembalian perolehan barang modal serta bunga yang di sewakan adalah
sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha.
3. Masa sewa minimum lima tahun.
d. PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING
Pada transaksi leasing terdapat jenis-jenis leasing yang telah di jelaskan sebelumnya,
dalam perlakuan akuntansi leasing hanya dikenal capital lease dan operating lease baik bagi
lessor ataupun bagi lessee. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam perlakuan
akuntansi leasing:

1. Executory Cost (biaya pelaksanaan)


Aktiva berwujud atau barang modal yang di sewa harus ditanggung atas beban asuransi,
pemeliharaan, dan beban pajak selama umur ekonomis aktiva tersebut.
2. Discount Rate (tingkat diskon)
Tingkat bunga pada saat kontrak perjanjian atas leasing ditanggung oleh lessee, hal ini
dimaksudkan untuk meminjam dana yang diperlukan untuk membeli aktiva yang disewa-beli
berdasarkan pinjaman beragunan dengan syarat pelunasan sesuai jadwal perjanjian leasing.
3. Residual Value (nilai sisa)
Merupakan estimasi nilai wajar untuk aktiva yang disewa-belikan pada akhir masa leasing.
Di dalam hal ini, terdapat dua jenis residual value yaitu nilai residu yang dijamin dan nilai
residu yang tidak dijamin. Pada nilai residu yang dijamin adalah pembayaran lease tambahan
yang dibayarkan berupa harta, kas atau keduanya dibayarkan pada akhir masa leasing.
Sedangkan pada nilai residu yang tidak dijamin merupakan suatu hal yang sama dengan tidak
ada nilai residu.

Perlakuan akuntansi atas capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAK No. 30
adalah:
(1) Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir
masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna
dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban
bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna
usaha.
(2) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha
atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
(3) Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar
berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
(4) Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau dikreditkan pada tahun
berjalan.
(5) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.
(6) Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback)
maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang
dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus
dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.
Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30
adalah: (1) Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam
kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah
dari kewajiban lainnya. (2) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas
laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:

a) Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.
b) Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.
c) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
d) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan
transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback).
e) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas
laporan keuangan mengenai pelaporan dan pengungkapan transaksi operating lease adalah:
(1) Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai
biaya sewa.
(2) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak dua tahun
berikutnya.
(3) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
(4) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan
dengan transaksi sale and leaseback.
(5) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha
(major covenants).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perusahaan di dalam
memperoleh aktiva tetap atau barang modal, perusahaan memiliki beberapa cara, salah satu
cara yang diambil oleh perusahaan adalah dengan melakukan leasing. Akuntansi melihat
perkembangan sewa guna usaha (leasing) yang pesat di Indonesia, sehingga diperlukan suatu
acuan mengenai perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha secara khusus. Ada beberapa
perlakuan akuntansi yaitu transaksi capital leasse, transaksi operating lease, capital leasse
oleh penyewa usaha, sewa guna usaha operating lease. Dengan perlakuan akuntansi atas
transaksi sewa guna usaha secara tepat, diharapkan dapat dimengerti, dapat diperbandingkan
dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna kepentingan.

3. INSTRUMEN KEUANGAN PSAK 71

a. TUJUAN
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prinsip untuk pelaporan
keuangan atas aset keuangan dan liabilitas keuangan yang akan menyajikan informasi
relevan dan berguna bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan penilaian terhadap
jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan entitas.

b. RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan oleh seluruh entitas untuk seluruh jenis instrumen
keuangan, kecuali:

1. Kepentingan dalam entitas anak, entitas asosiasi atau ventura bersama yang dicatat
sesuai dengan PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian, PSAK 4: Laporan
Keuangan Tersendiri atau PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura
Bersama. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, PSAK 4, PSAK 15, PSAK 65
mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mencatat kepentingan dalam entitas
anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama sesuai dengan beberapa atau semua
persyaratan dalam Pernyataan ini. Entitas juga menerapkan Pernyataan ini untuk
derivatif atas kepentingan dalam entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama
kecuali derivatif tersebut memenuhi definisi instrumen ekuitas entitas dalam PSAK
50: Instrumen Keuangan: Penyajian.
2. Hak dan kewajiban dalam sewa yang diatur dalam PSAK X tentang Sewa. Akan tetapi:
o Piutang sewa pembiayaan (yaitu investasi neto dalam sewa pembiayaan) dan
piutang sewa operasi yang diakui lessor mengikuti persyaratan penghentian
pengakuan dan penurunan nilai dalam Pernyataan ini
o Liabilitas sewa pembiayaan yang diakui oleh lessee mengikuti persyaratan dalam
penghentian pengakuan dalam Pernyataan ini
o Derivatif yang melekat pada sewa menggikuti persyaratan mengenai derivatif
melekat dalam Pernyataan ini.
3. hak dan kewajiban pemberi kerja berdasarkan program imbalan kerja yang diatur dalam
PSAK 24: Imbalan Kerja.
4. Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh entitas yang memenuhi definisi instrumen
ekuitas dalam PSAK 50 (termasuk opsi dan waran) atau yang disyaratkan untuk
diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas sesuai dengan PSAK 50 paragraf 16A
dan 16B atau 16C dan 16D. Akan tetapi, pemegang instrumen ekuitas tersebut
menerapkan Pernyataan ini pada instrumen tersebut, kecuali instrumen tersebut
memenuhi pengecualian dalam huruf (a).
5. Hak dan kewajiban yang timbul dalam:
o Kontrak asuransi sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi,
selain hak dan kewajiban penerbit yang timbul dalam kontrak asuransi yang
memenuhi definisi kontrak jaminan keuangan
o Kontrak dalam ruang lingkup PSAK 62 karena kontrak tersebut berisi fitur partisipasi
tidak mengikat. Akan tetapi, Pernyataan ini diterapkan untuk derivatif yang melekat
pada kontrak dalam ruang lingkup PSAK 62 jika derivatif tersebut tidak dengan
sendirinya merupakan kontrak yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 62. Selain
itu, jika penerbit kontrak jaminan keuangan telah menegaskan secara
eksplisit sebelumnya bahwa kontrak tersebut dianggap sebagai kontrak asuransi
dan telah menggunakan akuntansi yang dapat diterapkan untuk kontrak asuransi,
maka penerbit dapat memilih untuk menerapkan Pernyataan ini atau PSAK 62 pada
kontrak jaminan keuangan tersebut. Penerbit dapat memutuskan pilihan tersebut
berdasarkan kontrak demi kontrak, tetapi pemilihan untuk setiap kontrak tersebut
tidak dapat dibatalkan.
6. Kontrak forwardantara pihak pengakuisisi dan pemegang saham penjual untuk
membeli atau menjual pihak yang diakuisisi yang akan menghasilkan
kombinasi bisnis dalam ruang lingkup PSAK 22: Kombinasi Bisnis pada tanggal
akuisisi masa yang akan datang. Ketentuan dari kontrak forward tidak dapat
melebihi jangka waktu sewajarnya yang dibutuhkan untuk memperoleh persetujuan
yang disyaratkan dan untuk menyelesaikan transaksi dimaksud.
7. Komitmen pinjaman. Akan tetapi, penerbit komitmen pinjaman menerapkan
persyaratan penurunan nilai dalam Pernyataan ini untuk komitmen pinjaman yang
berada di dalam ruang lingkup Pernyataan ini. Seluruh komitmen pinjaman yang
mengikuti persyaratan penghentian pengakuan dalam Pernyataan ini.
8. Instrumen keuangan, kontrak dan kewajiban dalam transaksi pembayaran berbasis
saham yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 53: Pembayaran Berbasis
Saham
9. Hak atas pembayaran untuk penggantian pengeluaran entitas yang disyaratkan
untuk menyelesaikan liabilitas yang diakui sebagai provisi sesuai dengan PSAK 57:
Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi, atau untuk periode yang lebih awal,
diakui sebagai provisi sesuai dengan PSAK 57.
10. Hak dan kewajiban dalam ruang lingkup PSAK tentang Pendapatan yang merupakan
instrumen keuangan, kecuali yang menurut PSAK tentang Pendapatan dicatat
berdasarkan Pernyataan ini.

Komitmen pinjaman berikut masuk dalam ruang lingkup Pernyataan ini:


1. Komitmen pinjaman yang ditetapkan entitas sebagai liabilitas
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Entitas yang memiliki
pengalaman menjual aset yang dihasilkan dari komitmen pinjaman segera
setelah penerbitannya, menerapkan Pernyataan ini pada seluruh komitmen
pinjaman dalam kelas yang sama.
2. komitmen pinjaman yang dapat diselesaikan secara neto dengan kas atau
dengan penyerahan atau penerbitan instrumen keuangan lain. Komitmen
pinjaman ini adalah derivatif. Komitmen pinjaman tidak dianggap
diselesaikan secara neto hanya semata karena pinjaman secara bertahap
(sebagai contoh, pinjaman untuk pembangunan properti yang diberikan
secara bertahap sesuai dengan kemajuan penyelesaian kontrak konstruksi).
3. Komitmen untuk menyediakan pinjaman pada suku bunga di bawah pasar.
Pernyataan ini diterapkan pada kontrak pembelian atau penjualan item
nonkeuangan yang dapat diselesaikan secara neto dengan kas atau instrumen keuangan
lainnya, atau dengan mempertukarkan instrumen keuangan, seolah- olah kontrak
tersebut adalah instrumen keuangan, denganpengecualian untuk kontrak yang dilakukan
dan dimaksudkan untuk terus dimiliki dengan tujuan untuk menerima atau menyerahkan
item nonkeuangan sesuai dengan kebutuhan pembelian, penjualan, atau penggunaan yang
diperkirakan oleh entitas. Akan tetapi, Pernyataan ini diterapkan untuk kontrak yang
entitas tetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Kontrak untuk membeli atau menjual item nonkeuangan yang dapat diselesaikan
secara neto dengan kas atau instrumen keuangan lainnya, atau dengan mempertukarkan
instrumen keuangan, seolah-olah kontrak tersebut adalah instrumen keuangan, dapat
ditetapkan secara permanen diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Penetapan tersebut
juga berlaku bahkan jika kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan penerimaan atau
penyerahan item nonkeuangan sesuai dengan kebutuhan pembelian, penjualan, atau
persyaratan penggunaan yang diperkirakan oleh entitas. Penetapan dimaksud hanya dapat
dilakukan pada awal kontrak dan hanya jika penetapan dimaksud mengeliminasi atau
secara signifikan mengeliminasi inkonsistensi pengakuan (“accounting mismatch”) yang
dapat timbul akibat tidak diakuinya kontrak tersebut karena berada di luar ruang lingkup dari
Pernyataan ini.

c. KLASIFIKASI

1. Klasifikasi Aset Keuangan


ED PSAK 71 memberikan pengaturan pendekatan klasifikasi aset keuangan
melalui model bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan karakteristik arus kas
kontraktual dari aset keuangan. Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi kecuali diukur pada biaya perolehan diamortisasi atau nilai wajar melalui
penghasilan komprehensif lain. Akan tetapi, entitas dapat menetapkan pilihan yang tidak
dapat dibatalkan saat pengakuan awal atas investasi pada instrumen ekuitas tertentu yang
umumnya diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sehingga perubahan nilai wajarnya
disajikan dalam penghasilan komprehensif lain. Aset keuangan diukur pada biaya
perolehan diamortisasi jika kedua kondisi berikut terpenuhi:
a. Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang bertujuan untuk memiliki aset
keuangan dalam rangka mendapatkan arus kas kontraktual
b. Persyaratan kontraktual dari aset keuangan yang pada tanggal tertentu meningkatkan
arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga (solely payments of
principal and interest) dari jumlah pokok terutang.

Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lainnya jika
kondisi berikut terpenuhi:

a. Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang tujuannya akan terpenuhi dengan
mendapatkan arus kas kontraktual dan menjual aset keuangan
b. Persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan hak pada tanggal
tertentu atas arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga dari jumlah
pokok terutang.

2. REKLASIFIKASI ASET KEUANGAN


Berbeda dengan PSAK 55, ED PSAK 71 memperkenankan reklasifikasi
pengelolaan aset keuangan jika dan hanya jika, entitas mengubah model bisnis untuk
pengelolaan aset keuangan. Perubahan tersebut diperkirakan sangat jarang terjadi.
Perubahan tersebut ditentukan oleh manajemen entitas sebagai hasil dari perubahan
eksternal atau internal dan harus signifikan pada kegiatan operasi entitas dan dapat
dibuktikan pada pihak eksternal. Sejalan dengan hal tersebut, perubahan pada model
bisnis entitas akan terjadi hanya jika entitas memulai atau berhenti untuk
melaksanakan aktivitas yang signifikan terhadap kegiatan operasinya; sebagai contoh,
ketika entitas telah memperoleh, melepaskan, atau mengakhiri lini bisnis.

3. PENURUNAN NILAI
a. Pengakuan Kerugian Kredit Ekspektasian
ED PSAK 71 memperkenalkan metode kerugian kredit ekspektasian dalam mengukur
kerugian instrumen keuangan akibat penurunan nilai instrumen keuangan. Berbeda
dengan PSAK 55 sebelumnya yang mengakui kerugian kredit pada saat peristiwa kerugian
kredit terjadi, metode yang diperkenalkan ED PSAK71 ini mensyaratkan pengakuan segera
atas dampak perubahan kerugian kredit ekspektasian setelah pengakuan awal aset
keuangan. Berdasarkan ED ini, entitas mengukur penyisihan kerugian instrumen
keuangan sejumlah kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko
kredit atas instrumen keuangan tersebut telah meningkat secara signifikan sejak
pengakuan awal.
Jika pada tanggal pelaporan, risiko kredit atas instrumen keuangan tidak meningkat
secara signifikan sejak pengakuan awal, entitas mengukur penyisihan kerugian untuk
instrumen keuangan tersebut sejumlah kerugian kredit ekspektasian 12 bulan.
Kerugian dimaksud merepresentasikan kerugian kredit ekspektasian yang timbul dari
peristiwa gagal bayar instrumen keuangan yang mungkin terjadi dalam 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.

b. Penentuan Peningkatan Risiko Kredit Signifikan


ED PSAK 71 mensyaratkan Entitas mempertimbangkan apakah terdapat kenaikan
risiko kredit yang signifikan (penilaian berdasarkan perubahan pada kemungkinan
gagal bayar yang terjadi) yaitu dengan membandingkan risiko kredit awal instrumen
keuangan dengan risiko kredit pada tanggal pelaporan. Jika entitas mengestimasi
instrumen keuangan memiliki risiko kredit yang rendah pada tanggal pelaporan
(contohnya, ‘investment grade’), maka entitas mengasumsikan risiko kredit atas
instrumen keuangan tidak meningkat secara signifikan Terdapat praduga (rebuttable
presumption) bahwa risiko kredit yang signifikan telah terjadi ketika pembayaran
tertunggak lebih dari 30 hari jika tidak ada lagi informasi spesifik lain tentang peminjam,
tersedia tanpa biaya dan upaya berlebihan, untuk menentukan apakah terdapat
kenaikan risiko kredit yang signifikan.
c. Perhitungan Kerugian Kredit Ekspektasian
ED PSAK 71 mensyaratkan entitas mengakui penurunan nilai atas komitmen
pinjaman dan kontrak jaminan keuangan. Untuk kontrak jaminan keuangan, entitas
mempertimbangkan perubahan risiko bahwa debitur yang ditetapkan dalam kontrak
akan mengalami gagal bayar. Untuk komitmen pinjaman, entitas mempertimbangkan
perubahan risiko gagal bayar yang terjadi pada pinjaman yang terkait dengan komitmen
pinjaman.
Untuk komitmen pinjaman yang belum ditarik, kerugian kredit adalah nilai kini dari
selisih antara :
a. Arus kas kontraktual yang terutang pada entitas jika pemilik komitmen pinjaman
menarik pinjaman
b. Arus kas yang diharapkan entitas untuk diterima jika pinjaman ditarik.

Pengukuran kerugian kredit ekspektasian untuk kontrak jaminan keuangan adalah


pembayaran yang diekspektasi untuk mengganti pemegang jaminan atas kerugian kredit
yang terjadi dikurangi jumlah yang diharapkan entitas untuk diterima dari pemegang
jaminan, debitur, atau pihak lain.

d. Aset Keuangan yang Berasal dari Aset Keuangan yang Memburuk


ED PSAK 71 mensyaratkan entitas mengakui perubahan kumulatif atas kerugian
kredit ekspektasian sepanjang umurnya sejak pengakuan awal aset keuangan sebagai
penyisihan kerugian atas aset keuangan yang dibeli atau yang berasal dari aset keuangan
memburuk (purchased or originated credit-impaired financial assets) pada saat tanggal
pelaporan.

4. PENGUNGKAPAN
ED PSAK 71 mengusulkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang
mengidentifikasi dan menjelaskan:
A. Praktek manajemen risiko kredit, penjelasan meliputi:
a. Bagaimana penentuan terjadinya peningkatan risiko kredit secara signifikan
sejak pengakuan awal.
b. Definisi gagal bayar dan alasan pemilihan definisi
c. Pengelompokan instrumen dalam rangka perhitungan kerugian kredit ekspektasian
secara kolektif
d. Bagaimana entitas menentukan aset keuangan mengalami penurunan nilai kredit
e. Kebijakan hapus buku dan kebijakan untuk aset keuangan hapus buku yang masih
dapat ditagihkan
f. Pengakuan kerugian kredit ekspektasian pada aset keuangan yang dimodifikasi
oleh penerapan pembahasan Penurunan Nilai, meliputi:
o Input, asumsi dan teknik estimasi yang digunakan untuk menghitung kerugian
kredit ekspektasian 12 bulan dan sepanjang umurnya, penentuan risiko kredit
meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal, penentuan aset keuangan
mengalami penurunan nilai kredit
o Penggunaan informasi forward-looking dalam perhitungan kerugian kredit
ekspektasian
o Perubahan teknik estimasi dan asumsi yang signifikan selama periode laporan dan
alasan perubahan
B. Informasi kualitatif dan kuantitatif terkait jumlah yang timbul dari kerugian kredit
ekspektasian, penjelasan meliputi:
a. Rekonsiliasi dari saldo awal hingga saldo penutup kerugian penyisihan untuk
kredit ekspektasian 12 bulan dan sepanjang umurnya serta aset keuangan yang dibeli
atau berasal dari aset keuangan memburuk
b. Penjelasan seberapa signifikan perubahan pada jumlah tercatat bruto instrumen
keuangan selama periode laporan yang berkontribusi pada perubahan penyisihan
kerugian.
c. Penjelasan dampak efek modifikasi pada arus kas kontraktual terhadap kerugian
kredit ekspektasian
d. Informasi agunan dan perbaikan risiko kredit lainnya yang mempengaruhi
jumlah kerugian kredit ekspektasian
e. Jumlah yang dihapusbukukan selama periode laporan yang masih akan
ditagihkan
C. Eksposur risiko kredit, bertujuan untuk mempermudah pengguna laporan
keuangan mengakses risiko kredit dan memahami konsentrasi risiko kredit yang
signifikan. Untuk itu, entitas mengungkapkan per peringkat risiko kredit,
jumlah tercatat bruto aset keuangan dan eksposur risiko kredit dari komitmen
pinjaman dan kontrak jaminan keuangan. Pengungkapan masing-masing untuk
instrumen keuangan dengan kerugian penyisihan untuk kredit ekspektasian 12
bulan dan sepanjang umurnya serta aset keuangan yang dibeli atau berasal dari aset
keuangan memburuk.
Pengecualian untuk beberapa persyaratan pengungkapan yang diberikan untuk
piutang dagang dan piutang sewa yang dimana penyisihan kerugiannya
diukur menggunakan pendekatan yang disederhanakan.

5. AKUNTANSI LINDUNG NILAI


a. Kriteria Kualifikasian untuk Akuntansi Lindung Nilai
Menurut PSAK 55, hubungan lindung nilai dapat dianggap efektif jika
memenuhi persyaratan tes efektivitas 80-125%. Berbeda dengan PSAK 55, ED PSAK
71 menghilangkan persyaratan tes efektivitas tersebut dan memperkenalkan
persyaratan yang lebih umum (principle-based) menggunakan pertimbangan manajemen,
yaitu:
A. Terdapat hubungan ekonomik antara item lindung nilai dengan instrumen
lindung nilai
B. Pengaruh risiko kredit tidak mendominasi perubahan nilai yang
dihasilkan dari hubungan ekonomik tersebut
C. Rasio lindung nilai dari hubungan lindung nilai adalah rasio yang sama dari hasil
kuantitas item lindung nilai yang secara aktual dilindung nilai dan kuantitas
instrumen lindung nilai yang secara aktual digunakan entitas untuk melindung
nilai sejumlah kuantitas item lindung nilai tersebut.
b. Rebalancing Hubungan Lindung Nilai
ED PSAK 71 mensyaratkan jika hubungan lindung nilai tidak lagi
memenuhi persyaratan efektivitas lindung nilai terkait dengan rasio lindung nilai, namun
tujuan manajemen risiko hubungan lindung nilai tersebut ditetapkan sama, entitas
menyesuaikan rasio lindung nilai atas hubungan lindung nilai sehingga memenuhi
kriteria kualifikasian lagi.

6. AKUNTANSI UNTUK NILAI WAKTU DARI OPSI UNTUK ARUS


KAS DAN LINDUNG NILAI ATAS NILAI WAJAR
ED PSAK 71 mensyaratkan entitas untuk membedakan nilai waktu dari opsi
berdasarkan jenis dari item lindung nilai yang dilindung nilai oleh opsi: transaksi
yang berkaitan dengan item lindung nilai dan periode waktu yang berkaitan dengan
item lindung nilai. Ketika suatu entitas memisahkan nilai intrinsik dan nilai waktu
dari suatu kontrak opsi dan menetapkan hanya perubahan nilai intrinsik dari opsi
sebagai instrumen lindung nilai, entitas mencatat nilai waktu dari opsi.

Lindung Nilai atas Sekelompok Item


ED PSAK 71 mensyaratkan sekelompok item (termasuk suatu kelompok item yang
merupakan suatu posisi neto) merupakan item lindung nilai yang memenuhi syarat jika:
1. Terdiri dari item (termasuk kelompok item) yang secara tersendiri merupakan
item lindung nilai yang memenuhi syarat
2. Item dalam kelompok tersebut dikelola secara berkelompok untuk tujuan
manajemen risiko
3. Untuk lindung nilai atas arus kas untuk kelompok item yang variabilitas arus
kasnya diperkirakan tidak proporsional terhadap variabilitas keseluruhan
dalam arus kas kelompok sehingga posisi risiko yang saling hapus timbul.
DAFTAR PUSTAKA

FASB, APB No.4. Basic Concept and Accounting Principle Underlying Financial Statement of
Business Enterprise, AICP A, Inc, New York, 1970.
Financial Accounting Standards Board (FASB). 1976. Statement of Financial Accounting
Standards No. 13 Accounting for Leases. Stamford. Connecticut.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standard Akuntansi Keuangan, PSAK No.30 Salemba Empat, Jakarta
1994, par 30.1
International Accounting Standard Committee (IASC). International Accounting Standard No.
17 Accounting for Leases, September 1982. par. 2
Kieso, Donald E., Jerry J Weygandt., Terry D. Warfield (2002). Akuntansi Intermediate, Jilid
Ketiga, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai