TEORI AKUNTANSI
Tentang
ASET
PADANG
2018
1. BIAYA PINJAMAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN (PSAK) No. 26
a. TUJUAN
Tujuan Standar ini adalah untuk menentukan perlakukan akuntansi atas biaya
pinjaman. Secara umum standar ini mengharuskan pembebanan segera biaya pinjaman
pada saat terjadinya. Akan tetapi untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat
diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari suatu qualifying asset,
standar ini mengharuskan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut.
b. RUANG LINGKUP
1. Standar ini harus diterapkan untuk perlakukan akuntansi atas biaya pinjaman.
2. Standar ini menggantikan PSAK No. 26, Akuntansi Bunga Untuk Periode
Konstruksi, yang diberlakukan sejak tahun 1988.
3. Standar ini tidak mengatur biaya atas ekuitas (actual or imputed cost of equity).
c. PENGAKUAN
Biaya pinjaman harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya
pinjaman tersebut, kecuali untuk biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi.Biaya
pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau
produksi suatu Aktiva Tertentu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan
Aktiva Tertentu tersebut. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tersebut harus
ditentukan sesuai dengan standar ini.
Apabila nilai tercatat atau jumlah keseluruhan biaya yang diperkirakan atas suatu
Aktiva Tertentu melebihi jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau nilai realisasi
bersih, maka nilai tercatat tersebut harus disesuaikan dengan mengacu kepada Standar
Akuntansi Keuangan lain yang berlaku.
Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aktiva dimulai
apabila:
g. PENGHENTIAN KAPITALISASI
Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam sautu periode yang
cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda aktivit as perolehan,
pembangunan ataupun produksi.
Biaya pinjaman mungkin saja tetap ada selama perusahaan menunda atau
memberhentikan untuk sementara waktu aktivitas untuk memperoleh, membangun atau
memproduksi Aktiva Tertentu, biaya pinjaman selama masa ini tidak boleh
dikapitalisasi. Pada keadaan tertentu, dapat saja terjadi penundaan atau pemberhentian
sementara dar aktivitas konstruksi fisik karena menunggu penyelesaian dari pekerjaan
teknik atau administrasi yang sedang berlangsung. Dalam keadaan ini kapitalisasi biaya
pinjaman tetap berlangsung. Keadaan lainnya dimana kapitalisasi biaya pinjaman tetap
berlangsung walaupun ada penundaan/pemberhentian sementara aktivitas untuk
memperoleh, membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu, yaitu dimana dalam
proses memperoleh, membangun atau memproduksi secara teknik diharuskan atau
dibutuhkan penundaan aktivitas. Misalnya, dalam proses pembangunan jembatan,
kegiatan konstruksi fisik harus dihentikan sementara karena permukaan air sungai
sedang pasang, dalam keadaan ini kapitalisasi biaya pinjaman tetap berlangsung hanya
apabila di daerah tersebut naiknya permukaan air merupakan hal yang wajar.
Untuk suatu area perkantoran yang didalamnya terdapat beberapa gedung, maka
masing- masing gedung dapat dianggap sebagai Aktiva Tertentu tersendiri, karena
apabila gedung pertama telah selesai dapat langsung digunakan, dijual atau disewakan
sesuai dengan tujuannya tanpa harus tergantung dengan penyelesaian gedung kedua.
Hal ini berbeda dengan pembangunan suatu pabrik yang melibatkan beberapa tahapan
proses produksi, pembangunan pabrik ini baru dapat dianggap selesai, bila seluruhnya
selesai karena bagian yang lebih dulu secara fisik telah selesai tetap tidak dapat
digunakan apabila bagian terakhir dari pembangunan pabrik selesai.
i. PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. Akuntansi untuk biaya pinjaman.
b. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi untuk periode yang bersangkutan.
c. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
a. PENGERTIAN LEASING
Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee
untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya,
lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Sewa pembiayaan
(finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat
juga tidak dialihkan. Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan.
Sewa yang tidak dapat dibatalkan (non-cancellable lease) adalah sewa yang hanya dapat
dibatalkan :
a. Dengan terjadinya kondisi kontinjensi yang kemungkinan terjadinya sangal kecil.
b. Dengan persetujuan lessor.
c. Jika lessee mengadakan perjanjian sewa baru atas aset yang sama atau aset yang
setara dengan lessor yang sama,
d. Bila ada pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee
sehingga secara ekonomis dapat dipastikan tidak akan ada pembatalan.
b. Tujuan IAS 17
IAS 17 digunakan untuk semua sewa guna usaha yang ada, selain sewa guna usaha
untuk pertambangan, minyak, gas alam, dan jenis-jenis sumber daya alam lainnya, dan juga
dalam bidang pembuatan film, video, game, naskah, hak cipta, dan sejenisnya. [IAS 17.2]
Tujuan dari IAS 17 adalah menentukan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan
sewa guna usaha (leases) dan pencatatannya dalam laporan keuangan yang digunakan secara
multinasional.
Terdapat jenis-jenis leasing yang di tetapkan oleh PSAK No. 30 yaitu sebagai berikut:
Selain itu, di dalam penelitian Sinurat (2006) menjelaskan transaksi sewa guna usaha
dikelompokkan sebagai capital lease bagi penyewa guna usaha atau finance lease bagi
perusahaan sewa guna usaha apabila dipenuhi semua kriteria atas asas makna ekonomi
sebagai berikut:
1. Penyewa memiliki hak opsi atas aktiva yang disewa pada masa sewa dengan harga yang
disetujui bersama pada saat perjanjian sewa.
2. Seluruh pembayaran yang dilakukan penyewa secara berkala, ditambah dengan nilai sisa
termasuk pengembalian perolehan barang modal serta bunga yang di sewakan adalah
sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha.
3. Masa sewa minimum lima tahun.
d. PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING
Pada transaksi leasing terdapat jenis-jenis leasing yang telah di jelaskan sebelumnya,
dalam perlakuan akuntansi leasing hanya dikenal capital lease dan operating lease baik bagi
lessor ataupun bagi lessee. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam perlakuan
akuntansi leasing:
Perlakuan akuntansi atas capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAK No. 30
adalah:
(1) Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir
masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna
dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban
bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna
usaha.
(2) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha
atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
(3) Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar
berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
(4) Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau dikreditkan pada tahun
berjalan.
(5) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.
(6) Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback)
maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang
dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus
dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.
Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30
adalah: (1) Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam
kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah
dari kewajiban lainnya. (2) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas
laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.
b) Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.
c) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
d) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan
transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback).
e) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.
Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas
laporan keuangan mengenai pelaporan dan pengungkapan transaksi operating lease adalah:
(1) Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai
biaya sewa.
(2) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak dua tahun
berikutnya.
(3) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
(4) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan
dengan transaksi sale and leaseback.
(5) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha
(major covenants).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perusahaan di dalam
memperoleh aktiva tetap atau barang modal, perusahaan memiliki beberapa cara, salah satu
cara yang diambil oleh perusahaan adalah dengan melakukan leasing. Akuntansi melihat
perkembangan sewa guna usaha (leasing) yang pesat di Indonesia, sehingga diperlukan suatu
acuan mengenai perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha secara khusus. Ada beberapa
perlakuan akuntansi yaitu transaksi capital leasse, transaksi operating lease, capital leasse
oleh penyewa usaha, sewa guna usaha operating lease. Dengan perlakuan akuntansi atas
transaksi sewa guna usaha secara tepat, diharapkan dapat dimengerti, dapat diperbandingkan
dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna kepentingan.
a. TUJUAN
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prinsip untuk pelaporan
keuangan atas aset keuangan dan liabilitas keuangan yang akan menyajikan informasi
relevan dan berguna bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan penilaian terhadap
jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan entitas.
b. RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan oleh seluruh entitas untuk seluruh jenis instrumen
keuangan, kecuali:
1. Kepentingan dalam entitas anak, entitas asosiasi atau ventura bersama yang dicatat
sesuai dengan PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian, PSAK 4: Laporan
Keuangan Tersendiri atau PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura
Bersama. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, PSAK 4, PSAK 15, PSAK 65
mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mencatat kepentingan dalam entitas
anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama sesuai dengan beberapa atau semua
persyaratan dalam Pernyataan ini. Entitas juga menerapkan Pernyataan ini untuk
derivatif atas kepentingan dalam entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama
kecuali derivatif tersebut memenuhi definisi instrumen ekuitas entitas dalam PSAK
50: Instrumen Keuangan: Penyajian.
2. Hak dan kewajiban dalam sewa yang diatur dalam PSAK X tentang Sewa. Akan tetapi:
o Piutang sewa pembiayaan (yaitu investasi neto dalam sewa pembiayaan) dan
piutang sewa operasi yang diakui lessor mengikuti persyaratan penghentian
pengakuan dan penurunan nilai dalam Pernyataan ini
o Liabilitas sewa pembiayaan yang diakui oleh lessee mengikuti persyaratan dalam
penghentian pengakuan dalam Pernyataan ini
o Derivatif yang melekat pada sewa menggikuti persyaratan mengenai derivatif
melekat dalam Pernyataan ini.
3. hak dan kewajiban pemberi kerja berdasarkan program imbalan kerja yang diatur dalam
PSAK 24: Imbalan Kerja.
4. Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh entitas yang memenuhi definisi instrumen
ekuitas dalam PSAK 50 (termasuk opsi dan waran) atau yang disyaratkan untuk
diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas sesuai dengan PSAK 50 paragraf 16A
dan 16B atau 16C dan 16D. Akan tetapi, pemegang instrumen ekuitas tersebut
menerapkan Pernyataan ini pada instrumen tersebut, kecuali instrumen tersebut
memenuhi pengecualian dalam huruf (a).
5. Hak dan kewajiban yang timbul dalam:
o Kontrak asuransi sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi,
selain hak dan kewajiban penerbit yang timbul dalam kontrak asuransi yang
memenuhi definisi kontrak jaminan keuangan
o Kontrak dalam ruang lingkup PSAK 62 karena kontrak tersebut berisi fitur partisipasi
tidak mengikat. Akan tetapi, Pernyataan ini diterapkan untuk derivatif yang melekat
pada kontrak dalam ruang lingkup PSAK 62 jika derivatif tersebut tidak dengan
sendirinya merupakan kontrak yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 62. Selain
itu, jika penerbit kontrak jaminan keuangan telah menegaskan secara
eksplisit sebelumnya bahwa kontrak tersebut dianggap sebagai kontrak asuransi
dan telah menggunakan akuntansi yang dapat diterapkan untuk kontrak asuransi,
maka penerbit dapat memilih untuk menerapkan Pernyataan ini atau PSAK 62 pada
kontrak jaminan keuangan tersebut. Penerbit dapat memutuskan pilihan tersebut
berdasarkan kontrak demi kontrak, tetapi pemilihan untuk setiap kontrak tersebut
tidak dapat dibatalkan.
6. Kontrak forwardantara pihak pengakuisisi dan pemegang saham penjual untuk
membeli atau menjual pihak yang diakuisisi yang akan menghasilkan
kombinasi bisnis dalam ruang lingkup PSAK 22: Kombinasi Bisnis pada tanggal
akuisisi masa yang akan datang. Ketentuan dari kontrak forward tidak dapat
melebihi jangka waktu sewajarnya yang dibutuhkan untuk memperoleh persetujuan
yang disyaratkan dan untuk menyelesaikan transaksi dimaksud.
7. Komitmen pinjaman. Akan tetapi, penerbit komitmen pinjaman menerapkan
persyaratan penurunan nilai dalam Pernyataan ini untuk komitmen pinjaman yang
berada di dalam ruang lingkup Pernyataan ini. Seluruh komitmen pinjaman yang
mengikuti persyaratan penghentian pengakuan dalam Pernyataan ini.
8. Instrumen keuangan, kontrak dan kewajiban dalam transaksi pembayaran berbasis
saham yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 53: Pembayaran Berbasis
Saham
9. Hak atas pembayaran untuk penggantian pengeluaran entitas yang disyaratkan
untuk menyelesaikan liabilitas yang diakui sebagai provisi sesuai dengan PSAK 57:
Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi, atau untuk periode yang lebih awal,
diakui sebagai provisi sesuai dengan PSAK 57.
10. Hak dan kewajiban dalam ruang lingkup PSAK tentang Pendapatan yang merupakan
instrumen keuangan, kecuali yang menurut PSAK tentang Pendapatan dicatat
berdasarkan Pernyataan ini.
c. KLASIFIKASI
Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lainnya jika
kondisi berikut terpenuhi:
a. Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang tujuannya akan terpenuhi dengan
mendapatkan arus kas kontraktual dan menjual aset keuangan
b. Persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan hak pada tanggal
tertentu atas arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga dari jumlah
pokok terutang.
3. PENURUNAN NILAI
a. Pengakuan Kerugian Kredit Ekspektasian
ED PSAK 71 memperkenalkan metode kerugian kredit ekspektasian dalam mengukur
kerugian instrumen keuangan akibat penurunan nilai instrumen keuangan. Berbeda
dengan PSAK 55 sebelumnya yang mengakui kerugian kredit pada saat peristiwa kerugian
kredit terjadi, metode yang diperkenalkan ED PSAK71 ini mensyaratkan pengakuan segera
atas dampak perubahan kerugian kredit ekspektasian setelah pengakuan awal aset
keuangan. Berdasarkan ED ini, entitas mengukur penyisihan kerugian instrumen
keuangan sejumlah kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko
kredit atas instrumen keuangan tersebut telah meningkat secara signifikan sejak
pengakuan awal.
Jika pada tanggal pelaporan, risiko kredit atas instrumen keuangan tidak meningkat
secara signifikan sejak pengakuan awal, entitas mengukur penyisihan kerugian untuk
instrumen keuangan tersebut sejumlah kerugian kredit ekspektasian 12 bulan.
Kerugian dimaksud merepresentasikan kerugian kredit ekspektasian yang timbul dari
peristiwa gagal bayar instrumen keuangan yang mungkin terjadi dalam 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
4. PENGUNGKAPAN
ED PSAK 71 mengusulkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang
mengidentifikasi dan menjelaskan:
A. Praktek manajemen risiko kredit, penjelasan meliputi:
a. Bagaimana penentuan terjadinya peningkatan risiko kredit secara signifikan
sejak pengakuan awal.
b. Definisi gagal bayar dan alasan pemilihan definisi
c. Pengelompokan instrumen dalam rangka perhitungan kerugian kredit ekspektasian
secara kolektif
d. Bagaimana entitas menentukan aset keuangan mengalami penurunan nilai kredit
e. Kebijakan hapus buku dan kebijakan untuk aset keuangan hapus buku yang masih
dapat ditagihkan
f. Pengakuan kerugian kredit ekspektasian pada aset keuangan yang dimodifikasi
oleh penerapan pembahasan Penurunan Nilai, meliputi:
o Input, asumsi dan teknik estimasi yang digunakan untuk menghitung kerugian
kredit ekspektasian 12 bulan dan sepanjang umurnya, penentuan risiko kredit
meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal, penentuan aset keuangan
mengalami penurunan nilai kredit
o Penggunaan informasi forward-looking dalam perhitungan kerugian kredit
ekspektasian
o Perubahan teknik estimasi dan asumsi yang signifikan selama periode laporan dan
alasan perubahan
B. Informasi kualitatif dan kuantitatif terkait jumlah yang timbul dari kerugian kredit
ekspektasian, penjelasan meliputi:
a. Rekonsiliasi dari saldo awal hingga saldo penutup kerugian penyisihan untuk
kredit ekspektasian 12 bulan dan sepanjang umurnya serta aset keuangan yang dibeli
atau berasal dari aset keuangan memburuk
b. Penjelasan seberapa signifikan perubahan pada jumlah tercatat bruto instrumen
keuangan selama periode laporan yang berkontribusi pada perubahan penyisihan
kerugian.
c. Penjelasan dampak efek modifikasi pada arus kas kontraktual terhadap kerugian
kredit ekspektasian
d. Informasi agunan dan perbaikan risiko kredit lainnya yang mempengaruhi
jumlah kerugian kredit ekspektasian
e. Jumlah yang dihapusbukukan selama periode laporan yang masih akan
ditagihkan
C. Eksposur risiko kredit, bertujuan untuk mempermudah pengguna laporan
keuangan mengakses risiko kredit dan memahami konsentrasi risiko kredit yang
signifikan. Untuk itu, entitas mengungkapkan per peringkat risiko kredit,
jumlah tercatat bruto aset keuangan dan eksposur risiko kredit dari komitmen
pinjaman dan kontrak jaminan keuangan. Pengungkapan masing-masing untuk
instrumen keuangan dengan kerugian penyisihan untuk kredit ekspektasian 12
bulan dan sepanjang umurnya serta aset keuangan yang dibeli atau berasal dari aset
keuangan memburuk.
Pengecualian untuk beberapa persyaratan pengungkapan yang diberikan untuk
piutang dagang dan piutang sewa yang dimana penyisihan kerugiannya
diukur menggunakan pendekatan yang disederhanakan.
FASB, APB No.4. Basic Concept and Accounting Principle Underlying Financial Statement of
Business Enterprise, AICP A, Inc, New York, 1970.
Financial Accounting Standards Board (FASB). 1976. Statement of Financial Accounting
Standards No. 13 Accounting for Leases. Stamford. Connecticut.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standard Akuntansi Keuangan, PSAK No.30 Salemba Empat, Jakarta
1994, par 30.1
International Accounting Standard Committee (IASC). International Accounting Standard No.
17 Accounting for Leases, September 1982. par. 2
Kieso, Donald E., Jerry J Weygandt., Terry D. Warfield (2002). Akuntansi Intermediate, Jilid
Ketiga, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.