Anda di halaman 1dari 11

155

Muhammadiyah Journal of Nursing

Sebastianus K.T.1, Tri Wulandari K.2, Efektifitas Kombinasi Terapi Musik Dan Slow
Azizah Khoiriyati3.
Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan
Program Studi Magister Keperawatan, Program Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Darah Pada Pasien Hipertensi
Email: sebastiankurniadi@ymail.com

ABSTRAK ABSTRACT
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah Hypertension is an increasing of blood pressure that
yang tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun does not cause symptoms for many years until there
sampai terjadi kerusakan organ bermakna dan penyebab is asignificant organ damage and the cause of the
morbiditas meningkat di Indonesia. Kombinasi terapi increasing of morbidity and mortality in Indonesia.
musik dan slow deep breathing membantu mengontrol The combination of music therapy and slow deep
tekanan darah secara bertahap, sehingga menncegah breathing help controlling blood pressure gradually.
pasien tidak mengalami komplikasi. Tujuan penelitian This condition will maintain the patient to not
ini adalah mengetahui efek kombinasi terapi musik experience complications. The purpose of this research
dengan slow deep breathing terhadap penurunan is to determine the effects of music therapy combined
tekanan darah pada pasien hipertensi primer. with slow deep breathing to decrease blood pressure in
Jenis penelitian ini adalah quasy-experiment dengan patients with hypertension.
pretest-posttest control group design. Sampel sebanyak This research is quasy-experiment with pretest-
56 responden penderita hipertensi primer di Wilayah posttest control group design. Samples in this study
Kerja Puskesmas Alak yang dibagi menjadi 28 orang are 56 respondents who are the patients with primary
kelompok perlakuan dan 28 orang kelompok kontrol hypertension in Alak Public Health Centerwhich are
diambil dengan metode simple random sampling. divided into 28 people for treatment group and 28
Variabel independen: kombinasi terapi musik dan slow people for control group by simple random sampling.
deep breathing sedangkan dependen: tekanan darah. The first stage iscarrying out the measurements of
Tahap pertama dilakukan pengukuran tekanan darah blood pressure and giving intervention in the treatment
dan diberikan perlakuan kombinasi terapi musik dan group for 20 minutes, then measuring blood pressure.
slow deep breathing pada kelompok perlakuan selama Meanwhile, the blood pressureof control group is
20 menit kemudian diukur tekanan darah, sedangkan measured. The second stage is 4 times monitoring visits
kelompok kontrol hanya diukur tekanan darah saja. in the group treated for 2 weeks and the post data in the
Tahap kedua monitoring 4 kali kunjungan pada control group at the end of the second week. The dataof
kelompok perlakuan selama 2 minggu dan post pada average changes in per-post are analyzed using the
kelompok kontrol pada akhir minggu ke 2. Wilcoxon test and comparison of two groups using the
Data tidak terdistribusi normal sehingga perubahan Mann-Whitney test.
rata-rata tekanan darah dianalisis dengan uji Wilcoxon The result shows the average change in blood pressure
dan perbedaan antara kelompok perlakuan dan treatment group is higher than the control group. The
kontrol menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil statistic analysis of p value of systolic and diastolic
penelitian menunjukkan penurunan rata-rata tekanan blood pressure is<0.05. There is a decrease in changes in
darah kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan systolic and diastolic blood pressure (p value = 0.000) of
kelompok kontrol. Hasil analisis statistik dengan treatment group and the control group.
Wilcoxon p-value tekanan darah sistolik (p=0,000) dan It can be concluded that the combination of music
diastolik (p=0,000). Terdapat penurunan perubahan therapy with slow deep breathing is effective in
tekanan darah sistolik dan diastolik (p-value = 0,000) lowering the blood pressure of patients with primary
antara kelompok perlakuan dan kontrol. hypertension and there is a change in blood pressure of
Disimpulkan kombinasi terapi musik dengan slow deep treatment group and control group.
breathing efektif menurunkan tekanan darah pasien
hipertensi primer. Key words: Blood Pressure, Combination of music
therapy and slow deep breathing, Hypertension
Kata kunci : Hipertensi primer, Terapi kombinasi, musik-
slow deep breathing.
156
Muhammadiyah Journal of Nursing

PENDAHULUAN Peningkatan curah jantung dapat terjadi karena


Salah satu penyakit tidak menular yang akan adanya peningkatan denyut jantung, volume
menjadi prioritas masalah kesehatan saat ini sekuncup dan peningkatan peregangan serat-
adalah hipertensi karena perjalanan penyakit serat otot jantung yang berdampak otot-otot
hipertensi sangat perlahan dan mungkin penderita jantung akan menebal (hipertrofi) sehingga fungsi
penyakit hipertensi tidak menunjukkan gejala jantung akan menurun dan mengakibatkan
selama bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan payah jantung, infark miokardium atau gagal
organ yang bermakna (silent killer) (Prince, jantung. Oleh karena itu, perlu penanganan yang
2005). Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab baik sehingga dapat mencegah komplikasi akibat
kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia hipertensi seperti diatas.
atau sekitar 13% dari total kematian. Menurut Menurut Joint National Committee on
Harvard Health Publications (2009) dan laporan Detection, Evaluation, and Treatment of Hingh
statistik Badan Kesehatan Dunia/ WHO (2012) di Blood Pressure/ JNC (2003). Penanganan
Amerika sebanyak 54 juta penduduk mengalami hipertensi dilakukan dengan dua cara yaitu secara
prehipertensi. Survey kesehatan dasar 2013 yang farmakologis dan nonfarmakologis. Beberapa
dilakukan Kementrian Kesehatan menunjukan terapi nonfarmakologis yang dapat menurunkan
hasil pengukuran tekanan darah pada umur 18 tekanan darah melalui penelitian adalah terapi
tahun keatas sebesar 25,8%. Sedangkan jumlah musik dan slow deep breathing (Tim terapi musik,
penderita hipertensi di Indonesia yang didapat 2010; Anderson, 2008). Terapi musik adalah salah
melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan satu terapi nonfarmakologis yang bertujuan untuk
sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan meningkatkan kualitas fisik dan mental melalui
atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,
ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir
yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang
sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7%. bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
Jadi jumlah penderita hipertensi di Indonesia Selain terapi musik terapi lain yang efektif berupa
sebesar 26,5%. Berdasarkan data yang diperoleh terapi relaksasi nafas dalam (slow deep breathing)
dari Puskesmas Alak Kota Kupang menunjukkan (Izzo, 2008). Bernafas lambat adalah mengurangi
pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi frekuensi pernafasan dari 16-19 kali permenit
sebanyak 297 orang. Hal ini membuktikan masih menjadi 10 kali permenit atau kurang (Anderson,
tingginya angka hipertensi di kota Kupang. Selain 2008). Melakukan pernafasan yang dalam dan
itu, menunjukkan bahwa tingkat kesadaran lambat, akan memberikan kesempatan kepada
masyarakat masih rendah terhadap penyakit tubuh untuk melakukan pernafasan diafragma
hipertensi, sehingga masyarakat yang menyadari dan secara dramatis dapat mengubah fisiologis
dirinya hipertensi juga masih sedikit (Sja’bani, hidup karena mengaktifkan pusat-pusat relaksasi
2008). dalam otak (Lovastatin, 2005). Efek relaksasi dari
Hipertensi primer atau hipertensi essensial terapi musik dan slow deep breathing dapat
merupakan hipertensi yang tidak diketahui memperlebar dan melenturkan pembuluh darah,
penyebabnya (Anggraini, et al, 2009). Pada mengaktivkan impuls aferen dari baroreseptor
beberapa pasien hipertensi primer terdapat sehingga mencapai pusat jantung yang akan
kecenderungan herediter yang kuat (Guyton merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan
and Hall, 2008). Hipertensi dapat ditimbulkan menghambat pusat simpatis (kardioakseleator),
dari peningkatan curah jantung (Ganong, 2003). sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik
157
Muhammadiyah Journal of Nursing

yang dapat memperlancar peredaran darah di METODE


seluruh tubuh, penurunan denyut dan daya Penelitian ini menggunakan eksperimen
kontraksi jantung (Muttaqin, 2009). semu (quasy-experiment) pretest-posttest control
Peningkatan tekanan darah dapat diakibatkan group design. Populasi dalam penelitian ini
dari stimulus internal dan eksternal serta tingkat adalah semua pasien hipertensi sebanyak 297
adaptasi (fokal, kontestual dan residual) yang orang (data tahun 2013) di puskesmas Alak
mempengaruhi mekanisme koping individu Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sampel
secara regulator (homeostasis terganggu) dan dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi
kognator yang berperan pada sistem limbik primer sebanyak 56 pasien yang dibagi menjadi
sehingga mempengaruhi sistem saraf otonom, 2 kelompok yaitu 28 pasien kelompok intervensi
dengan pemberian komplementari terapi dan 28 pasien kelompok kontrol, baik laki-laki
nonfarmakologis berupa kombinasi terapi musik maupun perempuan yang menjalani pengobatan
dan slow deep breathing memberikan dampak di puskesmas Alak. Pengambilan sampel dalam
yang sama yaitu mengstimulasi respons saraf penelitian ini menggunakan simple random
otonom melalui pengeluaran neurotransmitter sampling. Variabel independen (bebas) dalam
endorphin yang berefek pada penurunan penelitian ini adalah kombinasi terapi musik dan
respon saraf simpatis dan peningkatan slow deep breathing sedangkan variabel dependen
respon parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis (terikat) dalam penelitian ini adalah tekanan
meningkatkan aktivitas tubuh, sedangkan respons darah. Waktu penelitian untuk pengumpulan
parasimpatis lebih banyak menurunkan aktivitas data dilakukan selama 2 minggu. Data yang
tubuh atau relaksasi sehingga dapat menurunkan didapatkan berupa krakteristik responden dan
aktivitas metabolik yang berdampak pada fungsi tekanan darah. Analisa data dalam penelitian ini
jantung, tekanan darah dan pernafasan. Kondisi menggunakan uji wilcoxon untuk melihat selisih
ini akan meningkatkan adaptasi fisiologis dan pre dan post dalam satu kelompok serta uji mann-
rasa nyaman pada individu (Velkumary & whitney untuk membandingkan perbedaan pada
Madanmohan, 2004; Tommey & Aligood, 2006; data dua kelompok karena data terdistribusi
Tuner, 2010). tidak normal.

HASIL
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan,
riwayat keluarga hipertensi, riwayat merokok, dan pengobatan di Puskesmas Alak Juli-Agustus 2014
(n=28)

Intervensi Kontrol
Variabel p-value
(n=28) (n=28)
Usia (Mean, ±SD) 51,89, ±5,28 51,39, ±4,93 0,71*
Jenis Kelamin (N, %)
Laki-laki 8 28,6 11 39,3 0,39**
Perempuan 20 71,4 17 60,7
Riwayat Keluarga Hipertensi (N, %)
Tidak 12 42.9 14 50 0,59**
Ya 16 57.1 14 50
158
Muhammadiyah Journal of Nursing

Riwayat Merokok (N, %)


Tidak 20 71,4 18 64,3 0,56**
Ya 8 28,6 10 35,7
Terapi pengobatan (N, %)
Tidak 1 3,6 1 3,6 1,00**
Ya 27 96,4 27 96,4
Pendidikan Terakhir (N, %)
Tidak Sekolah 5 17,9 5 17,9
SD 11 39,3 5 17,9 0,36***
SMP 5 17,9 10 35,7
SMA 7 25 8 28,6
Pekerjaan (N, %)
IRT 11 39,3 7 25
Petani 4 14.3 6 21.4
0,61***
Wiraswasta 7 25 8 28,6
Swasta 0 0 6 21,4
PNS 6 21,4 1 3,6

* p > 0,05 tidak ada perbedaan karakteristik, hasil uji Independet t-test.
** p > 0,05 tidak ada perbedaan karakteristik, hasil uji Chi-Square.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada terapi pengobatan, pendidikan dan pekerjaan
perbedaan karakteristik usia, jenis kelamin, antara kelompok intervensi dan kelompok
riwayat keluarga hipertensi, riwayat merokok, kontrol.

Tabel 2 Rata-rata tekanan darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan setelah
diberikan kombinasi terapi musik dan slow deep breathing di wilayah kerja Puskesmas Alak
Juli-Agustus 2014 (n=56)

Kunjungan ke
Tekanan darah
I II III IV
/ kelompok
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
Sistolik
Intervensi 169,29 160,00 163,21 153,57 155,36 146,79 147,50 139.29
mmHg (SD) (16,31) (16,10) (14,15) (13,66) (12,90) (13,62) (12,94) (13,58)
Kontrol 159,64 157,14 - - - - 155,00 152,86
mmHg (SD) (11,70) (7,12) (6,39) (4,60)
Doastolik
Intervensi 105,00 99,29 100,71 97,14 97,86 93,57 94,64 90,71
mmHg (SD) (8,81) (6,62) (5,39) (6,58) (5,68) (6,21) (5,07) (7,66)
Kontrol 99,29 95,71 - - - - 97,86 95,36
mmHg (SD) (5,39) (5,04) (4,17) (5,07)

Tabel 2. Menunjukan rata-rata perubahan tekanan kunjungan I hingga post kunjungan ke IV pada
darah sistolik dan diastolik menurun dari pre kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
159
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 3. Rata-rata selisih tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah terapi musik dan slow deep
breathing pada kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Alak Juli-Agustus 2014
(n=28)

Nilai delta p-value


Kelompok Mean Rank Z
kunjungan ke
I 13,50 -5,099 0,000*
II 14,00 -5,196 0,000*
Intervensi III 12,50 -4,899 0,000*
IV 12,00 -4,796 0,000*
I dan IV** 14,50 -4,782 0,000*
I 8,00 -5,099 0,071
Kontrol IV 8,50 -5,196 0,134
I dan IV** 10,93 -4,899 0,004*

* p < 0,05 Signifikan hasil uji Wilcoxon


** Tekanan darah sistolik pre kunjungan I dan post kunjungan IV

Tabel 3 menunjukkan pada kelompok intervensi setelah dua minggu, sedangkan pada kelompok
terjadi perubahan tekanan darah siatolik (pre- kontrol perubahan tekanan darah Signifikan
post) secara Signifikan setiap kali kunjungan dan setelah dua minggu.

Tabel 4. Rata-rata selisih tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah terapi musik dan slow deep
breathing pada kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Alak Juli-Agustus 2014
(n=28)

Nilai delta p-value


Kelompok Mean Rank Z
kunjungan ke
I 8,50 -4,000 0,000*
II 6,50 -2,887 0,004*
Intervensi III 7,50 -3,207 0,001*
IV 7,00 -3,051 0,002*
I dan IV** 13,50 -4,579 0,000*
I 7,50 -2,673 0,008*
Kontrol IV 8,00 -1,807 0,071
I dan IV** 7,58 -2,668 0,008*

* p < 0,05 Signifikan hasil uji Wilcoxon


** Tekanan darah diastolik pre kunjungan I dan post kunjungan IV

Tabel 4 menunjukkan pada kelompok intervensi setelah dua minggu, sedangkan pada kelompok
terjadi perubahan tekanan darah siatolik (pre- kontrol perubahan tekanan darah Signifikan pada
post) secara Signifikan setiap kali kunjungan dan kunjungan I dan setelah dua minggu.
160
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 5. Perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
mendapatkan kombinasi terapi musik dan slow deep breathing pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Alak Juli-Agustus 2014 (n=56)

Tekanan Nilai delta


Kelompok Mean Rank Z p-value
Darah kunjungan ke
Intervensi 36,14 0,000*
I -4,215
Kontrol 20,86
Intervensi 34,95
Sistolik IV -3,421 0,004*
Kontrol 22,05
Intervensi 41,46
I Pre dan IV Post** -6,117 0,000*
Kontrol 15,54
Intervensi 30,93 0,206
I -1,266
Kontrol 26,07
Intervensi 29,84
Diastolik IV -0,685 0,493
Kontrol 27,16
Intervensi 37,52
I Pre dan IV Post** -4,430 0,000*
Kontrol 19,48

* p < 0,05 Signifikan hasil uji Mann-Whitney


** Tekanan darah sistolik pre kunjungan I dan post kunjungan IV

Tabel 5 menunjukkan pada kelompok tekanan darah sistolik dan diastolik sebelun dan
intervensi dan kelompok kontrol terjadi sesudah diberikan terapi musik dan slow deep
perbedaan penurunan tekanan darah siatolik breathing pada kelompok intervensi lebih tinggi
secara Signifikan setiap kali kunjungan dan dibandingkan pada kelompok kontrol.
setelah dua minggu, sedangkan pada tekanan Selanjutnya hasil analisis untuk
darah diastolik perbedaan penurunan Signifikan membandingkan kedua kelompok dengan Mann-
setelah dua minggu. Whitney terdapat perbedaan perubahan tekanan
darah antara kelompok intervensi dengan tekanan
PEMBAHASAN darah pada kelompok kontrol secara signifikan.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi Perbedaan tekanan darah antara kelompok
data tidak normal berdasarkan hasil uji statistik intervensi lebih tinggi dari pada kelompok
dengan Wilcoxon di dapatkan perubahan kontrol.
tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian Tekanan darah ditentukan oleh faktor daya
kombinasi terapi musik dan slow deep breathing dorong darah dari jantung (cardiac ouput) dan
pada kelompok intervensi setiap kali kunjungan tahanan terhadap aliran darah yang melewati
dan setelah dua minggu terdapat penurunan pembuluh darah perifer. Perangsangan dari
tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien saraf simpatis meningkatkan daya dorong oleh
hipertensi primer secara signifikan, sedangkan jantung dan tahanan perifer total, yang biasanya
pada kelompok kontrol setiap kali kunjungan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain
menunjukkan penurunan tekanan darah tidak itu aliran balik vena juga diatur oleh saraf simpatis
signifikan dan setelah 2 minggu menunjukkan ada yang akan menkontriksi pembuluh darah vena
penurunan tekanan darah signifikan. Perubahan (Guyton & Hall, 2008). Pengaruh denyut jantung
161
Muhammadiyah Journal of Nursing

terhadap curah jantung sangat bergantung pada secara fisik dan psikis. Apabila tubuh merasa
keseimbangan ransangan antara saraf simpatis nyaman sistem kerja tubuh akan sesuai, jantung
dan parasimpatis, dengan ransangan simpatis berdenyut secara normal, transport oksigen pada
dapat meningkatkan denyut jantung, sedangkan sel tubuh terpenuhi, metabolisme tubuh sesuai
saraf parasimpatis memberikan pengaruh kebutuhan, homeostasis tubuh seimbang dan
sebaliknya (Ronny, 2010). tidak memicu timbulnya stresor. Kondisi ini
Kombinasi terapi musik dan slow deep akan mengoptimalkan tubuh dalam mengatasi
breathing termasuk dalam terapi nonfarmakologis terjadinya komplikasi penyakit hipertensi
pada pasien hipertensi primer dengan (Anderson, et al. 2011; Nilsson, 2010).
memberikan hasil yang sinergis pada tubuh. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Melakukan slow deep breathing secara teratur yang dilakukan penelitian Grosman, et al.
akan meningkatkan sensitivitas baroreseptor (2001) tentang kontrol nafas lambat dan dalam
dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin dengan pemberian musik interaktif pada
sehingga mengstimulasi respons saraf otonom pasien hipertensi tahap I. Jumlah responden
yang berpengaruh dalam menghambat pusat pada penelitian ini sebanyak 33 pasien dengan
simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan pembagian 18 pasien kelompok intervensi dan 15
merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan pasien kelompok kontrol. Intervensi dilakukan
aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi selama 10 menit setiap pagi selama 8 minggu di
ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi rumah. Hasil penelitian menunjukkan penurunan
cardiovasculer contro center (CCC) yang akan rata-rata tekanan darah dalam pengukuran
menyebabkan penurunan heart rate, stroke setiap hari tekanan darah sistolik sebesar 5,0
volume, sehingga menurunkan cardiac output, mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,7
proses ini memberikan efek menurunkan tekanan mmHg dan setelah 4 minggu penurunan tekanan
darah (Joohan, 2000). darah sebesar 10 poin. Pada kelompok kontrol
Rangsangan musik ternyata dapat pengukuran setiap hari rata-rata tekanan darah
menghambat dan menyeimbangkan gelombang sistolik 1,2 mmHg dan tekanan darah diastolik 0,9
otak, mampu mengaktivasi sistem limbik yang mmHg dan setelah 4 minggu sebesar 6 poin.
berhubungan dengan emosi, saat sistem limbik Penelitian yang dilakukan oleh Schein, et al.
teraktivasi otak menjadi rileks. Alunan musik juga (2001). Penelitian terhadap 61 pasien hipertensi,
dapat mempengaruhi aktivitas simpatoadrenergik 32 pasien kelompok intervensi melakukan nafas
yang berperan dalam konsentrasi katekolamin lambat dan dalam dengan kontrol musik dan
plasma dan juga mempengaruhi dalam pelepasan 29 pasien sebagai kelompok kontrol dijelaskan
stress-released hormone serta mengstimulasi musik. Penelitian dilakukan selama 10 menit/
tubuh untuk memproduksi molekul nitric oxide hari dalam waktu 8 minggu. Hasil penelitian
(NO) yang bekerja pada tonus pembuluh darah menunjukan bahwa perbedaan selisih rata-rata
yang dapat mengurangi tekanan darah. Dengan tekanan darah setiap minggu menunjukkan
melakukan kombinasi dari kedua terapi ini dapat p-value < 0,05, yang berarti terdapat perbedaan
memberikan kondisi relaksasi yang lebih baik. signifikan pada kedua kelompok.
(Denise and Downey, 2009; Heather et al. 2012; Menurut Hayens (2006), tekanan sistolik salah
Turankar et al. 2013). satunya dipengaruhi oleh psikologis sehingga
Mendengarkan musik yang sesuai dan dengan relaksasi akan mendapatkan ketenangan
mengatur pola nafas yang lambat secara teratur dan tekanan sistolik akan turun, selain itu
memberikan efek ketenangan pada tubuh baik tekanan darah sistolik juga dipengaruhi sirkulasi
162
Muhammadiyah Journal of Nursing

sistemik dan sirkulasi pulmonal sehingga dengan enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada
relaksasi yang berfokus pada pengaturan globulin plasma untuk memproduksi angiotensin
pernapasan dan pengontrolan sistem limbik I yang besifat inaktif. “Angiotensin Converting
akan terjadi penurunan nadi dan penurunan Enzyme” (ACE), akan merubah angiotensin I
tekanan darah sistolik. Sedangkan tekanan darah menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan
diastolik terkait dengan sirkulasi koroner, jika merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat
arteri koroner mengalami aterosklerosis akan menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron
mempengaruhi tekanan darah diastolik, sehingga dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi
dengan meditasi tidak mengalami penurunan aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi
tekanan darah diastolik yang berarti. natrium dan cairan, serta meretensi kalium.
Kombinasi terapi musik dan slow deep Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat
breathing berpengaruh menurunkan tekanan kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll
darah secara bertahap sampai ke batas normal terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi
sesuai dengan sistem adaptasi tubuh. Pada aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium
Hipertensi tahap II tekanan darah tidak dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini
secara langsung kembali normal karena dapat akan menyebabkan penurunan tekanan darah
mempengaruhi homeostasi tubuh (Muttaqin, dan mengurangi beban jantung, baik ‘afterload’
2012). Dalam penelitian ini pasien hipertensi maupun ‘pre-load’, sehingga terjadi peningkatan
primer sebagai subyek penelitian. Hipertensi kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak
primer merupakan peningkatan tekanan darah menimbulkan reflek takikadia (Dipiro, J.T., 2005;
yang tidak dipengaruhi oleh faktor penyakit Katzung, G. dan Bertram, M., 2007).
dan lebih sering dikaitkan dengan faktor genetik Terapi farmakologis akan memberikan
(Muchid et al, 2006). Pasien dengan hipertensi efek yang lebih baik bila dikombinasikan
primer mudah dikendalikan tekanan darahnya dengan pemberian terapi komplementer.
karena pemberian terapi fokus pada mekanisme Penelitian dilakukan di Italia dalam Turana
utama penyebab tekanan darah meningkat (2008) mengatakan bahwa pasien yang sedang
dengan kontrol sistem saraf yang kompleks dan minum obat antihipertensi dan diberi terapi
hormonal yang saling berhubungan satu sama lain musik klasik dengan kondisi relaksai selama 30
dalam mepengaruhi curah jantung dan tahanan menit/hari dapat menurunkan tekanan darah
vaskular perifer. Dengan pemberian terapi yang bermakna yaitu 80% sedangkan yang hanya
sesuai akan lebih mudah menurunkan tekanan menggunakan obat antihipertensi menurunkan
darah tanpa dipengaruhi terhadap organ target tekanan darah 50%. Hal ini, sejalan dengan
lainnya (Joohan, 2000; Muttaqin, 2012). hasil penelitian menunjukkan pada kelompok
Kombinasi terapi musik dan slow deep intervensi penurunan tekanan darah lebih besar
breathing dapat diterapkan pada pasien hipertensi dibandingkan kelompok kontrol.
tanpa menghentikan terapi farmakologis. Seluruh Hasil penelitian kombinasi terapi musik
responden (96,4%) dalam penelitian ini tetap dan slow deep breathing menunjukkan pada
mengonsumsi terapi standar dari puskesmas kelompok intervensi penurunan tekanan darah
berupa penghambat renin angiotensis sistem I jenis sistolik sebesar 41,46 poin dan distolik sebesar
kaptopril, sedangkan pada penelitian sebelumnya 37,52 yang berarti penurunan tekanan darah
juga tetap mendapat beberapa terapi yang secara signifikan. Kombinasi dari kedua terapi
dianjurkan. Kaptopril bekerja dengan cara supresi nonfarmakologis ini memberikan hasil lebih
sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah baik dibandingkan dengan menggunakan salah
163
Muhammadiyah Journal of Nursing

satu terapi nonfarmakologis. Berdasarkan hasil DAFTARA PUSTAKA


penelitian Suselo (2010), pemberian terapi musik Anderson DE, McNeely JD and Windham. (2010).
selama 3 hari berturut-turut menunjukkan Regular slow-breathing axercise effects on
penurunan rata-rata tekanan darah sitolik sebesar blood pressure and breathing patterns at
39,34 poin dan penurunan rata-rata tekanan darah rest. Journal of Human Hypertension 24, 807-
distolik sebesar 7 poin. 813, diakses 09 Desember 2013 dari http://
Penelitian slow deep breathing yang di Journal+of+ Human+Hypertension
lakukan oleh Anderson et al. (2010), melibatkan Anggraini A.D., Waren A., Situmorang E.,
40 responden dengan metode quasi eksperimen Asputra H. dan Siahaan S.S. (2009).
pre-post test terhadap kelompok intervensi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
dan kelompok kontrol selama 4 minggu, Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat
hasil pengukuran tekanan darah setiap hari di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
menunjukkan hasil penurunan tekanan darah Periode Januari sampai Juni 2008, diaskes
sistolik rata-rata 11 poin dan diastolik 6 poin. 10 Januari 2014 dari http:// yayanakhyar.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh files.wordpress.com/2009/02/files-of-
Joseph, et al. (2005) tentang slow breathing drsmedfaktor-yang berhubungan-
dan pernafasan normal terhadap 20 responden dengan-kejadian-hipertensi.pdf.
kelompok intervensi dan 26 responden kelompok Denisie and Downey. (2009). Slow Deep Breathing,
kontrol. Hasil penelitian ditemukan dengan slow diakses 07 Desember 2013 dari http://ajph.
breathing dapat menurunkan tekanan darah aphapublications.org/doi/full/10.2105/
sistolik 6,7 mmHg dan tekanan darah diastolik 4,9 AJPH.92.11.1832.
mmHg dimana nilai p=0,001 < α 0,05. Dipiro, J.T. (2005). Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach, 6th edition, The
PENUTUP McGraw-Hill Company, USA.
Kesimpulan Ganong Wiliam F. (2003). Buku Ajar Fisiologis
1. Kombinasi terapi musik dan slow deep breathing Kedokteran. Jakarta. Buku Kedokteran
efektif terhadap penurunan tekanan darah ECG.
pada pasien hipertensi primer di wilayah kerja Grossman E, Grossman A, Schein M.H,
Puskesmas Alak pada kelompok intervensi Zimlichman R, & Gavish B. (2001).
dan penurunan tekanan darah (sistolik dan Breathing-control lowers blood pressure.
diastolik) pada kelompok intervensi lebih Journal of Human Hypertension 15: 263-269,
banyak di bandingkan pada kelompok kontrol. diakses 08 Januari 2015 dari www.nature.
2. Kombinasi terapi musik dan dan slow deep com/jnh/v15/n4/ pdf/1001147a.pdf.
breathingefektif terhadap penurunan tekanan Guyton A.C dan Hall J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi
darah pada pasien hipertensi primer di wilayah Kedokteran.11 sted. Jakarta: Penerbit Buku
kerja Puskesmas Alak pada kelompok kontrol. Kedokteran EGC.
3. Ada perbedaan perubahan tekanan darah Harvard Health Publication. Harvard Men’s
sebelum dan sesudah diberikan kombinasi Health Watch (2007). Classification Blood
terapi musik dan dan slow deep breathing pada Pressure Hypertension Illnesses. United
pasien hipertensi primer di wilayah kerja States. Boston
Puskesmas Alak antara kelompok intervensi Hayens B. (2006). Buku Pintar Menaklukan
dengan kelompok kontrol. Hipertensi. Alih bahasa: Anugrah P.
Jakarta: Lading Pustaka.
164
Muhammadiyah Journal of Nursing

Heather M., Matteo V., Giacomode.,Erwan Zvi N, and Melmed R.N. (2001). Treating
C., Veena U, and Luciano B. (2013). hypertension with a device that slow
Cardiovascular and Respiratory Effect of and regularises breathing: a randomises,
Yogic Slow Breathing in the Yoga Beginner: double-blind controlled study. Journal of
What Is the Best Approach?. Research Human Hypertension 15: 271-278, diakses
Article, diakses 20 November 2013 dari 12 januari 2015 dari www.nature.com/jhh/
http://www.nursing.manchester.ac.uk/ journal/v15/n4/pdf/ 100148a.pdf.
staff/Heather Waterman/. Suselo. (2010). Efektifitas Terapi Musik Terhadap
Izzo, Joseph L., sica, Domenic & Black, Hendry R. Penurunan Tanda-Tanda Vital pada Pasien
(2008). Hypertension Primer: The essential of Hipertensi di RSUD Jayapura. Depok:
Hing Blood Pressure Basic Science, Population Universitas Indonesia, diakses dari http://
Science and Clinical Management, Edisi ke- journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/
4. Philadelphia. USA. Lippincott Williams Tim Terapi Musik. (2010). Terapi Musik Untuk
&Wilkins.Hal 138. Melancarkan Peredaran Darah, diakses
Joohan, J. (2000). Cardiac Output and Blood 04 Desember 2013 dari http://www.
Pressure. Healt Cardiologi & Hypertension terapimusik.com.
Information system. Tommey A, N., & Aligood, M.R. (2006). Nursing
Joseph, C.N. (2005). Slow Breathing Improves Theorists and Their Work. 6th ed. St. Louis:
Arterial Baroreflex Sensitivity and Mosby.
Decreases Blood Pressure in Essential Tuner, W, A. (2001). Music Therapi, diakses
hypertension. American Journal of 08 Desember 2013 dari http://www.
Hypertension 46: 714-718, diakses 14 musictherapi.org.
Januari 2015 dari http://hyper. ahajournal. Turana, Y. (2008). Stress, Hipertensi dan
org/cgi/content/full/46/4/714. Terapi Musik. News Medicine, 528,
Katzung, G. dan Bertram, M. (2007). Basic and diakses 08 Desember 2013 dari http://
Clinical Pharmacology, 10th edition, The www.tanyadokter.com/news detail.
McGraw-Hill Company, USA. asp?id=1000528.
Lovastin, K. (2005). Penyakit Jantung danTekanan Turankar A.V., Jaint., Patel., Sinha., Joshi., Vallish.,
Darah Tinggi. Jakarta: Prestasi Pustaka. Mane and Turankar S.A. (2013). Effects of
Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan slow breathing exercise on cardiovascular
Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular functions, pulmonary functions &
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika galvanic skin resistance in healthy human
(2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien volunteers-a pilot study. Indian Journal of
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Medical Research 137 (5): 916-921 diakses 14
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika November 2013 dari http://www.icmr.nic.
Prince, Sylvia A., & Wilson Lorraine M. (2005). in/ijmr/2013/ May/0506.pdf.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Ulrica Nilsson (2011). Music: A nursing
Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta Buku intervention. European Journal of
Kedokteran EGC. Cardiovascular Nursing 10: 73-74, diakses
Ronny. (2010). Fisiologi Kardiovaskular: Berbasis 14 Januari 2015 dari www.elsevier.com/
Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC locate/ejcnurse
Schein M.H, Gavish B, Herz M, Rosner-Kahana D, Velkumary and Madanmohan. (2009). Effect of
Naveh P, Knishkowy B, Zlotnikov E, Ben- short-term practice of breathing exercises
165
Muhammadiyah Journal of Nursing

on autonomic functions in normal human 115-121.diakses tanggal 27 November


volunteers. Indian Journal Respiration, (120), 2013.

Anda mungkin juga menyukai