”Pemasangan Infus”
DISUSUN OLEH :
NIM : P201801036
2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan Laporan pendahuluan tentang Pemasangan Infus.
2
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………………………………1
Kata pengantar………………………………………………………………………………………..2
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….….4
A. Latar belakang……………………………………………………………………….……..4
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………5
C. Tujuan penulisan…………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………...6
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………… 20
B. Saran………………………………………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………… 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian
caian tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan
fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori
yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada
pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obatan lain. (Lachman,
2008)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tekanan cairan
6
Prinsip tekanan osmotik sangat penting dalam proses pemberian cairan
intra vena biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama
dengan plasma darah. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang
mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah.
Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibanding
dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein lebih
besar, sehingga bentuk larutan koloid dan sulit menembus membran
semipermiabel.
2. Membran semipermiable
C. Jenis Cairan
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap
hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intra vena dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat
dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan
nutrien terdiri atas:
7
2. Blood volume expanders
8
Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida / natrium akan
menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan, serta
berkeringat banyak dalam waktu yang lama dan terus menerus. Kelainan lain
yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya gangguan
pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare, muntah yang terus
menerus, terpasang drainage dan lain-lain. Macam dehidrasi (kurang volume
cairan) berdasarkan derajatnya:
3. Hipotensi
5. Oliguria
3. Mata cekung
9
2. Hipervolume atau overhidrasi
E. Pemasangan Infus
10
c. Indikasi
Pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum
transfusi darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan dan minum
melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.
d. Kontraindikasi
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah)
2. Hematoma
11
Tanda-tanda: tenderness, memar.
Penyebab: vena terembes, jarum tidak pada tempatnya dan darah mengalir.
3. Infiltrasi
3. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang
adekuat
12
g. Perbedaan Vena dan Arteri
Vena Arteri
7. Vena pada jari, karena mudah terjadi komplikasi (flebitis, infiltrasi) dan
dekat dengan persyarafan
8. Vena yang terletak di bawah vena yang terjadi flebitis dan infiltrasi
13
i. Pemilihan Abbocath
1. Ukuran 16
2. Ukuran 18
3. Ukuran 20
4. Ukuran 22
14
5. Ukuran 24 dan 26
3. Bengkok
4. Tiang infus
5. Hanscoon
6. Torniquet
7. Kapas alkohol
8. Infus set
9. Cairan infus
10. Abbocath
13. Kassa
15
k. Prosedur pemasangan Infus
16
20. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester
21. Mengatur tetesan infuse
22. Menutup tempat tusukan dengan kassa steril, dan direkatkan dengan
plester
23. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak
digerak-gerakkan agar abbocath tidak bergeser
24. Membereskan alat dan merapikan pasien
25. Melepas sarung tangan
26. Mencuci tangan
27. Melakukan dokumentasi
1. Ukuran Macrodrip yang setiap 1ml nya terdiri dari 15 tetes dan biasanya
digunakan untuk pasien dewasa.
2. Ukuran Microdrip yang setiap 1ml nya terdiri dari 60 tetes dan biasanya
digunakan untuk pasien yang masih anak-anak.
1 cc = 15 tetes
1 cc = 20 tetes
17
Contoh :
= 26 tetes/menit
( 2500 x 20 ) = 50.000/1.400
= 35 tetes/menit
a. Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari
dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya
waktu maka rumusnya adalah 1 cc = 20 tts/mnt
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis maka rumusnya adalah
sebagai berikut :
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (Jumlah tetesan dlm menit x 60)
18
b. Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih
kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya
digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal rumus untuk
menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut :
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemaangan infus merupakan teknik yang mencangkup
penusukan vena melalui tanskutan dengan silet tajam yang kaku seperti
angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan.
Pemberian infus melalui vena:
Tujuan: Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang dan sebagai penggati
nutrisi.
Indikasi: kecepatan aliran infus harus dipantau tiap jam.
Kontraindikasi: pada pasien dehidrasi berat.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21