Anda di halaman 1dari 13

JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No.

2 Tahun 2017 |Hal 73-85 ISSN 2338-6630 (print)


Available online at http://journal.uad.ac.id/index.php/BIOEDUKATIKA ISSN 2541-5646 (online)

Model Pembelajaran OIDDE pada Matakuliah Pengetahuan


Lingkungan untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa Calon Guru Biologi

Husamah a, 1*, Diani Fatmawati a, 2, Dwi Setyawan a, 3


aUniversitas Muhammadiyah Malang, Jalan Raya Tlogomas 246, Malang, Jawa Timur 65144, Indonesia
1 husamahumm@gmail.com*; dianifatmawati87@gmail.com; dwis091187@gmail.com
*korespondensi penulis

ABSTRAK
Pembelajaran yang diterima mahasiswa calon guru biologi harus mendorong untuk berpikir kritis dan mampu menjadi
problem solver. Salah satu pembelajaran yang secara teoritis dapat menstimulasi berpikir kritis adalah model pembelajaran
OIDDE (Orientation, Identify, Discussion, Decision, dan Engage in behavior). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
penerapan model pembelajaran OIDDE dan menganalisis peningkatan sepuluh indikator keterampilan berpikir kritis. Jenis
penelitian merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan Lesson Study. Subjek penelitian adalah 47
mahasiswa semester V yang menempuh mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan, setiap siklus terdiri dua kali
pertemuan selama 3x50 menit. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan Lesson Study yang memenuhi tahap Plan,
Do, dan See serta digabungkan dengan tindakan kelas. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, didukung dengan
data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) model pembelajaran OIDDE telah dilaksanakan sesuai sintaks, ada
perbaikan proses pada tiap siklus, dan 2) kesepuluh indikator keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan, yaitu
tujuan 16,9%, permasalahan 17,8%, menyikapi masalah 22,3%, sudut pandang 24,3%, informasi 19,5%, konsep 21,2%,
asumsi 12,5%, alternatif solusi 8,1%, interpretasi 21,0%, dan implikasi 21,8%. Semua indikator pada siklus 2 berdasarkan
rerata termasuk dalam kategori sangat baik.
Kata kunci: berpikir kritis, mahasiswa calon guru biologi, mata kuliah lingkungan, model pembelajaran OIDDE

ABSTRACT
OIDDE Learning Model in Environmental Science Course to Increase Critical Thinking Skills of Students of Biology
Teacher Candidate. Learning received by biology teacher candidates students should encourage them to think critically and
become problem solver. The learning model that theoretically could stimulate critical thinking is the OIDDE (Orientation,
Identify, Discussion, Decision, dan Engage in behavior). This study aim to describe the application of OIDDE learning
model and to analyze the improvement of ten indicators of critical thinking skills. This research was a Classroom Action
Research that conducted with Lesson Study. The research subject is 47 students, semester V, who take Environmental
Science course in Biology Education Department, University of Muhammadiyah Malang. The study was conducted in 2
cycles, each cycle consisting of two meetings for 3x50 minutes. Each meeting is carried out with Lesson Study stages of
Plan, Do, and See and combined with classroom action research. The data were analyzed descriptively qualitative supported
with quantitative data. The results show that 1) OIDDE learning model has been implemented in according to syntax, the
process improved in each cycle, and 2) ten indicators of critical thinking skills have increased, i.e. objective 16.9%, problem
17.8%, address the problem 22.3%, viewpoint 24.3%, information 19.5%, concept 21.2%, assumption 12.5%, alternative
solution 8.1%, interpretation 21.0%, and implications 21.8%. All indicators in cycle 2 based on the average are excellent
category.
Keyword: biology teacher candidate students, critical thinking, environmental course, OIDDE learning model.
Copyright © 2017 Universitas Ahmad Dahlan. All Right Reserved

Pendahuluan (Hartiwiningsih, 2009; Turista, 2017; Yafie, 2006).


Pencemaran, kerusakan sumberdaya alam, kebakaran
Zaman modern saat ini ditandai kemajuan ilmu hutan, tanah longsor, banjir, perubahan cuaca, dan
pengetahuan dan teknologi di segala bidang. pemanasan global beberapa dekade terakhir muncul
Kemajuan teknologi menghasilkan berbagai produk karena dampak dari berbagai aktivitas manusia
dan jasa untuk memenuhi aneka kebutuhan manusia. (Khoiriyah & Ristianti, 2011; Prasetiyo &
Namun demikian, produk atau hasil temuan tersebut Perwiraningtyas, 2017). Permasalahan lingkungan
diikuti munculnya berbagai masalah etika, salah muncul karena ketidakmampuan manusia dalam
satunya di bidang biologi dan rumpun keilmuannya, mengembangkan tata nilai yang baik, gaya hidup,
termasuk ekologi dan lingkungan hidup (Minarno, etika, kemampuan berpikir kritis, dan pola berpikir
2012). Permasalahan lingkungan telah menjadi isu harmonis dengan lingkungan (Arslan, 2012;
global dan masalah kronis di Indonesia Husamah Husamah, 2015; Quinn, 2012). Selain

Recieved 16 September 2017; Revised 8 Desember 2017; Accepted 21 Desember 2017 | JURNAL BIOEDUKATIKA 73
Husamah, dkk

terkait permasalahan lingkungan, menghasilkan ide yang akan dipelajari; dan 7) mahasiswa belum
dan strategi pengembangan lingkungan juga diminta untuk mengembangkan kemampuan
membutuhkan adanya kemampuan berpikir kritis berpikir, memiliki keberanian untuk menyanggah
(Puspitasari, Sumarmi, & Amirudin, 2016). atau mengkritisi isu-isu bidang lingkungan yang
Berdasarkan kenyataan adanya problematika muncul di kelas, dan melakukan refleksi atas
lingkungan yang terus berkembang, maka di Program pembelajaran yang mereka lakukan.
Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Malang (FKIP UMM) setiap mahasiswa – yang Muhammadiyah Malang (FKIP UMM) adalah salah
merupakan calon guru masa depan – diwajibkan satu program studi yang mencetak lulusannya
untuk menempuh matakuliah Pengetahuan menjadi calon guru biologi profesional jenjang
Lingkungan (bernilai 3 SKS dan ditempuh pada pendidikan menengah di masa depan (Hudha, 2015;
semester V). Capaian pembelajaran matakuliah Husamah Husamah, 2015). Sehubungan dengan
Pengetahuan Lingkungan adalah “mahasiswa mampu tuntutan pendidikan, salah satu prinsip pembelajaran
menganalisis konsep-konsep pengetahuan lingkungan yang dilaksanakan harus bersifat mendalam dan
untuk terampil mengaplikasikan kepekaan terhadap komprehensif untuk menyelesaikan masalah (Afandi,
permasalahan lingkungan dalam bentuk proyek dan Sugiyarto, & Sunarno, 2012; Pary, 2010), maka
kajian/penelitian sesuai etika, norma, dan sikap Program Studi Pendidikan Biologi harus menerapkan
ilmiah”. strategi-strategi atau model-model pembelajaran yang
Berdasarkan observasi awal yang telah mendorong pengembangan dan pemberdayaan
dilakukan di kelas D, semester 5, angkatan keterampilan berpikir (Setyawan, 2017). Mahasiswa
2013/2014 pada tanggal 27 September dan 4-18 harus terlatih untuk mempergunakan kekuatan daya
Oktober 2016, refleksi bersama dosen pengampu, pikir, alih-alih kekuatan fisik konvensional (BSNP,
refleksi bersama para observer, analisis terhadap 2010). Mahasiswa harus memiliki kompetensi
rekaman proses pembelajaran, analisis jurnal/catatan lengkap, kemampuan berpikir kritis, kepekaan tinggi,
mengajar dosen, analisis terhadap catatan refleksi rasa peduli, etika, dan wawasan yang luas, termasuk
pembelajaran yang ditulis mahasiswa, dan wawancara dalah hal ini terkait lingkungan hidup zaman modern
dengan beberapa mahasiswa secara acak didapatkan (H. Husamah, 2015; Husamah Husamah, 2015;
hasil, yaitu; 1) proses pembelajaran yang Setyaningrum & Husamah, 2011).
dilaksanakan belum diarahkan untuk Keterampilan berpikir kritis tentu tidak muncul
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. dengan tiba-tiba (Arslan, 2012; Rosnawati, 2012).
Perkuliahan hanya dilaksanakan dengan ceramah, Sebagaimana hakikatnya, keterampilan berpikir kritis
diskusi, dan penugasan tertentu dan tidak dirancang (selayaknya semua kemampuan berpikir) secara
secara sengaja untuk mengembangkan kemampuan umum tidak dapat berkembang secara alamiah karena
berpikir kritis; 2) mahasiswa belum dikondisikan keterampilan berpikir kritis harus diperkaya oleh
dalam sebuah pendekatan pembelajaran yang inovatif berbagai stimulus lingkungan dan suasana yang
dan konstruktif, yang menekankan belajar beragam. Berpikir adalah suatu proses kognitif atau
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan.
kompleks; 3) mahasiswa belum dikondisikan pada Peningkatan keterampilan berpikir kritis
situasi yang menantang atau masalah yang memerlukan lingkungan dan atmosfer pembelajaran
melibatkan solusi, pengambilan keputusan, refleksi, yang dapat menstimulasi (Husamah Husamah,
dan pengambilan inisiatif dengan difasilitasi dosen; 2016). Berdasarkan paparan tersebut dapat diketahui
4) motivasi mahasiswa dalam belajar masih rendah, bahwa keterampilan berpikir kritis perlu untuk
hal ini dapat diketahui dari ketidakantusiasan diberdayakan atau distimulus. Pembiasaan atau
mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran, stimulus ini tidak dapat terlaksana apabila hanya
banyak mahasiswa yang tidak memperhatikan dalam suasana, strategi, dan model pembelajaran
penjelasan dosen maupun penjelasan temannya yang konvensional. Oleh karena itu, diperlukan upaya
lain pada saat proses pembelajaran berlangsung; 5) secara sistematis sebagai alternatif yatiu salah satunya
mahasiswa lebih tertarik atau senang ketika kegiatan melalui penerapan model pembelajaran OIDDE.
pembelajaran berupa diskusi, namun kegiatan Model pembelajaran yang diduga layak (valid),
tersebut belum terkondisikan secara sistematis praktis dan efektif secara teoritis untuk diterapkan
sehingga tidak terarah; 6) mahasiswa belum diminta dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis
untuk mengaitkan pengetahuan yang telah miliki adalah model pembelajaran OIDDE (Hudha, Amin,
dengan materi yang akan mereka pelajari atau Bambang, & Akbar, 2016b). Model pembelajaran
menyadari apa yang telah mereka ketahui dari materi OIDDE (Orientation, Identify, Discussion,

74 JURNAL BIOEDUKATIKA| Model pembelajaran OIDDE pada mata kuliah ….


JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 |Halaman 73-85

Decision, dan Engage in behavior) dimungkinkan pembelajaran OIDDE pada matakuliah Pengetahuan
mendukung teori bahwa pembelajaran yang Lingkungan dan 2) menganalisis peningkatan
diberikan harus meningkatkan aktivitas mahasiswa keterampilan berpikir kritis mahasiswa melalui
untuk menemukan dan memecahkan masalah, penerapan model pembelajaran OIDDE pada
bekerja kooperatif, memiliki sikap etis dan mampu matakuliah Pengetahuan Lingkungan. Penelitian ini
mengambil keputusan etis atas problematika etis diharapkan memiliki manfaat teoretis dan praktis,
yang dihadapi (Hudha, Amin, Bambang, & Akbar, yaitu 1) meningkatkan kualitas pembelajaran di
2016a). Mahasiswa diharapkan mampu menemukan Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM; 2) menjadi
dan memecahkan masalah serta mengambil acuan atau literatur kajian dan penelitian selanjutnya
keputusan etis dengan tepat berkaitan dengan terkait penerapan model pembelajaran OIDDE,
kemampuan berpikir kritis. pengembangan kemampuan berpikir kritis, dan 3)
Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang menjadi dasar bagi guru, dosen, dan atau para
melibatkan aktivitas mental dalam perumusan pengajar dalam menerapkan atau mengimplementasi-
masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi- kan model pembelajaran OIDDE dalam
induksi, serta evaluasi untuk memecahkan masalah. pembelajaran yang dilakukan.
Indikator-indikator berpikir kritis yaitu formulasi
bentuk pertanyaan ke arah jawaban, argumen dengan Metode Penelitian
alasan sesuai, interpretasi pernyataan, mengemukakan
asumsi logis, dan evaluasi berdasar fakta (Agustina & Jenis penelitian ini merupakan Penelitian
Susantini, 2010; Arnyana, 2004). Berdasarkan hal Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan dalam penelitian
tersebut, secara teoritis terdapat keterkaitan antara ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian
indikator berpikir kritis dengan Model Pembelajaran adalah 47 orang mahasiswa semester V, kelas D yang
OIDDE. menempuh mata kuliah Pengetahuan Lingkungan
Pembelajaran dikemas berbasis Lesson Study pada tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini
(LS), meliputi perencanaan (plan), tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Setiap siklus
pembelajaran (do), dan evaluasi (see). LS terdiri atas dua kali pertemuan selama 3 jam
menyediakan proses untuk berkolaborasi dalam pelajaran (3x50 menit). Materi yang dibahas pada
proses pembelajaran sambil memeriksa strategi yang Siklus 1 adalah Pencemaran Lingkungan (air, tanah,
tepat untuk meningkatkan kompetensi siswa. Dalam dan udara), sedangkan pada Siklus 2 materi yang
proses LS, pengajar bekerja sama untuk dibahas adalah Strategi Pengembangan Lingkungan.
merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan
mengamati. LS membudayakan aspek kooperatif,
sementara satu pengajar melaksanakan pembelajaran
di kelas, yang lain mengamati dan mencatat pada
pertanyaan-pertanyaan, pemahaman, dan temuan
menarik lainnya (Lewis, 2002).
LS memberikan banyak manfaat, yaitu
meningkatkan pengetahuan tentang materi dan
proses pembelajaran, meningkatkan pengetahuan
Gambar 1. Spiral model dalam penelitian tindakan kelas
tentang cara mengobservasi aktivitas belajar,
menguatnya hubungan kolegalitas, menguatnya Setiap siklus tindakan yang dilaksanakan terdiri
hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari- atas empat tahapan mengadopsi Spiral Model dari
hari dengan pembelajaran jangka panjang, Kemmis, McTaggart, & Nixon (2013) yaitu
meningkatnya motivasi untuk senantiasa planning, implementing, observing, dan reflecting,
berkembang, dan meningkatnya kualitas rencana dan dapat dilihat pada Gambar 1.
komponen pembelajaran (Syamsuri & Ibrohim, Pada penelitian ini setiap siklus dilaksanakan
2011). Perbaikan proses pembelajaran merupakan dengan LS yang mengacu pada Lewis (2002), yaitu
sesuatu yang terus-menerus perlu ditingkatkan, agar memenuhi 3 tahapan plan, do, dan see. Menurut
efektivitas dan efisiensi pembelajaran terus Susilo (2009) kombinasi PTK dan LS merupakan
meningkat. Perbaikan proses merupakan konsekuensi sarana untuk mengembangkan keprofesionalan
dari penerapan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pendidik karena melalui PTK pendidik dapat
dan penerapan sistem umpan-balik pada proses memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas,
pembelajaran (Kusni, 2010). sekaligus melalui LS pendidik dapat mengamati
Sehubungan dengan itu tujuan penelitian ini, bagaimana peserta didik belajar. Siklus dalam LS
yaitu 1) mendeskripsikan penerapan model dapat dilihat pada Gambar 2.

Terbitan Bulan Desember | JURNAL BIOEDUKATIKA 75


Husamah, dkk

Perpaduan antara PTK dan LS yang telah


dirancang dan dilaksanakan, seperti pada Tabel 1.
Pengelolaan data meliputi kegiatan mengelola data
mentah, menyajikan data, menarik kesimpulan dan
melakukan refleksi. Dalam penelitian ini data
diperoleh melalui observasi berupa aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh dosen dan
mahasiswa. Data keterampilan berpikir kritis
diperoleh melalu angket keterampilan berpikir kritis
Gambar 2. Siklus pengkajian pembelajaran dalam lesson merujuk Marzano yang dimodifikasi oleh Sidharta &
study di Indonesia Darliana (2005).
Tabel 1. Perpaduan TPK dan LS
PTK LS Kegiatan
Siklus I
Perenca-naan Plan I Awal Siklus I Identifikasi masalah dan penyebabnya
Membuat RPP materi pencemaran lingkungan
Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi
Membuat rubrik penilaian dan angket
Menyiapkan perangkat evaluasi dan authentic assesment
Mempresentasikan perangkat yang telah dibuat
Revisi perangkat berdasarkan masukan tim
Tindakan Do I Melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP materi
Observasi /Penga-matan pencemaran lingkungan
Mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima tindakan dari
peneliti selama proses pembelajaran
Menggunakan instrumen penelitian untuk melihat capaian tiap
tindakan
Refleksi See Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen
yang terkumpul
Pemberian umpan balik dari observer untuk perbaikan tindakan dan
peningkatan kualitas pada pertemuan berikutnya
Siklus II
Perencana-an Plan II Identifikasi masalah dan penyebabnya berdasarkan catatan/masukan
refleksi Siklus I
Membuat RPP materi strategi pengembangan lingkungan
Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi
Membuat/merevisi rubrik penilaian dan angket
Menyiapkan perangkat evaluasi dan authentic assesment
Mempresentasikan perangkat yang telah dibuat
Revisi perangkat berdasarkan masukan tim
Tindakan Do II Melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP materi strategi
Observasi/penga-matan pengembangan lingkungan.
Mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima tindakan dari
peneliti selama proses pembelajaran
Menggunakan instrumen penelitian untuk melihat capaian tiap
tindakan
Refleksi See II Pertemuan II (See Besar) Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen
yang terkumpul
Pemberian umpan balik dari observer untuk perbaikan tindakan dan
peningkatan kualitas pada pertemuan berikutnya (pertemuan kedua)
Menganalisis hasil observasi melalui diskusi balikan, dan instrumen
yang terkumpul
Angket yang telah dimodifikasi tersebut juga keterampilan berpikir kritis. Untuk mengetahui
telah digunakan oleh Husamah & Pantiwati (2014) persentase skor keterampilan berpikir kritis secara
dalam penelitian yang dilakukan dan hasilnya telah klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
dipublikasikan. Angket tersebut dibagikan setiap Arikunto (2001) sebagai berikut.
akhir siklus, mahasiswa diminta untuk mengisi
angket selama ±10 menit. Khusus untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis awal mahasiswa, angket
diberikan pada saat observasi. Analisis data Peningkatan skor setiap indikator keterampilan
dilakukan secara deskriptif kualitatif yang didukung berpikir kritis dilakukan dengan menghitung selisih
dengan data kuantitatif berupa persentase skor persentase antara Siklus II dengan tahap Prasiklus.
76 JURNAL BIOEDUKATIKA| Model pembelajaran OIDDE pada mata kuliah ….
JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 |Halaman 73-85

Hasil dan Pembahasan terhadap rekaman video selama proses pembelajaran


Siklus I dan Siklus II, maka didapatkan data
Penerapan Model Pembelajaran OIDDE pelaksanaan fase/tahap model pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses OIDDE. Data pelaksanaan tersebut seperti disajikan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen model, pada Tabel 2.
refleksi terhadap catatan para observer, review
Tabel 2. Pelaksanaan fase/tahap model OIDDE
Fase / tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa
Orienta-tion Menyiapkan dan mengarahkan mahasiswa untuk belajar Menyiapkan dirinya untuk belajar mengenai materi
permasalahan pencemaran lingkungan (siklus 1) dan yang diajarkan oleh dosen (berkaitan dengan
permasalahan terkait pengembangan lingkungan (siklus 2). permasalahan pencemaran lingkungan pada siklus 1
Menugaskan mahasiswa secara individu untuk menuliskan dan permasalahan terkait pengembangan lingkungan
temuan persoalan dilemma etis lingkungan dari materi yang pada siklus 2).
disampaikan. Menerima materi pembelajaran dari pendidik dengan
Menyajikan materi/film dan memberikan penguatan orientasi mendengarkan, mencermati dan mencatat dengan
mahasiswa melalui penyampaian cerita dilemma pencemaran seksama.
lingkungan pada siklus 1 dan dilemma terkait pengembangan Menuliskan persoalan dilematis permasalahan yang
lingkungan pada siklus 2. ditemukan
Identify Membagi mahasiswa dalam kelompok kecil (4-5 orang) secara Membentuk kelompok kecil (4-5 orang) sesuai
heterogen arahan dosen
Menugaskan mahasiswa secara individu untuk Secara individu melakukan identifikasi persoalan
mengidentifikasi hal-hal dilematis yang muncul atas dilemma permasalahan lingkungan
permasalahan pada materi yang pelajari (disampaikan) sebagai Bersama kelompok: 1) memeriksa fakta-fakta dari
bahan utama diskusi kelompok. kasus dilematis; 2) membuat pertanyaan terhadap
Mengarahkan mahasiswa (pada setiap kelompok) untuk kasus dilematis yang diidentifikasi; 3) membuat
memberikan penjelasan tentang persoalan dilematis atas sintesis antara fakta-fakta dengan kasus dilematis
permasalahan yang dipelajari yang berhasil didentifikasi dan yang diidentifikasi; 4) memilih isu dilematis
dipilih sebagai topik diskusi. prioritas; 5) mengidentifikasi nilai-nilai kontradiksi
Mempertanyakan nilai-nilai kontradiksi yang ditemukan dari isu dilematis yang dipilih sebagai bahan diskusi.
dari dilema yang diidentifikasi. Menjelaskan isu dilematis prioritas yang dipilih.
Discussion Menjadi fasilitator dan mediator dalam diskusi kelompok. Melaksanakan diskusi terhadap isu dilematis
Mengarahkan setiap kelompok diskusi untuk melakukan prioritas atas permasalahan yang dipelajari.
diskusi membahas isu dilematis prioritas atas problematika Setiap kelompok menetapkan peran terhadap isu
lingkungan. dilematis yang dipelajari.
Meminta dan memandu masing-masing kelompok diskusi Memberikan penjelasan alasan mendasar mengapa
untuk presentasi hasil diskusi. memilih posisi (peran) tersebut.
Menyajikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Melakukan diskusi kooperatif dengan kelompok lain.
Menyusun hasil diskusi sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Decision Mengarahkan kelompok diskusi untuk mengambil keputusan Merencanakan proses pengambilan keputusan isu
pemecahan masalah dilematis atas permasalahan yang dilematis atas permasalahan yang dipelajari.
dipelajari. Menetapkan keputusan isu dilematis atas
Menugaskan kelompok diskusi untuk menetapkan keputusan permasalahan a etika yang dipelajari didasarkan pada
dari isu dilematis atas problematika yang dipelajari. posisi (peran) yang ditentukan (dipilih).
Meminta kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dan Menyampaikan hasil keputusan atas permasalahan
keputusan yang telah diambil. yang dipelajari sesuai peran yang diambil.
Engage in Mengarahkan mahasiswa secara individu untuk berperilaku Menuliskan tindakan sebagai gambaran perilaku yang
behavior sebagaimana keputusan yang ditetapkan secara verbal (lisan) dilakukan dari hasil keputusan yang ditetapka,
dengan menuliskan perilaku dimaksud. Membuat kesimpulan atas materi yang telah
Mengarahkan mahasiswa untuk menyimpulkan hasil dipelajari secara bersama-sama.
pembelajaran yang telah dilaksanakan secara bersama-sama
Berdasarkan Tabel 2 tersebut maka dapat individu maupun dalam kelompok), kedalaman
dikatakan bahwa pelaksanaan fase/tahap materi, dan kualitas daya kritis atau kemampuan
pembelajaran telah sesuai dengan ketentuan atau berpikir kritis mahasiswa.
pedoman seperti yang dituliskan oleh pengembang Terkait dengan pengelolaan waktu, pada Siklus
model pembelajaran OIDDE, yaitu merujuk pada I total waktu mengajar yang digunakan dosen model
Hudha et al. (2016b). Perbaikan proses yang adalah ±180 menit atau lebih ±30 menit. Waktu
mendasar dilakukan adalah efektivitas waktu, kurang terkontrol pada fase atau siklus Identify dan
kepatuhan terhadap kegiatan yang harus dilakukan Discussion. Hal ini wajar karena mahasiswa dan
dosen dan mahasiswa setiap fase/tahap pembelajaran dosen masih dalam tahap penyesuaian terhadap
OIDDE, pelibatan mahasiswa dalam pelaksanaan model pembelajaran OIDDE ini.
proses/interaksi pembelajaran (baik dalam tugas Mahasiswa pun masih belum terbiasa dalam

Terbitan Bulan Desember | JURNAL BIOEDUKATIKA 77


Husamah, dkk

melakukan proses Identify, dimana mereka harus dapat dilakukan karena pada mata kuliah
mengidentifikasi serta menentukan konsep-konsep Pengetahuan Lingkungan satu pertemuan terdiri dari
problematika lingkungan hidup berdasarkan 3 jam pelajaran, dan 1 jam pelajaran berdurasi 50
tayangan atau informasi yang diberikan dosen menit, sehingga total waktu adalah 150 menit.
sebelumnya. Selain itu, mahasiswa juga harus Langkah yang sama berupa pengalokasian waktu
membuat argumen tentang konsep-konsep secara tepat juga dilakukan oleh Fariati, Hudha, &
problematika lingkungan yang didukung dengan Husamah (2017). Hal ini tentu sejalan dengan
bukti-bukti atau dasar teori yang relevan. Proses ini pandangan Djamarah (2000) bahwa dalam
tentu saja membutuhkan kemampuan berpikir kritis menerapkan diskusi para guru/dosen harus berhati-
yang baik, yang apabila belum terbiasa akan hati. Diskusi yang di dalamnya terdapat aktivitas
membutuhkan waktu relatif lama. membuat keputusan, diskusi kelompok kecil, serta
Identifikasi masalah sebagai rangkaian dalam kelompok besar akan memerlukan pertimbangan
berpikir membutuhkan waktu relatif lebih lama, yang memakan waktu bahkan pemborosan waktu.
terlebih bagi mereka yang belum terbiasa Perbaikan yang dilakukan dosen model terkait
(Karjalainen, Alha, & Jutila, 2006). Sebagai bagian dengan waktu ditunjukkan bahwa pada siklus II
dari proses berpikir, mengidentifikasi masalah waktu yang digunakan tepat 150 menit. Kedisiplinan
membutuhkan kosentrasi yang cukup tinggi sehingga mengelola waktu juga mendorong dosen model
membutuhkan waktu, terlebih jika sebelumnya untuk patuh dan secara tepat melaksanakan semua
peserta didik telah terkosentarsi dalam banyak hal kegiatan yang harus dilakukan dosen dan mahasiswa
(Saragih, 2008). di setiap fase/tahap OIDDE. Pada Siklus II dosen
Menurut Yuliana (2015) mengingat proses model semakin mahir melaksanakan fase-fase
identifikasi masalah memerlukan waktu berpikir pembelajaran OIDDE. Dosen model telah
relatif lama maka sebaiknya pengajar/dosen perlu menyiapkan catatan kecil yang dapat dilihat sewaktu
menyajikan masalah dengan cara dan bentuk yang tentang apa yang harus ia lakukan dan mahasiswa
menarik. Konteks permasalahan yang disampaikan lakukan setiap fasenya. Jika target capaian tidak
harus dikenal baik oleh mahasiswa dan harus maksimal dosen model melakukan improvisasi
menarik perhatian serta membangkitkan semangat sehingga akhirnya target tersebut tercapai, misalnya
intelektual. Pengajar/dosen juga perlu memberikan apabila mahasiswa tidak mampu memberikan
waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk pemcahan yang tepat, maka dosen model
mengeksplorasi masalah. Pengajar/dosen harus memberikan pancingan berupa kata-kata kunci yang
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk mendorong mahasiswa secara individu maupun
memecahkan masalah, mendiskusikan kemungkinan kelompok untuk melakukan dan memikirkan hal
pemecahannya, dan merangkum apa yang telah tersebut.
dipelajari. Dosen model dan para observer juga memiliki
Terkait dengan permasalahan tersebut catatan-catatan mengenai jalannya pembelajaran
perbaikan yang dilakukan oleh dosen pada Siklus II Siklus I, termasuk dalam hal ini adalah aktivitas
adalah dengan memunculkan permasalahan yang mahasiswa secara individu maupun kelompok. Pada
lebih menarik, umum dikenal dan dijumpai dalam saat refleksi (see) Siklus I dan plan Siklus II, observer
kehidupan sehari-hari mahasiswa, dan dikemas dalam memberikan catatan-catatan mengenai aktivitas
bentuk video sehingga lebih menarik bagi mahasiswa. mahasiswa dan terutama hal-hal yang perlu
Dosen model juga melakukan disiplin waktu pada diperbaiki sehubungan dengan permasalahan
tahap-tahap lainnya, khususnya fase/tahap diskusi. keaktifan tersebut. Observer memberikan alternatif-
Diskusi yang menarik cenderung memakan banyak alternatif cara untuk meningkatkan aktivitas
waktu karena setiap mahasiswa aktif untuk mahasiswa dalam hal berpikir kritis, khususnya
menyampaikan pendapat atau gagasannya. Namun mahasiswa-mahasiswa yang perlu mendapatkan
demikian, diskusi yang tidak terarah jika dibiarkan pendampingan dan perlu dilibatkan secara lebih
juga akan semakin memakan lebih banyak waktu, dalam proses pembelajaran Interaksi antara dosen
sehingga dosen harus berkonsentrasi dan disiplin dan mahasiswa untuk merangsang aktivitas berpikir
mengatur peruntukan waktu setiap fase/tahap. kritis mahasiswa juga dilakukan dosen model.
Berdasarkan masukan terhadap pelaksanaan Peningkatan kualitas pembelajaran yang
Siklus I, dosen model mengatur dengan tepat dilakukan dosen sebagai dampak positif dari
peruntukan waktu untuk fase Discussion atau perbaikan-perbaikan proses yang dilakukan
diskusi. Dosen model melakukan pengaturan atau berdasarkan masukan para observer melalui kegiatan
pengalokasian waktu presentasi dengan tepat, waktu Lesson Study juga mendorong peningkatan kualitas
bertanya, menanggapi, dan menyanggah. Hal ini daya kritis atau kemampuan berpikir kritis

78 JURNAL BIOEDUKATIKA| Model pembelajaran OIDDE pada mata kuliah ….


JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 |Halaman 73-85

mahasiswa, yang akan diuraikan sesuai data pada Tabel 3. Data kemampuan berpikir kritis pada prasiklus
bagian berikutnya. Hal ini sejalan dengan Doig & Indikator Skor (%) Kriteria
Groves (2011) serta Pantiwati (2015) bahwa Lesson Tujuan 65,2 Cukup
Study yang diterapkan untuk meninjau sebuah Permasalahan 60,3 Cukup
Menyikapi masalah 64,7 Cukup
aktivitas pembelajaran akan meningkatkan kualitas Sudut pandang 63,4 Cukup
pembelajaran tersebut implementasi Lesson Study Informasi 68,5 Baik
berdampak positif bagi pembinaan dan peningkatan Konsep 67,9 Baik
kompetensi pedadogik. Asumsi 61,1 Cukup
Setelah mengikuti Lesson Study pengajar Alternatif solusi 64,7 Cukup
Interpretasi 61,1 Cukup
memiliki kemampuan yang memadai dalam Implikasi 60,3 Cukup
merancang rencana pelaksanaan pembelajaran. Begitu Rerata Skor 63,7 Cukup
juga kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Melalui kegiatan plan, pengajar Tabel 3 menujukkan hampir semua indikator
mendapat masukan untuk perbaikan RPP sebelum kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada prasiklus
disampaikan kepada mahasiswa. Pengajar berada pada kategori cukup (rerata skor 63,7%),
berkesempatan merevisi RPP yang sudah kecuali indikator informasi dan indikator konsep
dirancangnya. Ketika memasuki kelas, dalam kondisi yang termasuk kategori baik. Hasil kemapuan
siap dan percaya diri karena RPP yang “dibawa” berpikir kritis mahasiswa pada prasiklus tersebut
merupakan hasil rancangan bersama pengajar dapat digunakan sebagai informasi awal untuk
sebidang dengan meminimalkan kemungkinan melakukan perbaikan dan menjadi alasan
kendala yang dihadapi dalam pengelolaan diterapkannya model pembelajaran OIDDE. Hasil
pembelajaran. Kesiapan dalam perancangan rencana perhitungan masing-masing indikator kemampuan
pembelajaran berdampak positif bagi pembelajaran berpikir kritis secara klasikal pada Siklus I dapat
menyenangkan dan efektif. Pembelajaran dilihat pada Tabel 4 berikut.
dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Kehadiran Tabel 4. Data kemampuan berpikir kritis pada siklus I
observer untuk memantau kegiatan mahasiswa Indikator Skor (%) Kriteria
memungkinkan terdeteksinya kesulitan mahasiswa Tujuan 76,1 Baik
dalam belajar secara optimal dan merata. Kesulitan Permasalahan 70,5 Baik
dan kelemahan selama pembelajaran dibahas dalam Menyikapi masalah 72,8 Baik
Sudut pandang 69,4 Baik
fase see untuk dicarikan solusi. Tahap-tahap yang Informasi 75,5 Baik
dilalui dalam Lesson Study memungkinkan pengajar Konsep 78,8 Baik
terus berkembang lebih baik (Rozak & Fauziah, Asumsi 72,6 Baik
2013). Alternatif solusi 67,9 baik
Interpretasi 75,5 Baik
Implikasi 70,7 Baik
Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Rerata Skor 72,9 Baik
melalui Penerapan Model Pembelajaran OIDDE
Analisis dilakukan dengan menghitung skor Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa
masing-masing indikator yang diperoleh mahasiswa, semua indikator kemampuan berpikir kritis
kemudian digunakan untuk melihat persentase skor mahasiswa pada siklus I dibandingkan dengan
setiap aspek kemampuan berpikir kritis mahasiswa prasiklus (Tabel 3) mengalami peningkatan dari
secara klasikal. Setelah menghitung persentase skor kategori cukup dan baik menjadi baik (nilai rerata
kemampuan berpikir kritis tersebut selanjutnya 72,9%). Kondisi tersebut menjadi pertimbangan
mengklasifikasikan skor tersebut ke dalam kategori bahwa siklus masih perlu dilanjutkan ke siklus
kurang sekali (<40%), kurang (≥40 – ≤55%), berikutnya yaitu siklus II, dengan harapan indikator
cukup (>56 – <66%), baik (≥66 – <80%), dan meningkat dari baik menjadi sangat baik. Perbaikan-
baik sekali (≥80 – 100%) yang mengacu pada perbaikan pembelajaran sebagaimana yang telah
Arikunto (2005). Pada akhir perhitungan, diperoleh diuraikan pada bagian sebelumnya dilakukan.
klasifikasi nilai secara klasikal untuk mengetahui Kemampuan berpikir kritis pada siklus II dari hasil
kemampuan berpikir mahasiswa secara keseluruhan. perhitungan secara klasikal disajikan pada Tabel 5.
Peningkatan skor setiap indikator keterampilan Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hampir
berpikir kritis dilakukan dengan menghitung selisih semua indikator kemampuan berpikir kritis
persentase Siklus II dengan Prasiklus. Data hasil mahasiswa pada siklus II termasuk dalam kategori
kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada Prasiklus sangat baik (rerata skor 82,3%), kecuali indikator
dapat dilihat pada Tabel 3. asumsi (73,6%) dan alternatif solusi (72,8%).

Terbitan Bulan Desember | JURNAL BIOEDUKATIKA 79


Husamah, dkk

Tabel 5. Data kemampuan berpikir kritis pada siklus II sebesar 9,2%) dan menjadi 82,3% pada Siklus II
Indikator Skor (%) Kriteria (peningkatan sebesar 9,4%). Total peningkatan
Tujuan 82,1 Baik sekali kemampuan berpikir kritis dari prasiklus sampai
Permasalahan 78,1 Baik Siklus II sebesar 18,6%.
Menyikapi masalah 87,0 Baik sekali
Sudut pandang 87,7 Baik sekali
Hasil penelitian ini sejalan dengan Setyawan
Informasi 88,0 Baik sekali (2017) bahwa penerapan Model Pembelajaran
Konsep 89,1 Baik sekali OIDDE pada Matakuliah Zoologi Vertebrata dalam
Asumsi 73,6 Baik analisis yang sederhana dapat meningkatkan
Alternatif solusi 72,8 Baik kemampuan berpikir kritis mahasiswa semester III
Interpretasi 82,1 Baik sekali
implikasi 82,1 Baik sekali (kelas III-C) Pendidikan Biologi Universitas
Rerata Skor 82,3 Baik sekali Muhammadiyah Malang tahun ajaran 2015-2016
Berdasarkan data dari Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 sebesar 7% sampai dengan 10%. Penerapan Model
maka kita dapat menghitung total peningkatan Pembelajaran OIDDE pada Matakuliah Zoologi
masing-masing indikator keterampilan berpikir kritis Vertebrata juga dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa dari prasiklus sampai siklus 2. Data mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas
peningkatan disajikan pada Gambar 3. Muhammadiyah Malang dengan ketuntasan belajar
100%.
Materi yang disajikan oleh dosen model dalam
pembelajaran mata kuliah Pengetahuan Lingkungan
ini adalah Permasalahan Lingkungan dan Strategi
Pemgembangan Lingkungan. Menurut Siswandari,
Hindun, & Sukarsono (2016) proses pembelajaran
akan menarik apabila pengajar mampu menghadirkan
materi atau permasalahan yang kontekstual sehingga
peserta didik akan cepat terlibat dalam setiap
prosesnya karena materi dekat dengan kehidupan
Gambar 3. Data peningkatan setiap indikator kemampuan
berpikir kritis mahasiswa
mereka. Sejalan dengan itu, dalam pandangan
Susetyarini, Wahyuni, & Latifa (2015) dan H.
Kita dapat pula menghitung peningkatan rerata Husamah (2015) pembelajaran yang didesain dengan
skor atau membandingkan rerata skor pada prasiklus, menghadirkan problem lingkungan dan menuntut
Siklus I, dan Siklus II, seperti disajikan pada Gambar mahasiswa untuk mencari solusi kreatif-inovatif akan
4. membuat mereka semakin peka dan sensitif karena
pada dasarnya pembelajaran itu membuat mereka
sadar. Mereka akan menggali pengalaman-
pengalaman, pengetahuan dan teori yang telah
dikonsturksi sebelumnya menjadi suatu ide yang
solutif. Tahapan proses berpikir kritis itu, menurut
Yanfa’ani, Maridi, & Dwiastuti (2015) diawali
dengam mencari makna dan pemahaman terhadap
sesuatu, kemudian mempertimbangkan keputusan
Gambar 4. Data peningkatan kemampuan berpikir kritis dan lalu memberi solusi terhadap suatu
mahasiswa pada setiap siklus permasalahan.
Berdasarkan data pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel Sehubungan dengan hal tersebut, efektivitas
5, dan Gambar 3, terlihat bahwa Model Model Pembelajaran OIDDE dalam meningkatkan
Pembelajaran OIDDE mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat diduga karena pada
kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang tahapan atau fasenya mendorong mahasiswa untuk
menempuh mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. melakukan kegiatan belajar yang terintegrasi pada
Semua indikator keterampilan berpikir kritis peningkatan pengetahuan dan menerapkan ilmu
meningkat setiap siklusnya, baik pada Siklus I dan pengetahuan yang kemudian diintegrasikan pada
terlebih lagi pada Siklus II. Secara rerata skor, pada pengalaman belajar sehari-hari mahasiswa. Kelima
Siklus I semua indikator sudah termasuk pada fase dalam Model Pembelajaran OIDDE, yaitu
kategori baik, sedangkan pada Siklus II termasuk Orientation, Identify, Discussion, Decision, dan
kategori sangat baik. Rerata kemampuan berpikir Engage in behavior mampu memenuhi persyaratan
kritis mahasiswa meningkat dari 63,7% pada tersebut. Oak (2009) menyatakan bahwa
prasiklus menjadi 72,9% pada Siklus I (peningkatan keterampilan berpikir kritis akan berkembang

80 JURNAL BIOEDUKATIKA| Model pembelajaran OIDDE pada mata kuliah ….


JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 |Halaman 73-85

melalui pengolahan kebiasaan berpikir analisis dan tergantung ada tidaknya dosen model. Hal ini akan
berpikir strategik. Kemampuan itu ditingkatkan membantu mahasiswa untuk menjadi calon generasi
dengan membangun kebiasaan untuk mengalisis yang berkarakter di masa depan, yang bisa bekerja
situasi yang kritis. Mengembangkan kemampuan secara mandiri namun tetap mampu bekerja secara
memecahkan masalah dan mengembangkan berkelompok atau kooperatif. Menurut Surya
keterampilan berargumentasi mahasiswa merupakan (2013) berpikir kritis merupakan sebuah proses aktif
strategi yang sangat tepat dalam meningkatkan dan teratur untuk memahami informasi secara
keterampilan berpikir kritis. mendalam sehingga membentuk sebuah keyakinan
Hasil penelitian ini juga menguatkan temuan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat
penelitian Fariati et al (2017) bahwa Model yang disampaikan. Berpikir kritis dapat
Pembelajaran OIDDE efektif dalam memberikan menumbuhkan kemampuan mengidentifikasikan
dan menanamkan pengetahuan terkait permasalahan prasangka, masalah yang bias (berpihakan),
perilaku seks pranikah pada remaja. Hal ini menafsirkan propaganda, adanya unsur kebohongan,
menunjukkan bahwa Model Pembelajaran OIDDE distorsi (menyesatkan), informasi yang salah
yang diimplementasikan kepada para siswa mampu (misinformasi), egosentrisme, dan lan-lain.
memberikan pemahaman dan akhirnya mereka Kegiatan Orientation dan Identify memberikan
mampu memilih alternatif jawaban yang paling baik peluang diskusi mahasiswa mulai terarah dan
atau paling tepat, karena adanya penguatan terhadap sistematis karena masing-masing mahasiswa memiliki
pertimbangan etis mereka melalui pembelajaran ini. data berupa informasi tentang fakta-fakta. Kegiatan
Patut diduga bahwa kemampuan siswa dalam Discussion mendorong mahasiswa secara langsung
memilih alternatif perilaku dan melakukan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya
pertimbangan etis tidak lain adalah kemampuan untuk mencari alternaif solusi dan tindakan bagi
berpikir kritis mereka yang terbina melalui Model dirinya dan orang lain. Hal inilah yang menjadikan
Pembelajaran OIDDE. Inilah yang menghubungkan meningkatnya kemampuan berpikir kritis secara
antara hasil penelitian ini dengan hasil penelitian nyata. Pernyataan ini sejalan dengan Karyana (2013)
Fariati et al (2017). Dengan demikian dapat bahwa pengembangan kemampuan berpikir itu tidak
dikatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan melalui metode
OIDDE dengan tepat sesusai dengan tahapan ceramah atau penjelasan saja, tetapi harus banyak
seharusnya akan merangsang munculnya kemampuan melatih dan mempraktekan keterampilan berpikir
berpikir kritis mahasiswa dan bila dilakukan terus melalui pembelajaran-pembelajaran aktif berbasis
menerus akan meningkatkan kualitas berpikir kritis masalah dan studi kasus dalam suasana diskusi multi
mereka. arah.
Fase atau tahapan dalam model Pembelajaran Kegiatan pembelajaran yang didesain dimana
OIDDE mampu mestimulasi sepuluh indikator peserta didik mengindentifikasi masalah akan
keterampilan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan mendorong peningkatan kemampuan berpikir kritis
pandangan Machin (2014) bahwa pembelajaran (Atmojo, 2009). Pembiasaan berpikir kritis menjadi
yang tepat akan dapat memberikan pengalaman penentu kemampuan dalam menjawab permasalahan
bermakna bagi mahasiswa, karena mereka tidak pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran (Ekawati,
hanya memahami, tetapi juga meresapi, Susetyarini, Pantiwati, & Husamah, 2015; Jariyah,
menginternalisasi, dan mengaktualisasikan dalam 2017). Aktivitas mengidentifikasi mendorong
kehidupan sehari-hari. Menurut Suharyat (2009) berpikir kritis karena menuntut kemampuan
meresapi dan menginternalisasi berhubungan dengan menganalisis suatu masalah. Pikiran harus terbuka,
penyikapan masalah, sudut pandang, dan asumsi jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis
seseorang, sedangkan menurut Nasihin (2015) harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan
internalisasi juga berhubungan dengan alternatif yang diambilnya. Ia harus bisa menjawab pertanyaan
solusi yang diambil dan interpretasi, sementara mengapa keputusan seperti itu diambil (Harsanto,
aktualisasi adalah istilah lain dari implikasi perilaku 2005).
atau sikap yang diambil seseorang. Kegiatan Decision mengkondisikan mahasiswa
Model Pembelajaran OIDDE mendorong untuk mengambil keputusan pemecahan masalah.
mahasiswa untuk aktif mengidentifikasi masalah, Hal ini akan menjadi bekal berharga apabila
memilih alternatif pemecahan masalah, dan mahasiswa calon guru ini terjun ke dunia nyata
mewujudkan dalam sikap. Hal tersebut dilaksanakan menjadi pendidik masa depan. Menurut Snyder &
dalam kegiatan secara individu maupun dalam Snyder (2008) agar efektif di tempat kerja (dan
kelompok, baik dalam kondisi dalam pengawasan kehidupan pribadi mereka), mahasiswa harus dapat
dosen model maupun secara mandiri tanpa memecahkan masalah untuk membuat keputusan

Terbitan Bulan Desember | JURNAL BIOEDUKATIKA 81


Husamah, dkk

efektif; mereka harus bisa berpikir kritis. Hal senada dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
menurut Wehmeyer (2007) bahwa kemampuan INKUIRI, 1(2), 86–92.
mahasiswa untuk memecahkan masalah sangat Agustina, R., & Susantini, E. (2010). Penerapan
penting bagi keberhasilan mereka dalam pendidikan perangkat pembelajaran pencemaran dan
dan kehidupan. Kapasitas ini menjadi semakin pelestarian lingkungan untuk melatih
penting dalam konteks upaya reformasi pendidikan, keterampilan berpikir kritis. In Prosiding
sebagai upaya menciptakan generasi handal di masa Seminar Nasional Biologi (Vol. 7).
depan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Kegiatan Engage in behavior menuntut
Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar evaluasi
mahasiswa berperilaku sebagaimana keputusan yang
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
ditetapkan secara verbal. Menurut Peter (2012)
seseorang yang lemah dalam berpikir kritis Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta:
cenderung memilih perilaku sederhana, dan Rineka Cipta.
sebaliknya kemampuan berpikir kritis menuntut Arnyana, I. B. P. (2004). Pengembangan perangkat
mereka memilih perilaku yang berarti. Oleh karena model belajar berdasarkan masalah dipandu
itu menurut McCormick et al (2015) pendidik harus strategi kooperatif serta pengaruh
mencoba memenuhi tujuan bersama membantu implementasinya terhadap kemampuan
mahasiswa untuk mengembangkan dan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sekolah menengah atas pada pelajaran
pemecahan masalah mereka. Mahasiswa yang aktif ekosistem. (Disertasi Doktor yang tidak
terlibat lebih termotivasi untuk melakukan dengan diterbitkan). Universitas Negeri Malang,
baik. Pembelajaran kolaboratif yang didesain dalam Malang.
kelompok kecil dan menuntut mereka untuk Arslan, S. (2012). The influence of environment
melakukan pemecahan masalah terbukti efektif education on critical thinking and
dalam meningkatkan keterlibatan, minat, dan environmental attitude. Procedia -Social
persepsi mengenai suatu nilai dan esensi pelajaran. and Behavioral Sciences, 55, 902–909.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.579
Simpulan Atmojo, E. P. D. (2009). Upaya peningkatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) model aktivitas berpikir kritis melalui model tugas
pembelajaran OIDDE telah dilaksanakan sesuai terstruktur dan kuis ( PTK pembelajaran
sintaks, dimana ada perbaikan proses pada siklus II matematika kelas VIII MTsN Cepogo
berdasarkan masukan para observer pada Siklus I, Boyolali). (Skripsi tidak diterbitkan).
dan 2) Dengan membandingkan antara data pada Universitas Muhammadiyah Surakarta,
prasiklus dengan siklus II maka kesepuluh indikator Surakarta.
keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan. BSNP, T. P. P. (2010). Paradigma pendidikan
Hampir semua indikator pada siklus 2 termasuk nasional abad XXI. Jakarta: Badan Standar
dalam sangat baik, kecuali asumsi dan alternatif Nasional Pendidikan.
solusi yang termasuk kategori baik. Hal ini Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik
menunjukkan model pembelajaran OIDDE dapat dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
meningkatkan keterampilan berpikir kritis Cipta.
mahasiswa pendidikan biologi. Berdasarkan hal Doig, B., & Groves, S. (2011). Japanese lesson study:
tersebut dapat disarankan bahwa perlu penelitian Teacher professional development through
lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana model communities of inquiry. Mathematics
pembelajaran OIDDE bila dikaitkan dengan upaya Teacher Education and Development,
peningkatan kemampuan berpikir kreatif, 13(1), 77–93.
metakognitif, self regulation, motivasi, pengambilan
sikap etis, atau pun lainnya. Ekawati, R., Susetyarini, E., Pantiwati, Y., &
Husamah, H. (2015). Peningkatan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis
Daftar Pustaka dengan model pembelajaran cooperative
Afandi, Sugiyarto, & Sunarno, W. (2012). integrated reading and composition
Pembelajaran biologi menggunakan (CIRC). JPBI: Jurnal Pendidikan Biologi
pendekatan metakognitif melalui nodel Indonesia, 1(3), 298–306.
reciprocal learning dan problem based https://doi.org/10.22219/JPBI.V1I3.2662.
learning ditinjau dari kemandirian belajar G3339
82 JURNAL BIOEDUKATIKA| Model pembelajaran OIDDE pada mata kuliah ….
JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 |Halaman 73-85

Fariati, E., Hudha, A. M., & Husamah, H. (2017). skills, and learning outcomes in biology
Pengetahuan dan keputusan etis siswa SMK students. International Journal of Education
Negeri 6 malang terhadap permasalahan Learning & Development (IJELD), 2(1),
perilaku seks pra nikah melalui model 77–94.
pembelajaran OIDDE. In Prosiding Jariyah, I. A. (2017). The effect of inquiry combined
Seminar Nasional III Tahun 2017. Malang: science-technology-society (STS) learning
Universitas Muhammadiyah Malang. to enhance critical thinking skills on
Harsanto, R. (2005). Melatih anak berpikir analitis, science. JPBI: Jurnal Pendidikan Biologi
kritis, dan kreatif. Jakarta: Gramedia. Indonesia, 3(1), 1–9.
Hartiwiningsih. (2009). Penegakan hukum pidana https://doi.org/10.22219/JPBI.V3I1.3888.G
lingkungan. Universitas Sebelas Maret, 4602
Surakarta. Karjalainen, A., Alha, K., & Jutila, S. (2006). Give
Hudha, A. M. (2015). Kajian pengetahuan bioetika me time to think: determining student
dan kemampuan pengambilan keputusan workload in higher education. Oulun
etis mahasiswa calon guru biologi. In Yliopisto, Finland: Oulu University Press.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Karyana, N. (2013). Meningkatkan kemampuan
Biologi (hal. 530–538). Malang: berpikir kritis melalui penggunaan metode
Universitas Muhammadiyah Malang. studi kasus. Bandung: Widyaiswara LPMP
Hudha, A. M., Amin, M., Bambang, S., & Akbar, S. Jawa Barat.
(2016a). Model pembelajaran OIDDE Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2013).
untuk pembelajaran bioetika. In Prosiding The action research planner: doing critical
Seminar Nasional II Tahun 2016. Malang: participatory action research. London:
Universitas Muhammadiyah Malang. Springer Science & Business Media.
Hudha, A. M., Amin, M., Bambang, S., & Akbar, S. Khoiriyah, S., & Ristianti, R. (2011). Kesadaran
(2016b). Telaah model-model lingkungan dan motivasi berprestasi siswa
pembelajaran dan sintaksnya sebagai upaya SMA Negeri I Depok tahun 2010/2011
pengembangan model pembelajaran dalam kegiatan Toyota EcoYouth (TEY).
“OIDDE.” JPBI: Jurnal Pendidikan Biologi BIOEDUKASI, 4(2), 13–22.
Indonesia, 2(2), 109–124. Kusni, M. (2010). Implementasi sistem
https://doi.org/10.22219/JPBI.V2I2.3448. pembelajaran blended learning pada kuliah
G4169 AE3121 getaran mekanik di Program Studi
Husamah, H. (2015). Blended project based Aeronotika dan Astronotika. In Seminar
learning: Metacognitive awareness of Nasional Tahunan Teknik Mesin
biology education new students. Journal of (SNTTM) ke-9.
Education and Learning, 9(4), 274–281. Lewis, C. C. (2002). Lesson study : a handbook of
https://doi.org/10.11591/EDULEARN. teacher-led instructional change. Philadelphia:
V9I4.2121 Research for Better Schools, Inc.
Husamah, H. (2015). Blended project based Machin, A. (2014). Implementasi pendekatan
learning: Thinking skills of new students of saintifik, penanaman karakter dan
biology education department konservasi pada pembelajaran materi
(environmental sustainability perspective). pertumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 4(2), Indonesia, 3(1), 28–35.
110–119. https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.2898
https://doi.org/10.15294/JPII.V4I2.3878
McCormick, N. J., Clark, L. M., & Raines, J. M.
Husamah, H. (2016). Penerapan tugas menulis (2015). Engaging students in critical
jurnal belajar terhadap nilai akhir mahasiswa thinking and problem solving: A brief
pada mata kuliah pengantar pendidikan di review of the literature. Journal of Studies
Prodi Pendidikan Biologi FKIP - UMM. In in Education, 5(4), 100–113.
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016 https://doi.org/10.5296/jse.v5i4.8249
(hal. 1175–1181). Malang: Universitas
Minarno, E. B. (2012). Pembelajaran bioetika
Muhammadiyah Malang.
sebagai pengawal perkembangan biologi
Husamah, H., & Pantiwati, Y. (2014). Cooperative modern dan penyelamatan lingkungan
learning STAD-PjBL: Motivation, thinking

Terbitan Bulan Desember | JURNAL BIOEDUKATIKA 83


Husamah, dkk

hidup. Jurnal el-Hayah, 3(1). Rozak, A., & Fauziah, E. (2013). Implementasi
https://doi.org/10.18860/elha.v3i1.2217 lesson study sebagai upaya peningkatan
Nasihin, N. (2015). Internalisasi nilai-nilai agama kompetensi pedagogik guru bahasa
islam dalam pembinaan akhlak mulia. indonesia di SMP kabupaten Cirebon.
Ummul Quro, 5(1), 1–10. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 13(1),
1–14. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v13i1.754
Oak, M. (2009). Simple Yet Practical Tips on
Developing Critical Thinking Skills. Saragih, S. (2008). Mengembangkan keterampilan
Diambil 12 September 2017, dari berfikir matematika. In Prosiding Seminar
https://www.buzzle.com/articles/developi Nasional Matematika dan Pendidikan
ng-critical-thinking-skills.html Matematika. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Pantiwati, Y. (2015). Pemanfaatan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar dalam lesson Setyaningrum, Y., & Husamah, H. (2011).
study untuk meningkatkan metakognitif. Optimalisasi penerapan pendidikan karakter
JURNAL BIOEDUKATIKA, 3(1), 27– di sekolah menengah berbasis keterampilan
32. proses: Sebuah perspektif guru IPA-Biologi.
https://doi.org/10.26555/bioedukatika.v Jurnal Penelitian dan Pemikiran
3i1.4144 Pendidikan, 1(1), 69–81.
Pary, C. (2010). Keanekaragaman dan kepadatan Setyawan, D. (2017). Penerapan model pembelajaran
kepiting bakau (Scylla spp) pada kawasan OIDDE pada matakuliah zoologi vertebrata
hutan mangrove teluk kotania kabupaten untuk meningkatkan kemampuan berfikir
seram bagian barat sebagai bahan kritis dan hasil belajar mahasiswa
pengembangan materi praktikum ekologi di pendidikan biologi Universitas
perguruan tinggi. (Thesis tidak diterbitkan). Muhammadiyah Malang. In Prosiding
Universitas Muhammadiyah Malang, Seminar Nasional III Tahun 2017 (hal. 196–
Malang. 203). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Peter, E. E. (2012). Critical thinking: Essence for Sidharta, A., & Darliana, D. (2005). Keterampilan
teaching mathematics and mathematics berfikir. Bandung: P3GIPA, Ditjend
problem solving skills. African Journal of Dikdasmen Depdiknas.
Mathematics and Computer Science Siswandari, A. M., Hindun, I., & Sukarsono, S.
Research, 5(3), 39–43. (2016). Phytoremediation of phosphate
https://doi.org/10.5897/AJMCSR11.161 content in liquid laundry waste by using
Prasetiyo, N. A., & Perwiraningtyas, P. (2017). The echinodorus paleafolius and equisetum
Development of Environment based hyemale used as biology learning resource.
Textbook in Biology Course at Tribhuwana JPBI: Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(3),
Tunggadewi University. JPBI: Jurnal 222–230.
Pendidikan Biologi Indonesia, 3(1), 19–27. https://doi.org/10.22219/jpbi.v2i3.3860
https://doi.org/10.22219/JPBI.V3I1.396 Snyder, L. G., & Snyder, M. J. (2008). Teaching
9.G4604 critical thinking and problem solving skills.
Puspitasari, E., Sumarmi, S., & Amirudin, A. (2016). The Delta Pi Epsilon Journal, 50(2), 90–99.
Integrasi Berpikir Kritis dan Peduli Suharyat, Y. (2009). Hubungan antara sikap, minat
Lingkungan melalui Pembelajaran Geografi dan perilaku manusia. Jurnal Region, 1(3),
dalam Membentuk Karakter Peserta Didik 1–19.
SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Surya, H. (2013). Cara belajar orang genius. Jakarta:
dan Pengembangan, 1(2), 122–126. Elexmedia.
Quinn, C. (2012). Studies on Critical Thinking for Susetyarini, R. E., Wahyuni, S., & Latifa, R. (2015).
Environmental Ethics. University of Kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada
Nebraska. Diambil dari matakuliah embriologi dan reproduksi
http://digitalcommons.unl.edu/aglecdiss hewan melalui lesson study. In Prosiding
Rosnawati, R. (2012). Berpikir kritis melalui Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015
pembelajaran matematika untuk (hal. 774–781). Malang: Universitas
mendukung pembentukan karakter siswa. In Muhammadiyah Malang.
Seminar Nasional Pendidikan (hal. 1–9). Susilo, H. (2009). Combining lesson study (LS) and
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. classroom action research (CAR) for
84 JURNAL BIOEDUKATIKA| Model pembelajaran OIDDE pada mata kuliah ….
JURNAL BIOEDUKATIKA Vol. 5 No. 2 Tahun 2017 |Halaman 73-85

teacher professional development. CoSMEd Wehmeyer, M. L. (2007). Promoting self-


2009 Proceedings, 77–84. determination in students with
Syamsuri, I., & Ibrohim. (2011). Lesson study (studi developmental disabilities. New York:
pembelajaran). Malang: UM Press. Guilford Press.
Turista, D. D. R. (2017). Biodegradation of organic Yafie, A. (2006). Merintis fiqh lingkungan hidup.
liquid waste by using consortium bacteria as Jakarta: Yayasan Amanah.
material preparation of environmental Yanfa’ani, P. S., Maridi, & Dwiastuti, S. (2015).
pollution course textbook. Jurnal The influence of active knowledge sharing
Pendidikan Biologi Indonesia, 3(2), 95. based contexstual learning models toward
https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4322. biology critical thingking. Jurnal
g4734 Pendidikan Biologi, 7(1), 28–39.

Terbitan Bulan Desember | JURNAL BIOEDUKATIKA 85

Anda mungkin juga menyukai