Step 7
Step 7
A. TELINGA LUAR
1/3 lateral dibentuk cartilago dan 2/3 medialnya tulang. Dilapisi kulit dan glandula
seruminase.
Struktur::
a) Auricula
b) meatus acusticus externus (liang telinga luar ), terdiri dari:
- pars cartilage
- pars ossea
1. Nervus auriculotemporalis
5. Nervus facialis
B. TELINGA TENGAH
b) Cavum tympany
c) Ossicula auditiva
d) Tuba auditiva
e) Adnexa mastoidea
f) Nervus facialis
Batas-batas :
a. Batas luar : membrane tympani
b. Batas depan : tuba eustachii
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum (lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid), kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam : dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
MEMBRAN TYMPANI
Malleus
Bagian-bagian :
Caput : bersendi dengan incus
Leher (collum mallei)
Manubrium
o Tempat insertion M. tensor tympanicum
o Melekat pada membrane tympani
Processus anterior : berhubungan dengan fissure petrotympanicum
Processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrane tympani
Incus
Bagian-bagian :
Corpus : bersendi dengan caput mallei
Crus longum : bersendi dengan caput stapedii
Crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus
Stapes
Caput : bersendi dengan incus
Collum : tempat insertion M. stapedius
Crus : menghubungkan collum dengan basis
Basis : melekat pada fenestra ovalis
Persendian ossicula auditiva : articulation synovial
Fungsi : menghantarkan getaran suara ke telinga dalam
OTOT-OTOT
M. stapedius
Origo : pyramida pada dd posterior
Insertion : collum stapedii
Persarafan : N. facialis
Fungsi : relaksasi basis stapedii di fenestra ovalis, untuk mengurangi
tegangan di membrane tympani
M. tensor tympani
Origo : pars cartilage tuba auditiva
Insertion : manubrium mallei
Persarafan : cabang N. pterygoidi medialis (N. mandibularis)
Fungsi : menarik membrane tympani ke dalam dan menekan basis
stapedii pada fenestra ovalis, sehingga membrane tympani
menjadi lebih tegang.
Tuba auditiva
Tabung yang menghubungkan cavum tympani dengan nasopharynx, pada orang dewasa.
Adnexa mastoidea
Nervus facialis
C. TELINGA DALAM
Labyrinth ossea
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Di dalamnya terdapat labyrinth membranacea yang
terdiri dari 3 bagian :
1. Vestibulum
2. Cochlea
3. Canalis semicircularis
Vestibulum
2. Isi
a. sacculus
b. utriculus
Cochlea
2. Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti
spiralis
4. Membrana basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala tympani
dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya.
5. Membrana vestibularis
Diantara membrana vestibularis dan membrana basilaris terdapat spiral organ atau
organ dari Corti
Canalis Semicircularis
1. Anterior
2. Posterior
3. Lateral
Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan yang
lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
Membran tectorial Tiga saluran semisirkuler yang Bergerak bersama dengan getaran
tersusun tiga dimensi dalam cairan di perilimfe untuk meredam
bidang-bidang yang tegak tekanan di dalam koklea, tidak
lurus satu sama lain di dekat berperan di dalam penerimaan
korteks jauh di dalam tulang suara.
temporalis.
Jendela bundar Struktur seperti kantong Tempat sistem sensoris untuk
rongga antara koklea dan keseimbangan dan memberikan
kanalis semisirkularis. masukan yang penting untuk
mempertahankan postur dan
keseimbangan.
pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn bentuk dan dimensinya, dpt
sangat memperbesar suara dlm rentang 2 – 4 kHz.
Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara ( lingk.kita) dan cairan (
telinga dalam)
Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga
dalam
Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran timpani
Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar agar seimbang
Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg naso faring
Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan diluar
Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat cukup oksigen / airasi.
cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala timpani untuk dianalisa dan
dibawa ke otak
vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)
ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan
melalui udara atau tulang ke cochlea menggetarkan membrane timpani telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane
timpani dan tingkap lonjong Energi getar yang telah diamplifikasi ke stapes
Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada
perilimfa pada skala vestibule bergerak getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa menimbulkan gerak relative antara membrane
basilaris dan membrane tektoria (Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel) menimbulkanproses
depolarisasi sel rambut melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis potensial
aksi pada saraf auditorius dilanjutkan ke nucleus auditorius ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Buku ajar ilmu kesehatan THT kepala leher,FKUI,Edisi kelima
Dr badan sel
(Lobus temporalis)
Fisiologi Pendengaran Normal
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membrana
timpani sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran
yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya, stapes menggerakkan foramen ovale yang juga
menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang
mendorong endolimfe dan membrana basalis ke arah bawah. Perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar (Tortora dan Derrickson, 2009).
Menurut Ismail, pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok dan dengan terdorongnya
membrana basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan
listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang nervus
vestibulokoklearis. Kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui
saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
Gangguan pada telinga luar, tengah, dan dalam dapat menyebabkan ketulian. Tuli dibagi atas tuli
konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campur. Tuli konduktif terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti
infeksi, serumen atau kelainan telinga tengah seperti otitis media atau otosklerosis (Kliegman, Behrman,
Jenson, dan Stanton, 2004).
Tuli sensorineural melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Salah satu
penyebabnya adalah pemakaian obat-obat ototoksik seperti streptomisin yang dapat merusak
stria vaskularis. Selain tuli konduksi dan sensorineural, dapat juga terjadi tuli campuran. Tuli
campuran adalah tuli baik konduktif maupun sensorineural akibat disfungsi konduksi udara
maupun konduksi tulang (Lassman, Levine dan Greenfield, 1997).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf
5. macam- macam gangguan penurunan pendengaran dan patofisiologi masing masing penyakit
dan terapinya
Gangguan Pendengaran
Klasifikasi derajat gangguan pendengaran menurut International Standard Organization (ISO) dan
American Standard Association (ASA)
Derajat Gangguan ISO ASA
Pendengaran
Pendengaran Normal 10-25 dB 10-15 dB
Ringan 26-40 dB 16-29 dB
Sedang 41-55 dB 30-44 dB
Sedang Berat 56-70 dB 45-59 dB
Berat 71-90 dB 60-79 dB
Sangat Berat Lebih 90 dB Lebih 80 dB
Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam
secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang
pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan tuba auditiva. Pada bentuk
yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada telinga dalam, maupun jalur
persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).
Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.
2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi kepala.
4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice) khususnya
pada penderita otosklerosis.
Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang ditemui pada gangguan
pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita biasanya
lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini
lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan pendengaran jenis
hantaran, khususnya otosklerosis.
2. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana gaduh
dibanding suasana sunyi.
3. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik, ataupun
penyakit sistemik sebelumnya.
Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, kanal telinga luar
maupun selaput gendang telinga tampak normal. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai
penderita tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-
kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan).
Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes Weber ada
lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.
Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis konduktif dan gangguan
pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran
(misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan sensorineural. Dapat pula
sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural, lalu kemudian disertai dengan
gangguan hantaran (misalnya presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua gangguan
tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma kepala yang berat sekaligus mengenai telinga
tengah dan telinga dalam (Miyoso, Mewengkang dan Aritomoyo, 1985).
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala gangguan
pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-
tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada tes
bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar
mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes garputala
Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach memendek (Bhargava,
Bhargava and Shah, 2002).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf
9. apa hubungan penderita 2 hari yll mengorek telinga dengan cotton bud dengan keluhan sekarang
Telinga kita memiliki saluran luar (canal auditori eksterna) dengan bentuk sedemikian rupa yang bisa
secara otomatis membuang kotoran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas
pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan
serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang.
Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
10. mengapa nyeri dirasakan saat ditekan tragus atau di Tarik aurikulanya
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit,
perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta
berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan
derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut
saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit
yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
11. mengapa dokter memberikan resep serumenolitik dan 2 hari sebelum dilakukan irigasi telinga
serta obat antibiotic dan analgetik oral
i. Pemeriksaan
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi:
Dengan Otoskopi : (melihat gendang telinga/MT)
- Scwabach : memanjang
Pemeriksaan otoskopi
- Stadium peradangan:
Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan dengan
corakan pembuluh darah sepanjang maleus dan annulus. Bila penyakit
berlanjut, membran timpani menebal dan memerah. Pars tensa mengembung
dan bagianya tak jelas. Hal ini menunjukkan bahwa membran timpani terancan
perforasi.
- Stadium supurasi:
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering berpulsasi, keluar
melalui perforasi pada pars tensa membran timpani. Bila dapat terlihat, tampak
mukosa menebal, berwarna merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi
yang kecil mungkin tampak mukosa yang edem menonjol keluar melalui lubang
perforasi dan sekret keluar dari tengahnya, biasa disebut perforasi puting susu.
- Stadium komplikasi
Tampak dinding postero superior liang telinga menggantung (sagging).
Gambaran membran timpani tidak jelas berbeda dengan sebelumnya.
Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan rontgen mastoid : untuk melihat perluasan infeksi dari telinga tengah ke daerah tulang
mastoid, serta adanya gambaran kolesteatoma
- Pemeriksaan CT scan kepala : untuk melihat kelainan di intrakranial. Sebelum ada CT scan, dilakukan
pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan ventrikulografi untuk mendiagnosis kelainan intrakranial.
Tetapi, pemeriksaan ini sangat infasif
- Pungsi lumbal : diperlukan untuk melihat adanya infeksi di likuor serebrospinal, susunan kimiawi, dan
peninggian tekanan likuor, serta untuk pemeriksaan mikroresistensi kuman. Pungsi lumbal sebaiknya
tidak dilakukan bila terdapat tanda tekanan intrakranial yang tinggi, terutama bila terdapat sakit kepala
yang hebat, serta kesadaran yang menurun. Pada keadaan demikian harus dikonsulkan ke dokter ahli
saraf
- Pemeriksaan mikroresistensi kuman yang diambil dari sekret telinga
( Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung Tenggorok, FKUI )
HEMATOMA
a. Disebabkan trauma terdapat penumpukan bekuan darah di antara perikondrium dan
tulang rawan jika tidak dikeluarkan terjadi hematoma, hingga tonjolan menjadi padat
dan permanen
b. Cara mengeluarkan bekuan darah insisi steril
c. Komplikasi : perikondritis
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
PERIKONDRITIS
1. Definisi
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta : FKUI.)
2. Etiologi
Trauma akibat kecelakaan
Operasi daun telinga yang terinfeksi
Komplikasi pseudokista daun telinga
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta : FKUI.)
3. Komplikasi
Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa
mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun
telinga (cauliflowerear).
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta : FKUI.)
PSEUDOKISTA
a. Terdapat cairan kekuningan di antara tulang rawan daun telinga dan perikondrium
b. Pasien tidak merasa nyeri
c. Terapi: Dilakukan pungsi balut tekan atau dengan gips selama 1 minggu (supaya
perikondrium melekat pada tulang rawan).
d. Jika perlekatan tidak sempurna dapat kekambuhan
e. Jka pungsi tidak steril terjadi perinkondritis hingga telinga lisut (cauliflower ear)
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
OTITIS EKSTERNA
1. Definisi
Radang liang telinga akut maupun kronik yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan
virus.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta : FKUI.)
2. Faktor Resiko
Faktor yang mempemudah radang telinga luar ialah
pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila menjadi basa, proteksi terhadap
infeksi menurun.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan
perubahan kulit karena kena air.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta : FKUI.)
Etiologi :
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi
infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya
biasanya Staptncoccus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejala :
Gejalanya ialah rasa nyeri yang tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan
karena kulit liang telinga tidak megandung jaringan longgar di bawah, sehingga rasa
nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada
waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan
pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Penatalaksanaan :
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk
salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5 % dalam
alkohol 2 %).
Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk
mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat
simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
Etiologi :
Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasnya, serta tidak terdapat furunkel.
Gejala :
Gejalanya sama dengan otitis ekstema sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat
sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke
luar dari kavum timpani pada otitis media.
Penatalaksanaan :
Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke
liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
OTOMIKOSIS
a. Etiologi :
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida
albikans atau jamur lain.
b. Gejala :
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal clan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering
pula tanpa keluhan.
c. Penatalaksanaan :
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5
% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara
topikal.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
KERATOSIS OBTURANS DAN KOLESTEATOMA EKSTERNA
Keratosis obliterans adalah kelainan yang jarang terjadi. Biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pasien dengan rasa penuh di telinga. Penyakit ini ditandai dengan penumpukan
deskuamasi epidermis di liang telinga, sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa
penuh serta kurang dengar. Bila tidak ditanggulangi dengan baik akan terjadi erosi kulit dan
bagian tulang liang telinga. Keadaan terakhir ini sering disebut sebagai kolesteatoma ekstema
yang biasanya disertai dengan rasa nyeri hebat akibat peradangan setempat. Erosi bagian tulang
liang telinga dapat sangat progresif memasuki rongga mastoid dan kavum timpani.
Etiologinya belum diketahui, sering terjacli pada pasien dengan kelainan paru kronik,
seperti bronkiektasis, juga pada pasien sinusitis.
Penyakit ini biasanya dapat dikontrol dengan melakukan pembersihan liang telinga secara
periodik, misalnya setiap 3 bulan. Pemberian,obat tetes telinga dan campuran alkohol atau
gliserin dalam peroksid 3 %, 3 kali seminggu sering kali dapat menolong. Pada pasien yang telah
mengalami erosi tulang liang telinga, seringkali diperlukan tindakan bedah dengan melakukan
tandur jaringan ke bawah kulit untuk menghilangkan gaung di dinding liang telinga. Yang
penting adalah membuat agar liang telinga berbentuk seperti corong, sehingga pembersihan
liang telinga secara spontan lebih terjamin.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
KELAINAN KONGENITAL
a. Infeksi virus
b. Intoksinasi bahan kimia pada masa kehamilan, misalnya : talidomida liang telinga
tidak terbentuk, disertai dengan kelainan daun telinga dan tulang pendengaran
Diagnosis:
Hanya dengan melihat daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atresia
saja, keadaan telinga tengah tidak mudah dievaluasi. (makin buruk keadaan daun telinga
makin buruk keadaan telinga tengah)
Pemeriksaan :
Audiometri dan radiologi membantu menentukan rekonstruksi kelainan di telinga
luar dan telinga tengah
Macamnya:
a. Atresia liang telinga unilateral
Dilakukan operasi setelah dewasa 15-17 tahun.
Setelah diagnosis ditegakkan, pasien dipasang alat bantu dengar, baru setelah berusia 5-7
tahun dilakukan operasi.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)
FISTULA PREAURIKULAR
a. Kelainan pada saat embrional pada arcus brankial 1 dan 2 merupakan kelainan
herediter yang dominan.
b. Fistula dapat ditemukan di depan tragus
c. Pada keadaan tenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran
seujung pensil dari muara fistula sering keluar sekret berasal dari kelenjar sebasea
d. Pasien datang berobat karena terdapat obstruksi dan infeksi fistula terjadi pioderma
atau selulitis fasial. Memasukkan biru metilen ke dalam muara fistula diduga panjang
fistula.
e. Jika terjadi abses berulang dan pembentukan sekret kronis dilakukan pengangkatan
fistula jika tidak bersih menyebabkan kekambuhan.
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta : FKUI.)