Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Kode Mata Kuliah: PWK 18302

Dosen: IR. Zulphiniar Priyandoko, MT

TEKNIK ANALISIS YANG SESUAI UNTUK MENGKAJI ASPEK LOKASIONAL


KOMPONEN KEGIATAN WILAYAH DAN KOTA

TUGAS INI DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI MATA KULIAH

ANALISIS LOKASI DAN POLA KERUANGAN

DISUSUN OLEH:

ADINDA OKTAVIA SAEPUDIN (173060008)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN


1. Aplikasi Multicriteria Analysis untuk menentukan pemilihan lokasi

Multi-Criteria Decision Making (MCDM) atau pengambilan keputusan yang


didasarkan banyak criteria merupakan sebuah metode atau prosedur yang memproses
banyak criteria yang bertentangan untuk dapat digabungkan menjadi sebuah proses
perencanaan. Atau dengan kata lain dapat juga didefinisikan menjadi mengukur dan
mengintegrasikan atribut yang bervariasi untuk menjawab suatu tujuan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu menjawab satu tujuan (dalam hal
ini tujuannya adalah pemilihan lokasi) maka masing-masing criteria harus diketahui
bobotnya. Tujuan dari pembobotan criteria adalah untuk menjelaskan tingkat kepentingan
masing-masing criteria relative terhadap criteria lainnya. Pembobotan criteria dapat
dilakukan dengan banyak cara, yaitu dengan metode ranking, metode rating, metode
perbandingan berpasangan (pair wise comparison), metode trade-off analisis, dan metode
perbandingan. Metode perbandingan berpasangan dikembangkan oleh Saaty dalam
konteks Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 1980). Metode AHP dibangun
berdasarkan tiga prinsip, yaitu dekomposisi, penilaian komparatif, dan sintesis prioritas
(Malczewski, 1999). Metode ini menggunakan perbandingan berpasangan untuk
menciptakan matriks rasio. AHP dapat dibagi menjadi:

1. Penyusunan Hirarki AHP

Menguraikan sebuah permasalahan menjadi sebuah hirarki merupakan langkah


pertama yang dilakukan dalam prosedur AHP. Struktur hirarki tersebut terdiri dari tujuan,
sasaran, atribut, dan alternatif.

2. Perbandingan atas Elemen Pengambilan Keputusan

Metode perbandingan berpasangan dirumuskan dalam tiga langkah. Langkah pertama


yaitu mengembangkan matriks perbandingan berpasangan dengan memasukkan nilai
dalam skala 1 sampai 9. Langkah kedua, bobot criteria dikomputasikan dengan cara:
a) menjumlah nilai masing-masing kolom pada matriks perbandingan berpasangan, b)
membangi masing-masing elemen dalam matriks dengan nilai total kolom (matriks yang
dihasilkan disebut dengan matriks perbandingan berpasangan normalisasi), dan c)
mengkomputasikan rata-rata elemen pada masing-masing baris pada matriks normalisasi.
Langkah ketiga, yaitu menentukan konsistensi perbandingan dengan mengestimasikan
perbandingan rasio.

3. Pembentukan Peringkat Prioritas

Langkah terakhir dalam analisis pembobotan dengan menggunakan metode


perbandingan berpasangan adalah menggabungkan bobot relative masing-masing
tingkatan yang didapat dari langkah kedua. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan
perkalian berurutan masing-masing matriks pada masing-masing tingkatan hirarki. total
penjumlahan dari peringkat masing-masing tingkatan dan diformulasikan sebagai berikut:

Dimana wk merupakan vector prioritas yang berhubungan dengan elemen ke-k pada
struktur hirarki criteria, Σ wk = 1; dan rik merupakan vector prioritas dari membandingkan
alternative pada masing- masing criteria. Nilai Ri yang paling besar mengindikasikan
alternative yang paling diinginkan.

2. Perspektif analisis keruangan dan Analisis interaksi keruangan

 Konsep interaksi spasial


 Perpindahan manusia, barang dan informasi antar titik-titik (tempat-tempat)
yang berlainan
 Interaksi terjadi untuk menjembatani jarak
 Efek-efek yang terjadi di titik-titik saat terjadinya interaksi antar pelaku
kegiatan
 Fungsi interaksi untuk menjamin kelangsungan fungsi suatu fungsi keruangan
 Akibat adanya interaksi keruangan akan mendorong:

- Sistem keruangan lestari, termasuk spesialisasi antar wilayah yang berinteraksi

- Muncul pusat-pusat interkasi baru

- Terjadinya persebaran (difusi) baru dari barang dan manusia

 Prasyarat terjadinya interaksi keruangan


 Adanya komplementaritas, yaitu saling melengkapi
- Dua lokasi atau lebih harus ada kebutuhan saling melengkapi atau
komplementaritas, yang didorong oleh permintaan dan penawaran
 Adanya transferabilitas
- Kemungkinan barang atau manusia dapat dipindahkan ke tempat lain,
selain dibutuhkan biaya dan waktu, juga harus diperhitungkan peraturan
dan tata tertib pelaksanaannya
 Adanya intervening opportunity
- Terjadinya gangguan yang menghambat hubungan interaksi antar lokasi
yang berbeda, maka akan memunculkan keputusan untuk mencari lokasi
yang lain
3. Analisis sistem pusat permukiman dan komposisi keruangan
 Teori Perkembangan Kota

Secara fisik, perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang
semakin bertambah padat, bangunan-bangunan semakin rapat dan wilayah tebangun
terutama permukiman yang cenderung semakin luas, serta semakin lengkapnya fasilitas
kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi kota. Dinamika perkembangan
kota pada dasarnya adalah baik dan alamiah karena perkembangan tersebut merupakan
ekspresi dari masyarakat di dalam kota tersebut. Secara garis besar, kekuatan dinamis
yang mempengaruhi struktur keruangan kota dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Kekuatan-kekuatan centrifugal (centrifugal forces)

2. Kekuatan-kekuatan centripetal (centripetal forces)

 Struktur Ruang kota ditinjau dari UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (UU No. 26 Tahun 2007).

Anda mungkin juga menyukai