Anda di halaman 1dari 17

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA 20 TAHUN DATANG


DENGAN KELUHAN GATAL PADA KULIT TUNGKAI KIRI
BAGIAN BAWAH

Diajukan Oleh:
Ferdy Arif Fadhilah
J510 165 008

Pembimbing :
dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes
dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SOLO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA 20 TAHUN DATANG


DENGAN KELUHAN GATAL PADA KULIT TUNGKAI KIRI
BAGIAN BAWAH

Diajukan Oleh :

Ferdy Arif Fadhilah


J510 165 008

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 16 November 2016

Dipersentasikan dihadapan :
dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes (………………………)

dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK (………………………)

Disahkan Sek. PPD FK UMS :


dr. Dona Dewi Nirlawati (………………………)
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis numularis atau discoid eczema merupakan dermatitis dengan


gambaran klinis plak eksematous, berbentuk koin, batas tegas, terdapat papul dan
vesikel di bagian atasnya, dengan ekskoriasi. Dermatitis numularis sering disertai
rasa gatal sedang sampai berat dan kadang-kadang rasa panas. Daerah predisposisi
pada tungkai bawah, ekstremitas atas (terutama bagian dorsal tangan) dan badan.
Wujud kelainan kulit cenderung meluas secara simetris.1
Dermatitis numularis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak-
anak dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1.
Insidensi dermatitis numularis meningkat pada usia 55-65 tahun pada kedua jenis
kelamin, dan 15-25 tahun pada wanita.2 Prevalensi dermatitis numularis yang
merupakan satu bentuk eksem endogen semakin meningkat pada 3 dekade
terakhir dan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Insidensi
dermatitis numularis di Amerika Serikat sekitar 2 per 1000 penduduk,2 sedangkan
frekuensi dermatitis numularis di sebuah klinik di Arab Saudi 25,7% dari seluruh
dermatitis atau urutan ke-2 setelah dermatitis atopik.3 Frekuensi kasus DN di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr. Sardjito (PKK-RSS) pada tahun 2000, 2001
dan 2002 berturut-turut adalah 2,99%, 3,22% dan 3,65% dari seluruh kunjungan
pasien.4
Penyebab dermatitis numularis tidak diketahui, banyak faktor yang ikut
berperan. Diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan. Dermatitis kontak
juga mungkin ikut berperan pada kasus dermatitis numularis, misalnya alergi
terhadap nikel, krom, kobalt, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma
fisis dan kimiawi mungkin juga berperan terutama jika terjadi di tangan. Beberapa
kasus stress emosional dan minuman yang mengandung alkohol dapat
menyebabkan timbulnya eksaserbasi. Lingkungan dan kelembaban yang rendah
dapat pula memacu kekambuhan. Dermatitis pada orang dewasa tidak
berhubungan dengan gangguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada
dermatitis atopi.5
Diagnosis dermatitis numularis didasarkan oleh gambaran klinis yang
nampak. Namun, sering dapat mengalami kesalahan diagnosis dengan diagnosis
banding dari dermatitis numularis seperti dematitis kontak, dermatitis atopi,
dermatomikosis, ptiriasis rosea maupun psoriasis.5 Maka dari itu laporan kasus ini
akan memberikan penjelasan tentang penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
dermatitis numularis.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Nn. WA
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cengklik 5/1 Jetis Kr. Pung Kalijambe Sragen
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
No RM : 01416XX

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama:
Gatal pada tungkai kiri bagian bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan gatal sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya
hanya berupa tonjolan kecil di sekitar mata kaki kiri kemudian digaruk
karena gatal, kemudian menjadi luka kemerahan yang kemudian
semakin membesar berbentuk seperti lingkaran (uang logam). Setelah
itu timbul benjolan kecil kedua di dekat luka pertama kemudian di
garuk lagi, merasa semakin tidak nyaman. Sudah berobat ke dokter
sebanyak 2 kali dalam sebulan ini.
Kemudian 1 minggu yang lalu muncul lagi luka kemerahan
baru berbentuk lingkaran (uang logam) pada bagian tungkai kiri bagian
bawah. Merasa tak kunjung sembuh, akhirnya pasien memutuskan
untuk berobat ke dokter spesialis di poli klinik kulit dan kelamin RS
PKU Muhammadiyah Solo pada tanggal 22 Oktober 2016.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat penyakit serupa : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal

4. Riwayat Pengobatan
pasien melakukan konsultasi atau berobat ke dokter umum
sebanyak 2 kali dalam kurun waktu sebulan terakhir. Dari dokter
diberikan salep dan obat minum namun pasien tidak ingat tentang jenis
obat yang diberikan.

5. Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat sakit serupa : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal

C. STATUS GENERALIS
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : baik
c. Kepala : baik
d. Leher : baik
e. Thoraks : baik
f. Abdomen : baik
g. Alat kelamin : Baik
h. Ektremitas : Terdapat luka berbentuk lingkaran (uang
logam) pada ekstremitas inferior sinistra.
D. STATUS DERMATOLOGIS

Gambar 1. Tampak bagian 1) atas dekat, 2) atas jauh, 3) samping


 Lokasi : Ekstremitas inferior sinistra
 Distribusi : Terlokalisir
 UKK : Plakat, eritem, dengan bentuk numular, soliter dengan
erosi.

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis atopik
2. Dermatofitosis
3. Pitiriasis rosea
4. Psoriasis

F. DIAGNOSIS
Dermatitis Numularis:
 Lokasi : Pada tungkai bagian bawah merupakan lokasi
yang sering ditemukan.
 Sifat-sifatnya : Kelainan bersifat akut dan eksudatif. Cepat meluas
kebagian lain. Didapatkan Plakat, eritem, dengan bentuk numular
merupakan gambaran khas pada dermatitis numularis.

G. PENATALAKSANAAN
 Non Medikamentosa
- Menjaga kebersihan badan
- Menggunakan emollient/pelembab
- Kontrol 1 minggu kemudian bila belum sembuh
 Medikamentosa
- Sistemik
o Cetirizin tab 10 mg 2X1
- Topical
o kompres luka dengan NaCl 2X1 (15 menit)
o Campuran bactoderm (mupirocin) cr 10 g + cloderma
(clobetasone proprionate) cr 10 g 2X1 untuk pemakaian
luar setelah mandi
H. PROGNOSIS
Baik, namun sering mengalami kekambuhan. Untuk mencegah
kekambuhan dapat diberikan pelembab untuk kulit.
BAB III
PEMBAHASAN

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap


pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,
bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis.5
Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang
menetap, dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam,
sirkular atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan
dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah
sehingga basah (oozing). Nama lain dari dermatitis nummular adalah ekzem
diskoid, ekzem numular, nummular eczematous dermatitis. Terdapat beberapa
klasifikasi dermatitis berdasarkan lokasi kelainan, penyebab, usia, faktor
konstitusi.5

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian dermatitis numular pada usia dewasa lebih sering terjadi
pada laki-laki dibandingkan wanita, onsetnya puncaknya ya pada usia antara 55
dan 65 tahun. Pada wanita onset puncaknya pada usia 15 – 25 tahun. Penyakit ini
jarang terjadi pada anak-anak dibawah usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak
yang menderita dermatitis numular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai
dengan peningkatan umur.5

ETIOLOGI
Penyebab dermatitis numularis sampai saat ini belum diketahui. Namun
demikian banyak faktor predisposisi, baik predisposisi primer maupun sebagai
predisposisi sekunder telah diketahui sebagai agen etiologi. Staphylokokkus dan
mikrokokus diketahui sebagai penyebab langsung melalui mekanisme
hipersensitivitas. namun demikian, perannya secara patologis belum juga
diketahui. Dalam beberapa kasus, adanya tekanan emosional, trauma lokal seperti
gigitan serangga dan kontak dengan bahan kimia mungkin dapat mempengaruhi
timbulnya dermatitis numular, tetapi bukan merupakan penyebab utama. Penyakit
ini umumnya cenderung meningkat pada musim dingin, juga dihubungkan dengan
kondisi kulit yang kering dan frekuensi mandi yang sering dalam sehari akan
memperburuk kondisi penyakit ini.5

PATOFISIOLOGI
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis
dan dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi
sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada
permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan
mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan
dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama
yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang
lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis
kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis
numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast
cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell
pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang
menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya
peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan
dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris
dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari
pasien dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian
berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga
mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat pada
daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan
kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada
non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi
pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi.5
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis
dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase,
mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein.
Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk
menekan proses inflamasi.5

GEJALA KLINIS
Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:5
 Timbul rasa gatal
 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambalan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada tangan dan kaki.
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
 Kulit bersisik atau ekskoriasi.
 Kulit yang kemerahan atau inflamasi.
Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan,
yaitu;5
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau
punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi
pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada
sebagian kasus, kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan
serangga. Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam
perkembangannya, kelainan dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat
meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis
numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi
secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya
timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan
sering ke badan.
3. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular
umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan
multipel pada tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil
di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan telapak
kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan bentuk dermatitis numular
lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang sulit
diobati.

Gambar 2 : Lesi yang khas berbentuk koin pada dermatitis numularis.

DIAGNOSIS
Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan gejala
klinis. Tingkat gatal dan terjadinya likenifikasi akan membedakannya dari
neurodermatitis. Distribusi lesi biasanya pada kedua lutut, kedua siku dan kulit
kepala. Pada psoriasis, lesinya kering, skuamanya lebih tebal dan iritasinya lebih
ringan, patch test dan prick test akan membantu mengidentifikasikan penderita
dengan dermatitis kontak.5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk
membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak
diperlukan patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak.
Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular yang
mempunyai gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat
mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya
(contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.5
Gambaran histopatologi yang ditemukan pada lesi akut adalah spongiosis,
vesikel intradermal, serbukan sel radang, limfosit dan makrofag di sekitar
pembuluh darah. Pada lesi kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis,
dan hyperkeratosis dan spongiosis ringan.5

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :
1. Dermatitis atopik
Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal,
umumnya terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan.
Patch test dan prick test dapat membantu jika terdapat riwayat dermatitis
atopik.5

Gambar 3. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah


telapak tangan dan daerah dada.
2. Dermatofitosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni pada
jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh dermatofita.6
Pada dermatosis dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif,
bagian tengah agak menyembuh, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk
lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepilebih vesikuler dengan
batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa
dari sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.6
Gambar 4. Bentuk lesi tinea korporis
3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum
diketahui. Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40
tahun terutama pada musim semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya
bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi
yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain. Lesi tambahan
cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan
biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna
merah muda terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus.
Pitiriasis rosea berakhir antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.7

Gambar 5. Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih
besar dan mengikuti garis kulit yang berbentuk seperti
pohon cemara.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas
tegas, dengan skuama yang kasar, berlapis, dan transparan. Disertai
fenomena tetesan lilin, auspitz, dan koebner.7

Gambar 6. Psoriasis
TATALAKSANA
Penatalaksanaan pada dermatitis numularis adalah dengan steroid topikal
potensi sedang-tinggi merupakan terapi utama. Calciuneurin inhibitor, takrolimus
dan pimecrolimus dan tar juga efektif. Emollients dapat ditambahkan apabila kulit
kering. Antihistamin oral dapat diberikan untuk mengurangi gatal yang berat.
Antibiotik oral hanya diberikan dengan indikasi adanya infeksi sekunder. Untuk
pengobatan lebih lanjut mungkin dapat dipertimbangkan dilakukan phototerapi.8
Pengobatan topikal:
Obat Antiinflamasi topikal diberikan untuk menghilangkan peradangan
pada kulit dan mengurangi iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter,
glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. KS topikal yang diberikan
contohnya clobetason proprionate 0,05%, desonide 0,05%, momethasone furoate
0,1%.
Obat Antibiotik topikal digunakan atas indikasi adanya infeksi sekunder.
Dapat diberikan mupirocin 2%, neomisin, basitrasin.
Pengobatan Sistemik :
a. Antibiotik
Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder. Contohnya Eritromisin,
amoksilin, ampisilin, diklosasilin
b. Antihistamin oral.
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan cetirizine,
Clorpheniramine maleate, loratadine.
c. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya
dierikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan dosis
oral 40-60 mg dengan dosis terbagi 4 kali per hari kemudian dosis
diturunkan secara perlahan-lahan.

PROGNOSIS
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan
penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau
menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi
untuk cenderung berulang dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat
membantu mencegah penyakit ini. Dari data pengamatan, didapatkan 22%
sembuh, 25% pernah sembuh beberapa minggu hingga tahun, dan 53% tidak
bebas lesi tanpa pengobatan.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Sams, HH, King L,. 2002. Nummular Dermatitis. E Medicine Journal.
Vol 3, N0. 1.
2. Soter,AN., 1999. Nummular Eczematous Dermatitis. Dermatology in
General Medicine
3. Kubeyinje, EP., 1995. The Pattern Of Endogenous Eczema In The
Northern Frontier, Kingdom Of Saudi Arabia. Annals of Saudi Medicine.
Vol 15, No 4
4. Estri, SA,. 2009. Pola Penyebab dan Rekurensi Dermatitis Numularis.
Mutiara Medika. Vol 9, No. 2
5. Djuanda S, Sularsito SA. 2013. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
6. Budimulja U. 2013. Mikosis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
7. Djuanda A. 2013. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
8. Goldsmith L.A et all. 2012. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. Edisi Kedelapan. The McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai