Belajar tuntas ini konsep mulanya adalah berlandaskan pendekatan kelompok. Setiap
individu berhak mendapatkan pembelajaran tersebut dan diharapkan pembelajaran ini dapat
membuat siswa mengerti tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukannya selama proses
belajar di kelas itu. Selain itu siswa diharapkan pula dapat mencapai pembelajaran yang
optimal sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
Model belajar tuntas memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik atau ciri tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Strategi mastery learning adalah jika kepada para siswa diberikan waktu yang
cukup, dan mereka diperlakukan secara tepat, maka mereka akan mampu dan
dapat belajar sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Belajar atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yang ditentukan terlebih
dahulu.
Pembelajaran yang akan disampaikan terhadap siswa harus jelas ketika memberikan
istruksi penyampaian tujuan pembelajaran tersebut dan untuk mencapai hal tersebut maka
sebagai guru dalam hal ini berperan sangat penting untuk membuat tujuan pembelajaran yang
jelas.
c. Memperhatikan perbedaan Individu (individual difference)
Suatu kenyataan bahwa individu mempunyai perbedaan antara yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor
yang mempengaruhi itu adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal sangat
berpengaruh yaitu melalui alat indra dan kecepatan belajar siswa dala memahami
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu menggunakan beberapa metode
atau multi metode pembelajaran agar siswa mengerti dan paham terhadap hasil pemahaman
belajar mereka.
d. Menggunakan siswa belajar aktif (active learning)
Belajar aktif (active learning) memungkinkan para siswa memperoleh pengetahuan
dan mengembangkan ketrampilan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri.
Dengan cara itulah siswa diharapkan dapat mengeksplorasi pikiran agar mereka berpikir
untuk mendapatkan suatu pertanyaan di benak mereka untuk menyampaikan maksud yang
belum mereka pahami pada saat memperlajarinya.
e. Menggunakan satuan pelajaran terkecil (RPP)
Satuan-satuan pelajaran dengan unit terkecil disusun secara sistematis, berurutan dari
yang mudah ke yang sukar. Pembagian unit pelajaran menjadi yang kecil-kecil (cremental
units) sangat diperlukan guna memperoleh umpan balik (feedback) secepat mungkin,
sehingga perbaikan dapat segera dilakukan sedini mungkin dan untuk memberikan layanan
yang terbaik.
f. Menggunakan sistem evaluasi yang kontinu dan berdasar atas kriteria.
Guru perlu melakukan evaluasi setiap saat setelah pembelajaran selesai untuk
menganalisis terhadap kesalahan yang terjadi selama kegiatan mengajar yang telah
dilaksanakan dan melakukan perbaikan. Evaluasi ini harus dilakukan sesegera mungkin untuk
mengetahui sejauh mana kualitas pemahaman siswa setelah proses penyampaian
pembelajaran disampaikan oleh guru. Evaluasi yang digunakan adalah dengan melakukan tes
(tes formatif dan sumatif) atau secara no tes ( unjuk diri dan portofolio).
Karakteristik model belajar tuntas (mastery learning) ini telah dipaparkan dan secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa karakteristik model belajar ini sangat mengutamakan
keaktifan belajar siswa untuk memahami pembelajaran yang diajarkan oleh guru secara utuh
dan untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan menentukan
beberapa indikator tes. Karena setiap individu itu berbeda tingkat kecerdasannya, maka dari
itu perlu diadakannya suatu tes sebagai indikator evaluasi pemahaman belajar siswa tersebut.
Selain itu guru harus jelas dalam menentukan pembelajaran yang akan diajarkan dan perlu
adanya sistematika pembelajaran yang terstruktur agar pembelajaran terlaksana dengan baik
dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Guru-guru menggunakan belajar tuntas untuk mengorganisasikan pembelajaran
dengan cara yang tepat, menyajikan informasi danketerampilan menurut suatu pola,
menentukan secara reguler seberapa jauh kemajuan, membentuk kemajuan pebelajar,
membantu pebelajar mengatasi kesulitan-kesulitan melalui bimbingan dan pembelajaran
tambahan atau praktik, dan menyediakan pengayaan ekstra untuk pebelajar yang menguasai
pembelajaran dengan cepat (Sri Anitah, 2008: 18).
Pendekatan pembelajaran mastery learning ini dititik beratkan terhadap tingkat
kemampuan, minat, dan bakat siswa dengan diberikan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi belajar yang menyenangkan. Maka dari itu pembelajaran harus disesuaikan dengan
baik sesuai dengan model-model yang ada dan model tersebut perlu diterapkan sebagaimana
mestinya dengan optimal. Untuk mengoptimalkan model pembelajaran tersebut maka perlu
adanya tahapan model pembelajaran tersebut.
b.) Penyajian
Pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai
dengan contoh-contoh. Jika yang diajarkan adalah konsep baru, maka penting untuk
mengajak siswa mendiskusikan karakteristik konsep, definisi serta konsep. Jika yang
diajarkan berupa keterampilan baru, maka penting untuk mengajar siswa mengidentifikasi
langkah-langkah kerja keterampilan dan berikan contoh untuk setiap langkah-langkah
keterampilan yang diajarkan.
c.) Latihan Terstruktur
Pada tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah/tugas. Dalam
tahap ini, siswa perlu diberi beberapa pertanyaan, kemudian guru memberi balikan atas
jawaban siswa.
d.) Latihan Terbimbing
Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan
suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan dalam menyelesaikannya. Melalui
kegiatan terbimbing ini memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Jadi
peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik
yang bersifat korektif jika diperlukan.
e.) Latihan Mandiri
Tahap latihan mandiri adalah inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila
siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85%- 90% dalam tahap latihan terbimbing.
Tujuan latihan terbimbing adalah memperkokoh bahan ajar yang baru dipelajari, memastikan
daya ingat, serta untuk meningkatkan kelancaran siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.