Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat
Allah SWT. Karena Dialah yang telah menciptakan kita nikmat sehingga mampu
dan dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum peledakan tentang “Sistem
Rangkaian Peledakan dan Missfire” dengan selesai. Shalawat bertangkaikan
salam yang kita haturkan kepada Rasulullah SAW. Karena dialah yang telah
membawa kita dari alam kegelapan kealam yang penuh dengan sains dan
teknologi
Dalam penyusunan tugas laporan ini tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain karena bantuan dan dorongan dari banyak pihak sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi. Laporan akhir ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang peledakan yang di sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi. Laporan ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa.
Dan penulis sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada pembaca, penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan laporan akhir ini. agar di masa yang akan datang bias
diperbaiki.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Bandung, 26 November
2018
Penyusun

i
ii

Muhammad Rezky Adipratama


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 1
1.2.1 Maksud ............................................................................... 1
1.2.2 Tujuan ................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 2
2.1 Peledakan Cara Non-Listrik (Nonel) ............................................... 2
2.1.1 Sumbu Api (Safety Fuse) .................................................... 2
2.1.2 Sumbu Ledak ...................................................................... 3
2.2 Peledakan Cara Listrik.................................................................... 4
2.2.1 Elemen Dasar Rangkaian ................................................... 4
2.2.2 Rangkaian Peledakan ......................................................... 5
2.3 Gagal Ledak (Misfire) ..................................................................... 7
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 10
3.1 Tugas ........................................................................................... 10
3.2 Pembahasan ................................................................................ 10
BAB IV ANALISA ............................................................................................ 16
BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses penambangan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yakni proses
penggalian, pemuatan (loading), dan pengangkutan (hauling). Pada tahapan
penggalian, metoda penggalian akan disesuaikan berdasarkan karakteristik
bahan galian atau tanah penutup maupun material penutup bahan galian
tersebut. Maka proses penggalian dapat dilakukan dengan menggunakan alat
mekanis atau dengan menggunakan peledakan. Peledakan merupakan cara
yang efektif dalam proses pemberaian bahan galian, terutama untuk
memberaikan bahan galian yang relatif keras, dan tidak dapat diberaikan dengan
menggunakan alat mekanis.
Dalam proses peledakan perlu dilakukannya perangkaian sistem
peledakan, sehingga proses peledakan dapat berhasil dan mengurangi
terjadinya kesalahan seperti gagal ledak (misfire). Dalam laporan ini akan
dipaparkan mengenai sistem rangkaian peledakan, dan mengenai gagal ledak
serta cara penanggulangannya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan laporan dengan judul “Sistem Rangkaian
Peledakan dan Misfire” ini adalah untuk mempelajari mengenai rangkaian
peledakan, serta menganai gagal ledak (misfire).
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari laporan dengan judul Sistem Rangkaian Peledakan dan
Misfire ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sumbu api dan sumbu ledak pada peledakan
2. Mengetahui sistem rangkaian peledakan.
3. Mengetahui gagal ledak (misfire) dan cara penanggulangannya

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Peledakan Cara Non-Listrik (Nonel)


2.1.1 Sumbu Api (Safety Fuse)
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang berfungsi untuk merambatkan
api dengan kecepatan tetap, kemudian akan menyalakan detonator yang
dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan bahan peledak. Sumbu api terdiri
dari inti berupa black powder dan pembungkus berupa tekstil dan material kedap
air, yang berfungsi untuk menjaga sumbu api dari kerusakan mekanis dan
kerusakan akibat air atau minyak. Kecepatan rambat sumbu api yang biasa
diperdagangkan adalah 130 detik per meter (120 detik/yard), pada permukaan
laut dengan variasi 10 detik, untuk sumbu api buatan USA. Dan 120 detik per
meter dengan variasi yang sama, untuk sumbu api standar Eropa. Pemasangan
detonator pada sumbu api dapat dilakukan dengan memakai crimper. Cara
pemasangannya sebagai berikut :
1. Potong sumbu api tegak lurus, sesuai dengan panjang yang diperlukan.
2. Masukkan ujung sumbu api yang baru dipotong tepat kedalam detonator
sedalam mungkin.
3. Jepit mulut detonator yang mengarah sumbu api dengan sempurna.
4. Celupkan seluruh detonator dan sumbu api sepanjang satu inch kedalam
larutan penyebab kedap air.
5. Hindari tekanan atau terkena panas pada ujung detonator yang tertutup.
Untuk peledakan dengan lubang tembak besar telah tersedia primer yang
dibuat pabrik disebut booster, sedangakan peledakan dengan lubang kecil perlu
membuat primer dahulu. Pembuatan primer dengan cara memasang detonator
kedalam cartridge bahan peledak kuat. Detonator yang dipakai adalah detonator
biasa yang telah dipasang pada ujung sumbu api. Cara pembuatan primer
sebagai berikut :
1. Ambil dodol bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang
2. Buatlah lubang kira-kira 2 inch dalamnya ditengah-tengah salah satu
ujung dari dodol memakai penusuk kayu atau tembaga

2
3

3. Sisipkan detonator kedalam lubang sedemikian rupa sehingga detonator


terbenam seluruhnya kedalam dodol
2.1.2 Sumbu Ledak
Sumbu ledak adalah sumbu yang terdiri dari inti initiating explosive dibalut
lapisan plastik dan dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat dan lapisan
plastic. Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahan
terhadap air yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi.
Sumbu ledak mempunyai kuat tarik yang baik, ringan dan fleksibel. Sumbu ledak
apabila dinyalakan dapt merambatkan gelombang detonasi kesemua tempat
sepanjang sumbu. Peledakan dengan sumbu ledak tidak memerlukan detonator
di dalam lubang tembak.
1. Delay Connector
Delay connector disebut juga non-electric MS delay connector, adalah
perlengkapan peledakan yang digunakan untuk merencanakan peledakan
tunda delay blasting dalam suatu peledakan. Delay connector mempunyai
bermacam-macam interval waktu atau delay time. Bentuk delay connector
adalah berupa tabung tembaga panjangnya ± 3 inch. Pada ujung-
ujungnya diisi muatan bahan peledak dipisahkan oleh elemen yang
fungsinya menunda peledakan dan disebut delay element.
2. Cara Menyambung Sumbu Ledak
Dalam peledakan memakai sumbu ledak, pemasangan sumbu ledak
terdiri dari trunk line, yaitu sumbu ledak sepanjang sisi lubang tembak dan
brach atau downline, yaitu sumbu ledak yang menuju kedalam lubang
tembak. Penyambungan sumbu ledak dengan delay connector dalam
peledakan beruntun dapat dilakukan dengan cara memotong trunk line
antara dua lubang tembak, kemudian kedua sumbu ledak yang telah
terpotong dimasukkan kedalam ujung-ujung delay connector, selanjutnya
dijepit supaya tidak mudah terlepas.
3. Cara Menyalakan Sumbu Ledak
Dalam melakukan peledakan memakai sumbu ledak hanya diperlukan
satu detonator. Didalam setiap lubang tembak tidak perlu dipasang
detonator, sumbu ledak hanya dapat dinyalakan dengan detonator. Cara
menyalakan sumbu ledak adalah sebagai berikut :
4

 Sumbu ledak dengan detonator biasa plain detonator. Sumbu api


yang telah dipasang detonator disiapkan dengan panjang tertentu.
Detonator yang dipasang pada sumbu api dikaitkan pada sumbu
ledak memakai tape atau tali.
 Sumbu ledak dengan detonator listrik. Detonator listrik dikaitkan
pada ujung sumbu ledak dengan memakai tape, dalam penggunaan
dilapangan kita harus menyiapkan dulu detonator yang diikatkan
pada sumbu ledak. Kemudian baru disambungkan dengan sumbu
ledak, detonator yang dijelaskan diatas dipasang terakhir setelah
semua rangkaian peledakan siap untuk diledakkan.
4. Cara Memasang Rangkaian Peledakan Memakai Sumbu Ledak
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan sumbu ledak adalah :
 Setiap sambungan harus tegak lurus
 Jarak antara sumbu ledak yang pararel tidak boleh kurang dari 0,2
m
 Jarak antara delay connector dengan sumbu yang pararel harus
paling sedikit 1,0 m
 Sumbu ledak tidak boleh membelit atau menggulung
 Detonator yang dipakai untuk meledakkan selalu diarahkan pada
arah detonasi sumbu ledak yang diinginkan

2.2 Peledakan Cara Listrik


2.2.1 Elemen Dasar Rangkaian
1. Detonator listrik
Detonator listrik dapat dibagi menjadi Instantaneous detonator, Milli-
second detonator, Half-second detonator.
2. Kawat rangkaian
Legwire adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik
yang salah satu ujung dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat
dalam detonator. Connecting wire adalah kawat yang mempunyai isolasi
yang dipakai untuk menghubungkan legwire dengan firing line. Firing line
atau leading wire adalah kawat yang dipergunakan untuk
menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator.
5

Buswire adalah perpanjangan dari firing line dimana masing-masing


detonator dihubungkan
3. Sumber tenaga, seperti blasting machine dan AC-Power line
2.2.2 Rangkaian Peledakan
1. Rangkaian Seri
Rangakaian seri adalah rangkaian yang sangat sederhana dengan arus
minimum yang disuplai blasting machine pada setiap detonator sekitar 1,5
Ampere untuk menjamin tiap detonator tersebut meledak sempurna.
Prinsip peledakan adalah menghubungkan legwire dari satu lubang ke
lubang lain secara menerus, sehingga apabila sala satu detonator mati,
maka seluruh rangkaian terputus dan akan berakibat gagal ledak
(misfire). Pada sisitem seri akan diperoleh arus yang rendah dan
tegangan yang tinggi. Apabila salah satu kawat ada yang putus, maka
seluruh rangkaian tidak dapat berfungsi.

Sumber : Junaidi, 2012


Gambar 2.1
Rangkaian Seri
2. Rangkaian Parallel
Rangkaian parallel adalah suatu rangkaian di mana setiap detonator
mempunyai alur alternative dalam rangkaian tersebut, sehingga apabila
sala satu atau beberapa detonator mati, detonator yang lainnya masih
dapat meledak. Oleh sebab itu pengujian rangkaian menyeluruh secara
langsung sangat riskan, apabila setiap detonator belum di uji. Untuk
peledakan rangkaian parallel, arus minimum yang diperlukan per
detonator sekitar 0.5 ampere. Namun secara menyeluruh sistem parallel
memerlukan arus tinggi dengan tegangan rendah dan untuk menyuplai
6

tenaga listrik digunakan panel control khusus bukan dari blasting


machine.

Sumber : Junaidi, 2012


Gambar 2.2
Rangakian Parallel
3. Rangkaian Parallel - Seri
Rangkaian ini terdiri dari sejumlah rangkaian seri yang di hubungkan
parallel. Umumnya rangkaian ini di terapkan apabila peledakan
memerlukan lebih dari 40 detonator dengan leg wire setipa detonator
lebih dari 7 meter,serta dipetimbangan bahwa apabilah seluruh lubang
ledak dihubungkan secara seri memerlukan power yang besar.
Perhitungan tahanan dan arus untuk memperoleh power atau voltage
yang sesuai, adalah sebagai berikut :
 Hitung dulu tahanan total untuk setiap rangkaian
 Hitung tahanan pada rangkaian parallel - seri degnan menganggap
bahwa tahanan total hubungan seri sebagai tahanan pada rangkaian
parallel.
Cara parallel cukup efektif untuk jumlah lubang ledak kurang dari 300,
namun demikian perlu di pertimbangkan pula bahwa untuk jumlah lubang
ledak sampai ratusan rangkaian dan perhitungan menjadi tambahan
kompleks.
7

Sumber : Junaidi, 2012


Gambar 2.3
Rangakian Parallel-Seri
2.3 Gagal Ledak (Misfire)
Gagal ledak (misfire) adalah istilah yang diberikan kepada bahan peledak
yang tidak meledak di dalam kolom lubang ledak. Banyak penyebab tidak
mengakibatkan gagalnya peledakan suatu bahan peledak dan biasanya
merupakan suatu pekerjaan yang sulit serta berbahaya untuk mengatasinya.
Kata kuncinya adalah gagal ledak harus ditangani dengan penuh kehati-hatian.
1. Ciri-Ciri Misfire
 Terdapat beberapa ciri awal untuk mengindikasikan bahwa suatu
lubang ledak tidak meledak, diantaranya adalah :
 Perhatikan dari jauh asap yang keluar dari dalam lubang yang tidak
meledak, biasanya mengalir dengan konstan. Apabila tidak bisa,
maka setelah 15 menit untuk peledakan listrik atau 30 menit untuk
peledakan dengan sumbu api, lakukan pemeriksaan pada tumpukan
fragmentasi hasil peledakan untuk mengamati sisa asap yang keluar
dari lubang
 Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan
 Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang masih
terlihat diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan
 Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak di sekitar
tumpukan fragmentasi. Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-
betul meledak
 Setelah diketahui jumlah lubang yang gagal ledak, kemudian periksa
lembaran rencana peledakan atau log peledakan atau charging sheet
untuk mendapatkan data jumlah bahan peledak pada setiap lubang
yang gagal ledak.
2. Mengatasi Gagal Ledak
Dengan mempertimbangkan sistem peledakan yang digunakan
dan tingkat kesulitan yang dihadapi, maka cara untuk mengatasi lubang
yang gagal ledak pun berbeda. Berikut ini beberapa kemungkinan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi lubang yang gagal ledak.
Sistem peledakan listrik. Apabila terlihat kawat utuh dari lubang
yang gagal ledak, periksa sistem listriknya menggunakan galvanometer
8

atau blastohmeter. Apabila masih ada arus, berarti detonator masih aktif,
maka sambunglah kawat detonator tersebut dengan kawat utama untuk
dihubungkan ke blasting machine. Bersihkan lokasi sekitar burden dari
batu-batu kecil yang memungkinkan berpotensi menjadi batu terbang.
Kemudian ledakan sesuai prosedur peledakan.
Sistem sumbu ledak. Apabila terlihat sumbu ledak dari lubang
yang gagal ledak menandakan sumbu tersebut tidak meledak. Pasang
detonator listrik dengan kuat menggunakan selotip dengan ujung
detonator menghadap ke dalam lubang ledak. Sambunglah kawat
detonator tersebut dengan kawat utama untuk dihubungkan ke blasting
machine, bersihkan lokasi sekitar burden dari batu-batu kecil yang
memungkinkan berpotensi menjadi batu terbang. Kemudian ledakan
sesuai prosedur peledakan.
Mengeluarkan stemming. Apabila tidak terlihat sumbu ledak atau
kawat detonator listrik, maka terpaksa harus mengeluarkan stemming dari
lubang yang gagal ledak. Pekerjaan ini sangat berbahaya dan
melelahkan. Gunakan kompresor alat bor atau kompresor khusus untuk
pekerjaan tersebut untuk mengeluarkan stemming dari dalam lubang.
Gerakkan selang kompresor naik turun agar stemming bisa terhembus
keluar dengan mudah yang ditandai apabila telah terlihat bahan peledak
(ANFO) ikut terhembus keluar, kemudian segera hentikan kompresor.
Setelah stemming keluar semua, buatlah primer dari detonator listrik,
kemudian masukkan ke dalam lubang hingga benar-benar berada di atas
bahan peledak, masukkan kembali stemming dan padatkan seperlunya,
sambungkan kawat detonator pada kawat utama, ledakan sesuai
prosedur peledakan.
Menggali lubang yang gagal ledak. Bongkar lubang yang gagal
ledak menggunakan shovel, backhoe atau dragline. Pekerjaan ini sangat
berbahaya karena bahan peledak dan primer masih masih ada di
dalamnya. Oleh sebab itu, cara ini merupakan cara yang terakhir ketika
tidak ada alternative lain untuk mengatasi gagal ledak. Minimal dua orang
bekerja sama, satu orang mengoperasikan alat dan yang satu orang lagi
mengawasi jalannya pembongkaran, apabila personil yang mengawasi
sudah melihat bahan peledak, secepatnya beri tanda kepada operator
9

alat untuk menghentikan pembongkaran (biasanya dengan mengangkat


tangan menunjukkan tanda stop). Bahan peledak dikeluarkan
menggunakan kompresor dengan prosedur yang telah diuraikan
sebelumnya atau diledakkan kembali.
Menetralisir bahan peledak dalam kolom lubang gagal ledak.
Bahan peledak ANFO dapat dinetralisir dengan menuangkan air kedalam
lubang gagal ledak. Dengan cara tersebut ANFO akan larut dan sifat
detonasinya akan hilang. Namun demikian jangan terlalu yakin bahwa
ANFO larut sepenuhnya dan mungkin masih meninggalkan sifat
detonasinya. Untuk meyakinkannya tuangkan air bertekanan (dipompa)
agar meresap dengan cepat ke dalam lubang gagal ledak dan juga dapat
menstimulasi kelarutan ANFO. Bahan peledak emulsi, watergel, slurry
dan cartridge (primer) tidak dapat larut. Oleh sebab itu tetap harus
dilakukan penggalian atau peledakan ulang untuk mengatasi lubang
gagal ledak.
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Rangkaian seri 24 detonator short delay dengan tahanan tiap detonator
1,8 ohms, 37 m kawat penyambung (connecting wire) 22 AWG tahanan
16,14 ohm / 330 m dan 60 m kawat utama (lead wire) terbuat tembaga
ganda yang diisolasi dengan plastik PVC dengan tahanan 5,8 ohms / 100
m. Hitung total tahanan dan voltage.
2. Suatu rangkaian paralrel 12 detonator short delay dengan tahanan tiap
detonator 1,8 ohms, 24 m bus wire ukuran 16 AWG dengan tahanan 4,02
ohm / 330 m, 98 m kawat penyambung ukuran 22 AWG tahanan 16,14
ohm / 330 m dan 150 m kawat utama ukuran 22 AWG tahanan 16,14 ohm
/ 330 m. Hitung total tahanan dan voltage.
3. Suatu rangkaian paralel – seri terdiri dari 7 cabang, tiap cabang
mempunyai 10 detonator short delay secara seri dengan tahanan tiap
detonator 1,8 ohms, kawat penyambung ukuran 22 AWG 54 m tahanan
16,14 ohm / 330 m, dan kawat utama ukuran 22 AWG 150 m tahanan
16,14 ohm / 330 m. Hitunglah total tahanan dan voltage.
4. Suatu rangkaian seri – paralel terdiri dari 8 seri, tiap seri mempunyai 6
detonator dengan tahanan tiap detonator 1,8 ohms, 48 m bus wire ukuran
16 AWG dengan tahanan 4,02 ohm / 330 m, kawat penyambung ukuran
22 AWG 145 m tahanan 16,14 ohm / 330 m, dan kawat utama ukuran 22
AWG 200 m tahanan 16,14 ohm / 330 m. Hitunglah total tahanan dan
voltage.
5. Gambarkan dikertas milimeter blok dan dengan menggunakan software
Coreldraw dengan skala (disesuaikan) !
3.2 Pembahasan
1. Rangkaian Seri
a. Tahanan total
Tahanan 24 detonator = n. R

10
11

= 24 x 1,8 ohm
= 43,2 ohm
37 x 16,14
Tahanan connecting wire =
330
= 1,81 ohm
60 x 5,8
Tahanan lead wire =
100
= 3,48 ohm
Total tahanan = (43,2 + 1,81 + 3,48) ohm
= 9,61 ohm
b. Voltase
V = 1,5 A x 9,61 ohm
= 14,41 volt
2. Rangkaian Paralel
a. Tahanan total
1,8 ohm
Tahanan 12 detonator =
12 m
= 0,15 ohm
24 m x 4,02 ohm
Tahanan bus wire =
330 m
= 0,29 ohm
98 m x 16,14 ohm
Tahanan connecting wire =
330 m
= 4,79 ohm
150 m x 16,14 ohm
Tahanan lead wire =
330 m
= 7,336 ohm
Tahanan total = (0,15 + 0,29 + 4,79 + 7,336) ohm
= 12,556 ohm
b. Voltase
Arus yang dibutuhkan = 0,5 A x 12
=6A
V = I x Rtot
= 6 A x 12,556 ohm
= 75,35 volt
12

3. Rangkaian Paralel – Seri


a. Tahanan total
1,8 ohm x 10
Tahanan 7 detonator =
7
= 2,57 ohm
54 m x 16,14 ohm
Tahanan connecting wire =
330 m
= 2,64 ohm
150 m x 16,14 ohm
Tahanan lead wire =
330 m
= 7,34 ohm
Tahanan total = (2,57 + 2,64 + 7,34) ohm
= 12,55 ohm
b. Voltase
Arus yang dibutuhkan = 1,5 A x 7
= 10,5 A
V =IxR
= 10,5 A x 12,55 ohm
= 131,775 volt
4. Rangkaian Seri - Paralel
a. Tahanan total
1,8 ohm x 8
Tahanan 6 detonator =
6
= 2,4 ohm
48 m x 4,02 ohm
Tahanan bus wire =
330 m
= 0,58 ohm
145 m x 16,14 ohm
Tahanan connecting wire =
330 m
= 7,09 ohm
200 x 16,14
Tahanan lead wire =
330
= 9,78 ohm
Tahanan total = (2,4 + 0,58 + 7,09 + 9,78) ohm
= 19,85 ohm
13

b. Voltase
Arus yang dibutuhkan = 0,5 A x 6
=3A
V =IxR
= 3 A x 19,85 ohm
= 59,55 volt
5. Sketsa Rangkaian

Gambar 3.1
Rangkaian Seri
14

Gambar 3.2
Rangkaian Pararel

Gambar 3.3
Rangkaian Pararel Seri
15

Gambar 3.4
Rangkaian Seri Pararel
BAB IV
ANALISA

Pada sistem seri akan diperoleh arus yang rendah dan tegangan atau
voltage tinggi. Umumnya jumlah detonator pada system seri kurang dari 40 biji.
Pada sistem ini biasanya menggunakan arus listrik yang rendah tetapi
membutuhkan voltase yang tinggi.
Sedangkan secara menyeluruh system parallel memerlukan arus tinggi
dengan Voltage rendah dan untuk menyuplai tenaga listrik digunakan panel
control khusus bukan dari Blasting Machine atau Exploder.
Rangkaian Parallel – Seri terdiri dari sejumlah rangkaian seri yang di
hubungkan parallel. Umumnya rangkaian ini diterapkan apabila peledakan
memerlukan lebih dari 40 detonator dengan legwire setiap detonator lebih dari 7
meter, serta dipetimbangan bahwa apabilah seluruh lubang ledak dihubungkan
secara seri memerlukan power yang besar. Perhitungan tahanan dan arus untuk
memperoleh voltage yang sesuai. Hitung tahanan pada rangkaian parallel - seri
dengan menganggap bahwa tahanan total hubungan seri sebagai tahanan pada
rangkaian parallel. Cara parallel cukup efektif untuk jumlah lubang ledak kurang
dari 300, namun demikian perlu di pertimbangkan pula bahwa untuk jumlah
lubang ledak sampai ratusan rangkaian dan perhitungan menjadi tambahan
kompleks. Pemilihan sistem rangkaian akan tergantung dari pada jumlah
detonator listrik yang akan diledakan.
Secara umum, sambungan seri digunakan untuk jumlah lubang tembak
yang sedikit, < 50 detonator. Sedangkan paralel – seri atau seri – paralel
digunakan bila sejumlah besar detonator listrik yang akan diledakkan. Paralel
biasanya hanya digunakan untuk peledakan secara khusus dan banyak
diterapkan pada tambang bawah tanah.

16
BAB V
KESIMPULAN

Dalam laporan tentang sistem rangkaian peledakan dan missfire dapat


disimpulkan bahwa:
1. Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang berfungsi untuk merambatkan
api dengan kecepatan tetap, kemudian akan menyalakan detonator yang
dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan bahan peledak. Sumbu
ledak adalah sumbu yang terdiri dari inti initiating explosive dibalut lapisan
plastik dan dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat dan lapisan plastic.
Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahan
terhadap air yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang
tinggi.
2. Rangakaian seri memiliki prinsip peledakan adalah menghubungkan
legwire dari satu lubang ke lubang lain secara menerus, sehingga apabila
sala satu detonator mati, maka seluruh rangkaian terputus dan akan
berakibat gagal ledak (misfire). Rangkaian parallel adalah suatu
rangkaian di mana setiap detonator mempunyai alur alternative dalam
rangkaian tersebut, sehingga apabila sala satu atau beberapa detonator
mati, detonator yang lainnya masih dapat meledak. Rangkaian parallel –
seri terdiri dari sejumlah rangkaian seri yang di hubungkan parallel.
Umumnya rangkaian ini di terapkan apabila peledakan memerlukan lebih
dari 40 detonator dengan leg wire setipa detonator lebih dari 7
meter,serta dipetimbangan bahwa apabilah seluruh lubang ledak
dihubungkan secara seri memerlukan power yang besar.
3. Gagal ledak (misfire) adalah istilah yang diberikan kepada bahan peledak
yang tidak meledak di dalam kolom lubang ledak. Banyak penyebab tidak
mengakibatkan gagalnya peledakan suatu bahan peledak dan biasanya
merupakan suatu pekerjaan yang sulit serta berbahaya untuk
mengatasinya. Kata kuncinya adalah gagal ledak harus ditangani dengan
penuh kehati-hatian.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Rudi Pasuryadi. 2013. “Geometri Peledakan”. Academia.edu. Diakses


pada tanggal 24 November 2018 (Referensi Internet)

2. Anonim. 2011. “Cara Mengatasi Misfire Peledakan”


belajartambang.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25
November 2018 (Referensi Internet)

3. Hapisako, Hadi. 2014. “Rangkaian Peledakan”. Academia.edu. Diakses


pada tanggal 25 November 2018 (Referensi Internet)

Anda mungkin juga menyukai