com/tag/tujuan-dan-sasaran-strategis-kemenkes/
Materi:
__________________________________________________________
A. Visi
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam
Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial
budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah
risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah
kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe
community).
B. Misi
Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus
tersedia secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan
dan minuman yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya
dalam meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan
manajemen, pengembangan serta penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi,
alat kesehatan dan makanan minuman. bebas dari kerawanan sosial budaya dan
polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai,
perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan
kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial
dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator
dampak yaitu:
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005
menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025.
2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005
menjadi 9,5% pada tahun 2025.
Misi: untuk mencapai visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
Sementara itu tujuannya (tujuan kementerian kesehatan) termasuk juga tujuan dari
pembangunan kesehatan yaitu: terselenggaranya pembangunan kesehatan
secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Perlu ingatkan target-target indikatif pada tingkat kabupaten /kota dengan konstanta
100.000 sebaiknya tidak langsung digunakan tetapi dikonversi dulu ke dalam nilai
absolutnya, misalnya saja sering terjadi perdebatan angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup, harus dikonversikan dengan jumlah kelahiran hidup absolut yang
ada dalam kabupaten tertentu.
Ketiga : Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah
dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas
separuh dari tahun 2009.
Dalam pelaksanaan SPM kesehatan untuk jangka waktu tertentu ditetapkan target
pelayanan yang akan dicapai (minimum service target), yang merupakan
spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai dengan tetap
berpedoman pada standar teknis yang ditetapkan guna mencapai status
kesehatan yang diharapkan. Dalam Urusan Wajib dan SPM, nilai indikator yang
dicantumkan merupakan nilai minimal nasional sebagaimana komitmen global
dan komitmen nasional. Indikator SPM kesehatan berdasar Permenkes Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 adalah:
a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk <15 tahun
b. Penemuan penderita Pneumonia balita
c. Penemuan pasien baru TB BTA positif
d. Penderita DBD yang ditangani
e. Penemuan penderita Diare
16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana
Kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota
Referensi :
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005
– 2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008.
https://oshigita.wordpress.com/tag/tujuan-dan-sasaran-strategis-kemenkes/
MISI
Etos berasal dari bahasa Latin modern, Yunani ethos, yang berarti karakter
asli, karakter bawaan, yang membedakan seseorang atau kelompok dari
yang lain. Menurut KBBI, etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu
golongan social, sementara etos kerja berarti semangat kerja yang menjadi
ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
SEJARAH BKKBN
Periode Perintisan (1950-an – 1966)
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman.
Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan pesat usaha
penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air.
Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah kependudukan menjadi
fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif. Perubahan
politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada perkembangan
keluarga berencana di Indonesia. Setelah simposium Kontrasepsi di Bandung pada
bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25
Februari 1967.
Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN adalah dr.
Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian, pada tahun 1972 keluar Keppres No.
33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang
ada. Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berkedudukan langsung dibawah Presiden.
Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat dikembangkan
berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan situasi serta
kondisi masyarakat. Pada Periode Pelita I dikembangkan Periode Klinik (Clinical
Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide keluarga berencana
(KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan yang paling tepat.
Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai lembaga
pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan umum dan
mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional dan kependudukan yang
mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta
mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.
Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi pada
kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor pembangunan lainnya, yang
dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Dalam kaitan ini
pada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot
project.
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono Suyono sebagai
Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang dilantik sebagai
Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara lain melalui
Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan masyarakat
lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut ditingkatkan
menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga
sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi pembagian wilayah
guna mengimbangi laju kecepatan program.
Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28
Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di
Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye
LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan
dengan logo Lingkaran Biru KB.
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono Suyono.
Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas petugas dan
sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian diluncurkan
strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis kontrasepsi yang
ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk pelayanan KB LIMAS ini
ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu ada 16 jenis kontrepsi.
Pada periode ini ditetapkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan
Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan
untuk mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia
perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan
peningkatan kesejahteraan keluarga.
Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang telah ada,
Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program untuk
meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan
keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2000.
Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN
Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala
BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan
dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga perlu dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi
penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.
Bonus demografi merupakan kondisi di mana populasi usia produktif lebih banyak
dari usia nonproduktif. Indonesia sendiri diprediksi akan mengalami puncak bonus
demografi pada 2030 mendatang.
Menghadapi Bonus Demografi kepada generasi muda kota Ende, Kepala BKKBN
berpesan, "Katakan tidak pada seks pranikah, katakan tidak pada pernikahan usia
anak, katakan tidak pada narkoba. Generasi muda harus menjadi Generasi
Berencana (GenRe) merencanakan masa depanmu, merencanakan kapan selesai
kuliah, kapan bekerja, merencanakan kapan menikah. Menikahlah pada usia
minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki " tegas Surya.
Saat ini program Keluarga Berencana sejak reformasi redup sebagai upaya
merevitalisasi, BKKBN mengembangkan dan intensifkan program kampung KB.
Kampung KB harus sinergis dengan program lain sehingga diharapkan dapat
mewujudkan keluarga berkualitas dan tentu terus berupaya meningkatkan jumlah
dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, dan tentunya juga untuk
meningkatkan kesertaan ber-KB bagi penduduk miskin dan daerah terpencil,
perbatasan, dan kepulauan dan meningkatkan ketahanan keluarga.
Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin
tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu
yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi
yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.
Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
(SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan
mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan
dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah
dibentuk BPOM yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan
penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi.
Kewenangan
Berdasarkan Pasal 69 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM memiliki
kewenangan :
http://farmasetika.com/2017/09/14/izin-edar-obat-pcc-sudah-dibekukan-badan-pom-
sejak-tahun-2009/
Hal ini dilakukan karena dampak penyalahgunaannya lebih besar daripada efek
terapinya. Penyalahgunaan Karisoprodol sebagai penambah percaya diri, penambah
stamina, bahkan digunakan oleh pekerja seks komersial sebagai obat kuat.
Obat PCC bekerja dengan menekan sel syaraf otak untuk mengurangi rasa depresi
atau kecemasan berlebih pada tubuh. Metabolit dari carisoprodol (Meprobamat)
berperan sebagai depresan sistem saraf pusat untuk menangani gangguan
kecemasan.
Obat ini tergolong muscle relaxants (pelemas otot). Obat ini bekerja pada jaringan
saraf dan otak yang mampu merilekskan otot. Obat ini biasanya digunakan saat
istirahat, saat melakukan terapi fisik, dan pengobatan lain.
Zat aditif adalah zat yang ditambahkan pada makanan atau minuman.Biasanya,
bahan aditif diberi kode huruf E (Eropa) dan diikuti dengan tiga angka. Misalnya, E
100 sebagai kode pewarna, E 200 kode konsevator, E 300 kode antioksida, dan E
400 kode pengemulsi atau stabilisator. Contoh bahan aditif itu adalah E 200 asam
sorbat, E 201 Na sorbat, E 300 asam askorbat, E 311 oktil gallat, E 320 butil
hidroksilanisol (BHA), dan E 321 butilhidroksil toluena (BHT).
1. Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2. Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan
alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat
dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan
sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa.
A. Bahan Pewarna
Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang ditambahkan ke
dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan untuk
memberi penampilan tertentu atau warna yang menarik. Warna yang menarik dapat
menjadikan makanan lebih mengundang selera.
1. Pewarna Alami
Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau menawan,
misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada
makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering.
Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna
kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu,
kunyit dapat mengawetkan makanan.
Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna kapxantin
yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya rendang daging atau
sambal goreng.
Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna kuning.
Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses karamelisasi,
yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170°C.
Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada
makanan, misalnya pada bubur dan dodol.
Selain contoh di atas, beberapa buah-buahan juga dapat menjadi bahan pewarna
alami, misalnya anggur menghasilkan warna ungu, stroberi warna merah, dan tomat
warna oranye.
2. Pewarna Buatan
Makanan ada yang menggunakan pewarna alami ada pula yang menggunakan
pewarna buatan. Bahan pewarna buatan ada dua jenis. Jenis pertama adalah
pewarna buatan yang disintesa dengan struktur kimia persis seperti bahan alami,
misalnya beta-karoten (warna oranye sampai kuning), santoxantin (warna merah),
dan apokaroten (warna oranye). Jenis kedua adalah bahan pewarna yang disintesa
khusus untuk menggantikan pewarna alami. Tabel berikut menunjukkan contoh
bahan pewarna buatan pada makanan.
Bahan pewarna buatan Contoh produk makanan
Meskipun bahan pewarna tersebut diizinkan, kamu harus selalu berhati-hati dalam
memilih makanan yang menggunakan bahan pewarna buatan karena penggunaan
yang berlebihan tidak baik bagi kesehatanmu. Penggunaan tartrazine yang
berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak.
Penggunaan erythrosine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi pada
pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada
otak dan perilaku.
Bahan pewarna alami maupun buatan digunakan untuk memberi warna yang lebih
menarik pada makanan. Biasanya orang menggunakan bahan pewarna alami
karena lebih aman dikonsumsi daripada bahan pewarna buatan. Bahan alami tidak
memiliki efek samping atau akibat negatif dalam jangka panjang. Adapun pewarna
buatan dipilih karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan zat
pewarna alami. Tabel berikut ini menunjukkan perbedaan kedua jenis pewarna
tersebut.
Kadang-kadang memberi rasa dan aroma Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma
yang agak mengganggu. yang mengganggu.
B. Pemanis
Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan atau
minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Bahan pemanis ini ada dua
macam, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
1. Pemanis Alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-
bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi.
Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko
kegemukan. Contohnya :
Gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis
glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan
pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga
bersifat mengawetkan.
Gula merah merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan
pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini
digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur, dodol, kue apem, dan
gulali.
Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu. Selain sebagai
pemanis, madu juga banyak digunakan sebagai obat.
Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu
kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet.
Zat pemanis alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1) Pemanis nutritif
Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan kalori. Pemanis nutritif
berasal dari tanaman (sukrosa/ gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan
(laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa,
sorbitol). Kelebihan pemanis ini dapat mengakibatkan obesitas, karena kandungan
kalorinya yang tinggi.
2) Pemanis nonnutritif
Pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Pemanis
nonnutritif berasal dari tanaman (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin,
monellin, thaumatin).
2. Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan
tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis
buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami,
pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Penggunaan bahan pemanis atau
batasan pemakaian bahan pemanis dalam makanan harus mengacu pada WHO
yang dikenal dengan ADI (aceeptable daily intake) dan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 722 / Menkes / per / IX / 1988 tentang batasan maksimum penggunaan
bahan kimia dalam makanan. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Aspartam
b. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat kemanisan sakarin
kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan
sakarin terlalu banyak justru menimbulkan
rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman
fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin. Sakarin sangat populer digunakan
dalam industri makanan dan minuman karena harganya yang murah. Namun
penggunaan sakarin tidak boleh melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena
bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya kanker).
Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang diperbolehkan adalah
50–300 mg. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan rendah kalori, dan
dibatasi tingkat konsumsinya sebesar maksimal 0,5 mg tiap kilogram berat badan
per hari.
c. Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat
kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir.
Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es
krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa
negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek
karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg
bahan makanan.
d. Sorbitol
Sorbitol merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk pemanis kismis, selai dan
roti, serta makanan lain.
e. Asesulfam K
Asesulfam K merupakan senyawa 6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-on-2,3-dioksida
atau merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan dari
asesulfam K adalah 200 kali lebih manis daripada gula pasir. Berdasarkan hasil
pengujian laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.
Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu dengan
alasan masing-masing. Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi harganya lebih
mahal. Pemanis buatan lebih murah, tetapi aturan pemakaiannya sangat ketat
karena bisa menyebabkan efek negatif yang cukup berbahaya. Pada kadar yang
rendah atau tertentu, pemanis buatan masih diijinkan untuk digunakan sebagai
bahan tambahan makanan, tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Tabel berikut memperlihatkan
perbedaan pemanis alami dan buatan.
C. Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau menghambat
proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian lain terhadap
makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga makanan tidak mudah
rusak atau menjadi busuk. Bahan pengawet bersifat karsinogen, untuk itu batasan
penggunaan bahan pengawet sebaiknya sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesesehatan No. 722/ menkes/per/IX/ 88.
Menurut FDA (Food and Drug Administrasion), keamanan suatu pengawet makanan
harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam produk makanan
atau jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari penggunaan pengawet,
efek akumulasi dari pengawet dalam makanan dan potensi toksisitas yang dapat
terjadi (termasuk menyebabkan kanker) dari pengawet jika dicerna oleh manusia
atau hewan. Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
D. Penyedap
Bahan penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang berguna untuk
melezatkan bahan makanan. Penyedap berfungsi menambah rasa nikmat dan
menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan. Bahan penyedap ini
terdapat dalam bentuk alami dan buatan.
1. Penyedap Alami
Bahan penyedap dari bahan alami selalu terdapat di dalam setiap makanan.
Biasanya bahan-bahan ini dicampurkan bersama-sama sebagai bumbu makanan,
beberapa di antaranya :
Bawang merupakan pemberi rasa sedap alami yang paling banyak digunakan.
Merica memberi aroma segar dan rasa pedas yang khas.
Terasi merupakan zat cita rasa alami yang dihasilkan dari bubuk ikan dan udang
kecil yang dibumbui sedemikian rupa sehingga memberi rasa sedap yang khas.
Daun salam memberi rasa sedap pada makanan.
Jahe memberi aroma harum dan rasa pedas khas jahe.
Cabai memberi rasa sedap dan pedas pada setiap masakan.
Daun pandan memberi rasa dan aroma sedap dan wangi pada makanan.
Kayu manis, selain memberi rasa manis dan mengawetkan juga memberi aroma
harum khas kayu manis.
2. Penyedap Buatan
Penyedap buatan yang paling banyak digunakan dalam makanan adalah vetsin
atau monosodium glutamat (MSG) yang sering juga disebut sebagai micin. MSG
merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat dalam
protein nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kacang-kacangan
mengandung sekitar 20% asam glutamat. MSG tidak berbau dan rasanya
merupakan campuran rasa manis dan asin yang gurih.
https://ininisrina.wordpress.com/cerdas/ipa-2/bahan-bahan-kimia-dalam-kehidupan/zat-
adiktif-dan-psikotropika/
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga dengan sebutan
candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari getah buah mentah Pavaper
sommiverum.
Opium digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena luka atau menghilangkan
rasa nyeri pada penderita kanker. Namun dalam dosis berlebih dapat
mengakibatkan kecanduan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat menimbulkan rasa sering mengantuk,
perasaan gembira berlebihan, banyak berbicara sendiri, kecenderungan untuk
melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata
mengecil, mual, susah buang air besar, dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat ini
diputus, akan timbul hal-hal berikut: sering menguap, kepala terasa berat, mata
basah, hidung berair, hilang nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil, dan kejang-
kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis, akan menimbulkan hal-
hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek tersenggal-senggal, dan
dapat mengakibatkan kematian.
c. Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain diperoleh dari hasil
ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Zat ini dapat dipakai sebagai
anaestetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral.
Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat
menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual,
dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis
tertentu dapat mengakibatkan kematian.
d. Sedativa dan Hipnotika (Penenang)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK dan magadon
digunakan sebagai zat penenang(sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika
dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis besar dapat
membuat orang yang memakannya tertidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk,
malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan,
kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar
tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan
kejang-kejang.
Jika pemakaiannya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun,
banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, napas lambat,
kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat
menimbulkan kematian.
e. Nikotin
Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman tembakau. Namun, orang
biasanya mengonsumsi nikotin tidak dalam bentuk zat murninya, melainkan secara
tidak langsung ketika mereka merokok. Nikotin yang diisap pada saat merokok dapat
menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, bersifat
karsinogenik sehingga dapat meningkatkan risiko terserang kanker paru-paru, kaki
rapuh, katarak, gelembung paru-paru melebar (emphysema), risiko terkena penyakit
jantung koroner, kemandulan, dan gangguan kehamilan.
f. Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi) sejumlah bahan, seperti
beras ketan, singkong, dan perasan anggur. Alkohol ini sudah dikenal manusia
cukup lama. Salah satu penggunaan alkohol adalah untuk mensterilkan berbagai
peralatan dalam bidang kedokteran.
Tanda-tanda gejala pemakaian alkohol, yaitu gembira, pengendalian diri turun, dan
muka kemerahan. Jika sudah kecanduan meminum minuman keras, kemudian
dihentikan
maka akan timbul gejala gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar tidur, dan gangguan
jiwa. Jika overdosis akan timbul gejala perasaan gelisah, tingkah laku menjadi
kacau, kendali turun, dan banyak bicara sendiri.
3. Dampak / Efek yang Dapat Ditimbulkan Zat Adiktif
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Minuman Alkohol
Alkohol dalam minuman keras dapat menyebabkan gangguan jantung dan otot
syaraf,mengganggu metabolisme tubuh, membuat janis menjadi cacat, impoten
serta gangguanseks lainnya.
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Ganja
Zat kandungan dalam ganja yang berbahaya dapat menyebabkan daya tahan
tubuh berkurang dan melemah sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi
sertamemperburuk aliran darah koroner.
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Halusinogen
Halusinogen dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan pendarahan otak.
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Kokain
Zat adiktif kokain jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kekurangansel darah putih atau anemia sehingga dapat membuat badan kurus
kering. Selain itukokain menimbulkan perforesi sekat hidung (ulkus) dan aritma pada
jantung.
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Opiat / Opioda
Zat opioda atau opiat yang masuk ke dalam badan manusia dapat
mengganggumenstruasi pada perempuan / wanita serta impotensi dan konstipasi
khronuk pada pria /laki-laki.
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Inhalasia
Inhalasia memiliki dampak buruk bagi kesehatan kita seperti gangguan pada
fungsi jantung, otak, dan lever.
1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Non Obat
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui benda-benda yang disalahgunakan
oleh banyak orang untuk mendapatkan efek tertentu yang dapat mengakibatkan
gangguankesehatan. Contoh barang yang dijadikan candu antara lain seperti
bensin, thiner, racun serangga, lem uhu, lem aica aibon. Efek dari penggunaan yang
salah pada tubuh manusiaadalah dapat menimbulkan infeksi emboli.
B. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan narkotika
dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Berdasarkan fungsinya obat psikotropika dibedakan menjadi tiga yaitu obat stimulan,
obat depresan, dan obat halusinogen:
ü Obat stimulan ( obat perangsang ) adalah obat yang merangsang system saraf
sehingga orang yang merasakan lebih pwecaya diri dan selalu waspada contoh obat
ini adalah, kafein nikotin dan kokain
ü Obat depresan ( obat penenang ) adalah obat yang dapat menekan system saraf
sehingga pemakaiannya merasa ngantuk dan tingkat kesadarannyaturun. Contoh
obat jenis ini adalah alcohol dan barbiturate
ü Obat halusinogen adalah obat yang dapat membelokkan pikiran pemakaiannya
Macam – Macam Psikotropika
Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika, tetapi tidak semua
psikotropika menimbulkan ketergantungan. Berikut ini termasuk ke dalam golongan
psikotropika yang tidak membuat kecanduan, yaitu LSD (Lysergic Acid
Diethylamide) dan amfetamin. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini
sudah meluas di dunia.
a. LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan halusinasi (persepsi
semu mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada). Zat ini dipakai untuk
membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau sakit
ingatan. Zat ini bekerja dengan cara membuat otot-otot yang semula tegang menjadi
rileks. Penyalahgunaan zat ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menderita
frustasi dan ketegangan jiwa.
b. Amfetamin
Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa mengenai penjualan
barang-barang terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi dan shabu adalah hasil
sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin. Jadi, zat psikotropika, seperti ekstasi
dan shabu tidak diperoleh dari tanaman melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat
tersebut akan menimbulkan gejalagejala berikut: siaga, percaya diri, euphoria
(perasaan gembira berlebihan), banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu
makan, berdebar-debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat. Jika overdosis
akan menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar-debar, panik, mengamuk,
paranoid (curiga berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu tubuh
tinggi, kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan dapat mengakibatkan
kematian. Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan menimbulkan gejala
putus obat sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan mudah
tersinggung.
Dampak Negatif Zat Psikotropika
Orang yang menggunakan obat psikotropika akan mengalami gangguan system
saraf. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
Narkotika dapat menyebabkan rasa sakit dan membuat sensasi sehingga
pemakaianya merasa senang karena tidak terganggu masalah yang di
hadapinya. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan
kematian.
Kokain dapat diggunakan untuk pembiusan local. Kokain bersifat stimulan
terhadap sistem saraf sehingga dapat meningkatkan stamina dan mengurangi
kelelahan. Namun penggunan kokain hanya sementara biasanya diikuti
dengan perasan tertekan dan takut (depresi). Penggunaan yang berlebihan
dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kematian jika penggunaanya tiba-
tiba dihentikan pecandu akan menderita penyakit dengan tanda-tanda kejang-
kejang, muntah, diare, berkeringat dan sukar tidur.
Morfin dapatmenghilangkan rasa sakit. Namun, morfin menyebabkan rasa
kantuk dan lesu, kebingunan, perasaan kebahagian yang berlebihan (
euforioa ), dan gangguan system pernapasan.
Ekstasi dapat menimbulkan rasa segar dan penuh energi sehingga
pemakaiannya merasa mengantuk. Namun, pemakaiobat ini mengurangi
keinginan untuk minum sehingga dapat mengalami dehidrasi. Penggunaan
dalam waktu lama menyebabkan kehilangan daya ingat dan kemampuan
menggerakan badan.
https://dosenbiologi.com/biokimia/zat-aditif
Semua bahan yang dicampurkan pada saat anda memasak makanan selama
proses pengolahannya, proses penyimpanannya, dan proses pengepakannya bisa
disebut sebagai zat aditif makanan.
Jika dilihat dari penggunaan bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam makanan
sangat berbeda antara zaman dahulu dan zaman sekarang. Zaman dahulu manusia
menggunakan bahan alami, sedangkan zaman sekarang manusia banyak
menggunakan bahan sintesis yang dibuat oleh pabrik.
Berdasarkan dengan fungsi pada zat aditif makanan bisa dikategorikan beberapa
jenis, meliputi pewarna, pengawet, pemanis, antioksidan, penyedap, pemutih,
penambah gizi, perenyah dan pengisi, pengering, pemantap, pencegah buih,
pengkilap, dan pencegah lengket. .
Dalam penggunaan zat aditif seperti halnya sintesis wajib melalui tahap pengujian di
laboratorium dan mendapat pengawasan yang sangat ketat, sehingga dipakai sesuai
kadar yang dibutuhkan dan yang menjadi poin penting yakni tidak mempunyai
dampak yang buruk bagi tingkat kesehatan manusia sebagai pengguna sekaligus
pengonsumsinya. .
1. Bahan Pewarna
Jika dibandingkan dengan yang lain, zat aditif yang sering digunakan ialah bahan
pewarna. Penggunaan bahan pewarna yang dilakukan di rumah, biasanya hanya
digunakan untuk menambahkan dan memberi sedikit warna agar tampilan makanan
dan juga minuman menjadi terlihat lebih menarik. Hal tersebut berfungsi untuk
memunculkan dan merangsang nafsu makan.
Pewarna yang digunakan untuk memberikan warna pada makanan dan minuman
terbagi menjadi dua yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami
biasanya didapatkan dengan memanfaatkan tumbuhan dan juga hewan. Misalnya
seperti karamel dari cokelat, warna hijau dari daun suji, warna kuning dari kunyit,
dan lain sebagainya.
Pewarna alami cenderung mempunyai tingkat keamanan yang baik bagi tubuh
manusia, namun jenis dan juga ragamnya bisa dihitung karena sangat terbatas.
Sedangkan pewarna buatan atau pun sintesis, yang mempunyai jumlah ragam dan
jenis yang sangat banyak, namun pewarna buatan tidak baik bagi kesehatan tubuh
manusia sehingga bisa memicu perkembangan dari sel kanker.
Contoh dari pewarna buatan meliputi tartrazine untuk warna kuning, indigo untuk
warna biru. Pada industri makanan dan juga minuman, gizi yang terkandung dalam
pewarna sintesis tidak ada sama sekali dan menyebabkan gangguan pada
kesehatan. Seringkali digunakan untuk campuran dalam pembuatan sirup, permen
ataupun kue.
2. Bahan Pemanis
Hampir semua makanan yang kita jumpai di pasaran memiliki cita rasa yang manis.
Definisi dari pemanis merupakan suatu zat yang dicampurkan pada suatu makanan
dan juga minuman yang mempunyai fungsi sebagai pemberi rasa yakni manis.
Seperti halnya dengan pewarna, pemanis juga dikategorikan menjadi dua yakni
pemanis alami dan pemanis buatan. Pemanis alami seperti gula merah, gula pasir,
dan juga gula tebu.
Kelebihan yang ditawarkan oleh pemanis alami yaitu mempunyai nilai kalori yang
cukup baik dan sangat mudah dilakukan proses pencernaan dalam tubuh.
Sedangkan pemanis buatan mempunyai jenis dan macam yang cukup banyak
seperti halnya sakarin, aspartame, siklamat, sorbitol, asesulfam, dan gliserol.
Jika terjadi kelebihan jumlah kalori yang ada dalam tubuh akan mengakibatkan
obesitas (mempunyai berat badan yang berlebihan). Cara yang bisa anda terapkan
guna mencegah obesitas yakni dengan melakukan penggantian gula yang anda
pakai dengan kalori yang relatif tinggi dengan menggunakan pemanis buatan yang
mempunyai nilai kalori yang lebih rendah.
Pada umumnya pemanis buatan yang sangat mudah dijumpai dan digunakan ialah
asesulfam dan aspartame. Namun di pasaran beberapa pemanis buatan
peredarannya mulai dilarang karena terbukti mempunyai sifat
karsinogenik. Aspartam pertama kali ditemukan untuk digunakan sebagai bahan
pemanis buatan dengan tingkat keamanan yang lebih baik.
Namun asesulfam mempunyai tingkat ketahanan yang lebih baik pada suhu yang
tinggi dibandingkan dengan aspartam yang tidak tahan terhadap suhu yang tinggi.
Aspartam memiliki tingkat kemanisan sebanyak 180 kali lipat jika dibandingkan
dengan gula tebu. Sedangkan nilai kalori yang terkandung adalah 1 banding 160 jika
dibandingkan dengan gula tebu. Kekurangannya, aspartam akan mudah kehilangan
kandungan rasa yang ada apabila disimpan dalam jangka waktu tertentu sehingga
tidak digunakan dalam industri minuman ringan.
3. Bahan Pengawet
Makanan yang kita temui di pasaran kebanyakan tidak mempunyai tingkat keawetan
yang cukup baik, karena diakibatkan oleh bakteri dan juga jamur yang akan
merubahnya menjadi makanan basi. Oleh karena itu diperlukan solusi guna
membuat makanan menjadi lebih awet dan mempunyai daya tahan yang cukup
lama. Proses pengawetan dilakukan hanya berdasarkan pada suatu prinsip untuk
memerangi mikroorganisme-mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan,
sehingga mikroorganisme bisa dicegah proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan adanya suatu perkembangan pada ilmu
pengetahuan, maka bisa ditemukan bermacam-macam cara untuk melakukan
pengawetan bahan makanan, yakni sebagai berikut :
Pengeringan
Proses pengeringan bisa dilakukan melalui suatu cara yakni pada proses
penjemuran atau pun pada proses pemanasan sehingga kadar air yang terkandung
dalam makanan akan hilang. Misalnya pada makanan seperti dendeng dan juga ikan
kering dilakukan proses pengeringan.
Proses pembekuan akan mengakibatkan kadar air yang ada menjadi membeku
sehingga macam-macam bakteri yang ada tidak bisa melakukan perkembangan dan
pertumbuhan. Selain itu bisa digunakan untuk menghambat suatu proses
metabolisme pada suatu bakteri. Misalnya seperti halnya pada bahan makanan
daging dan juga ikan beku.
Pengalengan
Proses ini melewati suatu tahap pemanasan dan selanjutnya akan dilakukan suatu
proses pengemasan dengan metode yang sangat tepat yakni menutupnya dengan
sangat rapat di dalam kaleng dalam keadaan sangat steril sehingga tidak ada bakteri
yang akan masuk. Misalnya seperti pada berbagai macam buah-buahan yang
dikalengkan dan juga susu.
Penyinaran
Sinar ultraviolet atau pun sinar gamma yang bisa digunakan untuk mematikan dan
juga melakukan penghambatan terhadap pertumbuhan dan juga perkembangan
suatu bakteri tanpa melalui proses perusakan pada bahan makanan itu sendiri.
Misalnya seperti perlakuan pada kentang dan juga udang.
Dapat diambil kesimpulan bahwa zat aditif dalam kehidupan sehari-hari manusia di dalam
suatu masyarakat pada umumnya mempunyai dua dampak yakni, dampak negatif jika
penggunaannya melampaui batas maksimal dan dampak positif jika digunakan
sebagaimana mestinya. Sampai disini dulu ya artikel kali ini yang membahas mengenai zat
aditif. Semoga bermanfaat dan terima kasih.