Biokimia Urin
Biokimia Urin
1. VOLUME URIN
Volume urin dalam 24 jam tergantung pada faktor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu
dan kerja fisik) dan faktor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan
sebagainya). Beberapa obat misalnya golongan diuretik, kopi, alkohol dapat pula
mempengaruhi volume urin. Pada manusia, normalnya volume urin antara 600 – 2500
ml/24 jam. Kelainan-kelainan dalam volume urin :
Poliuri : bila volume urin > 2500 ml/24 jam
Oligouri : bila volume urin < 600 ml/24 jam
Anuri : bila tidak terbentuk urin
2. BERAT JENIS URIN
Berat jenis urin normal antara 1,003 – 1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut
didalamnya dan volume urin. Jumlah total zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50 gram.
Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal.
3. PH URIN
Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan pH antara 4,7 – 8,0. Tetapi urin yang
dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urin yang diambil pada waktu-waktu
tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu setelah makan, urin akan
bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin tide. Bila dibiarkan untuk waktu lama,
urin dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan
oleh bakteri dan pH urin menjadi basa.
4. BAU, WARNA DAN KEKERUHAN
Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi,
timbul bau amonia yang tidak enak. Pada penderita diabetes mellitus dengan ketosis maka
urin akan berbau aseton. Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekatannya, tetapi
dalam keadaan normal urin berwarna kuning muda. Warna terutama disebabkan oleh
pigmen urokrom yang berwarna kuning & sejumlah kecil oleh urobilin & hematoporfirin.
Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua atau
agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat menyebabkan urin menjadi hijau,
coklat atau kuning tua. Darah/hemoglobin menyebabkan warna urin merah, sedangkan
methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin coklat tua. Urin normal
biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan
timbul kekeruhan disebabkan oleh nukleoprotein, mukoid atau sel-sel epitel. Selain itu
pada urin yang alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat sedangkan pada
urin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat.
SISA-SISA METABOLISME
1. UREA
Urea merupakan komponen terbanyak zat padat dalam urin. urea merupakan sisa
metabolisme asam amino. Biosintesis urea dari asam amino terjadi dalam 4 tahap, yaitu :
1) Transaminasi,
2) Deaminasi oksidatif,
3) Pengangkutan amonia, dan
4) Reaksi pada siklus urea.
Kebanyakan urea dibentuk di dalam hati dan pada penyakit hati berat, nitrogen urea darah
(BUN) turun dan NH3 darah meninggi. Enzim yang terlibat dalam sintesis urea adalah
ornitin karbamoiltransferase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan keracunan NH3
(kongenital), sekalipun orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini. Ekskresi urea
dalam urin jumlahnya sangat dipengaruhi oleh 3 hal yakni intake makanan berprotein
tinggi, metabolisme protein dalam tubuh dan kemampuan ginjal dalam filtrasi dan
reabsorpsi urea. Pada penderita gagal ginjal dimana terjadi gangguan pada filtrasi urea akan
menyebabkan terjadinya peninggian urea dalam darah yang disebut uremia.
2. ASAM URAT
Asam urat dibentuk dari pemecahan purin dan dengan sintesis langsung dari 5-fosforibosil
pirofosfat (5-PRPP) dan glutamin. Kadar asam urat darah normal pada manusia adalah
sekitar 4 mg/dl (0,24 mmol/l). Pada manusia asam urat diekskresi melalui urin, tetapi pada
mamalia yang lain asam urat dioksidasi menjadi allantoin sebelum diekskresi.
Ekskresi asam urat melalui urin jumlahnya dipengaruhi olehh intake makanan sehingga
kurang tepat dalam mengekspresikan laju filtrasi glomerulus. Dalam urin, asam urat dapat
membentuk kristal yang mengendap dan menyebabkan batu ginjal. Peningkatan asam urat
dalam darah (hiperurisemia) dan urin terjadi pada peningkatan intake makanan kaya purin
yang meningkat pada penderita anemia hemolitik, kanker, dan penderita penyakit sendi.
Hiperurisemia juga terjadi pada penderita gagal ginjal.
3. KREATININ
Kreatinin disintesis didalam hati dari asam amino methionin, glisin dan arginin. Dalam otot
rangka, kreatinin difosforilasi menjadi fosforil kreatinin yang merupakan simpanan energi
penting untuk sintesis ATP. Kreatinin di dalam urine dibentuk dari fosforilkreatinin.
Kreatinin tidak dikonversi secara langsung menjadi kreatin. Kecepatan ekskresi kreatinin
relatif konstan setiap hari, jumlahnya tidak dipengaruhi oleh intake makanan dan tidak
direabsorpsi oleh ginjal. Hal ini memungkinkan ekskresi kreatinin menunjukkan
kemampuan laju filtrasi glomerolus yang dinyatakan sebagai kreatinin klirens.
Referensi :
Uliyah, 2008, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta