Anda di halaman 1dari 18

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Anatomi dan Fisiologi Sklera


1.1.1. Anatomi
Sklera yang juga dikenal sebagai bagian putih bola mata, merupakan kelanjutan
dari kornea. Sklera berwarna putih buram dan tidak tembus cahaya, kecuali di bagian
depan bersifat transparan yang disebut kornea. Sklera merupakan dinding bola mata
yang paling keras dengan jaringan pengikat yang tebal, yang tersusun oleh serat kolagen,
jaringan fibrosa dan proteoglikan dengan
berbagai ukuran. Pada anak-anak, sklera lebih tipis dan menunjukkan sejumlah pigmen,
yang tampak sebagai warna biru. Sedangkan pada dewasa karena terdapatnya deposit
lemak, sklera tampak sebagai garis kuning.

Sklera dimulai dari limbus, dimana berlanjut dengan kornea dan berakhir
pada kanalis optikus yang berlanjut dengan dura. Enam otot ekstraokular disisipkan ke
dalam sklera. Jaringan sklera menerima rangsangan sensoris dari nervus siliaris posterior.
Sklera merupakan organ tanpa vaskularisasi, menerima rangsangan tersebut dari
jaringan pembuluh darah yang berdekatan. Pleksus koroidalis terdapat di bawah sklera
dan pleksus episkleral di atasnya. Episklera mempunyai dua cabang, yang pertama pada
permukaan dimana pembuluh darah tersusun melingkar, dan yang satunya lagi yang
lebih di dalam, terdapat pembuluh darah yang melekat pada sklera.
Sklera membentuk !" bagian dari pembungkus jaringan pengikat pada
bola mata posterior. Sklera kemudian dilanjutkan oleh duramater dan kornea, untuk
menentukan bentuk bola mata, penahan terhadap tekanan dari luar dan menyediakan
kebutuhan bagi penempatan otot-otot ekstra okular. Sklera ditembus oleh banyak saraf
dan pembuluh darah yang melewati foramen skleralis posterior. Pada cakram optikus,
#!$ bagian sklera berlanjut menjadi sarung dural, sedangkan
%!$ lainnya berlanjut dengan beberapa jaringan koroidalis yang membentuk suatu
penampang yakni lamina kribrosa yang melewati nervus optikus yang keluar melalui serat
optikus atau fasikulus. &edalaman sklera bervariasi mulai dari % mm
pada kutub posterior hingga ',$ mm pada penyisipan muskulus rektus atau akuator.#

Sklera mempunyai # lubang utama yaitu($

• )oramen sklerasis anterior, yang berdekatan dengan kornea dan


merupakan tempat meletaknya kornea pada sklera.
• )oramen sklerasis posterior atau kanalis sklerasis, merupakan pintu keluar nervus
optikus. Pada foramen ini terdapat lamina kribosa yang terdiri dari sejumlah
membran seperti saringan yang tersusun transversal melintas foramen sklerasis
posterior. Serabut saraf optikus lewat lubang ini untuk menuju ke otak.

1.1.2. !istologi1,2
Secara histologis, sklera terdiri dari banyak pita padat yang sejajar dan berkas-
berkas jaringan fibrosa yang teranyam, yang masing-masing mempunyai tebal %'-
%" *m dan lebar %''-%+' *m, yakni episklera, stroma, lamina fuska dan endotelium.
Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur kornea.

2
1.1.". Fisiologi2,"
Sklera berfungsi untuk menyediakan perlindungan terhadap komponen intra okular.
Pembungkus okular yang bersifat viskoelastis ini memungkinkan pergerakan bola mata
tanpa menimbulkan deformitas otot-otot penggeraknya. Pendukung dasar dari sklera
adalah adanya aktifitas sklera yang rendah dan vaskularisasi yang baik pada sklera dan
koroid. idrasi yang terlalu tinggi pada sclera menyebabkan kekeruhan pada jaringan
sklera. Jaringan kolagen sklera dan jaringan pendukungnya berperan seperti cairan
sinovial yang memungkinkan
perbandingan yang normal sehingga terjadi hubungan antara bola mata dan socket .
Perbandingan ini sering terganggu sehingga menyebabkan beberapa penyakit yang
mengenai struktur artikular sampai pembungkus sklera dan episklera.

1.2. #$iskleritis1,%
1.2.1. &e'inisi
Episkleritis adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari seratserat
jaringan ikat yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera dibungkus oleh
lapisan episklera yang merupakan tipis yang banyak mengandung
pembuluh darah untuk memberi makan sklera. ibagian depan mata, episklera dibungkus
oleh konjungtiva.
Episklera adalah suatu kondisi yang relatif umum yang dapat mempengaruhi
pada satu atau kedua mata. Episkleritis terjadi pada perempuan lebih banyak daripada
laki-laki dan paling sering terjadi antara usia +'- ' tahun.

1.2.2. #tiologi1
ingga sekarang belum diketahui penyebab pasti dari episkleritis. amun,

3
ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu berhubungan dengan terjadinya
episkleritis. &ondisi-kondisi tersebut adalah penyakit yang
mempengaruhi tulang, tulang rawan, tendon, atau jaringan ikat lain dari tubuh, seperti (
• /heumatoid arthritis
• 0nkylosing spondylitis
• 1upus 2 systemic lupus erythematosus3
• 4out
1.2.". Klasi'ikasi2,(
Episkleritis terdiri dari # jenis yaitu (
%. Episkleritis Simple
5ni adalah jenis episkleritis yang paling umum dari episkleritis.
Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. anya
berlangsung selama sekitar 6-%' hari dan akan hilang sepenuhnya setelah
dua sampai tiga minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi
tersebut, biasanya setiap satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali
tidak diketahui.
#. Episkleritis odular
al ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple dan
berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata
saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada
permukaan mata. 5ni sering berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti
rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.
1.2.%. ani'estasi Klinis%
4ejala episkleritis meliputi (
- Sakit mata dengan rasa nyeri atau sensasi terbakar
- 7ata merah pada bagian putih mata
- &epekaan terhadap cahaya
- 8idak mempengaruhi visus
Jika pasien mengalami episkleritis nodular, pasien mungkin memiliki satu atau
lebih benjolan kecil atau benjolan pada daerah putih mata. Pasien mungkin merasakan
bahwa benjolan tersebut dapat bergerak di permukaan bola mata.
1.2.(. Prognosis)
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam
%-# minggu, dan tidak akan mempengaruhi visus.

4
1.2.). Penatalaksanaan)
Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu sekitar %' hari dan
biasanya tidak memerlukan pengobatan apapun. 0ir mata buatan 2misalnya
hypromellose3 dapat berguna dalam menghilangkan gejala mata kering.
Jika gejala semakin parah atau bertahan lama, dokter mungkin akan meresepkan
beberapa obat berikut(
• on-steroidal anti-inflammatory drug 2 S05 3, seperti flurbiprofen. 9bat ini
akan membantu meredakan nyeri dan bengkak dan mengurangi
peradangan.
• Steroid eye drops, seperti de:amethasone. 9bat ini akan membantu untuk
mengurangi peradangan dan mempercepat pemulihan pasien.
amun, ada beberapa risiko terkait dengan penggunaan tetes mata steroid,
sehingga pasien perlu dipantau ketat oleh dokter.
Setiap penemuan kondisi kesehatan yang mendasari terjadinya episkleritis
juga memerlukan pengobatan. Pasien mungkin akan dirujuk ke spesialis lain seperti
rheumatologist 2seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam mengidentifikasi dan
mengobati kondisi yang mempengaruhi sistem muskuloskeletal, terutama sendi dan
jaringan sekitarnya3 untuk pengobatan.

1.2.*. Kom$likasi
Sebuah komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar satu dari %'
orang dengan episkleritis akan berkembang ke arah iritis ringan.
1.". Skleritis
1.".1. &e'inisi1
Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh
destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya
vaskulitis. &elainan ini murni diperantarai oleh proses imunologik, yakni reaksi tipe 5;
2hipersensitivitas tipe lambat3 dan tipe 555
2kompleks imun3 dan disertai atau disebabkan oleh penyakit sistemik 2penyakit
jaringan ikat, paska herpes, sifilis, dan gout3. &adang < kadang disebabkan tuberkulosis,
bakteri 2pseudomonas3, sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan
paska bedah.
Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai. Penyakit ini bersifat unilateral
atau bilateral, dengan onset perlahan atau kambuh.

5
1.".2. #$idemiologi
Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai. i 0merika Serikat insidensi
kejadian diperkirakan " kasus per %'.''' populasi. ari pasien-pasien yang ditemukan,
didapatkan =+> adalah skleritis anterior, sedangkan ">nya adalah skleritis posterior. i
5ndonesia belum ada penelitian mengenai penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi
unilateral atau bilateral, dengan onset perlahan atau mendadak, dan dapat berlangsung
sekali atau kambuh-kambuhan.%,"
Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras. ?anita
lebih banyak terkena daripada pria dengan perbandingan %," ( %. 5nsiden skleritis
terutama terjadi antara %%-@6 tahun, dengan usia rata-rata # tahun.
1.".". #tiologi
Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh
proses imunologi yakni terjadi reaksi tipe 5; 2hipersensitifitas tipe lambat3 dan tipe 555
2kompleks imun3 dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi
invasi mikroba langsung, dan pada sejumlah kasus proses imunologisnya tampaknya
dicetuskan oleh proses-proses lokal, misalnya bedah katarak dan operasi pterygium.%,6
Aerikut ini adalah beberapa penyebab skleritis, yaitu (#,6

Spondilitis ankylosing, 0rtritis rheumatoid,


Poliartritis nodosa, Polikondritis berulang,
Penyakit 0utoimun 4ranulomatosis ?egener, 1upus eritematosus
sistemik, Pioderma gangrenosum, &olitis
ulserativa, efropati 5g0, 0rtritis psoriatik

Penyakit 8uberkulosis, Sifilis, Sarkoidosis, 1epra,


4ranulomatosa Sindrom ;ogt-&oyanagi- arada 2jarang3

4out, 8irotoksikosis, Penyakit jantung rematik


4angguan 7etabolik
aktif

9nkoserkiasis, 8oksoplasmosis, erpes Boster,


5nfeksi erpes Simpleks, 5nfeksi oleh Pseudomonas,
0spergillus, Streptococcus, Staphylococcus

)isik 2radiasi, luka bakar termal3, &imia 2luka

6
1ain-lain bakarasam atau basa3, 7ekanis 2cedera tembus3,
1imfoma, /osasea, Pasca ekstraksi katarak

1.".%. Pato'isiologi1,2,+
Penyakit tersering yang menyebabkan skleritis antara lain adalah rheumatoid
arthritis, ankylosing spondylitis,systemic lupus erythematosus, polyarteritis nodosa,
?egenerCs granulomatosis,herpes Doster virus, gout dan sifilis.&arena sklera terdiri dari
jaringan ikat dan serat kolagen, skleritis adalah gejala utama dari gangguan vaskular
kolagen pada % > dari kasus. 4angguan regulasi autoimun pada pasien yang memiliki
predisposisi genetik dapat menjadi
penyebab terjadinya skleritis. )aktor pencetus dapat berupa organisme menular,
bahan endogen, atau trauma.Proses peradangan dapat disebabkan oleh kompleks imun
yang mengakibatkan kerusakan vaskular 2hipersensitivitas tipe 5553 atau pun respon
granulomatosa kronik 2hipersensitivitas tipe 5;3.

ipersensitivitas tipe 555 dimediasi oleh kompleks imun yang terdiri dari
antibody 5g4 dengan antigen. ipersensitivitas tipe 555 terbagi menjadi reaksi local
2reaksi 0rthus3 dan reaksi sistemik./eaksi lokal dapat diperagakan dengan menginjeksi
secara subkutan larutan antigen kepada penjamu yang memiliki titer 5g4 yang signifikan.
&arena )cgamma/555 adalah reseptor dengan daya ikat rendah dan juga karena ambang
batas aktivasi melalui reseptor ini lebih tinggi dari pada untuk reseptor 5gE, reaksi
hipersensitivitas lebih lama dibandingkan dengan tipe 5, secara umum memakan waktu
maksimal + < @ jam dan bersifat lebih menyeluruh.
/eaksi sistemik terjadi dengan adanya antigen dalam sirkulasi yang
mengakibatkan pembentukan kompleks antigen < antibodi yang dapat larut dalam
sirkulasi.Patologiutama dikarenakan deposisi kompleks yang ditingkatkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh pengaktivasian dari sel mast
melalui )cgamma/555.
&ompleks imun yang terdeposisi menyebabkan netrofil mengeluarkan isi granul
dan membuat kerusakan pada endotelium dan membrane
basement sekitarnya. &ompleks tersebut dapat terdisposisi pada

7
bermacam < macam lokasi seperti kulit, ginjal, atau sendi. ontoh paling sering dari
hipersensitivitas tipe 555 adalah komplikasi post <infeksi seperti arthritis dan
glomerulonefritis.+
ipersensitivitas tipe 5; adalah satu < satunya reaksi hipersensitivitas yang
disebabkan oleh sel 8 spesifik < antigen.8ipe hipersensitivitas ini disebut
juga hipersensitivitas tipe lambat. ipersensitivitas tipe lambat terjadi saat sel
jaringan dendritik telah mengangkat antigen lalu memprosesnya dan menunjukkan
pecahan peptida yang sesuai berikatan dengan 7 kelas 55, kemudian mengalami kontak
dengan sell 8 % yang berada dalam jaringan.
0ktivasi dari sel 8 tersebut,membuatnya memproduksi sitokin seperti kemokin
untuk makrofag, sel 8 lainnya,dan juga kepada netrofil. &onsekuensi dari hal ini adalah
adanya infiltrasi seluler yang mana sel mononuklear 2sel 8 dan makrofag3 cenderung
mendominasi.+
/eaksi maksimal memakan waktu +@< 6# jam. ontoh klasik dari hipersensitivitas
tipe lambat adalah tuberkulosis. ontoh yang paling sering adalah hipersensitivitas
kontak yang diakibatkan dari pemaparan seorang individu dengan garam metal atau
bahan kimia reaktif.
Jaringan imun yang terbentuk dapat mengakibatkan kerusakan sklera, yaitu
deposisi kompleks imun di kapiler episklera, sklera dan venul poskapiler 2peradangan
mikroangiopati3. 8idak seperti episkleritis, peradangan pada skleritis dapat menyebar
pada bagian anterior atau bagian posterior mata.
egradasi enDim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi sel 8
dan makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis. 5nflamasi dari
sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan menyebabkan penipisan
pada sklera dan perforasi dari bola mata.
5nflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun
sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. isregulasi pada penyakit auto imun secara
umum merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi
bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan dengan kerusakan vaskular
2reaksi hipersensitivitas tipe 555 dan respon kronik granulomatous 2reaksi
hipersensitivitas tipe 5;3. 5nteraksi tersebut adalah bagian dari sistem imun aktif dimana

8
dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun pada pembuluh di
episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi kapiler dan venula
post kapiler dan respon imun sel perantara.
1.".(. Klasi'ikasi1,+
Skleritis diklasifikasikan menjadi(
%. Skleritis 0nterior
= > penyebab skleritis adalah skleritis anterior. 5nsidensi skleritis
anterior sebesar +'> dan skleritis anterior nodular terjadi sekitar + > setiap
tahunnya. Skleritis nekrotik terjadi sekitar %+> yang biasanya
berbahaya. Aentuk spesifik dari skleritis biasanya tidak dihubungkan dengan
penyebab penyakit khusus, walaupun penyebab klinis dan
prognosis diperkirakan berasal dari suatu inflamasi. Aerbagai varian
skleritis anterior kebanyakan jinak dimana tipe nodular lebih nyeri.
8ipe nekrotik lebih bahaya dan sulit diobati.

a. ifus
Aentuk ini dihubungkan dengan artritis rematoid, herpes Doster oftalmikus dan
gout dimana lebih sering mengenai kedua mata.
b. odular
Aentuk ini dihubungkan dengan herpes Doster oftalmikus dimana lebih sering
mengenai satu mata saja.
c. ecrotiDing
Aentuk ini lebih berat dan dihubungkan sebagai komplikasi sistemik atau
komplikasi okular pada sebagian pasien. +'> menunjukkan penurunan visus. #=>
pasien dengan skleritis nekrotik meninggal dalam tahun.
Aentuk skleritis nekrotik terbagi # yaitu(

9
i. engan inflamasi
ii. 8anpa inflamasi 2scleromalacia perforans3

#. Skleritis Posterior
Sebanyak +$> kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan
skleritis anterior. Aiasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan
penurunan kemampuan melihat. ari pemeriksaan objektif didapatkan
adanya perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian
retina, perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan
udem makular. 5nflamasi skleritis
posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior dangkal,
proptosis, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak
mata bawah.

1.".). ani'estasi Klinis


4ejala-gejala pada skleritis dapat meliputi rasa nyeri , mata berair, fotofobia,
spasme, dan penurunan ketajaman penglihatan. 8anda primernya adalah
perubahan difus pada sklera yaitu mata merah disertai pembengkakkan. yeri adalah
gejala yang paling sering dan merupakan indikator terjadinya inflamasi yang aktif. yeri
timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi.
&arakteristik nyeri pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi,
alis, rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan atau
digerakkan.%,=

yeri dapat hilang sementara dengan penggunaan obat analgetik. 7ata berair
atau fotofobia pada skleritis tanpa disertai sekret mukopurulen. Penurunan ketajaman

10
penglihatan biasa disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke struktur yang berdekatan
yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan fundus yang
abnormal.%,

1.".*. &iagnosis
Skleritis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
didukung oleh berbagai pemeriksaan penunjang.
a. 0namnesa%,=
Pada saat anamnesis perlu ditanyakan keluhan utama pasien, perjalanan
penyakit, riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat infeksi, trauma ataupun riwayat
pembedahan juga perlu pemeriksaan dari semua sistem pada tubuh.
4ejala-gejala dapat meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia, spasme, dan
penurunan ketajaman penglihatan. 8anda primernya adalah mata merah. yeri adalah
gejala yang paling sering dan merupakan indikator terjadinya inflamasi yang aktif. yeri
timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi.
&arakteristik nyeri pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi,
alis, rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan.
yeri dapat hilang sementara dengan penggunaan obat analgetik. 7ata berair atau
fotofobia pada skleritis tanpa disertai sekret mukopurulen. Penurunan ketajaman
penglihatan biasa disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke struktur yang berdekatan
yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan fundus yang
abnormal.%,+

/iwayat penyakit dahulu dan riwayat pada mata menjelaskan adanya penyakit
sistemik, trauma, obat-obatan atau prosedur pembedahan dapat menyebabkan

11
skleritis seperti (%,@

• Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat

• Penyakit infeksi

• Penyakit Miscellanous 2 atopi,gout, trauma kimia, rosasea3

• 8rauma tumpul atau trauma tajam pada mata

• 9bat-obatan seperti pamidronate, alendronate, risedronate, Doledronic acid


dan ibandronate.
• Post pembedahan pada mata

• /iwayat penyakit dahulu seperti ulserasi gaster, diabetes, penyaki hati, penyakit
ginjal, hipertensi dimana mempengaruhi pengobatan selanjutnya.
• Pengobatan yang sudah didapat dan pengobatan yang sedang berlangsung
dan responnya terhadap pengobatan.
b. Pemeriksaan )isik %,@

%. aylight
Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus. Setelah serangan
yang berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera dan translusen juga dapat
muncul dan juga terlihat uvea yang gelap. 0rea hitam, abu-abu dan coklat yang
dikelilingi oleh inflamasi yang aktif yang mengindikasikan adanya proses nekrotik.
Jika jaringan nekrosis berlanjut, area
pada sklera bisa menjadi avaskular yang menghasilkan sekuester putih di tengah yang
dikelilingi lingkaran coklat kehitaman. Proses pengelupasan bisa diganti secara
bertahap dengan jaringan granulasi meninggalkan uvea yang kosong atau lapisan
tipis dari konjungtiva.
#. Pemeriksaan Slit 1amp
Pada skleritis, terjadi bendungan yang masif di jaringan dalam episklera dengan
beberapa bendungan pada jaringan superfisial episklera. Pada tepi anterior dan
posterior cahaya slit lamp bergeser ke depan karena episklera dan sklera edema.
Pada skleritis dengan pemakaian fenilefrin hanya terlihat
jaringan superfisial episklera yang pucat tanpa efek yang signifikan pada jaringan
dalam episklera.
$. Pemeriksaan /ed-free 1ight

12
Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan area yang mempunyai kongesti
vaskular yang maksimum, area dengan tampilan vaskular yang baru dan juga area
yang avaskular total. Selain itu perlu pemeriksaan secara umum
pada mata meliputi otot ekstra okular, kornea, uvea, lensa, tekanan intraokular dan
fundus.
c. Pemeriksaan Penunjang%, ,%'

Aerdasarkan riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan sistemik dan


pemeriksaan fisik dapat ditentukan tes yang cocok untuk memastikan atau
menyingkirkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan skleritis.
0dapun pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi(
• itung darah lengkap dan laju endap darah

• &adar komplemen serum 2 $3


• &ompleks imun serum

• )aktor rematoid serum

• 0ntibodi antinukleus serum

• 0ntibodi antineutrofil sitoplasmik

• 5munoglobulin E

• &adar asam urat serum

• Frinalisis

• /ata-rata Sedimen Eritrosit

• 8es serologis

• As 0g

Aerbagai macam pemeriksaan radiologis yang diperlukan dalam


menentukan penyebab dari skleritis adalah sebagai berikut (%'

• )oto thora:

• /ontgen sinus paranasal

• )oto lumbosacral

• )oto sendi tulang panjang

• Ultrasonography 2 Scan 0 dan A3

13
• 8-Scan

• 7/5

Pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain (

• Skin 8est dan 8es usapan dan kultur


1.".+. &iagnosis Banding1,%,*

Aerikut ini adalah beberapa diagnosis banding dari skleritis (


• &onjunctivitis alergika

• Episkleritis

• 4out

• erpes Doster

• /osasea okular

• &arsinoma sel skuamosa pada konjunctiva

• &arsinoma sel skuamosa pada palpebra

• Fveitis anterior nongranulomatosa

1.". . Penatalaksanaan2,+,1-

8erapi skleritis disesuaikan dengan penyebabnya. 8erapi awal skleritis adalah


obat anti inflamasi non-steroid sistemik. 9bat pilihan adalah indometasin %'' mg perhari
atau ibuprofen $'' mg perhari. Pada sebagian besar kasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh
pengurangan peradangan. 0pabila tidak timbul respon dalam %-# minggu atau segera
setelah tampak penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistemik dosis
tinggi. Steroid ini biasanya diberikan peroral yaitu prednison @' mg perhari yang
ditirunkan dengan cepat dalam # minggu sampai dosis pemeliharaan sekitar %' mg
perhari. &adangkala, penyakit yang
berat mengharuskan terapi intravena berdenyut dengan metil prednisolon % g setiap
minggu.
9bat-obat imunosupresif lain juga dapat digunakan. Siklofosfamid sangat
bermanfaat apabila terdapat banyak kompleks imun dalam darah. 8etapi steroid topikal
saja tidak bermanfaat tetapi dapat dapat menjadi terapi tambahan untuk terapi sistemik.

14
0pabila dapat diidentifikasi adanya infeksi, harus diberikan terapi spesifik. Peran terapi
steroid sistemik kemudian akan ditentukan oleh sifat proses
penyakitnya, yakni apakah penyakitnya merupakan suatu respon hipersensitif atau efek
dari invasi langsung mikroba.
8indakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera
atau kornea. 8indakan ini kemungkinan besar diperlukan apabila terjadi kerusakan hebat
akibat invasi langsung mikroba, atau pada granulomatosis ?egener atau poliarteritis
nodosa yang disertai penyulit perforasi kornea. Penipisan sklera pada skleritis yang
semata-mata akibat peradangan jarang menimbulkan perforasi kecuali apabila juga
terdapat galukoma atau terjadi trauma langsung terutama pada usaha mengambil
sediaan biopsi. 8andur sklera pernah digunakan sebagai tindakan profilaktik dalam terapi
skleritis, tetapi tandur semacam itu tidak jarang mencair kecuali apabila juga disertai
pemberia
kemoterapi.@,=

Skleromalasia perforans tidak terpengaruh oleh terapi kecuali apabila


terapi diberikan pada stadium paling dini penyakit. &arena pada stadium ini jarang
timbul gejala, sebagian besar kasus tidak diobati sampai timbul penyulit.

1.".1-. Kom$likasi",%

Penyulit sleritis adalah keratitis, uveitis, galukoma, granuloma subretina, ablasio


retina eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia. &eratitis bermanifestasi sebagai
pembentukan alur perifer, vaskularisasi perifer, atau vaskularisasi dalam dengan atau
tanpa pengaruh kornea. Fveitis adalah tanda
buruk karena sering tidak berespon terhadap terapi. &elainan ini sering disertai oleh
penurunan penglihatan akibat edema makula. apat terjadi galukoma sudut terbuka dan
tertutup. Juga dapat terjadi glaukom akibat steroid.
Skleritis biasanya disertai dengan peradangan di daerah sekitarnya seperti
uveitis atau keratitis sklerotikan. Pada skleritis akibat terjadinya nekrosis sklera atau
skleromalasia maka dapat terjadi perforasi pada sklera. Penyulit pada kornea dapat
dalam bentuk keratitis sklerotikan, dimana terjadi kekeruhan kornea akibat

15
peradangan sklera terdekat. Aentuk keratitis sklerotikan adalah segitiga yang terletak
dekat skleritis yang sedang meradang. al ini terjadi akibat gangguan susunan serat
kolagen stroma. Pada keadaan initidak pernah terjadi neovaskularisasi ke dalam stroma
kornea. Proses penyembuhan kornea yaitu berupa menjadi jernihnya kornea yang
dimulai dari bagian sentral. Sering bagian
sentral kornea tidak terlihat pada keratitis sklerotikan.@
1.".11. Prognosis+,

Prognosis skleritis tergantung pada penyakit penyebabnya. Skleritis pada


spondiloartropati atau pada S1E biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri dimana
termasuk tipe skleritis difus atau skleritis nodular tanpa komplikasi pada mata Skleritis
pada penyakit ?agener adalah penyakit berat yang dapat menyebabkan
buta permanen dimana termasuk tipe skleritis nekrotik dengan komplikasi pada mata.
Skleritis pada rematoid artritis atau polikondritis adalah tipe skleritis difus,
nodular atau nekrotik dengan atau tanpa komplikasi pada mata. Skleritis pada
penyakit sistemik selalu lebih jinak daripada skleritis dengan penyakit infeksi atau
autoimun. Pada kasus skleritis idiopatik dapat ringan, durasi yang pendek, dan lebih
respon terhadap tetes mata steroid. Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe yang paling
destruktif dan skleritis dengan penipisan sklera yang luas atau yang telah mengalami
perforasi mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada tipe skleritis yang lainnya.

16
BAB II K#SI PU AN

Episkleritis adalah peradangan pada episklera sedangkan skleritis adalah

peradangan pada sklera

Penyebab dari episkleritis dan skleritis belum diketahui, tetapi dapat diakibatkan

oleh penyakit sistemik

4ejala episkleritis yaitu sakit mata dengan rasa nyeri atau sensasi terbakar, mata
merah pada bagian putih mata, kepekaan terhadap cahaya tetapi tidak
mempengaruhi visus.

4ejala dari skleritis adalah rasa nyeri yang berat dan dapat menjalar ke alis, dahi,
rahang dan sinus, mata berair, fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan.

8erapi dari episkleritis dan skleritis dapat berupa non-steroid dan steroid

Episkleritis dapat menimbulkan komplikasi berupa iritis sedangkan

skleritis berupa keratitis, uveitis, glukoma, katarak,dll.

Prognosis dari episkleritis adalah baik, sedangkan pada skleritis dapat baik dan

dapat buruk tergantung penyebabnya.

&AFTA/ PUSTAKA

%. 0merican 0cademy of 9phthalmology. E:ternal disease and cornea.


http(!!www.aao.org!images!eyewiki!scleritisGdiakses % Juli #'% H
#. 5lyas, S. 5lmu Penyakit 7ata Edisi &etiga. Jakarta ( Aalai Penerbit )&F5,
#''@. %%@-#'
$. James, Aruce. hew, hris. Aron, 0nthony. 1ecture otes 9ftalmologi. Edisi Sembilan.
Jakarta ( Aalai Penerbit Erlangga, #'' . al 6+.
+. 5lyas, Ssidarta. 7ailangkay, dkk. 5lmu Penyakit 7ata. Edisi &edua. Jakarta( Aalai
Penerbit ;. Sagung Seto, #''#. al %'=-%%%.
. ecrotising Scleritis 0fter Aare Sclera E:cision of Pterygium.
http(!!www.bjo.bmj.com!content!@+!=!%' ' Gdiakses % Juli #'% H
". ;aughan I 0sbury. 9ftalmologi Fmum. Edisi %6. Jakarta ( E4 , #''=. al %" -%"@.
6. ecrotiDing Scleritis. iagnosis and 8herapy.

17
http(!!www.uveitis.org!docs!dm!necrotiDing-scleritis-diagnosis-therapy.pdf
Gdiakses % Juli #'% H
@. 4aeta, 8J. Scleritis.
http(!!emedicine.medscape.com!article!@'=%""treatment d%% Gdiakses tanggal #
Juli #'% H

=. 5ljas, /amatjandra. 5ljas, Sidarta. &lasifikasi dan iagnosis Aanding Penyakit-penyakit


7ata. Jakarta( balai Penerbit )&F5, %==%. al %+@-% .
%'. 4alor 0, 8horne J. Scleritis and Peripheral Flcerative &eratitis.
http(!!www.ncbi.nlm.nih.gov!pmc!articles!P7 ##%# ="! Gdiakses # Juli #'% H

18

Anda mungkin juga menyukai