PENDAHULUAN
1
2
bahwa dia adalah orang yang merdeka. Bukti hukum adalah alasan yang kuat
dalam menetapkan dasar hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa tidak menolak yakin kecuali dengan keyakinan lagi?
2. Mengapa Barang siapa yang mengetahui tentang sesuatu maka
dialah bidangnya sehingga datang penjelasan yang menentangnya?
3. Mengapa tidak akan terhalang kebenaran oleh keragu-raguan?
4. Mengapa Asal manusia itu adalah merdeka (sifat, pendapat,
kebebasan) sehingga kapan mereka sudah tidak merdeka lagi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna, dalil, pandangan dan representasi “tidak
menolak yakin kecuali dengan keyakinan lagi”.
2. Untuk mengatahui makna, dalil, pandangan dan representasi “Barang
siapa yang mengetahui tentang sesuatu maka dialah bidangnya
sehingga datang penjelasan yang menentangnya”.
3. Untuk mengatahui makna, dalil, pandangan dan representasi “tidak
akan terhalang kebenaran oleh keragu-raguan”.
4. Untuk mengatahui makna, dalil, pandangan dan representasi “asal
manusia itu adalah merdeka (sifat, pendapat, kebebasan) sehingga
kapan mereka sudah tidak merdeka lagi”.
D. Batasan Masalah
Kemudian, guna menghindari terjadinya perluasan dan pelebaran
masalah dalam pembahasan makalah ini, maka penulis menyusun
batasan-batasan masalah seputar macam-macam kaidah atau aturan
tentang yang dirumuskan dalam rumusan masalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
قواءد في العمل با ليقين وطرح الثك
)qawaid fi alimal bilyaqin watarh alshak(
2
Abdul Wahab bin Ahmad kholil, 77-79
6
3
Abdul Wahab bin Ahmad kholil, 79-81
7
1. Jika seseorang melihat air lebih dari 5 qurbah atau 2 qullah lalu ia
meyakini bahwa rusa kencing pada air tersebut dan ia menemukan
perubahan rasa atau warnanya atau baunya saja maka air itu najis.
Namun jika ia menduga bahwa perubahan air tersebut bukan dari
kencing maka ia berkeyakinan dengan najis yang bercampur dengan
air tersebut. Dan ia menemukan perubahan yang tetap pada air
tersebut sedangkan perubahan air disebabkan oleh kencing dan lain-
laninya tentu berbeda.
4. Jika seorang imam shalat jumat merasa ragu begitu juga dengan
makmumnya apakah sudah masuk waktu ashar atau tidak? Maka
9
ii. Para cendikiawan dan para tokoh adat pada saat mereka menyatakan
adanya sesuatu atau tidaknya memiliki hukum-hukum khusus. Maka
mereka memperkenankan putusan hakim dan hukuknya pada masa
depan ada tidaknya hal tersebut. Walaupun pada dasarnya ketetapan
sesuatu sudah ada ketika hal tersebut diperkenankan mereka.
iii. Dugaan suatu ketetapan lebih didominasi dari dugaan perubahan
(Dzhanut Taghayyur) hal tersebut dikarenakan yang tetap tidak
berhenti pada kebanyakan ada masa depandan membandingan hal
tersebut adalah yang masih tetap baginya, baik masih ada ataupun
sudah tiada. Adapun perubahan itu adalah yang menghentikan 3 hal
antara lain; adanya masa depan, pergantian yang ada menjadi tidak
ada atau sebaliknya, membandingkan ada tidaknya itu pada waktu
tersebut. Jelas sesuatu yang menghentikan pada dua hal yang tidak
ada perubahan yang lebih umum dari hukum yang menghentikan
kedua perkara tersebut karena aib dan perkara yang ketiga selainya
kedua perkara tersebut.
iv. Jika suatu harta berada pada harta yang tersisa dengan sendirinya
seperti berlian, maka jika didominasi oleh dugaan selama memilikinya
karena harta tersebut lebih sering dari yang lainnya maka itu lebih
baik. Kerena keberadaan harta tersebut tidak berpengaruh. Adapun
perubahan harta membutuhkan pengaruh. Dan tidak diragukan bahwa
yang tidak membutuhkan pengaruh lebih unggul/kuat dalam
keberadaannya dari pada yang membutuhkannya.
D.Kaidah Keempat
إن أصل الناس الحرية حتى يعلم أنهم غير أحرار
Sesungguhnya pada dasarnya manusia adalah merdeka sehingga ia
diketahui bahwa mereka tidak merdeka (hamba sahaya)
Menurut saya (penulis) ungkapan Imam Syafi’I pada kaidah ini lebih
indah dan komprehensif.
3. Imam Syafi’I berkata sesuatu yang didapat dari anak zina baik
yang disembunyikan dalam peperangan islam atau sesuatu
tersebut dekat dari peperangan islam, maka hal tersebut
dinamakan luqathah atau harta temuan. luqathah tersebut bisa
berupa hewan yang hilang maka jika luqathah tersebut
ditemukan pada hewan tunggangan, tempat tidur, atau pakaian
didapati harta maka harta tersebut milik anak zina itu. Jika orang
yang memungut luqathah tersebut termasuk orang tidak dapat
dipercaya maka harus diambil oleh hakim dari orang tersebut
dan jika orang memungut luqhathah tersebut orang yang
terpercaya maka ia harus bersaksi terhadap apa yang ia
temukan pada harta milik anak zina tersebut dan menyuruhnya
untuk meninfaqkan harta tersebut untuk anak zina dengan cara
yang baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis sajikan dalam bab
pembahasan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1.Keraguan tidak bisa menjadi suatu dasar hukum karena tidak
memiliki bukti yang cukup
2.Para ulama tidak dapat membuat dasar hukum ijma dan istishab
bila tidak memiliki bukti yang cukup.
3.Seseorang tidak terhalang oleh suatu keraguan bila memiliki bukti
yang cukup.
4.Seorang hamba sahaya tidak bisa dkatakan seorang yang
merdeka bila tidak memiliki bukti yang cukup.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab bin Ahmad Kholil, “Qawaid wa Adh-Dhawabit Al-Fiqhiyyah”,
Darut Attadmiriysh, Riyadh, 2008 m.hal 74
Abdul Wahab bin Ahmad kholil, 77-79
Qawaid wa dhawabit fiqhiyyah fiikitaabil umm Imam Syafi’i
Fii kitaabil umm Imam Syafi’i