Pengertian CTDs
Cumulative Trauma Disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada
sistem muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen,
tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu),
tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher).
Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling rentan
terhadap risiko terkena CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data menggunakan
keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah pekerjaan-pekerjaan yang
mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya CTDs.
Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya
kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung tiap hari dan
dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon,
ligamen dan jaringan-jaringan lain. Semua gangguan akut dan kronis tersebut merupakan bentuk dari
gangguan muskuloskeletal yang biasanya muncul sebagai :
Seringkali CTDs tidak terlihat dan sangat jarang memperlihatkan tanda awal yang nyata.
CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti otot, tendon,
syaraf dan lain-lain. Oleh karenanya CTDs sering disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs).
Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs. Kemunculannya sering tidak
disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. CTDs
biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan carpal (carpal tunnel syndrome), tendinitis,
tenosinovitis dan bursitis.
Selain musculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk
menyebut CTDs adalah Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs), Repetitive Strain Injuries
(RSI) atau Overuse Syndrome.
Secara pasti hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya CTDs sulit untuk
dijelaskan. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau
memberikan kontribusi terhadap timbulnya CTDs. Faktor-faktor resiko tersebut bisa diklasifikasikan
dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia/pekerja.
A. Faktor pekerjaan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan penyebab timbulnya CTDs adalah :
1. Gerakan berulang
Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat bekerja
mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan
bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan
waktu pemulihan kurang.
Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan
meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan
tekanan pada otot, tendon dan syaraf.
3. Manual handling
Salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah pekerjaan manual handling.
Manual handling adalah pekerjaan yang memerlukan penggunaan tenaga yang besar oleh
manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, menyeret, melempar, dan membawa.
Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi pada
tendon bisa menyebabkan terjadinya CTDs. Cara memegang alat atau benda dengan
menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik yang
jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs.
B. Faktor lingkungan
1. Getaran mekanis
Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area frekuensi infrasonik dan
sebagian dalam rentang frekuensi suara yang bisa didengar manusia. Respon tubuh manusia
terhadap getaran sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota tubuh yang terpapar.
Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat gerakan atau getaran yang
ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi resonansinya.
2. Mikroklimat
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan
dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan
otot menurun.
C. Faktor manusia/pekerja
1, Umur
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin
meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh
baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada
otot meningkat.
2. Jenis kelamin
Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua pertiga
(60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi
alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena CTDs lebih tinggi.
Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3 dibanding 1.
3. Ukuran tubuh / antropometri
Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh
mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai risiko
keluhan otot dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada
umumnya juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang mempunyai
ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan terhadap timbulnya CTDs.
Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai cukup
waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa
tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran
tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%.
Tendinitis adalah kondisi peradangan atau iritasi pada tendon. Tendon adalah jaringan yang
menghubungkan otot ke tulang, yang membantu dalam pergerakan. Saat tendon meradang, akan
terasa nyeri saat otot digerakkan, sehingga mengganggu gerakan otot. Tendinitis bisa terjadi pada
tendon di bagian tubuh manapun, meski umumnya paling sering terjadi di bahu, siku, lutut,
pergelangan kaki dan tumit.
Penyebab Tendinitis
Meski tendinitis bisa disebabkan oleh cedera mendadak, kondisi ini lebih umum terjadi karena
gerakan yang terjadi berulang. Sebagian orang mengalami tendinitis akibat pekerjaan atau hobi yang
melibatkan gerakan berulang dan memberi tekanan pada tendon.
Usia yang semakin menua bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami tendinitis, karena
kelenturan tendon semakin berkurang. Tendinitis juga berisiko terjadi akibat aktivitas yang
melibatkan gerakan berulang-ulang atau olahraga tanpa melakukan peregangan sebelumnya.
Selain sejumlah hal di atas, penderita obesitas, diabetes, dan rheumatoid arthritis juga berisiko
mengalami tendinitis. Faktor lain yang bisa menyebabkan tendinitis adalah penggunaan antibiotik,
seperti levofloxacin dan ciprofloxacin, serta kebiasaan merokok.
Jenis Tendinitis
Tendinitis terbagi dalam beberapa kondisi menurut letak tendon yang terdampak, antara lain:
Lateral epicondylitis, yaitu tendinitis pada tendon di siku bagian luar. Penyebabnya adalah
aktivitas yang melibatkan putaran pada pergelangan tangan, seperti pada atlet tenis dan
bulutangkis.
Medial epicondylitis, yaitu tendinitis pada tendon di siku bagian dalam. Umumnya terjadi
karena gerakan siku seperti yang dilakukan atlet golf dan bisbol.
Achilles tendinitis, yaitu tendinitis pada tendon Achilles (tendon di belakang pergelangan
kaki) yang umumnya terjadi akibat aktivitas lari dan lompat.
Rotator cuff tendinitis, yaitu tendinitis yang umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan
gerakan mengangkat lengan, seperti perenang, sehingga menimbulkan peradangan pada
tendon rotator cuff (otot yang mengendalikan putaran bahu).
De Quervain tendinitis, yaitu tendinitis pada pergelangan tangan, tepatnya di pangkal ibu jari
yang umumnya terjadi karena gerakan menggenggam atau mencubit. Kadang terjadi pada
wanita dalam masa kehamilan tanpa diketahui sebabnya.
Knee tendinitis, yaitu tendinitis yang terjadi pada tendon patellar yang terletak di bawah lutut
atau pada tendon quadriceps yang berada di atas lutut. Umumnya terjadi pada atlet basket
atau pelari jarak jauh.
Gejala Tendinitis
Tendinitis akan menimbulkan rasa sakit di bagian tendon yang meradang. Biasanya memburuk saat
tendon tersebut digerakkan, namun bisa juga muncul saat penderita sedang istirahat. Selain itu, tendon
juga bisa mengalami pembengkakan.
Diagnosis Tendinitis
Tendinitis biasanya bisa diketahui lewat pemeriksaan fisik, namun pada kasus tertentu dokter
membutuhkan prosedur pencitraan, seperti USG, foto Rontgen, atau MRI, untuk melihat
kemungkinan robekan dan penebalan tendon, atau dislokasi sendi.
Pengobatan Tendinitis
Dokter akan memberikan obat pereda rasa sakit, seperti paracetamol atau ibuprofen, untuk
dikonsumsi, dan menyuntikkan kortikosteroid ke area tendon pasien untuk meredakan
peradangan. Kortikosteroid tidak disarankan untuk tendinitis yang sudah lebih dari 3 bulan karena
berisiko melemahkan tendon dan membuat tendon putus.
Pengobatan dengan menyuntikkan plasma darah kaya trombosit (PRP) juga bisa menjadi pilihan.
Dokter akan mengambil sampel darah pasien, serta memisahkan trombosit dan plasma darah dari
komponen darah lainnya, kemudian disuntikkan kembali ke area tendon. Namun, pilihan terapi ini
masih terus diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Pasien juga akan disarankan untuk melakukan fisioterapi yang bertujuan untuk memperkuat tendon
yang terkena. Jika fisioterapi tidak membantu, dokter akan menyarankan beberapa prosedur, antara
lain:
Dry needling. Dokter akan membuat lubang kecil di tendon menggunakan jarum halus untuk
merangsang faktor-faktor yang dapat memperbaiki tendon.
Ultrasound. Sayatan kecil akan dibuat untuk memasukkan alat gelombang suara ultrasonik
untuk membuang jaringan parut.
Bedah. Tindakan bedah oleh dokter bedah akan dilakukan pada kondisi tendinitis parah
seperti terlepasnya tendon dari tulang.
Untuk membantu proses penyembuhan, mengistirahatkan tendon yang meradang berguna untuk
mengurangi nyeri dan bengkak, juga untuk penyembuhan jaringan. Namun pasien tetap bisa
melakukan aktivitas yang tidak membebani tendon. Pasien juga bisa mengompres area yang sakit
dengan es selama 20 menit beberapa kali dalam sehari. Langkah ini berguna untuk mengurangi nyeri,
bengkak, dan ketegangan otot. Selain itu, untuk mengurangi bengkak, dapat digunakan perban elastis
dan meninggikan bagian yang meradang tersebut. Tetap jalani aktivitas ringan agar sendi tidak kaku.
Komplikasi Tendinitis
Tendinitis bisa meningkatkan risiko tendon putus sehingga perlu dilakukan tindakan bedah. Jika iritasi
pada tendon berlangsung selama beberapa minggu atau beberapa bulan, penderita bisa mengalami
tendinosis, yaitu kondisi tendon yang mengalami perubahan degeneratif dan diikuti terbentuknya
pembuluh darah tidak normal.
Pencegahan Tendinitis
Lakukan tindakan pencegahan berikut untuk menghindari risiko tendinitis:
Hindari aktivitas yang memberi tekanan berlebih pada tendon, terutama jika dilakukan secara
terus menerus, dan hentikan aktivitas jika muncul nyeri.
Beralih ke pilihan olahraga yang lain, jika olahraga yang biasa dilakukan menimbulkan nyeri.
Ikuti saran instruktur olahraga profesional agar gerakan yang dilakukan tidak menimbulkan
masalah pada tendon.
Lakukan peregangan setelah latihan untuk memaksimalkan gerakan sendi dan mengurangi
cedera berulang pada jaringan yang tegang.
Jika memungkinkan, atur kursi dan meja di tempat kerja agar sesuai dengan posisi ergonomis,
yaitu posisi paling baik sehingga tidak mencederai otot, tendon, atau sendi.
Memperkuat otot yang biasa digunakan saat aktivitas bisa menghindari cedera tendon dan
sendi tempat otot tersebut menempel.
Definisi
Apa itu rotator cuff tendonitis?
Rotator cuff tendonitis adalah peradangan di dalam sendi bahu yang berputar. Sendi bahu memiliki
cakupan gerakan yang jauh lebih besar ketimbang sendi-sendi lainnya jadi mereka juga mudah
terkena cedera.
Otot bahu yang besar dan kuat memberikan tenaga kepada pergerakan bahu seluruhnya. Mereka
menghubungkan otot lengan dan otot bahu dan membuat lengan dapat bergerak. Peradangan yang
berkepanjangan atau cedera dapat merobek otot tendon rotator cuff.
Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda khawatir dengan
gejalanya, silakan konsultasikan dengan dokter Anda.
Penyebab
Apa penyebab rotator cuff tendonitis?
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh aktivitas olahraga yang melibatkan gerakan mengayun secara
berulang di atas kepala seperti baseball, renang, angkat beban, dan tennis. Di beberapa pekerjaan
seperti mengecat rumah dan berkayu, lengan kiri harus naik dan turun secara berkala. Gerakan ini
memberikan tekanan kepada bahu Anda yang menyebabkan peradangan di otot dan ligamen.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk rotator cuff tendonitis?
Ada beberapa faktor risiko dari rotator cuff tendonitis, seperti:
Usia: Semakin tua diri Anda, semakin besar risiko terkena rotator cuff tendonitis. Khususnya bagi
Anda yang sudah berusia lebih dari 40 tahun
Aktivitas olahraga: Biasanya terjadi kepada atlet yang sering menggerakkan lengan mereka untuk
bermain seperti pelempar baseball, pemanah dan tenis
Pekerjaan konstruksi. Tukang kayu, tukang ledeng, pengecat rumah. Pekerjaan mereka memerlukan
pergerakan lengan yang berulang, sering mengangkat lengan di atas kepala. Kalau dilakukan secara
terus menerus dapat menyebabkan terjadinya peradangan di rotator cuff
Riwayat keluarga. Penyakit ini dapat dihubungan dengan faktor genetik
Jika semua metode sama sekali tidak menghilangkan nyeri, dokter dapat mempertimbangkan untuk
melakukan operasi sebagai bagian dari perawatan. Operasi biasanya dihadirkan untuk rasa sakit yang
parah ketika metode lain sudah tidak bekerja.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk rotator cuff tendonitis?
Para dokter akan mendiagnosis riwayat medis dan pengujian fisik. Dokter dapat menemukan di mana
masalahnya dengan melakukan uji gerak bahu untuk mengetahui gerakan mana yang menyebabkan
rasa nyeri. Dokter akan menguji pergerakan punggung, bahu, lengan Anda dalam beberapa cara. Tes
Magnetic Resonance Imaging (MRI) bisa membantu jika dokter mengidentifikasi adanya robekan di
sendi bahu yang berputar.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi rotator cuff tendonitis?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan berikut dapat membantu Anda mengatasi penyakit ini:
Istirahatkan lengan dan bahu Anda. Terkadang, hanya itu yang Anda butuhkan untuk membantu
proses penyembuhan. Coba untuk bekerja dengan lengan yang tak terluka
Gunakan obat penghilang rasa sakit jika dibutuhkan
Hubungi dokter Anda jika nyeri mengganggu tidur Anda dan tidak dapat diatasi oleh obat
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Ketika terjadi pembengkakan pada bagian saraf, tendon, atau bahkan keduanya, saraf median akan
tertekan dan mengakibatkan kondisi carpal tunnel syndrome. Selain itu, beberapa kondisi seperti
kehamilan, radang sendi, dan gerakan berulang juga dapat memicu terjadinya penekanan saraf
median. Saat saraf median ini terhimpit atau terjepit, maka akan menimbulkan mati rasa, sensasi
kesemutan, dan terkadang muncul rasa sakit pada bagian-bagian yang terpengaruh oleh saraf ini.
Gejala Carpal Tunnel Syndrome
Selain sensasi rasa kesemutan, mati rasa atau kebas, dan rasa sakit pada tiga jari tangan (ibu jari, jari
telunjuk, dan jari tengah), berikut ini adalah beberapa gejala lain yang mungkin terjadi.
Ibu jari melemah.
Muncul rasa seperti tertusuk pada jari tangan.
Muncul rasa sakit yang menjalar ke tangan atau lengan.
Gejala yang muncul bisa terjadi pada salah satu atau kedua tangan sekaligus, tapi pada kebanyakan
kasus, CTS akhirnya memengaruhi kedua tangan.
Penyebab Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel syndrome terjadi karena saraf median tertekan atau terhimpit. Pada kebanyakan kasus
CTS, penyebab tertekannya saraf median ini masih belum diketahui. Tapi ada beberapa hal yang bisa
meningkatkan risiko seseorang menderita CTS. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko terkena carpal tunnel syndrome.
Faktor keturunan keluarga yang menderita CTS.
Cedera pada pergelangan tangan.
Kehamilan. Hampir setengah dari wanita hamil mengalami CTS. Namun, gejala ini biasanya
menghilang sesaat setelah bayi lahir.
Pekerjaan berat dan berulang-ulang dengan memakai tangan, seperti mengetik, menulis, atau
menjahit.
Kondisi medis lain, misalnya rheumatoid arthritis dan diabetes.
Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosis terhadap CTS bisa dilakukan oleh dokter secara langsung dengan pemeriksaan fisik pada
tangan dan pergelangan, serta mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan gejala yang
Anda alami.
Dokter biasanya akan melakukan penekanan lembut pada daerah saraf medianus di pergelangan
tangan. Selain itu, dokter mungkin akan meminta anda untuk mengangkat pergelangan tangan sampai
di atas kepala, dengan posisi pergelangan tangan tertekuk ke dalam (fleksi). Penderita CTS biasanya
akan merasa mati rasa, kesemutan, atau nyeri pada saat dokter melakukan pemeriksaan ini. Namun
untuk memastikan diagnosa CTS, dokter mungkin menyarankan Anda untuk melakukan beberapa
pemeriksaan tambahan di bawah ini:
Tes darah.
Elektromiografi atau studi konduksi saraf.
Pencitraan dengan ultrasonografi.
Epicondylitis dianggap sebagai proses degeneratif, yang terlokalisasi di sendi dan menyebabkan
kerusakan pada pelekatan otot ke tulang. Karena penampilannya, perubahan inflamasi pada jaringan
dan struktur sekitarnya diamati.
Penyebab epicondylitis adalah gerakan stereotip dalam sendi, yang sering diulang, terutama pada
beberapa profesi atau olahraga. Selain itu, jangan lupakan kekalahan traumatis: bisa jadi pukulan,
jatuhnya atau kenaikan dan pengalihan benda berat.
Klasifikasi penyakit internasional mencakup kelas dan subkelas unit nosologis, melalui mana
memungkinkan untuk mendistribusikan semua penyakit, tergantung pada sistem dan organ yang
terlibat dalam proses tersebut.
Jadi, epicondylitis di μB 10 termasuk dalam kelas ke-13, yang menyiratkan penyakit pada sistem
muskuloskeletal dengan jaringan ikat. Selanjutnya pada klasifikasi epicondylitis mengacu pada
penyakit jaringan lunak dengan kode M60-M79, khususnya pada enterosopati M77 lainnya.
Dalam diagnosis epicondylitis, μB 10 menggunakan sebuah divisi ke medial M77.0 dan lateral M77.1
epicondylitis. Selain itu, tergantung pada lokalisasi proses di sendi tertentu, klasifikasi mengenkripsi
setiap unit nosologis secara terpisah.
Penyebab epikondilita
Penyebab epicondylitis dibenarkan oleh adanya faktor traumatis permanen di sendi, akibatnya
peradangan pada struktur dan jaringan sekitarnya sendi diamati. Paling sering, perubahan seperti itu
terjadi pada atlet profesional, khususnya yang berisiko adalah pemain tenis, dan juga orang-orang
dengan spesialisasi seperti tukang pijat, pembangun, plester dan pelukis. Dalam daftar profesi Anda
bisa menambahkan yang membutuhkan angkat beban.
Alasan untuk epicondylitis dikonfirmasi oleh fakta bahwa perwakilan laki-laki menderita penyakit ini
lebih sering daripada wanita. Untuk pertama kalinya, manifestasi klinis dapat terjadi pada usia setelah
40 tahun. Sedangkan untuk penggemar olahraga profesional, gejala mereka tampak jauh lebih awal.
Epicondylitis traumatis
Epicondylitis traumatis itu sendiri ditandai dengan adanya mikrotraum di tempat pelekatan otot dan
tendon pada tulang. Penyakit ini paling sering diamati pada kerja keras atau olahragawan. Selain itu,
faktor yang memprovokasi meliputi deformasi arthrosis sendi siku, kondisi patologis saraf ulnaris atau
osteochondrosis tulang belakang di daerah serviks.
Traumatisasi diamati dalam proses kinerja konstan dari jenis pekerjaan yang sama dengan
kejengkelan situasi sehari-hari. Struktur yang rusak tidak dapat beregenerasi dengan cepat, terutama
setelah 40 tahun, sehingga mikrotrauma diganti dengan jaringan ikat.
Posttraumatic epicondylitis
Posttraumatic epicondylitis berkembang sebagai akibat dari keseleo, dislokasi atau proses patologis
lainnya pada sendi. Tentu saja, epicondylitis tidak selalu menyertai kondisi ini. Namun, jika selama
dislokasi ada sedikit trauma pada tendon dan penghentian otot di daerah sendi, maka risiko
posttraumatic epicondylitis meningkat. Probabilitas meningkat terutama bila rekomendasi tidak
diikuti setelah dislokasi selama masa rehabilitasi. Jika seseorang segera setelah melepas fixer bersama
mulai bekerja secara intensif dengan sendi ini, epicondylitis posttraumatic dapat dianggap sebagai
komplikasi dari proses patologis yang mendasarinya.
Gejala epikondilita
Pada akar munculnya peradangan dan proses destruktif terdapat air mata kecil otot dan tendon di
tempat yang menempel pada tulang. Akibatnya, ada periostitis yang terbatas bersifat traumatis.
Kalsifikasi dan bursitis tas artikular juga banyak ditemui.
Epicondylitis sendi, prevalensi yang lebih tepat, tidak cukup dipelajari karena orang jarang
menanggapinya saat tanda klinis pertama muncul. Pada dasarnya, mereka menggunakan pengobatan
alternatif dan hanya jika tidak ada dinamika positif dalam perawatan, mereka berpaling ke dokter.
Selain itu, diagnosis "joint epicondylitis" tidak selalu diberikan, karena simtomatologi dan gambaran
radiografi serupa dengan gambaran klinis sebagian besar proses patologis pada persendian.
Tahapan penyakit ini menyebabkan gejala klinis epicondylitis. Gejala utama penyakit ini adalah
sindrom nyeri dengan berbagai intensitas dan durasi. Terkadang rasa sakit bisa terbakar. Ke depan,
saat menuju stadium kronis, rasa sakit terasa sakit dan kusam. Penguatannya tercatat saat melakukan
gerakan yang melibatkan sendi. Selain itu, rasa sakit bisa menyebar ke seluruh otot, yang menempel
pada tulang di daerah sendi yang terkena. Gejala epicondylitis memiliki fokus menyakitkan yang jelas
terlokalisir dengan pembatasan aktivitas motor sendi yang tajam.
Epicondylitis kronis
Epicondylitis kronis adalah kondisi patologis yang cukup umum. Fase akut mencakup manifestasi
yang diucapkan dengan intensitas tinggi dan kehadiran konstan. Stadium subakut ditandai dengan
munculnya tanda klinis dalam proses atau setelah aktivitas fisik pada sendi yang terkena. Tapi
epicondylitis kronis memiliki jalur bergelombang dengan remisi periodik dan kambuh. Durasinya
harus melebihi 6 bulan.
Seiring waktu, rasa sakit menjadi sakit, tangan berangsur-angsur kehilangan kekuatannya. Tingkat
kelemahan bisa mencapai tingkat ketika seseorang bahkan tidak bisa menulis atau sesuatu untuk
dilakukan. Hal ini berlaku untuk lutut, bila ada gaya berjalan dan goyah.
Formulir
Epicondylitis sendi siku
Penyakit ini dapat mempengaruhi sejumlah besar sendi manusia, di antaranya epicondylitis sendi siku
adalah patologi yang sangat umum. Sebenarnya, ini adalah penampilan proses peradangan di daerah
siku karena dampaknya yang berkepanjangan pada faktor yang memprovokasi. Akibatnya, ada
traumatisasi dan pelanggaran penataan otot di tempat menempel pada sendi.
Epicondylitis sendi siku bisa bersifat internal dan eksternal, karena peradangan berkembang di tempat
yang berbeda. Proses inflamasi tidak spontan, namun memiliki beberapa alasan untuk
perkembangannya. Orang yang paling rentan dengan spesialisasi berikut: atlet profesional, misalnya,
mengangkat barbel, bobot, petinju dan pemain tenis; bekerja di bidang pertanian - supir traktor,
milkmaids, serta spesialisasi konstruksi - plester, pelukis dan tukang batu.
Meskipun demikian, dalam banyak kasus, orang-orang yang bertunangan dengan tenis tidak
profesional, karena mereka tidak mematuhi peraturan dan rekomendasi tertentu untuk menyerang dan
bermain raket. Dalam proses bermain, tendangan racket pada bola diaplikasikan karena gerakan
ekstensor lengan bawah dan tangan. Dengan demikian, ada strain otot dan tendon ekstensor tangan,
yang menempel pada epikondilus lateral humerus. Akibatnya, minimnya robek aparatus ligamen
terjadi, yang memprovokasi epicondylitis lateral.
Epicondylitis medial
"Siku pegolf" adalah apa yang disebut medial epicondylitis. Sehubungan dengan nama ini, tidak sulit
menebak bahwa alasan utama munculnya penyakit adalah permainan olahraga - golf. Namun, ini tidak
berarti secara mutlak bahwa medial epicondylitis tidak memiliki penyebab perkembangan lainnya. Di
antara mereka, perlu untuk mengidentifikasi gerakan stereotip berulang yang berulang dari olahraga
atau fitur profesional lainnya. Misalnya melempar, melempar nukleus, begitu juga dengan
penggunaan berbagai aksesoris instrumental dan, tentunya traumatisasi. Secara umum, sama sekali
berdampak pada struktur sendi, yang menyebabkan terganggunya struktur otot dan tendon, bisa
menjadi titik awal perkembangan proses patologis.
Semua gerakan di atas dilakukan karena fleksor pergelangan tangan dan jari, otot-otot yang melekat
pada epikondilus medial humerus dengan bantuan tendon. Dalam proses paparan faktor traumatis,
munculnya mikrotraum dan, akibatnya, pembengkakan dengan pembengkakan, sindrom nyeri dan
penurunan aktivitas motor dicatat.
Epicondylitis eksternal
Bergantung pada lokalisasi proses inflamasi, penyakit ini terbagi menjadi epicondylitis internal dan
eksternal. Ciri utama dan gejala klinis adalah nyeri pada daerah sendi yang terkena. Karena sifat
tertentu dari sindrom nyeri, adalah mungkin untuk membuat diagnosis banding antara epicondylitis
dan penyakit sendi yang merusak lainnya.
Sendi siku mulai terasa sakit hanya bila aktivitas fisik muncul di dalamnya, yaitu perpanjangan lengan
bawah dan gerakan rotasi lengan bawah ke luar. Jika dokter pasif melakukan gerakan ini, maka ia
menggerakkan tangan manusia tanpa melibatkan otot-ototnya, maka sindrom nyeri tidak
termanifestasi. Dengan demikian, dengan kinerja pasif gerakan apapun selama epicondylitis, nyeri
tidak muncul, yang tidak diamati dengan arthritis atau arthrosis.
Epicondylitis eksternal dapat terjadi saat melakukan pemeriksaan spesifik. Ini disebut "gejala jabat
tangan". Mulai dari namanya, sudah jelas bahwa sensasi rasa sakit tampil dengan jabat tangan yang
biasa. Selain itu, mereka dapat diamati dengan supinasi (memutar telapak ke atas) dan perpanjangan
lengan bawah, terlepas dari muatannya. Dalam beberapa kasus, bahkan menumbuhkan secangkir kopi
kecil bisa memicu perkembangan sindrom nyeri.
Epicondylitis bahu
Epicondylitis bahu paling sering dicatat pada lengan kanan, karena lebih aktif (pada orang yang
kidal). Permulaan penyakit ini terkait dengan munculnya nyeri, nyeri kusam di daerah supracondylar
bahu. Karakter konstan mereka hanya diamati dengan gerakan aktif, dan saat istirahat rasa sakit tidak
ada. Ke depan, tidak berhenti dan menemani setiap gerakan. Selain itu, bahkan sedikit palpasi
epikondil bisa menjadi tak tertahankan.
Setelah epicondylitis bahu ini memprovokasi peningkatan kelemahan pada sendi dan lengan, sampai
tidak ada kemungkinan untuk memegang cangkir. Akibatnya, orang tidak bisa menggunakan alat di
tempat kerja. Satu-satunya posisi di mana rasa sakit sedikit melengkung sedikit membungkuk di siku
saat istirahat mutlak.
Saat memeriksa sendi yang terkena, ada bengkak dan sedikit bengkak. Bila Anda mencoba merasakan
daerah itu, ada rasa sakit. Reaksi yang sama diamati saat mencoba melakukan gerakan aktif secara
independen.
Epicondylitis internal
Epicondylitis internal ditandai dengan adanya nyeri di daerah permukaan medial epikondilus
humerus. Dalam kebanyakan kasus, seseorang dapat secara akurat mengindikasikan lokalisasi rasa
sakit. Terkadang bisa menyebar ke arah otot yang terkena. Terutama rasa sakit yang hebat terjadi saat
Anda mencoba memutar telapak tangan ke bawah dan melenturkan lengan bawah.
Epicondylitis internal dapat melibatkan saraf ulnaris. Juga, dia cenderung pindah ke kursus kronis
dengan eksaserbasi dan remisi berkala.
Epicondylitis sendi lutut
Epicondylitis sendi lutut berkembang karena alasan yang sama seperti pada sendi siku. Patogenesis
didasarkan pada trauma minimal yang konstan dari struktur otot pada tempat keterikatan pada tulang.
Akibatnya, peradangan dan fenomena destruktif diamati pada sendi yang terkena.
Pada dasarnya, alasan utama munculnya penyakit ini adalah olahraga profesional. Sehubungan dengan
ini, epicondylitis sendi lutut juga disebut "lutut perenang", "lutut jumper" dan "lutut pelari".
Sebenarnya, inti dari masing-masing adalah proses yang merusak, namun berbeda dalam beberapa
fitur.
Jadi, "lutut perenang", rasa sakit yang berkembang akibat arah valgus lutut dalam proses mendorong
menjauh dari air saat berenang menggunakan gaya dada. Akibatnya, ligamen medial sendi lutut
diregangkan, yang berkontribusi pada munculnya rasa sakit.
"Jumper lutut" menyiratkan adanya proses peradangan pada patella. Yang paling terkena dampak
adalah pemain bola basket dan pemain bola voli. Sensasi yang menyakitkan timbul di bagian bawah
patela di tempat pelekatan ligamen. Penyakit ini muncul sebagai konsekuensi dari faktor traumatis
yang terus-menerus beraksi, setelah itu jaringan tidak memiliki waktu untuk meregenerasi dan
mengembalikan struktur aslinya.
"Pelari lutut" - proses patologis yang sangat umum, mencakup hampir sepertiga dari semua atlet yang
terlibat dalam berlari. Sindrom nyeri terjadi sebagai akibat kompresi ujung saraf tulang subchondral
patella.
Diagnostik epikondilita
Untuk mendiagnosis dengan benar perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh, untuk menyelidiki
secara menyeluruh data anamnestic, yaitu menanyakan bagaimana penyakit dimulai, berapa lama
gejala telah muncul, bagaimana mereka tumbuh dan bagaimana mereka menghentikan sindrom nyeri.
Karena riwayat penyakit yang terkumpul dengan benar, dokter sudah bisa pada tahap ini mencurigai
satu atau lebih patologi.
Diagnosis epicondylitis mencakup pengujian Thomson dan Velta. Gejala Thomson dilakukan sebagai
berikut: lengan yang sakit diletakkan secara vertikal di atas meja, bersandar pada siku. Kemudian
tinju ditarik ke arah yang jauh dari dirinya sendiri dan saat kembali ke posisi awalnya, inspektur
memberi gerakan ini sebuah konfrontasi. Akibatnya, rasa sakit mulai terasa di area sendi siku.
Diagnosis epikondilitis dengan bantuan gejala Welsh terdiri dari usaha untuk mengubah telapak
tangan ke atas dengan lengan diperpanjang ke depan, seperti pada anggar. Paling sering, seseorang
bahkan tidak dapat sepenuhnya meluruskan tangan karena munculnya sensasi menyakitkan di wilayah
epikondilus eksternal humerus di daerah sendi siku.
Dengan perjalanan penyakit yang berkepanjangan, terutama yang terkait dengan trauma sendi siku
yang diderita, perlu untuk membedakan epikondilitis dengan fraktur epikondilus. Manifestasinya yang
utama adalah bengkak di daerah fraktur, yang tidak ada pada epicondylitis.
Sinar-X pada epicondylitis digunakan dalam kasus yang jarang terjadi, terkadang bersamaan dalam
beberapa proyeksi. Anda bahkan bisa menggunakan tomografi komputer. Namun, metode ini tidak
cukup informatif. Perubahan tertentu pada gambar hanya terlihat setelah jangka waktu yang panjang,
ketika osteofit dan perubahan lainnya pada lapisan kortikal terbentuk.
Pengobatan epicondylitis harus memiliki pendekatan gabungan. Untuk menentukan volume terapi
yang diperlukan, perlu mempertimbangkan tingkat perubahan struktural pada tendon dan otot sendi
pergelangan tangan dan siku, gangguan aktivitas motorik sendi, dan lamanya proses patologis. Tujuan
utama dari arah terapeutik adalah untuk menghilangkan rasa sakit pada fokus inflamasi,
mengembalikan sirkulasi lokal, mengembalikan volume aktivitas motorik dalam sendi siku, dan
mencegah proses atrofi pada otot lengan bawah.
Susu kompres dengan propolis disiapkan dengan melarutkan 5 gram propolis yang telah dihancurkan
dalam seratus mililiter susu hangat. Setelah itu, serbet dari beberapa lapisan kasa harus direndam
dengan campuran ini dan bungkus dengan sendi yang terkena. Setelah membuat kompres dengan
plastik dan lapisan kapas, biarkan selama 2 jam.
Salep restoratif untuk ligamen dan periosteum terbuat dari lemak alami. Pertama, (200 g) dilebur
dalam bak air, lemak dipisahkan dan digunakan untuk dasar salep. Lebih lanjut 100 g akar comfrey
segar harus dihancurkan dan dicampur dengan lemak hangat. Campuran harus dicampur sampai
seragam, massa tebal diperoleh. Simpan salep yang dihasilkan harus di kulkas. Satu prosedur
membutuhkan sekitar 20 gram campuran obat. Sebelum digunakan, sebaiknya dipanaskan dalam bak
air dan direndam serbet dari beberapa lapisan kasa. Selanjutnya, sebagai pengobatan kompres biasa
berlangsung sekitar 2 jam. Pengobatan epicondylitis dengan cara alternatif dapat meringankan gejala
klinis utama dari penyakit ini, dan mengembalikan struktur sendi yang rusak.
Senam dengan epicondylitis dilakukan dengan gerakan aktif dan pasif dengan penggunaan tangan
yang sehat. Semua latihan harus hemat untuk menghindari kejengkelan situasi dan bahkan lebih
banyak kerusakan pada sendi. Selain itu, kompleks khusus tidak mencakup latihan gaya, karena tidak
diindikasikan untuk pengobatan epicondylitis. Terutama penggunaan senam diperbolehkan hanya
setelah berkonsultasi dengan dokter dan kepunahan stadium akut penyakit.
Dengan tidak adanya kontraindikasi dan izin dokter, mungkin dilakukan latihan dengan epicondylitis,
sebagai "penggilingan" atau "gunting".
Salep dengan epicondylitis
Salep dengan epicondylitis memiliki efek lokal, karena hal itu memungkinkan untuk menggunakan
efek antiinflamasi, analgesik dan anti-edema pada sendi yang terkena. Salep bisa ada dalam komposisi
mereka, sebagai komponen antiinflamasi non steroid, dan obat hormonal.
Salep dengan epicondylitis berdasarkan kortikosteroid memiliki efek ampuh dalam mengurangi
edema dan respon inflamasi. Misalnya, salep dengan betametason dan anestesi. Kombinasi ini
mengurangi seseorang pada saat bersamaan dari sindrom nyeri dan sensasi meledak di daerah yang
terkena lengan bawah.
Salep antiinflamasi nonsteroid dengan epicondylitis cukup mudah digunakan. Pada siang hari, perlu
menerapkan sejumlah dana ke area sendi yang terkena. Namun, sebagai monoton, salep ini tidak
disarankan, karena penyakit ini memerlukan perawatan gabungan.
Terapi epicondylitis
Vitafon adalah alat vibroakustik yang menggunakan mikrovibrasi untuk tujuan terapeutik. Prinsip
pengaruh pada daerah yang terkena dampak adalah karena pengaruh frekuensi suara yang berbeda.
Akibatnya, sirkulasi darah lokal dan drainase getah bening diaktifkan. Pengobatan epicondylitis
dengan vitaifone mungkin terjadi bahkan pada tahap akut. Ini membantu mengurangi sindrom nyeri,
yang meningkatkan kualitas hidup manusia.
Pengobatan epicondylitis dengan vitaifon memiliki kontraindikasi tertentu. Ini adalah neoplasma
onkologis di daerah sendi, diucapkan aterosklerosis, tromboflebitis, stadium akut penyakit menular
dan demam.
Pembalut dengan epicondylitis memiliki tubuh yang kencang, yang memberikan redistribusi tekanan
yang diperlukan. Sangat nyaman digunakan dan tidak menimbulkan sensasi yang tidak nyaman.
Yang terpenting adalah terapi gelombang kejut pada atlet, karena mereka harus segera pulih dari
cedera. Inti dari efek metode ini didasarkan pada pasokan gelombang akustik dari frekuensi tertentu
ke area sendi yang terkena. Selain itu, berkat dia berkali-kali peningkatan aliran darah lokal.
Akibatnya, metabolisme normal dipulihkan, sintesis serat kolagen yang diaktifkan, sirkulasi lokal,
metabolisme jaringan, dan regenerasi komposisi seluler daerah yang terkena dimulai.
Meski memiliki efisiensi tinggi, terapi gelombang kejut dengan epicondylitis memiliki beberapa
kontraindikasi. Diantaranya adalah masa kehamilan, fase akut penyakit menular, adanya eksudat pada
lesi, osteomielitis, pelanggaran fungsi koagulasi darah, berbagai patologi sistem kardiovaskular dan
adanya proses onkologis di bidang penerapan jenis terapi ini.
Struktur siku mencakup bingkai tahan dengan bantalan silikon, memperbaiki tali pengikat, yang
merata mendistribusikan tekanan pada otot. Ini bersifat universal, karena sangat cocok untuk lengan
kanan dan kiri dengan berbagai diameter.
Siku epicondylitis sangat nyaman, karena mencegah kelenturan sendi yang berlebihan, yang
berdampak buruk pada proses pengobatan.
Orthosis dengan epicondylitis memiliki kontraindikasi, yaitu iskemia (suplai darah yang tidak
mencukupi) dari lokasi anggota tubuh yang terluka. Penggunaannya efektif secara terpisah dan
dikombinasikan dengan glukokortikosteroid. Karena kontraksi otot lengan bawah, ada redistribusi
beban pada fleksor dan ekstensor tangan, dan juga ketegangan tendon pada tempat menempel pada
humerus menurun. Orthosis digunakan pada fase akut epicondylitis.
Pengobatan konservatif dalam banyak kasus menyebabkan remisi terus-menerus dan waktu yang lama
tanpa eksaserbasi. Namun, ada beberapa kondisi di mana operasi dilakukan pada epicondylitis.
Indikasi untuk perilaku sering kambuh penyakit dengan manifestasi klinis yang jelas dan periode akut
yang panjang, inefisiensi obat yang tidak memadai atau lengkap. Selain itu, perlu diperhitungkan
tingkat atrofi otot dan kompresi batang saraf di sekitarnya. Bila gejala kondisi ini meningkat, operasi
diindikasikan untuk epicondylitis.
Sebelum Anda memulai pekerjaan, Anda harus terlebih dahulu memanaskan persendian;
kepatuhan terhadap peraturan untuk kinerja gerakan profesional dalam olahraga dan tetap bekerja
dalam posisi yang nyaman;
Jangan lupakan pijat dan olah raga harian di hadapan pelatih.
Profilaksis pengobatan epicondylitis terdiri dari asupan rutin vitamin dan mineral kompleks, serta
pengobatan fokus inflamasi kronis. Berkenaan dengan langkah-langkah untuk mencegah
pengembangan kambuh, penggunaan fiksatif dan perban elastis yang paling efektif pada sendi yang
rusak. Selama hari kerja, perlu menciptakan kondisi yang paling menguntungkan untuk menghindari
pemuatan sendi yang terkena.
Ramalan cuaca
Prognosis epicondylitis menguntungkan, karena tidak mengancam kehidupan. Jika aturan pencegahan
diperhatikan, pengampunan jangka panjang penyakit bisa tercapai. Bila gejala awal penyakit muncul,
disarankan untuk berkonsultasi dengan spesialis untuk konsultasi, diagnosis dan pengobatan
epicondylitis. Selain itu, penyakit ini bisa dihindari jika sejak hari pertama melakukan olah raga atau
pekerjaan memperhatikan rekomendasi tertentu. Epicondylitis bukanlah kondisi patologis yang belum
dijelajahi, dan perawatannya di zaman kita cukup efektif, jadi jangan menunda ini.
White Finger