Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


RUMAH SAKIT HUSADA

Nama Mahasiswa : Berlie K. Neonufa Tanda Tangan :


NIM : 112016368 Tanggal : 30 Desember 2017
Pembimbing : Dr. Juniar Himawan

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. TR Agama :
Umur : 59 tahun Suku Bangsa : Chinese
Jenis kelamin : Laki-laki Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Diketahui Tanggal masuk RS : 26 Desember 2017
Pekerjaan :- Jam masuk RS : pk. 08.00 WIB
I. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesa tanggal 26 November 2017 jam 10.15 WIB
1. Keluhan utama : Timbul benjolan pada lipatan paha sebelah kanan sejak
2 tahun SMRS Husada
2. Keluhan tambahan : Benjolan terasa membesar dan mengganggu
kenyamanan terutama saat berdiri atau berjalan dan mengedan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien mengaku timbul benjolan
pada lipat paha sebelah kanan. Ukuran benjolan kira-kira sebesar kelereng
namun pasien tidak merasa nyeri. Pasien mengatakan benjolan menghilang
saat tidur dan istirahat. Benjolan muncul saat pasien berdiri lama atau berjalan
jauh dan saat mengedan.
Kurang lebih 1 tahun yang lalu, pasien mengaku merasa benjolan
mulai membesar, namun pasien tidak berobat karena tidak merasakan nyeri
dan benjolan selalu menghilang saat istirahat.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mulai merasa tidak nyaman
dengan beonjolan terssebut. Pasien mengaku ukuran benjolan teraba
membesar kira-kira sebesar telur puyuh. Pasien mengatakan benjolan terasa
nyeri terutama saat pasien berdiri dalam waktu yang lama atau berjalan pada
jarak jauh. Saat pasien beristirahat atau tidur, benjolan terasa berkurang namun
1
tidak menghilang sempurna. Pasien mengaku tidak nyaman dalam beraktivitas
dengan adanya benjolan pada lipat paha sebelah kanan tersebut.
Keluhan lain seperti demam, mual muntah, kesulitan BAK dan BAB
disangkal oleh pasien. Pasien punya kebiasaan merokok kira-kira 1-2 bungkus
per hari.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Pasien punya riwayat hipertensi.
Riwayat DM disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit ini.

II. STATUS PRAESENS


Diperiksa pada tanggal 26 Desember 2017 jam 10.35 WIB
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, E4M6V5
Tanda vital
- Tekanan darah : 120 / 60 mmHg
- Denyut nadi : 88 x / menit
- Suhu : 36.80C
- Pernafasan : 19 x/menit
Status Gizi
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 25,4
Pemeriksaan Sistem
a. Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba massa/ benjolan.
Kulit kepala tidak ada kelainan, rambut berwarna hitam
bercampur putih dan distribusi merata serta tidak mudah
dicabut.

2
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, reflex cahaya (+/+), kornea jernih
c. Telinga : Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula
(-/-), KGB preaurikuler dan retroaurikuler dextra et sinistra
tidak teraba membesar, liang telinga dextra et sinistra lapang,
tidak ada sekret, tidak ada serumen.
d. Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, mukosa
hiperemis (-), nyeri tekan sinus paranasal (-)
e. Mulut : Tidak ada perioral sianosis, tonsil T1-T1, mukosa hiperemis
(-), caries dentis (-)
f. Leher : Trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB
submandibular dan servikal dextra et sinistra tidak teraba
membesar
g. Thorax
- Paru : a. Inspeksi
Bentuk normal, pergerakan dada saat keadaan statis dan
dinamis simetris, tidak tampak retraksi dinding dada maupun
otot- otot pernafasan
b. Palpasi
Pergerakan dada saat statis dan dinamis simetris, tidak teraba
cekungan / retraksi sela iga
c. Perkusi
Sonor diseluruh lapang paru, batas paru – hepar di ICS VI
Midclavicula line dextra
d. Auskultasi
Vesikuler di seluruh lapang paru, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
- Jantung : a. Inspeksi
Pulsasi ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi
Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V Midclavicula line sinistra
c. Perkusi
Redup
 Batas jantung kanan : midsternum
 Batas jantung atas : ICS III Parasternalis line sinistra
3
 Batas jantung kiri : ICS V Midclavivula line sinistra
d. Auskultasi
Bunyi Jantung I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas
jahitan (-)
Palpasi : supel, turgor baik, hepar dan lien tdk teraba, massa (-),
asites (-)
Perkusi : timpani seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : peristaltik (+) normoperistaltic 18x/menit
h. Ekstremitas dan tulang belakang : Akral teraba hangat, perfusi jaringan
arteri perifer baik, capillary refill time< 2 detik, tidak tampak edema pada
ekstremitas atas / bawah kanan dan kiri, tulang belakang tidak tampak
adanya scoliosis, lordosis maupun kifosis
i. Genitalia eksterna : Lihat status Lokalis
j. Kulit : turgor kulit baik, ikterik (-), tidak tampak kelainan
k. Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar

2. Status Lokalis Bedah Regio Inguinalis Dextra


Inspeksi: terdapat benjolan di inguinale dextra, diameter 3 cm x 3 cm,
permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, dapat dimasukkan,
benjolan hilang saat berbaring, fluktuasi (-), tidak nyeri.
Auskultasi : bising usus (+).
3. Pemeriksaan Khusus Lain
Tes visible : tampak benjolan lonjong di regio inguinalis dextra
Test finger : timbul benjolan terasa di ujung jari

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- EKG: Dalam batas normal
- Foto Rontgen Thorax: dalam batas normal

IV. LABORATORIUM

4
Lab darah per tanggal 26 Desember 2017 Jam 10:50 WIB
- Hematologi
Parameter Unit Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 15,7 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 45 % 40 – 52
Leukosit 9,4 103 / dL 3.8 – 10.6
Trombosit 409 ribu/dL 150 – 450
MCV 86 fL 80 – 100
MCH 30 pg/mL 28 – 33
MCHC 35 g/dL 32 – 36
Eritrosit 5,25 juta/uL 4,60 – 6,20

HEMOSTASIS
PT (Pasien) 10,4 detik 9,0 – 12,1
PT (Kontrol) 11 detik
APTT (Pasien) 40,4 detik 31.0 – 47.0
APTT (Kontrol) 38,0 detik

Kimia Klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan


Gula darah sewaktu 107 mg/dL 70 - 200
Ureum darah 10 mg/dL 19 - 49
Creatinin darah 1.03 mg/dL 0.9 – 1.3
eGFR 73.9 mL/min/1.73m^ 78.0 – 116.0
Kalium (K) 3.9 2 3.5 – 5.0
Natrium (Na) 140 mmol/L 136 - 146
mmol/L

V. RESUME

5
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 59 tahun dengan keluhan timbul
benjolan pada lipat paha sebelah kanan yang sudah dirasakan sejak kira-kira 2
tahun yang lalu. Pasien mengatakan awalnya pada 2 tahun lalu benjolan masih
berukuran kecil dan beum mengganggu, namun dalam sebulan terakhir benjolan
dirasa membesar kira-kira seperti telur puyuh dan mengganggu aktivitas pasien.
Pasien mengatakan benjolan membesar pada waktu berdiri atau berjalan jauh, dan
pada saat batuk. Namun benjolan akan berkurang saat pasien beristirahat atau
tidur.
Pada pemeriksaan status generalisata dan vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan lokalis di regio inguinal
dextra tampak ada benjolan dengan diameter kira-kira 3 cm x 3 cm, pada palpasi
tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, dapat dimasukkan, transluminasi
(-), tidak nyeri, pada auskultasi terdengar bunyi bising usus.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Hernia Inguinalis Lateralis Reponibel Dextra

VII. DIAGNOSIS BANDING


Abses Inguinalis
Limphadenitis inguinalis
Hernia femoralis
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
USG
CT – Scan abdomen
IX. PENGOBATAN
Analgetik : Asam Mefenamat 3 x 500 mg per oral
Operatif : Herniotomy dan hernioplasty
X. PROGNOSIS
- Ad vitam : Bonam
- Ad functionam : Dubia Ad Bonam
- Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

6
PEMBAHASAN UMUM
Anatomi hernia
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Sebagian besar hernia berisi usus yang berasal dari
rongga abdomen. Abdomen sendiri memiliki struktur yang membentuknya. Dinding perut
mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Dinding perut terdiri atas
beberapa lapis, yaitu dari luar ke dalam, yang terdiri dari kutis, subkutis, fascia superficiali
(fascia camper), fascia profunda (fascia scarpa), otot dinding perut, fascia transversus,
peritoneum parietalis, dan peritoneum viseralis. 1

Regio inguinalis perlu dipahami sebab ini penting untuk terapi operatif dari hernia.
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm ke arah
kaudal ligamentum inguinal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens pria atau
ligamentum rotundum pada wanita. Kanalis inguinalis berjalan dari lateral k medial, dalam ke
luar, cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus eksternus di
bagian superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinalis dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis di bentuk oleh fascia transversalis dan
aponeurosis transversus abdominis. Pembuluh darah epigastria inferior menjadi batas
superolateral dari Trigonum Hesselbach. Tepi medial dari Trigonum Hesselbach dibentuk oleh
membran rectu, dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. 1,2

Hernia yang melewati Trigonum Hesselbach disebut sebagai hernia direct (hernia
medial), sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect. Hernia
inguinalis indirect disebut juga hernia inguialis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh Epigastrika Inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar
dari anulus inguinalis ekternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini akan diebut hernia skrotalis.1,2

7
Gambar 1. Anatomi anterior.2

Klasifikasi.1,3,4
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia kongenital:
- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
- Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)
dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut
karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdominal.
b. Hernia akuisita (hernia yang didapat)

2. Berdasarkan klinis:

8
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke cavum
abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ disebut hernia
akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera
yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan sebenarnya
gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia, tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda ileus
mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna: Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
menonjolnya ke arah luar, misalnya: Hernia
umbilicalis
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan
lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica
Gambar 3. Hernia eksterna.3

b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:

- Hernia epiploica Winslowi


- Hernia bursa omentalis

9
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:

- Hernia diafragmatika traumatika


- Hernia diafragmatika non-traumatika:
 Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia Morgagni
 Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus

Hernia Regio Inguinalis

Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering ditemui. Menurut patogenesisnya
hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis
medialis (HIM). Ada juga yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia
inguinalis indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu herniotomi dan
herniorafi, tapi penting untuk mengetahui perbedaannya karena akan mempengaruhi pada
teknik operasinya nanti.1,3

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga
organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan
menimbulkan benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis
timbul karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya terjadi
pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL dan HIM dipisahkan oleh
vassa epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak
di bawahnya.1,3

Etiopatofisiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang
normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum.
Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal,
akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal
sebagai processus vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika bayi lahir telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya
berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah
terdapatnya hernia didaerah tersebut.4,5

10
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut
ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita.
Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas.
Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat,
juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang tinggi lemak dan
rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.5
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin
lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena
kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-
penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi prostat.5
.

Penatalaksanaan.4,5

1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita
dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :

11
Gambar 4 : Reposisi dengan posisi trendelenburg.4

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah


direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup.
Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai

Gambar 5. Sabuk Truss

sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh
darah dari testis

2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

a. Herniotomi

12
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.
Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal
BPH harus dioperasi sebelumnya.

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus
internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke
ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif
berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.

Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia
terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut.

13
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka kekambuhan
setelah pembedahan kurang dari 3%.

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit EGC;
2010.h.619-28
2. A. Mansjoer, Suprohaita, Wardhani WK, Setowulan W. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4.
Jilid I. Jakarta: Media Aesculaplus; 2014.h. 219-21
3. Burhitt HG, Essential Surgery. Edisi III. 2009.h.348-56
4. Charles BF, et all. Schwartz Principles of Surgery. Edition 10th. USA: Grawhill Education;
2010.
5. Geibel J. Abdominal Hernias. Medsape. December 28, 2017.

PEMBAHASAN KHUSUS
Keluhan pasien berupa timbul benjolan pada lipat paha sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu
sebelum masuk RS Husada. Benjolan timbul pada waktu pasien berdiri lama atau berjalan jauh dan
pada saat mengedan. Benjolan dapat masuk sendiri saat beristirahat. Pasien merasa tidak nyaman
dengan benjolan tersebut dan merasa aktivitasnya terganggu. Manifestasi klinis seperti ini sesuai
dengan manifestasi hernia lateralis, dimana benjolan timbul di bagian inguinalis dextra dengan faktor

14
predisposisinya adalah peningkatan tekanan intraabdomen oleh karna pasien berdiri lama atau
mengedan.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan benjolan pada regio ingunalis dextra dengan ukuran
3cm x 3cm. Ukuran berubah padda posisi berbaring, berdiri maupun mengedan. Warna seeprti warna
kulit sekitar, tanda-tanda radang (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) pada benjolan. Pada pemeriksaan
khusus visible didapatkan benjolan lonjong yang mengarah pada dignosis hernia inguinalis lateralis,
sebab pada hernia medialis benjolan akan berbentuk bulat. Dari pemeriksaan finger test, didapatkan
benjolan teraba pada ujung jari, sesuai gambaran hernia inguinalis lateralis. Pada hernia inguinalis
medialis, benjolan akan terasa pada sisi tepi jari.
Timbulnya benjolan atau hernia ini disebabkan peningkatan tekanan intraabdomen karena
pasien sering berjalan jauh dan mengedan saat BAB disertai kelemahan otot abdomen karena faktor
usia. Bising usus (+) ini diartikan bahwa usus tidak terjepit pada cincin hernia.

15

Anda mungkin juga menyukai