Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data terbaru dari UNDP menyebutkan bahwa tingkat pendidikan

menempatkan Indonesia berada pada posisi sekitar 40 persen terbawah diantara

174 negara yang dinilai. Rasio untuk pendidikan dasar mencapai 97 persen dan

rasio untuk pendidikan menengah 62 persen. Namun hanya setengah dari anak

Indonesia menyelesaikan sekolahnya. Sekitar 18 persen anak putus sekolah dasar

dan sisanya membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan

Malaysia dan Singapura berada pada kisaran 40 persen dan 15 persen keatas.

Indonesia masih sangat ketinggalan dibanding negara tetangga

lainnya. Oleh karena itu kita harus bekerja keras agar dapat mengejar

ketinggalan dan dapat bersaing di era globalisasi ini. Caranya adalah dengan

memajukan pendidikan nasional melalui peningkatan mutu dan kualitas

pendidikan serta memperluas akses pendidikan untuk masyarakat. Wajarlah bila

dalam kurikulum selalu diadakan perbaikan dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan. Hal ini sejalan dengan dicanangkannya program "Wajib Belajar"

beberapa tahun yang lalu, yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan pendidikan

anak bangsa.

1
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menyebutkan bahwa

tanggung jawab pendidikan bukan hanya beban pemerintah saja, tapi telah

menjadi tanggung jawab bersama, antara orang tua, sekolah (pemerintah) dan

masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, bila kita berbicara tentang pendidikan

maka kita merasa terpanggil karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab

pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat dan orang tua.

Pendidikan di sekolah dasar merupakan pondasi yang sangat penting dalam

rangka membekali siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kerjasama antara komponen-komponen penting dalam dunia

pendidikan yaitu sekolah, orang tua dan masyarakat perlu diwujudkan dengan baik.

Sebagian besar waktu anak adalah di rumah atau keluarga, itu berarti anak dalam

pengawasan orang tua. Sedangkan sebagian waktunya yang lain dihabiskan untuk

belajar di sekolah, hal ini berarti anak akan menjadi tanggung jawab sekolah.

Tugas Utama dalam memberikan perhatian terhadap anak adalah orang

tua, karena orang tua adalah guru terdekat dan paling dikenal oleh setiap anak. Di

sekolah waktu yang diberikan sangat terbatas dan sifatnya formal, sehingga anak

kurang leluasa untuk menyampaikan masalahnya kepada guru di sekolah. Di sisi

lain guru harus mengawasi dan melayani banyak anak, sehingga tidak

memungkinkan untuk dapat memenuhi tuntutan anak secara perorangan.

Berdasarkan fenomena :e:sebut, maka diperlukan kerjasama yang harmonis antara

keluarga dan sekolah, terutama dalam meningkatkan motivasi belajar IPS pokok

bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-Buddha pada

2
siswa kelas II SDN Cemorokandang II dengan alat peraga dan koleksi bahan

bacaan.

Berdasarkan pengamatan dan hasil laporan dari pihak sekolah,

asyarakat maupun siswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar

siswa kelas II di SDN Cemorokandang II lebih dikarenakan kurangnya fasilitas

belajar yang berupa alat peraga dan koleksi bahan bacaan. Dari kenyataan

tersebut sehingga banyak siswa yang mempunyai wawasan sempit dan kurang

wacana dalam belajar IPS, sehingga banyak para siswa kelas II dan semua siswa

pada umumnya hanya mengenal informasi dari lingkungan sekitar dan televisi

yang kurang menyajikan bentuk informasi yang dibutuhkan oleh siswa sekolah

dasar.

Motivasi belajar yang rendah tentunya akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar dan kemampuan berpikir siswa, sehingga dalam perkembangan

selanjutnya akan mengalami degradasi pemikiran menjadi sempit dan kurang

berwawasan. Perlu diketahui bahwa alat peraga dan bahan bacaan merupakan

kunci utama dalam membebtuk keberhasilan siswa. Selain itu alat peraga dan bahan

bacaan menjadi syarat mutlak bagi setiap orang yang sedang menuntut ilmu.

Tidaklah mungkin seorang akan menjadi pandai tanpa ia tahu ilmunya.

Motivasi belajar siswa kelas II khususnya dalam belajar IPS

dipengaruhi oleh faktor intern dan faktorn ekstern. Faktor intern siswa terdapat

pada diri siswa itu sendiri termasuk didalamnya adalah faktor kemampuan

dasar intelektual, semangat belajar, penyesuaian diri dan tingkat ketekunan siswa

3
dalam mengikuti pelajaran. Faktor ekstern dipengaruhi oleh lingkungan

keluarga, iingkungan pergaulan dan bermain, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.

Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi siswa sekolah dasar

merupakan salah satu pelajaran yang membutuhkan wawasan luas dan pemahaman

sisvva terhadap kajian pokok yang mencakup antropologi, sosiologi, geografi,

ekonomi, dan tata negara serta sejarah. Demi meningkatkan prestasi belajar

rengetahuan sosial, maka diperlukan kerja keras dari siswa, guru dan orang tua

untuk sating berusaha, membina, mengarahkan, dan pengawasan. Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan faktor penting dalam mengembangkan sikap dan

ketrampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu usaha meningkatkan

motivasi belajar IPS bagi siswa kelas IIdengan penyediaan alat peraga dan koleksi

bahan bacaan, sehingga sedikit banyak diharapkan mampu mengangkat

wawasan a dan meningkatkan prestasi belajarnya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tentang, maka dapat dirumuskan

masalah dengan pertanyaan peneliti sebagai berikut:

1. Apakah dengan alat peraga dapat meningkatkan motivasi belajar IPS

4
siswa Kelas II SDN Cemorokandang II?

2. Apakah kelengkapan koleksi bacaan dapat meningkatkan motivasi

belajar IPS siswa Kelas II SDN Cemorokandang II?

3. Apakah kontribusi penyediaan alat peraga dan kelengkapan

koleksi bacaan terhadap motivasi belajar IPS siswa Kelas II SDN

Cemorokandang II ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui fungsi alat peraga dalam meningkatkan motivasi

belajar IPS siswa Kelas II SDN Cemorokandang II

2. Untuk mengetahui kelengkapan koleksi bacaan dalam meningkatkan

motivasi belajar IPS siswa Kelas II SDN Cemorokandang II .

3. Untuk mengetahui kontribusi penyediaan alat peraga dan

kelengkapan koleksi bacaan dalam meningkatkan motivasi belajar IPS

siswa Kelas II SDN Cemorokandang II .

5
D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi:

a.Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang meningkatkan motivasi

belajar IPS siswa Kelas II dengan penyediaan alat peraga dan koleksi bahan

bacaan di Sekolah Dasar Negeri Cemorokandang II , sehingga dapat dijadikan

dasar dalam penentuan model memotivasi siswa dalam belajar IPS melalui

penggunaan alat peraga dan bahan bacaan.

b. Siswa Sekolah Dasar

Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengetahui dan

menggunakan alat peraga dan bahan bacaan dalam belajar guna meningkatkan

motivasi belajar IPS siswa Kelas II di SDN Cemorokandang II .

c. Guru Sekolah Dasar

Memberikan informasi tentang meningkatkan motivasi belajar IPS siswa

Kelas II dengan penyediaan dan penggunaan alat peraga dan koleksi bahan

bacaan.

d. Literatur

Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sesuai

dengan konteks dalam penelitian ini.

6
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis biasa dianggap sebagai ide sebelum teori, atau suatu teori yang

belum kokoh dan masih membutuhkan pengujian untuk pengukuhannya

(Aruan,1981). Hipotesis sebagai "conjectural statement of the relation between two

or more variables" (Kerlinger, 1981).

Pengertian hipotesis sekarang berkembang tidak hanya untuk

mengaksentuasikan suatu teori, namun juga menggelar bukti dukung baru tentang

teori yang sudah kokoh secara universal walaupun kadang terdapat bias parsial.

Hipotesis ini merupakan dugaan sementara terhadap suatu keadaan atau

kejadian tentang peristiwa atau objek yang akan diteliti, sehingga kemungkinan

dugaan tersebut benar atau bisa juga salah dan ini perlu pembuktian.

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini dilandasi kajian

terhadap teori yang ada dan asumsi-asumsi. Hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika SDN Cemorokandang II dapat menyediakan kelengkapan alat

peraga dan koleksi bahan bacaan, maka dimungkinkan motivasi belajar IPS siswa

Kelas II akan dapat meningkat.

b. Jika alat peraga dan bahan bacaan dapat digunakan dengan baik oleh

siswa, maka dimungkinkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap

motivasi belajar IPS dan dapat meningkatnya prestasi belajarnya.

7
F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri

Cemorokandang II Tahun Pelajaran 2010/2011. Subjek penelitian ini adalah guru

Kelas II dan siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Cemorokandang II , Kecamatan

Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Tindakan yang dilakukan adalah pengajaran

IPS Pokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-

Buddha dengan Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok Bahasan

Prambanan, dan Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan Prambanan

dalam rangka memotivasi belajar siswa. Pengajaran IPS ini diberikan oleh guru

yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa Kelas II untuk

mengembangkan kemanipuan menggunakan ejaan, dan tanda baca, kosa kata,

struktur, paragraf dan wacana dengan benar dengan menggunakan sistem

perpaduan antara imajinasi dan kenyataan. Penyajian menggunakan pola dan

gambar yang sesuai, serta bahasa yang mudah dan jelas sesuai dengan tingkat

perkembangan anak, agar dapat membantu siswa memamhami materi yang

disajikan.

G. Penegasan Istilah

Beberapa istilah yang harus ditegaskan dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengarahkan alur penelitian dalam pembahasan yang lebih spesifik

sesuai dengan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian tentang meningkatkan motivasi

belajar IPS Pokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu

8
Budha dengan Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok Bahasan Candi

Prambanan dan Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan Prambanan

dengan alat peraga dan bahan bacaan. Adapun istilah-istilah tersebut meliputi:

a. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dalam penelitian ini akan mencoba mengaktifkan,

mengarahkan, dan mempertahankan perilaku siswa Kelas II dalam melakukan

kegiatan IPS sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar IPS

Pokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-Buddha

dengan Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok Bahasan Candi

Prambanan, dan Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan Prambanan.

b. Alat Peraga

Alat peraga dalam meningkatkan motivasi belajar IPS siswa Kelas II yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa gambar-gambar kegiatan sosial dan

penggunaan peta wilayah dan peta dunia serta bola dunia yang menunjukkan

wilayah negara-negara di dunia.

c. Bahan Bacaan

Bahan bacaan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai

perbendaharaan/koleksi isi bahan bacaan anak-anak dengan isyarat-isyarat upaya

mengejar prestasi, khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS

(Mc.Clelland, 1961).

9
Bahan bacaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan bacaan

yang disediakan oleh sekolah maupun oleh orang tua yang berhubungan dengan

pelajaran IPS Pokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak

Hindu-Buddha dengan Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok Bahasan

Candi Prambanan, dan Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan

Prambanan, siswa Kelas II.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha yang

muncul dari dalam diri seseorang, sehingga memiliki semangat untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan harapan. Motivasi itu terdiri dari tiga

komponen dasar, yaitu mengaktifkan tingkah laku, mengarahkan tingkah laku, dan

mempertahankan tingkah laku (Hoy dan Miskel, 1987). Motivasi berhubungan

dengan tingkah laku yang akan d:irankan dan bagaimana mempertahankannya.

Motivasi memegang peranan penting ,13.1am mencapai hasil belajar siswa.

Widayatun (1999) mengatakan bahwa motivasi mempunyai arti

dorongan atau menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk

:crperilaku beraktivitas dalam pencapaian tujuan. Motivasi merujuk pada

pengerahan daya perilaku yang ditujukan pada pencapaian kepuasan kebutuhan

(Kurt dan Boone, 1984).

Donald yang dikutip oleh Hamalik (2001) mengatakan bahwa

motivation is an energy changed within the person characterized by affective

arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan energi dalam

diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Ada dua prinsip cara memandang motivasi, yaitu : (1) motivasi

dipandang sebagai proses. dan (2) menentukan karakter dari proses ini dengan

melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya.

11
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan dorongan yang datang dari dalam diri seseorang (instrinsik)

ataupun datang dari luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan

keinginan rribadinya.

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan

psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan- perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap,

perubahan ini relative konstan/tetap atau berbekas (Winkel, 1987 : 200).

Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan

yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru.

Lebih ianjut dikatakan bahwa setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu

perubahan pada diri siswa, perubahan ini akan tampak dalam tingkah laku

siswa atau prestasi a. Perubahan dalam diri itu menunjukkan bahwa mereka telah

melakukan proses belajar. Proses belajar seperti itu pada umumnya tidak

melibatkan pengajaran, yaitu guru dan siswa.

Hilgard yang dikutip Pasaribu (1983) berpendapat bahwa learning in the

process by wich an activity oreginites or is changed trough responding to a

situation provided the changed can not be attributed to growth or the temporary

sate tf the organisme as in fatigue or under druges. Pendapat tersebut berarti

bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas

baru atau pembahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan ini tidak

12
dapat disebut fcelajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran

sementara orang tersebut karena kesalahan atau karena obat-obatan, sehingga

orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud

adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu

diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Dalam kegiatan belajar guna

meraih hasil yang diinginkan, maka setiap pelajar harus bisa mempelajari dan

mengembangkan kemampuan dalam proses belajar. Tiga jenis kemampuan yang

harus dipelajari dalam proses belajar, antara lain :

a. Kemampuan kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman.

b. Kemampuan sensorik psikomotorik, meliputi ketrampilan melakukan

rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu.

c. Kemampuan dinamik efektif, meliputi sikap dan nilai yang meresapi

perilaku dan tindakan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah merupakan proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik

itu perubahan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, dan perubahan

tersebut dilakukan secara berkesinambungan.

Hamalik (2002) mengatakan bahwa memotivasi belajar penting artinya

dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan,

dan mengarahkan kegiatan belajar. Prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar

13
sangat erat hubungannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Ada

beberapa prinsip belajar dan motivasi agar mendapatkan perhatian dari pihak

perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar,

antara lain:

a. Kebermaknaan

Pelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru berusaha menghubungkan

dengan pengalaman masa lampau atau pengalaman-pengalaman yang telah mereka

miliki sebelumnya. Sesuatu yang menarik minat dan nilai tertinggi bagi siswa

berarti bermakna baginya. Guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran

dengan minat para siswanya dengan cara memberikan kesempatan kepada para

siswa berperan serta memilih.

b.Modeling

Siswa akan suka memperoleh tingkah laku bam bila disaksikan dan

ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa, jika

guru mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan

berceramah/ menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku, maka

siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru.

c. Komunikasi Terbuka

Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstrutur supaya pesan-pesan guru

terbuka terhadap pengawasan siswa.

14
d.Prasyarat

Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan

faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Guru

hendaknya berusaha mengetahui/mengenali prasyarat-prasyarat yang telah

mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang berprasyarat akan

mudah mengamati hubungan antara pengetahuan sederhana yang telah dimiliki

dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari.

e. Novelty

Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-

penyajian yang baru (novelty) atau masih asing.

f. Latihan /Praktek yang Aktif dan Bermanfaat

Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan

mendengarkan dan mencatat pada buku tulis.

g. Latihan Terbagi

Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun

waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa

dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka

waktu yang panjang.

h. Kurangi Secara Sistematik Paksaan Belajar

Siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan, tetapi bagi siswa yang

sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sitematik pemompaan itu

dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri.

15
i. Kondisi yang menyenangkan.

Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi

pengajarannya menyenangkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk

menyenangkan proses pengajaran, antara lain : (1) hindari pengulangan hal-

hal yang telah diketahui, (2) suasana flsik kelas jangan membosankan, (3)

hindarkan terjadi frustasi yang disebabkan situasi kelas, (4) hindarkan suasana

kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal, (5) siapkan

tugas menantang, (6) berilah pengetahuan tentang hasil yang dicapai siswa, dan

(7) beri hadiah/pujian yang pantas dari usaha yang dilakukan oleh siswa.

1. Menggerakkan Motivasi Belajar Siswa

Guru dapat menggerakkan berbagai cara untuk menggerakkan atau

membangkitkan motivasi belajar siswanya sebagai berikut:

a. Memberi angka.

Umumnya setiap siswa ingin mengtahui hasil pekerjaannya yang berupa

angka. Siswa yang mendapatkan angka baik akan mendorong

motivasi belajarnya menjadi besar, sebaliknya siswa yang mendapatkan

angka jelek akan menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong

agar belajar lebih baik.

b. Pujian.

Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan

berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan

rasa puas dan senang.

16
c. Hadiah.

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu,

misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada siswa yang mendapat

hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang lomba dalam

pertandingan olah raga.

d. Kerja kelompok.

Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerjasama dalam belajar, setiap

anggota kelompoknya kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan

nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

e. Persaingan.

Kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial

kepada siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh

yang tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian,

pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.

2. Nilai Motivasi Dalam Pengajaran

Keberhasilan dalam pengajaran banyak bergantung pada usaha guru

membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam garis besarnya motivasi

mengandung nilai-nilai sebagai berikut

a.Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar

siswa.

Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.

17
b.Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran

yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada

pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntunan

demokrasi dalam

pendidikan.

c.Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru

untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan

dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar

siswa. Guru senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memilki self

motivation yang baik.

d.Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan

motivasi dalam pengajaran erat hubungannya dengan pengaturan

disiplin kelas.

Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin

didalam kelas.

e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada asas-asas

mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar dengan buku saja tidaklah

cukup, tapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.

Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses

belajar mengajar.

18
3. Jenis-Jenis Motivasi

Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah

dibahas, maka pada prinsipnya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar

dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut

motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya adalah timbul dalam diri siswa sendiri,

misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi

dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan,

menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh

orang lain dan sebagainya.

Motivasi intrinsik timbul tanpa adanya pengaruh dari luar. Motivasi

intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi

belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya

tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau

belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh

Emerson, The reward of a thing -well done is ti have done it. Jadi jelaslah bahwa

motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan motivasi sesungguhnya atau disebut

istilah sound motivation.

19
b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor dari luar

situasi kelas, seperti angka kredit, ijasah, tingkatan hadiah, medali pertentangan,

dan persaingan yang bersifat negatif adalah sarcasm, ridicule, dan hukuman.

Motivasi ektrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah

tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi

pula sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang

diberikan oleh sekolah. Karena tu motivasi terhadap pelajaran tetap perlu

dibangkitkan oleh guru, sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang

dapat dilakukan oleh guru dalam memotivasi siswa sangatlah banyak dan

bervareasi dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita tidak akan menentukan

suatu formula yang dapat digunakan setiap saat.

B. Konsepsi Belajar IPS

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan

psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap,

perubahan ini relatif konstan/tetap atau berbekas (Winkel, 1987 : 200).

Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan

yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru.

Hasil belajar dapat diketahui setelah melalui proses belajar, kemudian

20
diterapkan atau diujikan pada dunia nyata. Lebih lanjut dikatakan bahwa setiap

kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa, perubahan

ini akan tampak dalam tingkah laku siswa atau prestasi siswa. Perubahan dalam

diri itu menunjukkan bahwa mereka telah melakukan proses belajar. Proses belajar

seperti itu pada umumnya tidak melibatkan pengajaran, yaitu guru dan siswa.

Hilgard yang dikutip Pasaribu (1983) berpendapat bahwa learning in the

process by wich an activity oreginites or is changed trough responding to a

situation provided the changed can not be attributed to growth or the temporary

sate of the organisme as in fatigue or under druges. Pendapat tersebut berarti

bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru

atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan ini tidak dapat

disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang

tersebut karena kesalahan atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak

sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan

pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan

latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

Hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh siswa setelah melalui

berbagai proses dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar merupakan

prestasi maksimal setelah siswa melakukan kegiatan menerima ilmu dan

kemudian diujikan. Hasil belajar merupakan tolak ukur prestasi yang diperoleh

siswa secara praktek dan teori.

21
Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Dalam kegiatan belajar

guna meraih hasil yang diinginkan, maka setiap pelajar harus bisa mempelajari

dan mengembangkan kemampuan dalam proses belajar. Tiga jenis kemampuan

yang harus dipelajari dalam proses belajar, antara lain :

a. Kemampuan kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman.

b. Kemampuan sensorik psikomotorik, meliputi ketrampilan

melakukan rangkaian gerak gerik dalam urutan tertentu.

c. Kemampuan dinamik efektif, meliputi sikap dan nilai yang

meresapi perilaku dan tindakan.

Semua perubahan yang menjadikan seseorang memiliki kemampuan ini

merupakan suatu hasil belajar dan dengan kemampuan ini manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar yang berupa sikap, pengetahuan

atau ketrampilan disebut kemampuan internal yang bersifat psikis/mental. Hasil

belajar dapat dicapai jika dalam proses belajar telah memenuhi syarat-syarat

belajar yang baik melalui proses intern dan proses ekstern.

a. Proses intern

Semua rangkaian kegiatan yang merupakan tahapan-tahapan yang

dilalui adalah proses belajar. Tahapan dari proses belajar dimulai dari tidak tahu

apa-apa, tahap motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat,

mereproduksi, generalisasi, melaksanakan latihan dan urnpan balik, kemudian ia

mengerti. Seseorang dikatakan telah melaksanakan kegiatan belajar, jika telah

22
mengerti sesuatu yang diajarkan dan dapat menerapkan apa yang telah

dipelajarinya tanpa kesalahan.

Urutan proses intern dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan

adalah sebagai berikut:

1. Motivasi

Motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu hal sangat penting dalam

proses belajar mengajar. Jika siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar, guru

hendaknya mendorong agar timbul motivasi untuk belajar. Guru dapat

mendorong dengan memberikan kegiatan-kegiatan belajar yang menentang

seperti menyelidiki kehidupan makhtuk hidup, menceritakan pengalaman

sendiri, mewawancarai atau meringkas isi wacana yang disenangi dan telah

dibaca. Motivasi ada dua macam, yaitu : (1) motivasi dari diri siswa sendiri

(intrinsik), motivasi ini dapat dibangkitkan dengan mendorong ingin tahu, ingin

mencoba dan hasrat untuk maju dalam belajar. (2) motivasi dari luar diri siswa

(ekstrinsik) dapat diberikan dengan memberikan pujian atau hukuman seperti

memberikan tugas untuk perbaikan atau pekerjaan rumah.

2. Perhatian Pada Pelajaran

Dalam materi yang hendak diajarkan, siswa harus dilibatkan agar ketika

guru menyampaikan materi mereka dapat memusatkan perhatian pada meteri

tersebut. Usaha guru agar siswa tetap termotivasi dalam mengikuti pelajaran

harus diusahakan, sehingga kemampuan siswa teruji di kelas, menguasai

metode ketrampilan proses dan ketrampilan bertanya. Jika motivasi menurun

23
diberikan istirahat atau menyuruh seorang anak untuk menjelaskan kembali,

memberi tugas, diskusi kelompok, guru mengusahakan agar perhatian anak tertuju

pada pelajaran yang diberikan. Dengan perhatian pada pelajaran diharapkan siswa

menjadi mengerti dan paham, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

3. Menerima dan mengingat

Perhatian siswa harus tertuju pada sesuatu yang harus dimengerti agar

dapat menyerap bahan pelajaran baru dan menyimpannya dalam pikiran, inilah

salah satu tahapan proses belajar yang harus dilalui siswa. Guru harus

memperhatikan struktur, arti, pengulangan dan interferensi. Penjelasan seorang

guru akan dapat diterima dan diingat siswa secara lebih baik jika mempunyai

struktur yang jelas. Jika siswa berhasil menerima dan mengingat pelajaran yang

disampaikan, maka tahap selanjutnya adalah menumbuhkan kreativitas dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar.

4. Reproduksi

Kemampuan mereproduksi perlu dimiliki siswa untuk mengetahui

apakah ia telah memahami suatu materi yang diberikan oleh guru. Guru harus

bisa menjelaskan materi sejelas mungkin, sehingga berbekas dalam pikiran

siswa. Jika suatu materi yang diberikan oleh guru belum bisa dipahami siswa,

maka perlu pengulangan agar dapat dipahami.

24
5. Generalisasi

Pada tahap generalisasi diharapkan siswa dapat menempatkan apa yang

telah dipelajari dalam ruang lingkup yang lebih luas. Dalam tahap generalisasi

siswa harus mampu mengendalikan sesuatau dan kemampuan melaksanakan

pemindahan (transfer). Kemampuan mengendalikan sesuatu, misalnya siswa

mampu menempatkan pengetahuannya tentang suatu prinsip pada dua hal yang

mempuayai konteks berlainan. Kemampuan mentransfer hampir mirip dengan

kemampuan pertama, yaitu kemampuan menerapkan pengetahuan tentang suatu

prinsip di tempat yang berlainan.

6. Melaksanakan latihan dan umpan balik

Latihan adalah cara yang terbaik untuk mengetahui apakah materi

yang diberikan benar-benar telah dipahami dan dikuasai siswa. Tujuan

pemberian latihan sebenarnya juga dapat dilakukan untuk umpan balik, yaitu

untuk informasi bagi siswa, mengapa ia masih melakukan kesalahan dalam

mengerjakan tugas. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Proses intern adalah

tahapan umum yang merupakan prinsip di dalam proses belajar apapun.

b. Proses ekstern

Proses intern tidak akan berjalan mulus tanpa diikuti oleh proses ekstern,

yaitu proses yang terjadi di luar siswa. Pada setiap proses belajar dapat ditentukan

adanya proses intern (Robert M. Gagne, 1975). Dalam proses ekstern sangat

ditentukan oleh faktor yang berada di luar siswa atau dari luar diri, misalnya faktor

lingkungan dan masyarakat. Dalam proses belajar perlu didukung faktor

25
lingkungan yang baik, seperti sarana prasarana yang memadai dan dukungan orang

lain serta masyarakat. Demi tercapainya hasil belajar yang diinginkan, seorang

siswa harus memenuhi faktor intern dan faktor ekstern. Kreativitas dalam belajar

perlu dimiliki setiap siswa dalam proses belajar, karena tanpa adanya kreativitas

maka kegiatan belajar akan-pasif dan mono ton serta tidak bisa mencetuskan

gagasan-gagasan baru.

Banyak ahli-ahli berusaha merumuskan apa belajar itu namun masing-

masing ahli menyoroti dari sudut pandangnya sendiri sehingga arti belajar menjadi

bermaca-macam sesuai dengan jumlah ahli yang mengemukakannya. Tetapi ada

suatu hal yang prinsip, yang sama-sama tersirat dalam rumusan belajar dari

berbagai ahli bahwa seolah-olah ada kesepakatan yang tidak tertulis dimana

dalam rumusan belajar mengandung unsur "perubahan ". Seperti yang dikatakan

oleh Woodworth (Gunarso,1982).

Soepartinah Pakasi (1985) lebih menekankan arti belajar dari sifat belajar

itu sendiri. Dalam hal ini diajukan beberapa makna belajar yaitu bahwa belajar

merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan, belajar berarti berbuat,

belajar berarti mengalami, belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan, belajar

memerlukan motivasi, belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak dan belajar

adalah berpikir, belajar menggunakan daya pikir.

Perubahan akan mempengaruhi tingkah laku orang yang sedang belajar.

Berarti hasil belajar dapat diamati dari adanya perubahan tingkah laku. Namun

yang terpenting agar hasil belajar dapat seperti yang diharapkan maka perlu adanya

26
strategi atau cara-cara khusus yang diterapkan kepada murid dalam proses belajar

mengajar. Agar murid lebih mudah dalam menerima materi diperlukan urutan-

urutan yang jelas dalam mengajar.

Fungsi pengajaran pengetahuan sosial di sekolah dasar adalah

mengembangkan pengetahuan sikap dan ketrampilan dasar untuk memahami

kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan

ruang lingkup pengajaran pengetahuan sosial meliputi hal-hal yang berkaitan

dengan keluarga, wilayah sekitar, wilayah propinsi, sejarah, pemerintah daerah,

Negara Republik Indonesia, pengenalan kawasan dunia, dan kegiatan ekonomi

(Depdikbud, 1994), Tujuan Pengajaran pengetahuan sosial di sekolah dasar adalah

agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang

berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1994).

Konsepsi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah aktivitas mental dan

psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap

dengan pokok kajian kehidupan sosial.

C. Alat Peraga

Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar pemakaian alat

kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

pengajaran, komunikasi pandang-dengar, pendidikan alat peraga pandang,

teknologi pendidikan, alat peraga, dan media penjelas. Peraga yang digunakan

dalam kegiatan pendidikan memiliki keterbatasan didalamnya meliputi : (1)

27
peraga pengajaran memiliki pengertian fisik yang dikenal dengan istilah

hardware, (2) peraga pengajaran yang memilliki pengertian non fisik yang

dikenal sebagai software, (3) penekanan peraga pendidikan terhadap audio visual

dan, (4) peraga pendidikan memilki pengertian alat bantu pada proses belajar

baik di dalam maupun di luar kelas, peraga pengajaran-dalam pendidikan

digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dalam proses pembelajaran

a. Memilih alat peraga

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alat peraga yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, antara lain : (1) alat-alat

yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta

perbedaan individual dalam kelompok, (2) alat yang dipilih harus tepat, memadai

dan mudah digunakan, (3) haras direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih

dahuVu, (4) penggunaan alat peraga disertai dengan kelanjutannya seperti dengan

diskusi, anaJisis dan evafuasi, dan (5) sesuai dengan batas kemampuan biaya.

b. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga

Hoover dikutip oleh Usman (2002) menyebutkan bahwa perlu

diperhatikan prinsip-prinsip dalam menggunakan alat peraga, antara lain : (1)

tidak ada alat peraga yang dikatakan paling baik, (2) alat-alat tertentu lebih tepat

dari pada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau hubungannya dengan tujuan,

(3) sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian integral dari

pengajaran, dalam penggunaan alat peraga diperlukan persiapan dari guru,

(5) siswa menyadari tujuan penggunaan alat peraga tersebut, (6) perlu diadakan

28
kegiatan lanjutan, dan (7) alat dan sumber yang digunakan untuk menambah

kemampuan komunikasi memungkinkan belajar lebih karena adanya hubungan-

hubungan.

D. Bahan Bacaan

Bahan bacaan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai

perbendaharaan/koleksi isi bahan bacaan anak-anak dengan isyarat-isyarat upaya

mengejar prestasi, khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS

(Mc.Clelland, 1961).

Bahan bacaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan

bacaan yang disediakan oleh sekolah maupun oleh orang tua yang berhubungan

dengan pelajaran IPS siswa Kelas II.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

tindakan (action research). Dengan perkataan lain penerapan penelitian tindakan

di dalam kelas diharapkan mampu mendorong guru untuk memiliki kesadaran

diri melakukan refleksi dan kritik diri terhadap aktivitas pembelajaran. Berpijak

dari pandangan tersebut, maka penelitian tindakan ini didasarkan pada

situasional dan bergaya dengan realitas lapangan (Hopkins, 1993).

Penelitian tindakan (action research) merupakan proses daur ulang,

mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang

mungkin diikuti dengan perencanaan ulang (Waseso, 1994).

Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan (action research) dimulai dari

pengumpulan dan penyusunan data yang meliputi analisis dan interpretasi tentang

arti data tersebut. Penelitian tindakan merupakan intervensi skala kecil terhadap

tindakan dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi

tersebut (Cohen dan Mantion, 1980; Zuriah, 2003).

Berpijak dari pandangan tersebut, maka penelitian tindakan ini

didasarkan pada situasional dan bergaya realitas lapangan. Berdasarkan hal

tersebut, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Rancangan dalam

penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, antara lain : (1)

30
refleksi awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3)

peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan

rancangan tindakan.

Winarno Surachmad (1982 : 140) mengemukakan tentang sifat-sifat yang

terdapat dalam metode deskriptif sehingga dapat dipandang sebagai ciri khas

antara lain:

a. memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang dan bersifat aktual.

b. data yang dikumpulkan pada mulanya disusun, dijelaskan kemudian

dianalisis.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mempunyai pengertian tenipat, pelaku dan kegiatan

(Nasution, 1992). Lokasi penelitian dari aspek "tempat" adalah lokasi dimana

proses pembelajaran berlangsung, yaitu Kelas II Sekolah Dasar Negeri

Cemorokandang II , Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Dari aspek

"pelaku" adalah terdiri dari peneliti, guru dan siswa Kelas II yang terlibat dalam

interaksi belajar mengajar. Dari aspek "kegiatan" adalah meningkatkan motivasi

belajar IPS Pokok Bahasan Kebutuhan Hidup Dan Cara Menenuhinya dengan

Subpokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-

31
Buddha dengan Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok Bahasan

Candi Prambanan, dan Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan

Prambanan dengan alat peraga dan koleksi bahan bacaan.

b. Subjek Penelitian

Sumber yang dapat memberikan informasi dan dapat membantu perluasan

teori merupakan subjek penelitian (Bogdan dan Biklen, 1990). Subjek penelitian

ini adalah guru dan siswa Kelas II dalam proses belajar mengajar IPS Pokok

Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-Buddha dengan

Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok Bahasan Candi Prambanan, dan

Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan Prambanan dalam memotivasi

siswa dengan alat peraga dan koleksi bahan bacaan.

c. Data Penelitian

Data penelitian ini dihimpun berupa dokumen, baik itu data primer

maupun data sekunder yang diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dan

dokumentasi melalui studi pustaka.

C. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya terdapat lima jenis instrumen yang digunakan dalam

penelitian tindakan, antara lain : observasi, wawancara, catatan lapangan, angket

dan dokumentasi (Zuriah, 2003). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan

meliputi (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi. Berikut adalah

penjelasan tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.

32
1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini

dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa (Zuriah

2003). Ada dua jenis observasi yang dilakukan antara lain : (1) observasi langsung,

yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang

diselidiki, dan (2) observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang

dilakukan tidak pada~ saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti.

Penelitian ini melakukan observasi langsung terhadap motivasi belajar siswa Kelas

II dengan penggunaan alat peraga dan buku bacaan yang disediakan oleh sekolah

maupun orang tua.

Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan peneliti adalah

pengamatan berperan serta. Pengamatan berperan serta dalam penelitian yang

bercirikan interaksi sosial akan memakan waktu yang cukup lama antar peneliti

dengan subjek dalam lingkungan subjek dan selama itu data yang dikumpulkan

dalam bentuk catatan lapangan secara sistematis serta berlaku tanpa gangguan

(Meleong, 2000). Dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik dasar penelitian

deskriptif.

Tahapan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini antara lain (I)

diawali dari pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observations) secara

luas dengan menggambarkan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi

penelitian, (2) dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih terfokus

33
(focused observations) untuk menemukan kategori-kategori utama tentang fokus

penelitian, dan (3) mengadakan pengamatan yang bersifat selektif (selective

observations) untuk menemukan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub

fokus penelitian. Ketiga tahap tersebut dilakukan dalam penelitian meningkatkan

motivasi belajar IPS Pokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah

Bercorak Hindu-Buddha dengan Subpokok Bahasan Candi Borobudur, Subpokok

Bahasan Candi Prambanan, dan Subpokok Bahasan Letak Candi Borobudur dan

Prambanan siswa Kelas II dengan alat peraga dan koleksi bahan bacaan.

Spradly (1980) menjabarkan lima tipe keterlibatan peneliti dalam

partisipasi observasi sebagai berikut:

a. Tidak berpartisipasi (non participation)

Pada tipe ini peneliti dalam melakukan penelitian tidak berpartisipasi,

artinya peneliti hanya melakukan pengamatan (melihat) secara pasif dan menjauhi

agar tidak terlibat dalam aktivitas objek penelitian.

b. Partisipasi pasif (passive perticipatiori)

Dalam tahap ini peneliti ikut atau berada dalam objek penelitian, tetapi

tidak berpartisipasi atau interaksi dengan objek penelitian. Peneliti hanya sebagi

penonton saja.

c. Partisipasi moderat (moderatparticipation)

Peneliti sudah pada konteks untuk menjaga keseimbangan anatara

seseorang yang berada di dalam (insider) dan menjadi seseorang yang berada di

luar (outsider) ataupun terlibat dan mengamati.

34
d. Partisipasi aktif (active participation)

Pada tahap ini peneliti secara aktif melakukan apa yang dilakukan oleh

personel-personel sekolah.

e. Partisipasi secara total (Complete or ordinary participation) Tipe

ini merupakan tahap tertinggi dalam keterlibatan peneliti sebagai observer

participant. Peneliti total melakukan seperti apa yang dikerjakan oleh personel-

personel sekolah dalam memperoleh data penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk

mengumpulkan data dalam penelitian tindakan, karena banyak informasi yang

diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara merupakan metode

pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan

responden (Zuriah, 2003).

Wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh

konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi,

perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya (Arifin, 1998). Maksud

wawancara antara lain untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan Iain-lain (Moleong, 2000).

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan

pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini di

tujukan kepada guru kelas dan siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri

Cemorokandang II .

35
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara

mendalam yang tak terstruktur. Dengan wawancara tak terstruktur akan diperoleh

informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia dan sensitif sifatnya, serta

memungkinkan sekali dicatat semua respons efektif informan yang tampak selama

wawancara berlangsung (Bafadal, 1994). Dalam pelaksanaan wawancara terlebih

dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang disampaikan kepada

informan berdasarkan pada fokus dan sub fokus penelitian.

36
37
3. Dokumentasi

Pendokumentasian adalah cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian (Zuriah, 2003).

Dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian,

karena (1) merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna

sebagai bukti untuk semua pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks,

(4) hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

pengetahuan yang diselidiki.

38
D. Langkah - Langkah Penelitian

Kegiatan peneliti dalam upaya Meningkatkan Motivasi Belajar IPS

Pokok Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-

Buddha Dengan Alat Peraga dan Koleksi Bahan Bacaan (Studi Pada Siswa Kelas

IISekolah Dasar Negeri Cemorokandang), maka dilakukan langkah-langkah

penelitian sebagai berikut.

a. Observasi

Tahap ini merupakan tahap orientasai lapangan dengan tujuan untuk

mengenal segala unsur lingkungan fisik dan alam sekitar. Observasi merupakan

dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi

dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu

proses aktif yang dimaksudkan untuk mengetahui keadaan objek penelitian

sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada

(Nasution, 1988).

b. Penentuan lokasi.

Tahap ini memastikan bahwa Sekolah Dasar Negeri Cemorokandang II

dijadikan sebagai latar penelitian dengan pertimbangan tempat teliti tersedia

sumber data yang cukup.

c. Pengumpulan data awal.

Untuk mendapatkan data yang valid dan realible sesuai dengan kondisi
39
objek penelitian dilakukan pengamatan langsung. Dengan melakukan

pengamatan langsung, maka peneliti akan memperoleh catatan lapangan yang

dapat dipertanggungjawabkan. Kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan,

sebab dalam pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang

sebenarnya. Pentingnya pengamatan dalam penelitian kualitatif diantaranya : (1)

pengamatan ini didasarkan pada pengamatan langsung, (2) dapat mencatat

perilaku dan kejadian yang terjadi pada kondisi yang sebenarnya, (3)

memungkinkan mencatat situasi yang berkaitan dengan pengetahuan

proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data, (4)

menghindari bias pada saat wawancara, (5) peneliti mampu memahami

situasi rumit, dan (6) membantu bila tidak memungkinkan menggunakan

teknik komunikasi.

d. Teknik Perolehan Data.

Data diperoleh dari sumber pertama (data primer) dengan melakukan

penelitian terhadap siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Cemorokandang II

melalui serangkaian kegiatan pengajaran IPS. Dalam kegiatan pengajaran IPS

lebih menekankan pada pelajaran pengetahuan sosial yang harus dipraktekkan

dan dipahami oleh siswa, yaitu ejaan dan tanda baca, kosa kata, struktur,

paragraf, dan wacana. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka,

dokumen dan tabel pada instansi-instansi terkait dalam penelitian ini.

e. Identifikasi, deskripsi dan analisis data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan identifikasi terhadap data yang

40
telah terkumpul, kemudian dilakukan pendeskripsian terhadap identifikasi tersebut

dan selanjutnya dilakukan analisis data secara deskriptif tentang meningkatkan

motivasi belajar siswa dengan alat peraga dan bahan bacaan.

E. Pengumpulan Data

Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat

pengukurannya. Tidak kalah pentingnya adalah kualitas peneliti dalam

mengambil data yang akan digunakan harus dipenuhi secara tertib. Setiap alat

atau metode pegambilan data mempunyai panduan pelaksanaan. Panduan ini harus

memberikan penjelasan tentang arti dari tiap-tiap pertanyaan di dalam daftar

pertanyaan, begitu pula cara-cara pendekatan pada responden dan metode

wawancaranya. Data yang diambil dari sumber pertama ini disebut data primer.

Selain data primer ada pula data sekunder yang terdapat pada instansi-instansi

tertentu yang sudah berbentuk tabel-tabel ataupun dokumen-dokumen lain

(IB.Mantra, 1998).

Data adalah sesuatu yang dapat dianalisis, sehingga data tersebut tidak

hanya berbentuk angka-angka, tetapi juga perilaku, sikap dan lain sebagainya.

Tugas asisten peneliti tidak hanya mengisi kuesioner berdasarkan jawaban

responden, tetapi juga melihat, mendengar dari hal-hal yang relevan dengan topik

penelitian. Dapat pula dikatakan bahwa data adalah hasil pengamatan,

manifestasi fakta atau kejadian spesifik.

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan teknik

41
observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan pada proses belajar

mengajar pada Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam rangkaian observasi, peneliti

mengamati gerak-gerik siswa saat mengikuti pelajaran IPS untuk mengetahui

motivasi belajar siswa. Teknik wawancara dilakukan peneliti terhadap guru IPS

dan siswa Kelas II. Dari wawancara tersebut diperoleh data tentang kemampuan

siswa dalam pelajaran pengetahuan sosial serta perkembangan motivasi belajar

siswa setelah dilakukan pengajaran IPS yang mengacu pada pemahaman

pengetahuan sosial. Pengumpulan data dalam penelitian ini selain data primer

juga menggunakan data sekunder sebagai acuan, yaitu berdasarkan teori-teori

dan studi pustaka. Perolehan data primer didapat dari pengamatan langsung

terhadap siswa Kelas II serta wawancara terhadap siswa dan guru kelas.

F. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data tersebut perlu diolah atau

dianalisis untuk dijadikan informasi. Sebelum diolah, data yang terkumpul perlu

diseleksi terlebih dahulu atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah

realibilitas dan validitasnya digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi. Data

yang telah lulus dalam seleksi lalu diolah atau dianalisis merupakan suatu

informasi yang siap untuk dievaluasi dan diinterpretasi. Data setelah diolah

dapat berupa tabel frekuensi tunggal, rata-rata, median, modus, korelasi, regresi,

42
grafik, peta dan Iain-lain.

Analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan hipotesis sesuai dengan arah dan saran data

yang ada. Analisis merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.

Dalam analisis data terdapat proses mencarai dan mengatur secara sistematis

transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun

oleh peneliti (Bogdan dan Biklen, 1982).

Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, menata,

membagi menjadi satuan-sataun yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan. Analisis

data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung (Miles

dan Hubermen, 1984). Analisis data adalah proses menyusun, mengkatagorikan

data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk niemahami maknanya

(Nasution, 1988). Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan

tema seperti yang disarankan oleh data (Meleong, 1995).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan.

Setelah data hasil penelitian terkumpul, maka selanjutnya data tersebut disusun

secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya

data tersebut diungkap

43
permasalahannya yang penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan

permasalahan. Ada tiga alur kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu

kesatuan yang tak dapat dipisahkan, antara lain :

a. Reduksi data, pada teknik-ini peneliti melakukan proses pemilahan,

pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.

Laporan lapangan sebagai bahan mentah direduksi, diringkas, ditonjolkan

pokok-pokoknya dan disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah

dikendalikan. Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih

jelas tentang hasil pengamatan, juga memberikan kemudahan bagi peneliti

dalam mendapatkan kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

b. Penyajian data, teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi.

c. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar

dapat menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu

subjek.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pokok

Bahasan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-Buddha Dengan

Alat Peraga dan Koleksi Bahan Bacaan (Studi Pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar

44
Negeri Cemorokandang II ) disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan

pembahasan. Hasil penelitian ini akan disajikan beberapa tabel yang kemajuan

motivasi belajar siswa Kelas II dan hasil belajarnya. Laporan hasil penelitian

akan memberikan paparan data dan temuan penelitian.

Kegiatan yang dilaksanakan di Kelas II dalam memotivasi belajar IPS

adalah dengan melakukan pengajaran menggunakan alat peraga yang berupa

gambar-gambar halaman letak candi-candi, gambar-gambar bentuk candi, area,

relief gambar peta letak candi Borobudur dan Prambanan.

Kegiatan pengajaran IPS juga dilakukan dengan usaha memotivasi

belajar siswa Kelas II dengan menambah koleksi bahan bacaan yang disediakan

oleh sekolah berupa buku-buku pengetahuan umum dan pengetahuan sosial

yang disediakan oleh perpustakaan sekolah. Buku kelengkapan lain adalah berisi

buku-buku cerita yang mengandung nilai sejarah nyata baik yang dianjurkan oleh

guru maupun hasil dari pemberian orang tua siswa.

Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan

bimbingan guru untuk mengetahui motivasi belajar dengan membandingkan

tingkat motivasi

berdasarkan kedaan sebelumnya, yaitu pada saat pengajaran tanpa

menggunakan alat peraga secara aktif dan vareatif serta tanpa ditunjang dengan

kelengkapan bahan bacaan.

1. Paparan Data

45
Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

paparan data ini akan memaparkan proses kegiatan belajar mengajar IPS

khususnya dalam rangka memotivasi siswa di Kelas II Sekolah Dasar Negeri

Cemorokandang II untuk mengikuti pelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajarnya.

Hasil paparan data menunjukkan bahwa kebanyakan siswa hanya

memenuhi kuantitas pengajaran IPS dengan maksud memperbaiki absensi dan

takut tidak masuk sekolah, sehingga tidak ada motivasi dari dalam untuk

mencapai prestasi dalam belajar IPS. Motivasi siswa hanya berasal dari luar, yaitu

dorongan dari guru dan orang tua serta karena teman lain yang aktif dalam

mengikuti pelajaran, secara formalitas dapat terpenuhi.

Berikut ini paparan data proses pengajaran IPS yang dilaksanakan pada

siswa Kelas II dengan menggunakan alat peraga dan bahan bacaan dalam rangka

meningkatkan motivasi belajar siswa.

a. Melakukan diskusi antara peneliti dan guru IPS untuk menerapkan

penggunaan alat peraga serta menambah koleksi bacaan yang menarik guna

menumbuhkan motivasi belajar siswa Kelas II.

b. Mengadakan sosialisasi pengajaran IPS dengan alat peraga dan bahan

bacaan umum kepada siswa Kelas II selama kegiatan pengajaran IPS

berlangsung.

c. Siswa Kelas IV melaksanakan kegiatan belajar IPS dengan

46
dengan menggunakan alat peraga dan bahan bacaan.

d. Selama kegiatan pengajaran IPS dengan menggunakan alat peraga dan

bahan bacaan yang lebih vareatif ada kecenderungan siswa dalam

motivasi belajarnya.

e. Guru melaksanakan evaluasi terhadap pengajaran IPS dengan penggunaan

alat peraga dan koleksi bahan bacaan dalam memotivasi belajar siswa.

f. Hasil evaluasi akan dijabarkan dalam bentuk tabel sesuai dengan

kemampuan masing-masing siswa dalam kegiatan belajar IPS

berdasarkan tingkat perkembangan motivasi belajarnya.

2. Temuan Penelitian

Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian terhadap guru dan siswa

Kelas II dalam kegiatan IPS, maka ada beberapa temuan penelitian yang mengarah

pada perubahan sikap siswa dalam belajar IPS setelah digunakannya alat peraga

dan penambahan koleksi bacaan.

Suasana kelas belum kondusif dan belum ada motivasi belajar pada

masing-masing siswa sebelum pengajaran IPS dengan menggunakan alat peraga

dan bahan bacaan yang lengkap. Hal ini terjadi karena guru terlalu banyak

menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan mated pelajaran. Bahkan

terkadang ada siswa yang tidak memperhatikan guru dalam memberikan

penjelasan. Pada saat guru memberikan pertanyaan, seakan siswa juga menjawab

semaunya sendiri, artinya jawaban itu cenderung pasif dan tidak membuka

wawasan tentang ide/gagasannya.

47
Setelah dilakukan sistem pengajaran IPS dengan menggunakan alat

peraga dan bahan bacaan umum yang lebih lengkap ternyata mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa Kelas II dalam belajar IPS. Kegiatan pengajaran terkesan

lebih vareatif karena didukung kegiatan praktek yang melibatkan semua siswa.

Tidak ada siswa yang diam, artinya semua diberi tugas dan tanggung jawab dalam

menyimak penjelasan guru dengan alat peraga serta penyediaan bahan bacaan yang

menarik.

Beberapa temuan dalam penelitian ini menunjukkan kegiatan

pengajaran IPS dengan menggunakan alat peraga dan bahan bacaan yang lebih

menarik, antara lain:

a. Siswa Kelas II selama pengajaran IPS dengan penggunaan alat

peraga dan bahan bacaan yang menarik cenderung lebih aktif dan

banyak bertanya.

b. Siswa kelas II lebih dapat memahami penjelasan guru dengan

menggunakan alat peraga dan bahan bacaan yang lebih lengkap.

c. Siswa Kelas II cenderung lebih cepat tahu dan senang dengan sistem

pengajaran dengan menggunakan alat peraga dan memberikan bahan

bacaan yang menarik.

d. Beberapa siswa menunjukkan perubahan sikap yang tinggi dari

sebelumnya, yaitu lebih aktif, agresif dan sering bertanya tentang

apa yang telah dijelaskan oleh guru. Sebagian siswa mengalami

prubahan positif dalam mengikuti pelajaran IPS dengan

48
menunjukkan minat besar dan antusias dalam proses pengajaran

IPS, hal ini menunjukkan motivasi belajar siswa mulai berkembang

dengan sistem pengajaran memalui penggunaan alat peraga dan

bahan bacaan yang menarik.

label 1. Distribusi Pengadaan Alat Peraga dan Bahan Bacaan

Responden Motivasi Belajar IPS


Tanpa Alat Peraga Dengan Alat Peraga dan
dan Bahan Bacaan Umum Bahan Bacaan Umum
Siswa Minat belajar Minat belajar tinggi
Kelas III kurang Kreativitas meningkat
Kreativitas rendah Ide/gagasan meningkat
Ide/gagasan rendah Kerjasama baik Wawasan
Kerjasama kurang Wawasan meningkat Tanggung jawab baik
terbatas Tanggung jawab Percaya diri meningkat
kurang Percaya diri rendah Aktif belajar
Malas belajar

Menerima Protes kesalahan Prestasi


kenyataan Prestasi belajar belajar IPS meningkat
IPS kurang

Tabel 2. Distribusi Motivasi Belajar IPS

Responden Motivasi Belajar IPS


Tanpa Alat Peraga Dengan Alat Peraga dan
dan Bahan Bacaan Umum Bahan Bacaan Umum

49
Siswa Minat belajar Minat belajar tinggi
Kelas III kurang Kreativitas meningkat
Kreativitas rendah Ide/gagasan meningkat
Ide/gagasan rendah Kerjasama baik Wawasan
Kerjasama kurang Wawasan meningkat Tanggung jawab baik
terbatas Tanggung jawab Percaya diri meningkat
kurang Percaya diri rendah Aktif belajar
Malas belajar

Menerima Protes kesalahan Prestasi


kenyataan Prestasi belajar belajar IPS meningkat
IPS kurang

B. Pembahasan

Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian dapat diketahui

gambaran umum tentang motivasi belajar siswa Kelas II dengan alat peraga

dan bahan bacaan. Dalam pembahasan'ini terdapat tiga pokok bahasan yang

berhubungan dengan rumusan masalah, yaitu : (1) Penggunaan alat perega dalam

meningkatkan motivasi belajar IPS siswa Kelas II, (2) Koleksi bahan bacaan

dalam meningkatkan motivasi belajar IPS siswa Kelas II, (3) Kontribusi

penggunaan alat peraga dan bahan bacaan yang lengkap dalam meningkatkan

motivasi belajar IPS siswa Kelas II.

Hasil pembahasan ini didasarkan pada analisis deskriptif, sehingga

pengajaran IPS di dalam kelas dan pengguanan alat peraga dan bahan bacaan

yang lengkap dan menarik akan dianalisis berdasarkan aspek motivasi siswa

Kelas II dalam belajar IPS secara deskriptif.

1. Penggunaan Alat Peraga Dapat Memotivasi Siswa

Penggunaan alat peraga merupakan salah satu cara untuk memotivasi

50
siswa dalam belajar IPS, karena dalam pelajaran IPS membutuhkan wawasan yang

luas dan pengetahuan Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-

Buddha, yang dapat disajikan dan diketahui bersama.

Dengan penggunaan alat peraga ternyata mampu meningkatkan motivasi

belajar siswa Kelas II dalam belajar IPS. Selain itu ada peningkatan pengetahuan

Peninggalan Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-Buddha. Pada pengajaran

sebelumnya siswa Kelas II tidak ada bayangan pengetahuan tentang Peninggalan

Bangunan Bernilai Sejarah Bercorak Hindu-Buddha.

Pada tabel 2 dipaparkan terjadi peningkatan motivasi siswa dalam belajar

IPS pokok bahasan kebutuhan Hidup dan Cara Memenuhinya dengan

menggunakan alat peraga. Adapun peningkatan motivasi terindikasi melalui

peningkatan sikap dan wawasan, antara lain :

a. Minat belajar tinggi.

b. Kreativitas meningkat.

c. Ide/gagasan meningkat.

d. Kerjasama dengan guru dan teman sekelas terbina baik

e. Wawasan meningkat.

f. Tanggung jawab siswa baik.

g. Kepercayaan diri meningkat

h. Aktif dalam mengikuti pelajaran IPS

i. Berani protes terhadap kesalahan yang ditunjukkan oleh orang lain.

2.Bahan Bacaan Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar

51
Pengajaran IPS dengan menggunakan bahan bacaan yang lengkap dan

menarik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas II. Bahan bacaan yang

digunakan siswa Kelas II berasal dari sekolah dari penyediaan mandiri oleh orang

tua. Semakin lengkap bahan bacaan yang dimiliki oleh setiap siswa, maka

semakin tinggi motivasi belajarnya dan dapat meningkatkan prestasi belajar IPS.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bacaan yang dapat

meningkatkan motivasi belajar adalah berupa penyajian yang menarik dengan

gambar-gambar dan foto-foto kegiatan sosial dan sejarah masa lampau dengan

disajikan dengan cerita.

Pemilikan bahan bacaan oleh siswa Kelas II secara mandiri masih 70%,

sedangkan 30% siswa masih menggunakan bahan bacaan yang terbatas, yaitu

dengan penyediaan sekolah. Dari 70% bahan bacaan yang dimiliki oleh siswa

Kelas II terutama diisi oleh bahan bacaan buku pelajaran paket IPS yang telah

disarankan oleh guru. Sementara hanya 35% siswa yang memiliki bahan bacaan

yang berupa majalah anak dan pengetahuan umum lainnya.

Bahan bacaan yang dimiliki siswa Kelas II yang dapat meningkatkan

motivasi belajar IPS di SDN Cemorokandang II , antara lain :

a. Buku paket IPS

b. Buku pengetahuan sosial

c. Buku pengetahuan umum

d. Majalah anak

e. Bukucerita

52
f. Bukusejarah

3. Kontribusi Alat Peraga dan Bahan Bacaan Dalam Memotivasi Belajar

Pengajaran IPS dengan menggunakan alat peraga dan bahan bacaan yang

lengkap memberikan kontribusi positif terhadap meningkatnya motivasi belajar

IPS siswa Kelas II SDN Cemorokandang II , antara lain :

a. Siswa Kelas II menjadi lebih bersemangat dalam kegiatan belajar IPS.

b. Siswa Kelas II lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran IPS.

c. Siswa Kelas II lebih percaya diri dan bertanggung jawab terhadap

dirinya dalam mengikuti pelajaran IPS.

BAB V

PENUTUP

53
A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan tentang

meningkatkan motivasi belajar IPS siswa Kelas II dengan alat peraga dan bahan

bacaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.

a. Pengajaran IPS dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan

motivasi belajar IPS siswa Kelas II SDN Cemorokandang II

dibandingkan dengan sistem pengajaran tanpa alat peraga.

b. Pengajaran IPS dengan menggunakan koleksi bacaan yang lengkap dan

menarik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas II SDN

Cemorokandang II dibandingkan dengan sistem pengajaran pasif yang

cenderung mendengarkan ceramah guru di kelas dan sedikit bahan

bacaan yang dipakai.

c. Penggunaan alat peraga dan bahan bacaan yang lengkap dan menarik

memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan motivasi belajar IPS

siswa Kelas II SDN Cemorokandang II .

Kontribusi penggunaan alat peraga dan bahan bacaan yang lengkap dalam

meningkatkan motivasi siswa Kelas II antara lain : siswa Kelas II menjadi lebih

bersemangat dalam kegiatan belajar IPS, siswa Kelas II lebih aktif dan kreatif

dalam mengikuti pelajaran IPS, siswa Kelas IIlebih percaya diri dan bertanggung

jawab terhadap dirinya dalam mengikuti pelajaran IPS, siswa Kelas II mampu

melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru terutama pelajaran IPS dengan

baik, minat belajar siswa Kelas II meningkat, ide/gagasan meningkat,

54
kreativitas dan kerjasama meningkat, wawasan dan wacana tentang pengetahuan

umum meningkat.

B. Saran

Meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas II guna meraih hasil belajar

yang optimal menjadi tanggung jawab semua pihak dalam lingkungan

pendidikan dasar. Untuk mewujudkan hasil belajar yang diinginkan, maka perlua

kerja sama yang baik antara pihak sekolah, orang tua dan masyarakat untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Pengajaran IPS dengan menggunakan alat peraga dan koleksi bahan

bacaan yang menarik dan lengkap dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas

II dalam belajar IPS. Untuk itu disarankan kepada guru dan orang tua agar dapat

menyediakan alat peraga dan kelengkapan belajar siswa terutama buku bacaan

yang lengkap.

Disarankan agar penggunaan alat peraga dan buku bacaan yang lengkap dan

menarik dapat disajikan dalam pengajaran IPS dalam upaya meningkatkan

motivasi belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada semua sekolah dasar agar

dapat menggunakan alat peraga dan menyediakan bahan bacaan yang lengkap dan

menarik bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. 1985. Teknik Belajar Yang Tepat. Semarang : Mutiara


55
Permatawidya. Ardhana, Wayan. 1986. Dasar-Dasar Kependidikan modul 4.

Pengaruh Pendidikan di

Luar Sekolah Terhadap Pendidikan di Sekolah. FKIP-IKIP Malang.

Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di Sekolah. Desertasi Program

Pascasarjana IKIP Malang. Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative

Research In Education. Boston : Allyn & Bacon. Depdikbud. 1994. Kurikulum

Pendidikan Dasar. GBPP SD - IPS Kelas II. Jakarta:

Depdikbud.

1993. Kurikulum Pendidikan Dasar. GBPP SD - IPS Kelas II.

Jakarta : Depdikbud. Entang, M. 1981. Diagnostik Kesulitan Belajar dan

Pengajaran. Penlok Tahap II. P3G.

Jakarta: Depdikbud. Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar Dan

Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung:

Tarsi to. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkun Pendekatan

Sistem. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Keiten, Dorotly. 1988. Cara Belajar Yang Berhasil. Salatiga : Universitas

Satya Wacana. Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta : Pusat

Kemajuan Studi. Mantra, LB. 1998. Langkah-Langkah Penelitian Survei

dan Laporan Penelitian.

Yogyakarta : BPFG - UGM.

PEMERINTAH KOTA MALANG


SEKOLAH DASAR DASAR NEGERI CEMOROKANDANG II
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

56
SURAT KETERANGAN
Nomor / /2010

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Dra.SULISTYANINGTYAS
NIP : 19580617 197803 2 012
Pangkat / Golongan :
Jabatan : Kepala Sekolah SD Negeri
Cemorokandang II
Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
Nama : INDAH WAHYUNI,S.Pd
NIP : 19590622 198010 2 004
Pangkat / Golongan : PEMBINA / IVa
Jabatan : GURU KELAS II (Dua)
SD Negeri Cemorokandang II
Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang.
Benar – benar telah mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SDN
Cemorokandang II Kecamatan Kedungkandang Kota Malang pada tanggal 14
April s.d 10 Mei 2010
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya.

Malang, Mei 2010


Kepala SDN Cemorokandang II

Dra.SULISTYANINGTYAS
NIP. 19580617 197803 2 012

1. CANDI BOROBUDUR

57
Candi dengan bentuk stupa yang dibangun sekitar tahun 800an pada masa
pemerintahan Dinasti Sailendra. Candi borobudur dapat dikatakan mirip
dengan "punden berundak" masa Hindu-Buddha di Nusantara.

Terdiri dari 6 buah tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk


melingkar dan sebuah stupa utama di bagian puncaknya. Pada tiap
tingkatannya terdiri dari stupa yang jumlahnya sangat banyak.

Candi Borobudur terletak di daerah Magelang, Jawa Tengah. Lokasinya


berdekatan dengan 3 candi Buddha lainnya, yaitu Candi Pawon dan Candi
Mendut.

Pada masa lalu, candi ini digunakan oleh para pendeta Buddha Mahayana
dalam menjalankan proses keagamaannya. Candi ini sempat "hilang" dari
dokumentasi pada masa Islam dan Kolonial. Baru "ditemukan" kembali saat
ekspedisi Raffles di pedalaman Jawa dan dicatat dalam bukunya yang berjudul
"History of Java". Pada waktu itu ditemukan Candi Borobudur dalam keadaan
rusak parah (kayaknya pernah ada yang share foto dgn bentuk fondasi yang
bergelombang.)

58
2. CANDI MENDUT

Candi ini terletak berdekatan dengan Candi Borobudur, masih di daerah


Magelang, Jawa Tengah.

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti


Sailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarik 824 Masehi,
disebutkan bahwa Raja Indra telah membangun bangunan suci bernama
Veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi
Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut.

Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling.
Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan
bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Dalam bilik utama candi ini
terdapat 3 buah arca Buddha dalam ukuran yang sangat besar.

59
3. CANDI NGAWEN

Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk
yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah
patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada
kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada
sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara,
Kinnari, dan kala-makara.

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi
Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan,
Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada
abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini
kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada
tahun 824 M.

60
4. CANDI LUMBUNG

Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman
Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan,
candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi
ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi
Buddha). Candi ini masih dikelilingi oleh 16 candi kecil yang keadaannya
masih relatif terawat.

61
5. CANDI BANYUNIBO

Candi unik dgn atap berbentuk padma ini terletak dekat dengan Candi Ratu
Boko (di antara Yogja dengan Wonosari).

Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) ini
dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuna.
Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas
agama Buddha.

Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran
relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas.
Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan
diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah
persawahan.

6. KOMPLEKS PERCANDIAN BATUJAYA


62
Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa
percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan
Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut
percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa
titik.

Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum
sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan
candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali
sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk
gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan bahasa
Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian
bangunan yang sama.

Candi yang telah berhasil dipugar seutuhnya hingga sekarang ini hanya Candi
Jiwa, sedangkan masih diperkirakan terdapat puluhan candi lain yang belum
tersentuh sama sekali.

7. CANDI MUARA TAKUS

63
Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau,
Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135
kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan
pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai
Kampar Kanan.

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya


terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi
kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini
terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta
Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu
bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa
Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas
galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang
sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi,
dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum
pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu
secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

64
8. CANDI SUMBERAWAN

Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Kecamatan


Singosari, Malang, Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi
Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan
digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.

Candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan Singosari,


Kabupaten Malang, +/- 6 Km, di sebelah Barat Laut Candi Singosari, candi ini
dibuat dari batu andesit dengan ukuran P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun
pada ketinggian 650 mDPL, di kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di
sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang
sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.

Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada batur candi
yang tinggi terdapat selasar, kaki candi memiliki penampil pada keempat
sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur sangkar,
dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma, sedang bagian atas
berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang.

65
9. CANDI BRAH

Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan abad 15 Masehi.
Pendapat lain, candi ini berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan.
Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama
ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan dalam prasasti
Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis Mpu
Sendok pada tahun 861 Saka atau 9 September 939,

Candi Brahu diketahui merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja


Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu pakarpun yang berhasil menemukan
bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih lebih setelah ada pemugaran candi yang
dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.

66
10.CANDI SEWU

Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi
Prambanan (hanya beberapa ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi
Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja
Rakai Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha
terbesar setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi
bercorak Hindu.

67
68

Anda mungkin juga menyukai