PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorentasi pada pelayanan
Oleh kerena itu, kesehatan yang optimal baik fisik, mental, social maupun
mencapainya tujuan tersebut dapat dilakukan melalui tiga langkah konkrit yaitu
1
Anak sebagai manusia yang unik dan sulit dimengerti oleh karena itu
masyarakat kurang paham dengan perkembangan anak, jika anak sakit orang tua
hanya beranggapan bahwa hal itu wajar dan sering. Perlu diketahui bahwa anak
adalah generasi penerus selanjutnya. Oleh karena itu anak sangat membutuhkan
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi
asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Seringkali
kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Karenanya untuk memenuhi
pemahaman tentang proses kognitif dan arti hospitalisasi. Penyakit yang sering
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstra kranium. Dan
penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui secara pasti namun sering
disebabkan infeksi OMA, gangguan pada fungsi otak pernapasan atas, anemia,
2
Menurut data dari WHO Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di
Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Terjadi pada umur 2-5%
anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama
demam kompleks. Pada tahun ke 2 kehidupan (17-3 bulan) kejang demam sedikit
lebih sering pada laki-laki, insidensi tertinggi pada umur 18 bulan (Pusponegoro,
2004: 209)
kejang demam pada tahun 2012 kira-kira 33% anak akan mengalamai satu kali
(Dinkes/online/diakses 2017).
Watampone tiga tahun terakhir yaitu 2014 sebanyak 78 orang (0,78%), tahun
Berdasarkan latar belakang dari uraian di atas dan hasil penentuan kasus
pada ujian akhir program, maka penulis tertarik untuk membuat laporan karya
tulis ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien An”E” dengan
26 September 2017”.
3
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah yang dijadikan sebagai pokok pembahasan dalam karya tulis
demam?
demam?
7. Bagaimana membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada penyakit kejang
demam?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan
4
demam di ruang perawatan Anak 1 RSUD Tenriawaru kelas B Watampone
2. Tujuan Khusus
demam.
demam.
demam.
5
D. Manfaat Penulisan
pada umumnya dan menekan angka kejadian kejang demam pada khususnya
3. Bagi penulis
nyata dan menerapkan ilmu yang didapatkan selama dalam pendidikan terutama
E. Metode Penulisan
6
1. Studi kepustakaan
Dalam hal ini yang diperoleh penulis berupa data secara teoritis dengan
ada hubungannya dengan judul karya tulis ilmiah yaitu kejang demam.
2. Studi kasus
salah satu kasus kejang demam yakni An”E” diruang perawatan anak RSUD
a. Wawancara
klien An”E”, perawat dan pihak lain yang dapat memberikan data informasi
yang dibutuhkan.
b. Pemeriksaan fisik
c. Observasi
7
Mengambil data yang tercantum dalam status klien An”E” yang dibutuhkan
lainnya.
Mei 2017.
G. Sistematika Penulisan
singkat dalam bentuk bab dan sub bab penulisan karya tulis, maka penulis akan
1. BAB I : PENDAHULUAN
Didalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
Dalam bab ini diuraikan konsep-konsep dasar medis atau teori yang
8
pengkajian data, diagnosa keperawatan yang lasim muncul, dampak
4. BAB IV : PEMBAHASAN
teori dan fakta yang yang ditemukan dalam penerapan asuhan keperawatan.
6. DAFTAR PUSTAKA.
7. LAMPIRAN–LAMPIRAN.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Anatomi
1) Otak
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar: serebrum, batang otak dan
mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, begitu
alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari
10
(a) Otak besar (cerebrum)
Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak yang mengisi
(b)Otak kecil
Berat cerebellum lebih kurang 150 gram dari berat otak seleruhnya
otak ini terdiri dari otak tengah, pons dan medulla oblongata. Otak
serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik san sebagai
antara dua bagian serebelum, pons berisi jaras sensorik dan motorik.
11
Medulla oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak ke
2) Meningen
benturan atau getaran yang terdiri dari tiga lapisan (Syaifuddin, 2006:
275).
berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat. Di bagian tengkorak terdiri dari
selaput tulang tengkorak dan dura mater propia di bagian dalam. Rongga
atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh saraf sentral
12
melalui struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trabekel (Syaifuddin,
2006: 276).
(d)Fisiologi
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot,
sebagai suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan
neuron, terdapat cairan dengan kadar ion natrium dan klorida. Sedangkan
dalam cairan intraselular terdapat kalium dan protein yang lebih tinggi.
2. Pengertian
diatas 38,4°C rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan
13
elektrolit akut, terjadi pada usia diatas 1 bulan dan tidak ada riwayat kejam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan (suhu
tubuh suhu rectal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstra cranium
(Ngastiyah: 2005: 51 ).
Kejang demam adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak
dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak
yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan
Apabila bersifat umum, singkat dan hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
Apabila kejang bersifat fokal, lamanya lebih dari 10-15 jam atau berulang
dalam 24 jam.
4. Etiologi
infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
14
5. Insiden
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi kira-kira 20% kasusu
tahun kedua kehidupan (17-23 bulan) kejang demam sedikit lebih sering pada
Terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai 3 tahun, insiden tertinggi
pada umur 18 bulan. Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana
6. Patofisiologi
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion-ion kalium maupun ion-ion natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neuron transmitter
dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak yang akan menderita
kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang yang rendah
15
kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedang anak dengan ambang kejang tinggi
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tapi kejang yang berlangsung lama lebih
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipopalsemia, asodosis
permealibitas kapiler dan timbul edema otak yang berlangsung lama yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Oleh karena itu kejang demam yang
6. Manifestasi klinik
a. Terjadinya kenaikan suhu badan tinggi dan cepat yang disebabkan oleh
memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberpa detik atau menit
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya defisit neurologis.
16
d. Bentuk kejang yang lain seperti mata terbalik ke atas dengan disertai
e. Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
sampai beberapa hari. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering
6. Komplikasi
a. Kerusakan otak
Terjadi melalui neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat
yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel
b. Retardasi mental
7. Teks diagnostik
a. Anamnesis
kejang
17
2) Riwayat perkembangan kejang, kejang demam dalam keluarga, epilepsy
dalam keluarga
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan Medik
Bila pasien datang dalam keadaan status konvolsivus, obat pilihan utama
18
yang diberikan secara intravena ini tidak perlu dipersoalkan lagi karena
sangat cepat, yaitu kira-kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksik yang
serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara berlahan dan dosis
kedua dengan dosisi yang sama juga intravena. Setelah 15 menit suntikan
kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama akan
b. Pengobatan penunjang
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan
intubasi dan pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah dan nadi, fungsi
19
intrakranial yang meninggi jangan diberikan cairan dengan kadar natrium
yang terlalu tinggi. Jika suhu meningkat dilakukan kompres alkohol dan es.
c. Pengobatan rumat
disuntikkan; oleh karena itu harus diberikan obat antipiretik dengan daya
169).
1) Profilaksis intermitan
yang telah disepakati pada konsensus bersama ialah pada semua kejang
20
berlangsung lebih dari 15 menit, bersifal fokal atau diikuti kelainan saraf
demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara, d) pada kasus
berulang atau kejang demam pada bayi berumur di bawah usia 12 bulan.
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faat hati. Bila perlu
21
B. Konsep Asuhan Keperawatan
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap
1. Pengkajian
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
mencatat data yang telah menjelaskan respon manusia yang mempengaruhi pola
perinatal, dan neonatal; adanya contoh infeksi, apnea, kloik, atau menyusui
sebelumnya.
2) Usia awitan,
22
3) Waktu ketika kejang terjadi-waktu, ketika tidur atau terjaga, hubungan
keletihan, aktivitas,
tomografi, radiografi tengkorak, skan otak, kimia darah, glukosa serum, tes
e. Obsevasi kejang
2) Durasi kejang
sentakanya berhenti.
f. Mata
divergen.
23
g. Upaya pernapasan
h. Lain-lain
2) Metode terminasi
j. Kemampuan motorik:
l. Sensasi:
pendengaran penglihatan.
2. Diagnosa Keperawatan
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
24
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
darah.
keseimbangan.
kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
pembuluh darah.
Tujuannya: Untuk mengurangi supaya tidak terjadi kerusakan pada sel otak.
25
Tabel 2. 1
Intervensi dan Rasional pada Klien An”E” dengan diagnosa : resiko
terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kontriksi
pembuluh darah
Intervensi Rasional
- Pertahankan tirah baring dengan - Perubahan tekanan CSS
posisi kepala datar . mungkin merupakan potensi
adanya resiko pada batang otak.
- Pantau tanda-tanda vital sesuai - Untuk memerlukan tindakan
indikasi. medis secepatnya.
- Pantau status neurologis dengan - Pengkajian kecenderungan
teratur. adanya perubahan tingkat
kesadaran.
- Pantau pernapasan, catat pola dan - Tipe dari pola pernapasan
irama pernapasan. merupakan tanda yang berat dari
adanya peningkatan TIK.
- Berikan waktu istirahat antara - Mencegah kelelahan berlebihan.
aktifitas perawatan dan batasi
lamanya tindakan tersebut.
- (Kolaborasi) tinggikan kepala - Peningkatan aliran vena dari
tempat tidur sekitar 15-45 derajat kepala akan menurunkan TIK
26
b) Diagnosa II: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses invasi
Tabel 2. 2
Intervensi dan Rasional pada Klien An”E” dengan diagnosa: peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan proses invasi kuman tubuh
Intervensi Rasional
- Observasi tanda-tanda vital - Untuk memberikan tindakan
keperawatan selalnjutnya.
- Anjurkan untuk banyak istirahat - Untuk memberikan rasa
nyaman.
- Anjurkan untuk kompres air - Untuk menurunkan suhu tubuh.
dingin.
- Anjurkan banyak minum - Untuk mencegah terjadinya
kekurangan volume cairan.
- Kolaborasi pemberian obat anti - Untuk mencegah terjadinya
piretik dan anti biotik peningkatan suhu tubuh yang
tinggi.
27
Tabel 2. 3
Intervensi dan Rasional pada Klien An”E” dengan diagnosa: resiko terjadi
bahaya/komplilasi berhubungan dengan kelemahan, kesulitan keseimbangan
Intervensi Rasional
- Kaji bersama-sama pasien - Alcohol, berbagai obat dan
berbagai stimusi yang dapat stimulasi lain dapat
menjadi pencetus kejang. meningkatkan aktifitas. Otak.
- Pertahankan bantalan lunak pada - Mengurangi trauma saat kejang
penghalang tempat tidur dengan terjadi selama pasien berada
posisi tempat tidur rendah. ditemmpat tidur.
- Evaluasi kebutuhan untuk - Penggunaan penutup kepala
perlindungan pada kepala. dapat memberikan perlindungan
tambahan.
- Pertahankan tirai baring secara - Pasien mungkin tidak dapat
ketat jika pasien mengalami beristirahat untuk bergerak atau
tanda-tanda fase protnormal. melepaskan diri suatu keadaan
Jelaskan perlunya kegiatan ini. selama fase aura, namun
bergerak dengan mempedulikan
fase aura.
- Atur kepala, tempatkan diatas
- Mengarahkan ekstremitas
dareah yang empuk.
dengan hati-hati, menurunkan
trauma secara fisik.
- Membantu untuk melokalisasi
- Catat tipe dari aktifitas kejang.
daerah otak yang terkena.
- Lakukan penilaian
- Mencatat keadaan posiktal dan
neurologis/tanda-tanda vital
waktu penyembuhan pada
setelah kejang, missal: tingkat
keadaan normal.
kesadaran, tekanan darah, nadi
dan pernapasan.
- Menurunkan terjadinya risiko
- Masukkan jalan napas buatan
28
Intervensi Rasional
yang terbuat dari plastic/biarkan terjadinya trauma mulut tetapi
pasien menggigit benda lunak tidak boleh dipaksa atau di
antara gigi (jika rahang sedang masukkan ketika gigi-gigi
relaksasi) miringkan kepala sedang mengatup kuat karena
kesalah satu sisi/lakukan kerusakan karena kerusakan
penghisapan pada jalan napas pada gigi dan jaringan lunak
sesuai indikasi. dapat terjadi dan juga membantu
mempertahankan jalan napas.
29
Intervensi Rasional
indikasi: ambang kejang dengan
- Obat antiepilepsi meliputi fenitoin menstabilkan membrane sel
(dilanting). saraf.
- Diazepam
- Pantau kadar sel darah, elektrolit - Dapat digunakan tersendiri
dan glukosa. sebagai obat pilihan pertama
untuk menekang kejang.
- Pantau/catat kadar obat kejang - Mengidentifikasi factor-faktor
yang berhubungan dengan efek yang memperberat/menurunkan
samping dan frekuensi dari ambang kejang.
aktivitas kejang yang terjadi. - Kadar teraupetik standar
mungkin tidak optimal pada
pasien individual jika terjadi
efek samping yang merugikan
atau kejangnya tidak terkontrol.
30
d) Diagnosa IV: Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang informasi.
perubahan perilaku.
Tabel 2. 5
Intervensi dan Rasional pada Klien An”E” dengan diagnosa: kurang
pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Intervensi Rasional
- Jelaskan kembali mengenai - Memberikan kesempatan untuk
fatofisioligi/proknosis penyakit menklarifikasi kesalahan
dan perlunya pengobatan/ persepsi dan keadaan penyakit
penanganan dalam jangka waktu yang ada sebagai sesuatu yang
yang lama sesuai indikasi. dapat ditangani dengan cara
normal.
- Tinjau kembali obat-obat yang - Tidak adanya pemahaman
didapat. Penting sekali memakan terhadap obat-obat yang didapat
obat sesuai petunjuk, dan tidak merupakan penyebab dari
menghentikan pengobatan tanpa kejang yang terus menerus tanpa
pengawasan obat, termasuk henti. Bergantung pada obat dan
petunjuk untuk pengurangan frekuensinya, pasien dapat
dosis. diinstruksikan untuk
menentukan obat yang tepat.
- Dapat menurunkan iritasi
- Berikan petunjuk yang jelas pada
lambung, mual/muntah.
pasien untuk minum obat
bersamaan waktu makan jika
memungkinkan.
31
Intervensi Rasional
- Berikan informasi tentang - Pengetahuan mengenai
interaksi obat yang potensial dan pengguanaan obat antikonvulsan
pentingnya untuk pemberian menurunkan resiko obat yang
perawatan yang lain dari diresepkan yang dapat
pemberian obat tersebut. berinteraksi yang selanjutnya
mengubah ambang kejang.
4. Implementasi
122).
5. Evaluasi
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
1. Identitas klien
d. Agama : Islam
f. Alamat : Bajoe
a. Ayah
1) Nama : Tn”B”
2) Umur : 30 tahun
3) Pendidikan : SMA
5) Agama : Islam
33
6) Alamat : Bajoe
b. Ibu
1) Nama : Ny ”S”
2) Umur : 30 tahun
3) Pendidikan : SMP
5) Agama : Islam
6) Alamat : Bajoe
Tabel 3.1
Identitas Saudara Kandung pada klien An. E dengan gangguan sistem neurologis:
kejang demam di ruang perawatan anak RSUD Tenriawaru Watampone
No Nama Usia Hubungan Status
Kesehatan
1. An. M 13 Tahun Saudara Kandung Sehat
2. An. N 10 Tahun Saudara Kandung Sehat
3. An. I 5 Tahun Saudara Kandung Sehat
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 23 Mei 2017 dengan keluhan
kejang yang disertai demam sejak 2 hari yang lalu. Dimulai dengan klien
demam yang tinggi dan orang tua klien memutuskan untuk membawa anaknya
34
4. Keluhan utama Demam
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat sekarang
Saat dikaji tanggal 24 September 2017 klien masih demam dengan suhu
badan 38°C, ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mandi, ibu klien
d) Imunisasi TT : 2 kali
2) Natal
3) Post natal
35
c) Riwayat kesehahatan keluarga : Tidak ada riwayat keluarga
c. Genogram
GI ? ? ?
40 35 ?
? ? ?
G II
30 30
Keterangan:
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Meninggal
GI : Orang tua dari pihak ayah semuanya masih hidup, sedangkan orang tua dari
pihak ibu, ayah sudah meninggal karena faktor usia sedangkan ibu masih
hidup.
GII : Ayah klien anak ke dua dari empat bersaudara dan ibu klien anak ketiga dari
36
GIII : Klien anak keempat dari empat bersaudara dan dalam keadaan sakit
6. Riwayat imunisasi
Tabel 3.1
Riwayat Imunisasi pada klien An”E” dengan gangguan sistem neurologis:
kejang demam di ruang zaal anak RSUD
Tenriawaru kelas B Watampone
a. Pertumbuhan fisik
1) Tinggi badan : 75 cm
3) Berat Badan : 13 kg
1) Berguling : 4 bulan
2) Duduk : 8 bulan
3) Merangkak : 9 bulan
37
4) Berdiri : 1 tahun
5) Berjalan : 1 tahun
7) Berbicara : belum
7. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
nutrisinya.
(c) pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
38
Tabel 3.2
Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia pada klien An”E” dengan gangguan
sistem neurologis kejang demam di ruangan zaal anak
RSUD Tenriawaru kelas B Watampone
Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
0-4 Bulan Asi Eklusif 3 bulan
4-12 Bulan Bubur + susu formula Sampai sekarang
Saat ini Bubur+nasi+susu Sampai sekarang
formula+ air putih
8. Riwayat psikososial
9. Riwayat spiritual
keluarga sakit.
b. Kegiatan keagamaan
Tidak ada kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh klien karena belum
mampu.
39
10. Reaksi Hospitalisasi
3) Bagaimana perasaan orang tua saat ini: ibu klien mengatakan hanya
bisa berusaha dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
4) Apakah orang tua selalu berkunjung: ya, orang tua selalu berkunjung
5) Siapa yang tinggal dengan klien: klien didampingi oleh kedua orang
tuanya.
40
11. Aktifitas sehari-hari
Tabel 3.4
Aktifitas sehari-hari pada klien An “E” dengan gangguan sistem neurologis:
kejang demam di ruang perawatan Anak RSUD
Tenriawaru Kelas B Kab. Bone
a. Nutrisi
b. Cairan
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Susu formula Susu formula
2. Frekuensi 4x sehari (2 gelas) 4x sehari (1-2 gelas)
3. Kebutuhan cairan 900 mL 900 mL
4. Cara pemenuhan Menggunakan dot Menggunakan dot
5. Kesulitan Tidak ada Klien malas minum
susu atau disusui
41
c. Eliminasi (BAB dan BAK)
42
e. Olahraga
f. Personal hygiene
2 Cuci rambut
a. Frekwensi 2 X seminggu Rambut nampak
kusam dan kotor
b. Cara Disampokan Tidak ada
3. Gunting kuku
a. Frekwensi 1 X seminggu Kuku panjang dan
b. Cara Memakai pemotong kotor
kuku
4. Gosok gigi
a. Frekwensi Tidak ada Tidak ada
b. Cara Tidak ada Tidak ada
43
g. Aktivitas/mobilitas fisik
h. Rekreasi
44
12. Pemeriksaan fisik
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 38°C
Respirasi : 50 x/i
c. Antropometri
1) Tingggi badan : 75 cm
2) Berat badan : 13 kg
4) Lingkar kepala : 39 cm
5) Lingkar dada : 45 cm
6) Lingkar perut : 50 cm
d. Sistem pernapasan
1) Hidung
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus mandibularis, tidak ada
45
2) Leher
a) Inspeksi
vena jagularis.
b) Palpasi
3) Dada
a) Inspeksi
e. Sistem kardiovaskuler
1) Inspeksi
2) Palpasi
46
3) Perkusi
Batas atas jantung pada ICS 2-3, batas kanan jantung pada linea
mediaclavikula kiri.
4) Auskultasi
sternalis kiri dan pada katup kanan mitral ICS 5 linea medioclavikula
kiri, lub S2: dub terdengar pada katup aorta di ICS 2 linea sternalis
kanan.
f. Sistem pencernaan
1) Mulut :
2) Abdomen :
a) Inspeksi:
b) Palpasi:
Hati teraba pada perut kuadran kanan atas, tidak ada nyeri tekan
simetris kiri dan kanan, gaster tidak kembung, tidak ada nyeri
tekan.
47
4) Tidak ada hemoroid
g. Sistem indra
1) Mata
Inspeksi
Kelopak mata baik, bulu mata tumbuh merata, alis tipis, lapang
kesegalah arah.
2) Hidung
Inspeksi
Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada
3) Telinga
Inspeksi
Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada nanah dan serumen,
48
h. Sistem syaraf
1) Fungsi serebral
a) Status mental
2) Fungsi kranial
49
(e) Nervus V (Trigeminus)
terbalik ke atas
50
i. Sistem muskuloskletal
2. Vertebrae :
3. Lutut
4. Kaki
5. Tangan
51
j. Sistem integumen
1. Rambut
kotor.
2. Kulit
Inspeksi: Warna kulit tidak pucat, texture kulit baik dengan suhu
badan 38°C
3. Kuku
Inspeksi
a) Warna putih
k. Sistem endokrim
l. Sistem perkemihan
3) Nocturia : tidak ada, dysuria : tidak ada, kencing batu : tidak ada
52
n. Sistem imune: tidak ada riwayat alergi cuaca
0-6 tahun
Tabel 3.5
Hasil pemeriksaan laboratorium pada klien An. E dengan gangguan sistem
neurologis: kejang demam di ruang perawatan anak RSUD
TenriawaruKelas B Kab. Bone
Tanggal Hasil Laborotorium Normal
L: 4,5-5,5 juta/mm
53
15. Terapi saat ini
a. Pengobatan
1) Obat Oral:
2) Parenteral :
54
DATA FOKUS
55
ANALISA DATA
2.
DS: Invasi virus Perubahan
- Ibu klien mengatakan nutrisi
anaknya malas makan dan Merangsang lambung kurang dari
minum susu memproduksi kebutuhan
56
DO: HCLberlebihan tubuh
- Porsi makan 1/3 tidak
dihabiskan Stimulant saraf kolinergik
- Klien malas makan
- Klien malas minum susu Merangsang medulla
- Selera makan menurun vomiting center
- BB 13 kg
Mual/muntah
Anoreksia
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
3. DS : Kurang mengetahui Gangguan
- Ibu klien mengatakan anak tentang perawatan anak personal
tidak pernah mandi selama sakit hygiene
dirumah sakit ↓
- Ibu klien mengatakan Gangguan personal
anaknya tidak pernah hygiene
potong kuku selama sakit
DO :
- Kuku klien nampak panjang
dan kotor
- Rambut klien nampak kotor
- Badan klien nampak kotor
57
DIAGNOSA KEPERAWATAN
58
RENCANA KEPERAWATAN
59
No Tanggal/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Hari
infus RL 48 4. Anjurkan 4. Pakaian tipis
tetes/menit kelurga untuk dapat
- Klien lemah memakaikan mempercepat
- Klien nampak anaknya proses
rewel dan pakaian yang penguapan.
sering tipis.
menangis 5. Penatalaksana- 5. Anti piretik
an pemberian membantu
anti piretik menurunkan
suhu tubuh
2. Kamis Perubahan Setelah 1. Kaji status 1. Data dasar
24-05-2017 nutrisi kurang dilakukan nutrisi klien melanjutkan
dari kebutuhan intevensi intervensi
tubuh kebutuhan nutrisi 2. Anjurkan 2. Membantu
berhubungan klien terpenuhi keluarga memenuhi
dengan intake dengan kriteria: memberikan nutrisi klien
yang tidak - Nafsu makan makanan klien
adekuat, bertambah dengan sedikit
anoreksia, di - Klien tidak tapi sering.
tandai dengan: mual dan 3. Anjurkan 3. Menambah
DS: muntah keluarga nafsu makan
- Ibu klien memberikan klien
mengatakan makanan yang
anaknya malas disukai klien
makan dan 4. Anjurkan 4. Makanan yang
minum susu keluarga klien hangat
60
No Tanggal/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Hari
DO: menyediakan menambah
- Porsi makan makanan selagi nafsu makan
1/3 tidak hangat klien
dihabiskan
- Klien malas
makan
- Klien malas
minum susu
- Nafsu makan
berkurang
3. Kamis Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat 1. Data dasar
24-05-2017 personal hygiene mendapatkan pengetahuan dalam
b/d kurang perawatan klien tentang menentukan
pengetahuan selama ± 3 hari, perawatan intevensi
keluarga tentang personal hygiene anaknya. selanjutnya.
perawatan anak klien dapat 2. Berikan 2. Informasi yang
DS: terpenuhi dengan penjelasan jelas terhadap
- Ibu klien kriteria : setiap tindakan tindakan yang
mengatakan - Kulit klien yang akan dilakukan dapat
anak tidak nampak bersih dilakukan. menurunkan
pernah mandi - Kuku klien ansietas
selama nampak bersih keluarga .
dirumah sakit - Rambut klien 3. Bantu klien 3. Membantu
- Ibu klien nampak bersih untuk pemenuhan
mengatakan melakukan personal
anaknya tidak personal hygiene klien.
61
No Tanggal/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Hari
pernah potong hygiene seperti
kuku. mandi mandi
DO : dan potng
-Kuku klien kuku.
nampak kotor 4. Anjurkan 4. Memotivasi
- Badan nampak keluarga klien keluarga untuk
kotor untuk membantu
membantu personal
pemenuhan hygiene klien
personal
hygiene
62
IMPLEMENTASI
Implrmentasi pada klien An”E” dengan gangguan sistem Neurologis Kejang Demam di
Ruang Anak 1 RSUD Tenriawaru kelas B Watampone.
63
No Hari/tanggal No Jam Implementasi
DX
Hasil : Klien diberikan injeksi
cefotaxime 250 mg/12 jam/IV,
Parecetamol syrup 3x1 sendok
10.05 1. Mengkaji status nutrisi klien
2. Kamis II Hasil : porsi makan tidak dihabiskan,
24-09-2017 klien malas menyusu
10.10 2. Menganjurkan keluarga memberikan
makanan klien dengan sedikit tapi sering
Hasil : klien diberikan makanan dalam
porsi sedikit
10.15 3. Menganjurkan keluarga memberikan
makanan yang disukai klien
Hasil : keluarga klien mau melakukannya
11.00 4. Menganjurkan keluarga klien
menyediakan makanan selagi hangat
Hasil: Keluarga klien mau
melakukannya.
11.05 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
3. Kamis III klien tentang perawatan anaknya
24-09-2017 Hasil : keluarga klien mengatakan tidak
tahu tentang cara perawatan anak
11.10 2. Memberikan penjelasan setiap tindakan
yang akan dilakukan
Hasil : keluarga klien mengerti dengan
tujuan tindakan yang akan dilakukan
11.15 3. Membantu klien untuk melalukan
64
No Hari/tanggal No Jam Implementasi
DX
personal hygiene seperti mandi dan
potong kuku
Hasil : akan dilakukan pemenuhan
personal hygiene (mandi dan potong
kuku).
11.20 4. Menganjurkan klien untuk membantu
pemenuhan personal hygiene klien
Hasil : keluarga klien akan membantu
pemenuhan personal hygiene klien
1. Jumat I 11.25 1. Memantau TTV
25-09-2017 Hasil : SB : 37,6ºC, P : 36x/i, N : 110 x/i
11.30 2. Menganjurkan keluarga untuk
melakukan kompres air hangat
Hasil : Keluarga klien mengatakan
bersedia untuk melakukan kompres air
hangat
11.35 3. Menganjurkan keluarga untuk
memakaikan anakanya pakaian tipis
Hasil : keluarga klien mengatakan
bersedia untuk memakaiakan anaknya
pakaian tipis
4. Penatalaksanaan pemberian obat
antipiretik dan antibiotik
Hasil : Klien diberikan injeksi
cefotaxime 250 mg/12 jam/IV,
Paracetamol syrup 3x1 sendok.
65
No Hari/tanggal No Jam Implementasi
DX
2. Jumat II 11.45 1. Mengkaji status nutrisi klien
25-09--2017 Hasil : Porsi makan tidak dihabiskan
12.00 2. Menganjurkan keluarga memberikan
makanan klien dengan sedikit tapi sering
Hasil : klien diberikan makanan dalam
porsi sedikit.
12.10 3. Menganjurkan keluarga memberikan
makanan yang disukai klien
Hasil: keluarga klien mau
melakukannya.
12.15 4. Menganjurkan keluarga klien
menyediakan makanan selagi hangat
Hasil: Keluarga klien mau
melakukannya.
3. Jumat III 12.20 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
25-09-2017 klien tentang perawatan anaknya
Hasil : keluarga klien mengatakan
mengerti tentang cara perawatan anak
09.00 2. Memberikan penjelasan setiap tindakan
yang akan dilakukan
Hasil : keluarga klien mengerti dengan
tujuan tindakan yang akan dilakukan
09.05 3. Membantu klien untuk melalukan
personal hygiene seperti mandi dan
potong kuku
Hasil : akan dilakukan pemenuhan
66
No Hari/tanggal No Jam Implementasi
DX
personal hygiene (potong kuku).
09.10 4. Menganjurkan klien untuk membantu
pemenuhan personal hygiene klien
Hasil : keluarga klien akan membantu
pemenuhan personal hygiene klien
1. Sabtu I 09.15 1. Mengkaji TTV klien
26-09-2017 Hasil : SB : 36, 8ºC, N : 110 x/i, P: 36x/i
09.20 2. Menganjurkan klien banyak minum
Hasil : Klien mau melakukannya
09.25 3. Penatalaksanaan pemberian antipiretik
Hasil : Klien diberikan injeksi
cefotaxime 250 mg/12 jam/IV,
Parasetamol sirup 3x1 sendok.
2. Sabtu II 09.35 1. Mengkaji status nutrisi klien
26-05-2017 Hasil : orang tua klien menyatakan
sudah menghabiskan porsi makanan
yang diberikan pada anaknya
09.40 2. Menganjurkan keluarga memberikan
makanan klien dengan sedikit tapi sering
Hasil : Keluarga klien sudah terpenuhi
09.45 3. Menganjurkan keluarga memberikan
makanan yang disukai klien
Hasil: keluarga klien sudah
melakukannya.
67
EVALUASI
Evaluasi Keperawatan pada klien An”E” dengan gangguan Neurologis Kejang Demam Di
Ruang Anak RSUD Tenriawaru kelas B Watampone.
68
No Hari/ No. Waktu Evaluasi
tanggal DX
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3
1. Kaji status nutrisi klien
2. Anjurkan keluarga memberikan
makanan yang dusukai klien
3. Anjurkan keluarga klien menyediakan
makanan selagi hangat.
3. Kamis III 12.25 S : Keluarga klien mengatakan tidak tahu
24-09-2017 tentang cara perawatan anaknya
O : - Kulit nampak kotor
- Kuku klien nampak kotor
A : Devisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. Kaji tingkat pengetahuan anaknya
tentang perawatannya
2. Berikan penjelasan setiap tindakan
yang akan dilakukan
3. Bantu klien untuk melakukan personal
hygiene seperti mandi dan potong kuku
4. Anjurkan keluarga klien untuk
membantu pemenuhan personal
hygiene.
S : Ibu klien mengatakan anaknya masih
1. Jumat I 12.30 demam
25-09-2017 O : - SB : 37,6 ºC
- Kulit teraba panas
69
No Hari/ No. Waktu Evaluasi
tanggal DX
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3
1. Pantau suhu badan
2. Anjurkan keluarga untuk melakuka
kompres air hangat
3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan
anaknya pakaian yang tipis
S:
- Klien mengatakan badannya terasa lemah
2. Jumat II 12.35 - Klien mengatakan porsi makan yang
25-09-2017 diberikan tidak dihabiskan
O:
- Klien mengatakan hanya menghabiskan
1/2 porsi makan yang diberikan.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3
1. Kaji status nutrisi klien
2. Anjurkan keluarga memberikan
makanan yang dusukai klien
3. Anjurkan keluarga klien menyediakan
makanan selagi hangat.
S: Keluarga klien mengatakan sudah mengerti
tentang cara perawatan anaknya
3. Jumat III 10.00 O : Kulit klien bersih
25-09-2017 Kuku klien pendek dan bersih
A : Masalah teratasi
70
No Hari/ No. Waktu Evaluasi
tanggal DX
P : Pertahankan intervensi
S : Ibu klien mengatakan demam anaknya
sudah turun
Sabtu I 11.00 O : SB : 36,8 ºC
26-06-2017 A : Hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi
S:
- Ibu klien mengatakan nafsu makan
anaknya bertambah
Sabtu II O:
26-06-2017 - Ibu klien mengatakan anaknya hanya
menghabiskan porsi makan yang
diberikan.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
71
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus keperawatan yang dilakukan pada klien atas nama
An”E” dengan penyakit kejang demam diruang perawatan anak RSUD Tenriawaru
kelas B Watampone selama 3 hari, maka bab ini penulis akan membahas kesenjangan
antara teori yang ada dengan kenyataan yang diperoleh sebagai hal dari pelaksanaan
studi kasus.
A. Pengkajian
hasil tersebut, penulis melakukan pengkajian pada klien An”E”, diruang perawatan
Data yang ditemukan dalam teori adalah terjadinya kenaikan suhu badan
tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
72
Umumnya kejang berhenti sendiri, begitu kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Bentuk
kejang yang lain seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau
Sedangkan pada saat pengkajian data yang ditemukan dalam kasus adalah
ibu klien mengatakan anaknya tidak kejang, demam dengan suhu badan 38ºC,
klien teraba panas, klien lemah, rewel, rambut klien nampak kotor, kuku klien
nampak panjang dan kotor, badan klien nampak kotor, dan kelemahan otot, bibir
kering, porsi makan tidak dihabiskan, selera makan berkurang, Ibu klien nampak
dan kasus, data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus
yaitu:
1. Serangan kejang yang secara tiba-tiba. Hal ini terjadi jika lepasnya muatan
listrik dan meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
metabolisme anaerobic.
2. Mata terbeliak ke atas. Hal ini tidak ditemukan pada kasus dan pada saat
Data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori yaitu
klien lemah, rambut klien nampak kotor, kuku klien nampak panjang dan kotor,
73
badan klien nampak kotor, Ibu klien nampak cemas, porsi makan tidak dihabiskan,
B. Diagnosa keperawatan
keseimbangan.
kurang informasi
Masalah keperawatan yang ditemukan dalam teori tapi tidak ditemukan dalam
1. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang demam. Hal ini
tidak ditemukan dalam kasus nyata karena tidak ada data penunjang seperti
ditemukannya resiko terjadi kerusakan sel otak pada klien sehingga resiko
keseimbangan. Hal ini tidak ditemukan dalam kasus nyata karena tidak ada data
yang menunjang seperti ditemukannya resiko terjadi trauma pada klien karena
74
klien bedrest dan selalu dijaga ketat orang tuanya, dan berada dalam lingkungan
yang tenang.
kurang informasi. Hal ini tidak ditemukan dalam kasus nyata karena
merawat anaknya
Diagnosa tersebut penulis angkat karena pada saat pengkajian penulis dapatkan
klien belum mandi selama sakit, kuku nampak panjang dan klien nampak
kotor.
Diagnosa tersebut penulis angkat karena saat pengkajian orang tua klien klien
mengatakan anaknya malas makan bubur, klien malas minum susu, porsi
75
C. Perencanaan
teori disesuaikan dengan tindakan yang ada dalam kasus nyata yaitu :
ditemukan dalam teori yaitu pantau TTV (suhu badan), anjurkan keluarga untuk
melakukan kompres air hangat, anjurkan orang tua klien untuk sering menyusui
anaknya, anjurkan keluarga klien untuk memakaikan anaknya pakain yang tipis,
ditemukan dalam kasus yaitu pantau TTV (suhu badan), anjurkan keluarga
untuk melakukan kompres air hangat, anjurkan orang tua klien untuk sering
dalam teori yaitu observasi pola dan frekuensi makan klien, berikan makanan
yang mengandung nutrisi, berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering,
merawat anaknya. Intervensi yang ditemukan dalam teori adalah: kaji tingkat
tindakan yang akan dilakukan, bantu klien untuk melakukan perawatan diri
seperti mandi dan potong kuku, HE kepada keluarga klien tentang kebersihan
diri. Sedangkan perencanaan yang di temukan dalam kasus yaitu kaji tingkat
76
pengetahuan keluarga klien tentang perawatan anak, berikan penjelasan setiap
tindakan yang akan dilakukan, bantu klien untuk melakukan perawatan diri
seperti mandi dan potong kuku, HE kepada keluarga klien tentang kebersihan
diri.
D. Implementasi
ditemukan, pada kasus ini tidak ada implementasi yang tidak dilaksanakan, ini
terlepas dari kerja sama klien dan keluarga serta fasilitas perawatan yang ada. Pada
antara teori dan tinjauan kasus. Namun didalam pelaksanaan didapatkan hal-hal
mandiri perawat, hal yang mendukung yaitu keluarga klien sangat kooperatif
yaitu kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri bagi klien, hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan keluarga. Adapun hambatan dari pihak rumah sakit
yaitu adanya keterbatasan penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang untuk
melakukan intervensi.
77
E. Evaluasi
karena klien tidak demam lagi dengan suhu tubuh normal yaitu 37°C.
merawat anaknya. Masalah ini teratasi karena devisit perawatan diri klien
terpenuhi dengan bantuan perawat dan keluarga klien dan klien terlihat rapi dan
bersih.
78
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran yang bertitik tolak
A. Kesimpulan
1. Data-data yang perlu dikaji pada kasus dimana pengkajian keperawatan pada An
“E” dengan kasus kejang demam, yang didapatkan tidak semuanya data
menurut teori muncul pada studi kasus hal ini sebabkan karena derajat penyakit
yang didapatkan pada saat mengkaji yang mengacu pada konsep kebutuhan dasar
manusia. Sehingga didapatkan beberapa diagnosa yang muncul tetapi tidak ada
79
4. Pada An “E”, pelaksanaan intervensi keperawatan berdasarkan kriteria tujuan
5. Pada An “E”, evaluasi pencapaian didasarkan pada kriteria tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
dilakukan sangat mendukung dalam aspek legalitas dan yuridis sebagai tanggung
jawab dan tanggung gugat dari proses asuhan yang dilakukan secara paripurna
dan kompherensif.
”E” tidak sepenuhnya sesuai dengan teori sehingga penulis melakukan asuhan
dilakukan.
B. Saran
hendaknya fokus utama ditujukan pada klien kemudian kepada keluarga dan
80
harus memperhatikan kebutuhan klien secara komprehensif baik bio-psiko-
direncanakan.
pada klien dari sejak masuk Rumah Sakit sampai keluar sehingga dapat
mampu dilakukan oleh perawat ruangan tanpa harus menggunakan waktu yang
81
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Itqiyah. Dkk. (2008). Angka kejadian kejang demam menurut WHO.
(online). (http://www.Bandung.html, diakses 10 Juni 2012).
Price, Sylvia A. Wilson, Lorainne M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. EGC: Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. volume 2. EGC: Jakarta
82
Penyimpangan KDM Kejang Demam
Demam meningkat
Terjadi kontraksi otak skelet Sirkulasi darah ke otak meningkat keseluruh tubuh
disebakan oleh metabolisme anaerobik Terjadi difusi dari ion kalium dan natrium
Hipoksia
Kejang Demam
Meninggikan permelitas kapiler
Mikroorganisme Patogen
Resiko terjadi kerusakan otak
Reaksi Antigen antibody
83
84